Anda di halaman 1dari 7

REVIEW MATERI MATA KULIAH GEODESI FISIS

Kamis, 14 September 2017

Penentuan Gaya Berat

DISUSUN OLEH :
IFFATI IFADATI
(15/385003/TK/43665)

DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
PENENTUAN GAYA BERAT (2)

Penentuan Gaya Berat


Ada dua jenis pengukuran gaya berat, yaitu dengan metode absolut dan metode relatif.
Sebuah gravimeter absolut mengukur kecepatan massa jatuh menggunakan sinar laser.
Walaupun metode ini dapat memperoleh hasil yang presisi mencapai 0.01 hingga 0.001 mGal
(miliGal, atau 1/1000 Gal), metode ini termasuk mahal dan peralatannya pun berat dan bulky.
Jenis kedua, yaitu gravimeter dengan prinsip metode relatif mengukur perubahan relatif
g antara dua lokasi pengukuran. Pengukuran gaya berat secara relatif juga dilakukan di dekat
stasiun gaya berat absolut dan diikatkan pada jaring gaya berat absolut. (www.usgs.gov).

Gambar 1. Stasiun gaya berat di Amerika


Serikat (NOAA, 2001)
Penentuan dan pengukuran gaya berat menghasilkan data yang bersifat kuantitatif,
yaitu data yang bisa dinyatakan dengan angka dan dilakukan perhitungan terhadapnya.
Pengukuran/penentuan gaya berat, walaupun hanya di satu lokasi, dapat berubah-ubah
bergantung pada :
1. Pasang surut laut
2. Densitas batuan
3. Penyimpangan (drift).
4. Bentuk geometri Bumi
Nilai percepatan gravitasi diatas permukaan Bumi bervariasi akibat beberapa
hal. Satu diantaranya adalah akibat bentuk geometri Bumi. Jari-jari di kutub
Bumi adalah sebesar 6.357 km, atau lebih pendek 21 km dibandingkan dengan
jari-jari equator/khatulistiwa Bumi yang sebesar 6.378 km.
Akibatnya, titik-titik yang ada di kutub-kutub Bumi lebih dekat ke inti massa
Bumi, dan, karenanya nilai gaya berat di kutub-kutub Bumi lebih besar
daripada nilai gaya berat di equator.
5. Karena Bumi berotasi satu kali setiap hari siderial pada sumbu utara-selatan-nya,
percepatan sentrifugal mencapai maksimum ketika kecepatan perputaran Bumi juga
maksimum, yaitu pada equator (1.674 km/h; 1.047 miles/h) dan menurun
(decrease) hingga nilai 0 (nol) pada kutub Bumi.

Perbedaan Pegas (Spring)


Ketika melakukan pengukuran/penentuan gaya berat dengan gravimeter, ada atau
tidaknya perbedaan spring (antara pengukuran satu dan pengukuran berikutnya) bergantung
pada material penyusun spring itu sendiri. Dari segi kualitas dan fungsi dari spring itu sendiri,
tidak terdapat perbedaan. Akan tetapi dari segi massa spring, terdapat perbedaan.
Perbedaan spring dapat terjadi akibat beberapa hal berikut :
1. Instrumental drift
2. Densitas
3. Pemuaian
Dalam suhu tertentu, pegas dapat memuai sehingga menyebabkan perbedaan
panjang pegas dalam satu pengukuran dengan pengukuran lainnya
4. Usia alat
Pegas yang masih baru sekali digunakan akan berbeda dengan pegas yang sudah
sering digunakan
5. Perbedaan elevasi
Perbedaan elevasi yang dimaksud ialah perbedaan elevasi pada lokasi-lokasi
pengukuran

Kalibrasi
Akibat adanya perbedaan spring karena faktor-faktor tersebut diatas, maka perlu
dilakukan kalibrasi terhadap alat. Terdapat dua macam kalibrasi :
1. Kalibrasi yang dilakukan di laboratorium
2. Kalibrasi yang dilakukan di lapangan

Gambar 2. Variasi penentuan penyimpangan alat (drift)


(Bahan Ajar Bapak T. Aris Sunantyo, TGD UGM)

Dalam melakukan kalibrasi alat (untuk menentukan penyimpangan alat/drift), metode


yang digunakan dipilih berdasarkan jumlah titik yang diukur dan jumlah pengukuran yang
dilakukan. Semakin banyak pengukuran yang dilakukan, maka jumlah sampel akan lebih
banyak sehingga dapat menghasilkan data yang presisi.
Pada Gambar 2, metode terbaik untuk melakukan kalibrasi ialah metode (a). Hal ini
dikarenakan jumlah pengukuran yang dilakukan banyak sehingga nantinya akan menghasilkan
banyak sampel.

