Anda di halaman 1dari 9

8

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi Abortus


Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar kandungan. Abortus memiliki batasan kehamilan kurang dari
20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Abortus dapat terjadi secara
spontan maupun dengan tindakan. Abortus merupakan komplikasi perdarahan
yang paling banyak pada kehamilan muda, sehingga sering juga dikaitkan dengan
miscarriage atau early pregnancy loss. Abortus yang terjadi pada bulan pertama
dari kehamilan hampir selalu diawali oleh kematian janin.1,2,5

3.2 Epidemiologi
Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus
banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Abortus
spontan dan tidak jelas umur kehamilannya, hanya sedikit memberikan gejala atau
tanda sehingga biasanya ibu tidak melapor atau berobat. Sementara itu, dari
kejadian yang diketahui, 15-20% merupakan abortus spontan atau kehamilan
ektopik. Sekitar 5% dari pasangan yang mencoba hamil akan mengalami
keguguran yang berurutan, dan sekitar 1% dari pasangan mengalami 3 atau lebih
keguguran yang berurutan.6

3.3 Etiologi
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya abortus yaitu :
1. Faktor genetik
Ada banyak sebab genetik yang berhubungan dengan abortus. Sebagian besar
abortus spontan disebabkan oleh kelainan kariotip dari embrio. 5 Data ini
berdasarkan pada 50% kejadian abortus pada trimester pertama merupakan
kelainan sitogenetik yang berupa aneuploidi yang bisa disebabkan oleh kejadian
nondisjuction meiosis atau poliploidi dari fertilas abnormal dan separuh dari
9

abortus kerana kelainan sitogenetik pada trimester pertama berupa trisomi


autosom.5
2. Faktor anatomi
Penyebab terbanyak abortus kerana kelainan anatomik uterus adalah septum
uterus akibat daripada kelainan duktus Mulleri (40-80%), dan uterus bicornis atau
uterus unicornis (10-30%).5 Selain itu, kelainan yang didapat misalnya adhesi
intrauterin (synechia), leimioma, dan endometriosis mengakibatkan komplikasi
anomali pada uterus dan dapat mengakibatkan abortus.
3. Faktor endokrin
Pada diabetes mellitus, perempuan dengan kadar HbA1c yang tinggi pada
trimester yang pertama akan berisiko untuk mengalami abortus dan malformasi
janin. IDDM dengan kontrol yang tidak adekuat berisiko 2-3 kali lipat untuk
abortus.5 Kadar progesteron yang rendah juga mempengaruhi resptivitas
endometrium terhadap implantasi embrio.Kadar progenteron yang rendah
diketahui dapat mengakibatkan abortus terutamanya pada kehamilan 7 minggu di
mana trofoblast harus menghasilkan cukup steroid untuk menunjang kehamilan.
Pengangkatan korpus luteum pada usia 7 minggu akan berakibat abortus dan jika
diberikan progesteron pada pada pasien ini, maka kehamilan dapat diselamatkan.5
4. Faktor infeksi
Infeksi plasenta akan berakibat insufisiensi plasenta dan bisa berlanjut
kematian janin.5 Infeksi kronis endometrium dari penyebaran kuman genetalia
bawah yang bisa mengganggu proses implantasi. Amnionitis oleh kuman gram
positif dan gram negatif juga bisa mengakibatkan abortus. 5 Infeki virus pada
kehamilan awal dapat mengakibatkan perubahan genetik dan anatomik embrio
misalnya pada infeksi rubela, parvovirus, CMV, HSV, koksakie virus, dan
varisella zoster.5
5. Faktor imunologi
Beberapa penyakit berhubungan erat dengan kejadian abortus. Antaranya
adalah SLE dan Antiphospholipid Antibodies (aPA).5 ApA adalah antibodi spesifik
yang ditemukan pada ibu yang menderita SLE. 5 Peluang terjadinya pengakhiran
kehamilan pada trimester 2 dan 3 pada SLE adalah 75%. 5 Menurut penelitian,
10

sebagian besar abortus berhubungan dengan adanya aPA yang merupakan antibodi
yang akan berikatan dengan sisi negatif dari phosfolipid. 5 Selain SLE,
antiphosfolipid syndrome (APS) dapat ditemukan pada preemklamsia, IUGR, dan
prematuritas.5 Dari international consensus workshop pada tahun 1998, klasifikasi
APS adalah:5

