BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.2 Epidemiologi
Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus
banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Abortus
spontan dan tidak jelas umur kehamilannya, hanya sedikit memberikan gejala atau
tanda sehingga biasanya ibu tidak melapor atau berobat. Sementara itu, dari
kejadian yang diketahui, 15-20% merupakan abortus spontan atau kehamilan
ektopik. Sekitar 5% dari pasangan yang mencoba hamil akan mengalami
keguguran yang berurutan, dan sekitar 1% dari pasangan mengalami 3 atau lebih
keguguran yang berurutan.6
3.3 Etiologi
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya abortus yaitu :
1. Faktor genetik
Ada banyak sebab genetik yang berhubungan dengan abortus. Sebagian besar
abortus spontan disebabkan oleh kelainan kariotip dari embrio. 5 Data ini
berdasarkan pada 50% kejadian abortus pada trimester pertama merupakan
kelainan sitogenetik yang berupa aneuploidi yang bisa disebabkan oleh kejadian
nondisjuction meiosis atau poliploidi dari fertilas abnormal dan separuh dari
9
sebagian besar abortus berhubungan dengan adanya aPA yang merupakan antibodi
yang akan berikatan dengan sisi negatif dari phosfolipid. 5 Selain SLE,
antiphosfolipid syndrome (APS) dapat ditemukan pada preemklamsia, IUGR, dan
prematuritas.5 Dari international consensus workshop pada tahun 1998, klasifikasi
APS adalah:5
3.5 Patogenesis
Abortus dimulai dari perdarahan ke dalam decidua basalis yang diikuti
dengan nekrosis jaringan disekitar perdarahan.6 Jika terjadi lebih awal, maka
11
ovum akan tertinggal dan mengakibatkan kontraksi uterin yang akan berakhir
dengan ekpulsi karena dianggap sebagai benda asing oleh tubuh. 6 Apabila
kandung gestasi dibuka, biasanya ditemukan fetus maserasi yang kecil atau tidak
adanya fetus sama sekali dan hal ini disebut blighted ovum.1
Pada abortus yang terjadi lama, beberapa kemungkinan boleh terjadi. Jika
fetus yang tertinggal mengalami maserasi, yang mana tulang kranial kolaps,
abdomen dipenuhi dengan cairan yang mengandung darah, dan degenarasi organ
internal.6 Kulit akan tertanggal di dalam uterus atau dengan sentuhan yang sangat
minimal.6 Bisa juga apabila cairan amniotik diserap, fetus akan dikompress dan
mengalami desikasi, yang akan membentuk fetus compressus. 6 Kadang-kadang,
fetus boleh juga menjadi sangat kering dan dikompres sehingga menyerupai kertas
yang disebut fetus papyraceous.1
Pada kehamilan di bawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan
seluruhnya, karena vili korialis belum menembus desidua terlalu dalam;
sedangkan pada kehamilan 8-14 minggu, vili korialis telah masuk agak dalam,
sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal. Perdarahan yang
banyak terjadi karena hilangnya kontraksi yang dihasilkan dari aktivitas kontraksi
dan retraksi miometrium. 2,7
3.7 Diagnosis
Perdarahan Serviks Uterus Gejala/Tanda Diagnosis
Nyeri goyang
porsio
Masa adneksa
Cairan bebas
intra abdomen
3.8 Penatalaksanaan
1. Abortus Imminens
Pada abortus imminens, tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring
total dan pasien dilarang melakukan aktivitas fisik berlebihan. Tirah baring
dilakukan hingga perdarahan berhenti. Jika perdarahan telah berhenti,
asuhan antenatal diteruskan seperti biasa dan penilaian lanjutan dilakukan
jika perdarahan terjadi lagi. Bila pasien masih menghendaki kehamilan
tersebut, maka perlu dilakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui
pertumbuhan janin yang ada dan untuk mengetahui keadaan plasenta
sudah terjadi pelepasan atau belum. Spasmolitik dapat diberikan agar
uterus tidak berkontraksi dan tambahan hormon progesteron atau
derivatnya dapat digunakan untuk mencegah terjadinya abortus. Obat-
obatan ini secara statistik kegunaannya tidak bermakna, tetapi efek
psikologis kepada pasien dapat menguntungkan. Pasien juga perlu
14
3.9 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada abortus adalah:
1. Perdarahan masif
Dapat diatasi dengan membersihkan uterus dari sisa sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah.
2. Perforasi uterus
Dapat terjadi terutama pada uterus dalam hiperetrofleksi . Jika
ditemukan tanda tanda abdomen akut perlu segera dilakukan
laparotomi, dan tergantung luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka
operasi atau perlu dilakukan histerektomi.
4. Syok
16
3.10 Prognosis
Macam dan lamanya perdarahan menentukan prognosis kelangsungan
kehamilan. Prognosisnya menjadi kurang baik bila perdarahan berlangsung lama,
mules mules disertai dengan perdarahan dan pembukaan serviks. Jika kehamilan
terus berlanjut, maka sering diikuti dengan persalinan preterm, plasenta previa,
dan IUGR. Prognosis ditentukan lamanya perdarahan , jika perdarahan
berlangsung lama, mules- mules yang disertai pendataran serviks menandakan
prognosis yang buruk Prognosis buruk bila dijumpai pada pemeriksaan USG
adanya: 5
- Kantong kehamilan yang besar dengan dinding tidak beraturan dan
tidak adanya kutub janin
- Perdarahan retrochorionic yang luas ( >25 % ukuran kantung
kehamilan )
- DJJ yang perlahan ( < 85 dpm ) (Mochtar, 2007).5