Syarat Kalibrasi
Sebelum melakukan kalibrasi, maka perlu diperhatikan syarat-syarat untuk melakukan
kalibrasi sebagai berikut :
1. Inklinasi
2. Perubahan massa
3. Feedback system
Yang dimaksud dengan feedback system ialah representasi dari kemampuan spring
menyampaikan pada user tentang kemampuan voltase.
Dalam melakukan pengukuran gaya berat, pengamat harus mencari jalur yang :
1. Densitasnya diketahui
Ketika melakukan pengukuran gaya berat di lapangan, pengamat harus mengambil
sampel terlebih dahulu, dan kemudian dari sampel tersebut diperoleh besaran
densitasnya. Densitas itu kemudian menjadi pertimbangan sebelum dilakukan
pengukuran gaya berat.
2. Elevasinya signifikan
Ketika melakukan kalibrasi, pengamat harus mencari lokasi-lokasi yang memiliki
perbedaan elevasi yang signifikan, agar terdapat perbedaan nilai gaya berat.
Hal ini perlu dilakukan, karena terkadang walaupun dilakukan di lokasi yang berbeda,
hasil nilai gaya berat yang diperoleh bisa sama akibat pegasnya yang tidak sensitif. Untuk itu
perlu kondisi yang ekstrem seperti elevasinya signifikan agar hasilnya baik.

Reduksi Data (Reduction of Data)


Gravimeter tidak langsung memberikan hasil pengukuran gaya berat, akan tetapi
bacaan yang diperoleh dari hasil pengukuran perlu diolah terlebih dahulu. Hasil bacaan yang
didapat kemudian dikalikan dengan faktor kalibrasi alat untuk memperoleh nilai gaya berat
teramati (observed gravity (g obs)) Proses koreksi ini dikenal dengan sebutan gravity data
reduction atau reduction of the geoid. Beberapa metode untuk koreksi yang dapat dilakukan
yaitu sebagai berikut :
1. Instrumental drift (Penyimpangan alat)
Bacaan gravimeter berubah/menyimpang (drift) seiring dengan waktu sebagai
akibat dari perubahan elastisitas pegas, mengakibatkan perbedaan nilai gaya berat saat
pengukuran di suatu stasiun gaya berat. Nilai penyimpangan ini dapat ditentukan
dengan cara melakukan pengukuran secara berulang di stasiun yang sama pada waktu
yang berbeda dalam sehari, umumnya setiap 1-2 jam.
2. Pasang surut laut
Sama seperti bagaimana air laut bereaksi terhadap gaya tarik Bulan gaya tarik
Matahari, begitu pula dengan lapisan Bumi. Pasang surut laut dapat mengakibatkan
perubahan (peningkatan) nilai gaya berat hingga tiga g.u. dalam periode minimal 12
jam. Dengan melakukan pengukuran berulang pada stasiun yang sama maka dapat
diperoleh estimasi nilai koreksi yang diperlukan untuk efek pasang surut laut dalam
interval pendek. Jenis koreksi ini dilakukan untuk melengkapi koreksi akibat
penyimpangan alat (instrumental drift)
3. Koreksi atmosfer
Untuk pengukuran gaya berat yang berada diatas permukaan laut, massa
atmosfer dapat mempengaruhi bacaan, sehingga nilai gaya berat tidak sesuai. Massa
atmosfer bervariasi bergantung pada tingginya dan perbedaan ini dapat mempengaruhi
pengukuran gaya berat. Koreksi atmosfer bermaksud untuk menghitung perubahan
rata-rata massa atmosfer antara stasiun pengukuran, atau ellipsoid referensi dan titik
pengukuran gaya berat. Formula untuk koreksi atmosfer adalah sebagai berikut :

Dimana koreksi atmosfer memiliki satuan milligal dan h adalah elevasi


stasiun gaya berat dalam meter diatas mean sea level. Untuk stasiun yang sejajar dengan
sea level, koreksi atmosfer adalah sebesar 0,874 mGal. Nilai tersebut merupakan
perbandingan massa atmosfer yang mereduksi nilai gaya berat pada stasiun di sea level
dengan gaya berat pada posisi/titik tersebut jika tidak ada atmosfer.
Pengaruh atmosfer semakin mengecil seiring dengan bertambahnya elevasi
karena semakin sedikit udara atmosfer yang mempengaruhi bacaan.
REFERENSI
Rivas, Jos, 2009, Gravity and Magnetic Methods. Geothermal Training Programme, United
Nations University.
Sunantyo, T. Aris, Bahan Perkuliahan Mata Kuliah Geodesi Fisis
Connor, Chuck and Laura Connor, Instrument and Gravity Processing

Anda mungkin juga menyukai