3.4 Klasifikasi Abortus


Menurut gambaran klinis abortus dapat dibedakan menjadi:1
1. Abortus imminens yaitu abortus tingkat permulaan (threatened
abortion) dimana terjadi perdarahan pervaginam, ostium uteri masih
tertutup dan hasil konsepsi masih baik dalam kandungan.
2. Abortus insipiens (inevitable abortion) yaitu abortus yang sedang
mengancam dimana serviks telah mendatar dan ostium uteri telah
membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam kavum uteri.
3. Abortus inkomplit (incomplete abortion) yaitu jika hanya sebagian hasil
konsepsi yang dikeluarkan, yang tertinggal adalah desidua atau
plasenta.
4. Abortus komplit (complete abortion) artinya seluruh hasil konsepsi
telah keluar (desidua atau fetus), sehingga rongga rahim kosong.
5. Missed abortion adalah abortus dimana fetus atau embrio telah
meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, akan
tetapi hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan
selama 6 minggu atau lebih.
6. Abortus habitualis (recurrent abortion) adalah keadaan terjadinya
abortus tiga kali berturut-turut atau lebih.
7. Abortus infeksius (infectious abortion) adalah abortus yang disertai
infeksi genital.
8. Abortus septik (septic abortion) adalah abortus yang disertai infeksi
berat dengan penyebaran kuman ataupun toksinnya kedalam peredaran
darah atau peritonium.

3.5 Patogenesis
Abortus dimulai dari perdarahan ke dalam decidua basalis yang diikuti
dengan nekrosis jaringan disekitar perdarahan.6 Jika terjadi lebih awal, maka
11

ovum akan tertinggal dan mengakibatkan kontraksi uterin yang akan berakhir
dengan ekpulsi karena dianggap sebagai benda asing oleh tubuh. 6 Apabila
kandung gestasi dibuka, biasanya ditemukan fetus maserasi yang kecil atau tidak
adanya fetus sama sekali dan hal ini disebut blighted ovum.1
Pada abortus yang terjadi lama, beberapa kemungkinan boleh terjadi. Jika
fetus yang tertinggal mengalami maserasi, yang mana tulang kranial kolaps,
abdomen dipenuhi dengan cairan yang mengandung darah, dan degenarasi organ
internal.6 Kulit akan tertanggal di dalam uterus atau dengan sentuhan yang sangat
minimal.6 Bisa juga apabila cairan amniotik diserap, fetus akan dikompress dan
mengalami desikasi, yang akan membentuk fetus compressus. 6 Kadang-kadang,
fetus boleh juga menjadi sangat kering dan dikompres sehingga menyerupai kertas
yang disebut fetus papyraceous.1
Pada kehamilan di bawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan
seluruhnya, karena vili korialis belum menembus desidua terlalu dalam;
sedangkan pada kehamilan 8-14 minggu, vili korialis telah masuk agak dalam,
sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal. Perdarahan yang
banyak terjadi karena hilangnya kontraksi yang dihasilkan dari aktivitas kontraksi
dan retraksi miometrium. 2,7

3.6 Gambaran klinis


Gejala abortus berupa amenorea, sakit perut kram, dan mules-mules.
Perdarahan pervaginam bisa sedikit atau banyak dilihat dari pads atau tampon
yang telah dipakai, dan biasanya berupa darah beku tanpa atau desertai dengan
keluarnya fetus atau jaringan. Ini penting untuk melihat progress abortus. Pada
abortus yang sudah lama terjadi atau pada abortus provokatus sering terjadi
infeksi yang dilihat dari demam, nadi cepat, perdarahan, berbau, uterus membesar
dan lembek, nyeri tekan,dan luekositosis. Pada pemeriksaan dalam untuk abortus
yang baru saja terjadi didapati serviks terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa-
sisa jaringan dalam kanalis servikalis atau kavum uteri, serta uterus berukuran
kecil dari seharusnya. Pada pemeriksaan USG, ditemukan kantung gestasional
yang tidak utuh lagi dan tiada tanda-tanda kehidupan dari janin.2
12

3.7 Diagnosis
Perdarahan Serviks Uterus Gejala/Tanda Diagnosis

Bercak Tertutup Sesuai Kram perut Abortus


hingga dengan bawah uterus Imminens
Sedang usia lunak
gestasi

Sedikit Limbung / Kehamilan


membesar pingsan ektopik yang
dari terganggu
Nyeri perut
normal
bawah

Nyeri goyang
porsio

Masa adneksa

Cairan bebas
intra abdomen

Tertutup/terbuka Lebih Sedikit/tanpa Abortus


kecil dari nyeri perut komplit
usia bawah
gestasi
Riwayat
ekspulsi hasil
konsepsi

Sedang Terbuka Sesuai Kram atau nyeri Abortus


hingga usia perut bawah insipiens
massif/banyak kehamilan belum terjadi
ekspulsi hasil
konsepsi
13

Kram atau nyeri Abortus


perut bawah inkomplit
ekspulsi
sebagian hasil
konsepsi

Terbuka Lunak Mual/muntah Abortus


dan lebih mola
Kram perut
besar dari
bawah
usia
gestasi Sindroma mirip
preeklamsia

Tak ada jenin


keluar jaringan
seperti anggur

3.8 Penatalaksanaan
1. Abortus Imminens
Pada abortus imminens, tidak perlu pengobatan khusus atau tirah baring
total dan pasien dilarang melakukan aktivitas fisik berlebihan. Tirah baring
dilakukan hingga perdarahan berhenti. Jika perdarahan telah berhenti,
asuhan antenatal diteruskan seperti biasa dan penilaian lanjutan dilakukan
jika perdarahan terjadi lagi. Bila pasien masih menghendaki kehamilan
tersebut, maka perlu dilakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui
pertumbuhan janin yang ada dan untuk mengetahui keadaan plasenta
sudah terjadi pelepasan atau belum. Spasmolitik dapat diberikan agar
uterus tidak berkontraksi dan tambahan hormon progesteron atau
derivatnya dapat digunakan untuk mencegah terjadinya abortus. Obat-
obatan ini secara statistik kegunaannya tidak bermakna, tetapi efek
psikologis kepada pasien dapat menguntungkan. Pasien juga perlu
14

diedukasi agar tidak melakukan hubungan seksual hingga 2 minggu


setelah dipulangkan.1
2. Abortus insipiens
Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi uterus dilakukan
dengan aspirasi vakum manual. Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan
maka, Ergometrin 0,2 mg IM atau Misopristol 400mcg per oral dapat
diberikan. Kemudian persediaan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari
uterus dilakukan dengan segera.1
Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu, ekpulsi spontan hasil konsepsi
ditunggu, kemudian sisa-sisa hasil konsepsi dievakuasi. Jika perlu, infus
20 unit oxytoxin dalam 500cc cairan IV (garam fisiologik atau larutan
Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit diberikan untuk
membantu ekspulsi hasil konsepsi. Setelah penanganan, kondisi ibu tetap
dipantau.1
3. Abortus inkomplit
Jika perdarahan tidak beberapa banyak dan kehamilan kurang dari 16
minggu, evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum
untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika
perdarahan berhenti, Ergometrin 0,2 mg IV atau misoprostol 400mcg per
oral diberikan.
Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung, dan usia kehamilan kurang
dari 16 minggu, hasil konsepsi dievakuasi dengan aspirasi vakum manual.
Evakuasi vakum tajam hanya digunakan jika tidak tersedia aspirasi vakum
manual (AVM). Jika evakuasi belum dapat dilakukan dengan segera,
Ergometrin 0,2mg IM atau Misoprostol 400mcg per oral dapat diberikan.
Jika kehamilan lebih dari 16 minggu, infus oksitosin 20 unit diberikan
dalam 500ml cairan IV (garam fisiologik atau RL) dengan kecepatan 40
tetes per menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi. Jika perlu
Misoprostol 200mcg pervaginam diberikan setiap 4 jam sampai terjadi
ekspulsi hasil konsepsi. Hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus segera
dievakuasi.1
4. Abortus komplit
Evakuasi tidak perlu dilakukan lagi. Observasi untuk melihat adanya
perdarahan yang banyak perlu diteruskan dan kondisi ibu setelah
15

penanganan tetap dibuat. Apabila terdapat anemia sedang, tablet sulfas


ferrosus 600mg/hari selama 2 minggu diberikan, jika anemia berat
diberikan transfusi darah.1
5. Abortus septik/infeksius.
Untuk tahap pertama dapat diberikan Penisillin 4 x 1000000 unit atau
ampicillin 4 x 1gram ditambah gentamisin 2 x 80mg dan metronidazol 2 x
1gram. Selanjutnya, antibiotik dilanjutkan dengan hasil kultur.
Tindakan kuretase dilaksanakan bila tubuh dalam keadaan membaik
minimal 6 jam setelah antibiotika adekuat telah diberikan. Pada saat
tindakan, uterus harus dilindungi dengan uterotonik untuk mengelakkan
komplikasi. Antibiotik harus dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam dan
bila dalam waktu 2 hari pemberian tidak memberikan respons harus
diganti dengan antibiotik yang lebih sesuai dah kuat.5

3.9 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada abortus adalah:

1. Perdarahan masif
Dapat diatasi dengan membersihkan uterus dari sisa sisa hasil
konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah.

2. Perforasi uterus
Dapat terjadi terutama pada uterus dalam hiperetrofleksi . Jika
ditemukan tanda tanda abdomen akut perlu segera dilakukan
laparotomi, dan tergantung luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka
operasi atau perlu dilakukan histerektomi.

3. Infeksi dalam uterus atau sekitarnya


Dapat terjadi pada abortus dan dapat menyebar ke miometrium, tuba,
parametrium dan peritonium. Apabila terjadi peritonitis umum atau
sepsis dapat disertai dengan terjadinya syok. Penanganan bisa diberikan
antibiotik pilihan dan dilakukan laparotomi.

4. Syok
16

Syok pada abortus biasanya bisa terjadi karena perdarahan (syok


hemoragik) dan karena infeksi berat (syok septik). 3

3.10 Prognosis
Macam dan lamanya perdarahan menentukan prognosis kelangsungan
kehamilan. Prognosisnya menjadi kurang baik bila perdarahan berlangsung lama,
mules mules disertai dengan perdarahan dan pembukaan serviks. Jika kehamilan
terus berlanjut, maka sering diikuti dengan persalinan preterm, plasenta previa,
dan IUGR. Prognosis ditentukan lamanya perdarahan , jika perdarahan
berlangsung lama, mules- mules yang disertai pendataran serviks menandakan
prognosis yang buruk Prognosis buruk bila dijumpai pada pemeriksaan USG
adanya: 5
- Kantong kehamilan yang besar dengan dinding tidak beraturan dan
tidak adanya kutub janin
- Perdarahan retrochorionic yang luas ( >25 % ukuran kantung
kehamilan )
- DJJ yang perlahan ( < 85 dpm ) (Mochtar, 2007).5

Anda mungkin juga menyukai