Anda di halaman 1dari 3

DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN HIPERTENSI

Diagnosis Hipertensi

Diagnosis hipertensi dengan pemeriksaan fisik paling akurat menggunakan

sphygmomanometer air raksa. Sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali

pengukuran dalam posisi duduk dengan siku lengan menekuk di atas meja

dengan posisi telapak tangan menghadap ke atas dan posisi lengan sebaiknya

setinggi jantung. Pengukuran dilakukan dalam keadaan tenang. Pasien diharapkan

tidak mengonsumsi makanan dan minuman yang dapat mempengaruhi tekanan

darah misalnya kopi, soda, makanan tinggi kolesterol, alkohol dan sebagainya.

Pasien yang terdiagnosa hipertensi dapat dilakukan tindakan lebih lanjut yakni :

1) Menentukan sejauh mana penyakit hipertansi yang diderita

Tujuan pertama program diagnosis adalah menentukan dengan tepat

sejauh mana penyakit ini telah berkembang, apakah hipertensinya ganas

atau tidak, apakah arteri dan organ-organ internal terpengaruh, dan lain-

lain.

2) Mengisolasi penyebabnya

Tujuan kedua dari program diagnosis adalah mengisolasi penyebab

spesifiknya.

3) Pencarian faktor risiko tambahan

Aspek lain yang penting dalam pemeriksaan, yaitu pencarian faktor-faktor

risiko
tambahan yang tidak boleh diabaikan.

4) Pemeriksaan dasar

Setelah terdiagnosis hipertensi maka akan dilakukan pemeriksaan dasar,

seperti

kardiologis, radiologis, tes laboratorium, EKG (electrocardiography) dan

rontgen.

5) Tes khusus

Tes yang dilakukan antara lain adalah :

a. X- ray khusus (angiografi) yang mencakup penyuntikan suatu zat

warna yang

digunakan untuk memvisualisasi jaringan arteri aorta, renal dan

adrenal.

b. Memeriksa saraf sensoris dan perifer dengan suatu alat

electroencefalografi

(EEG), alat ini menyerupai electrocardiography (ECG atau EKG).

Martin, J., 2008, Hypertension Guidelines: Revisiting the JNC 7

Recommendations, The Journal of Lancaster General Hospital, Vol. 3 No. 3.

Penatalaksanaan Hipertensi

Menurut WHO dan International Society of Hypertension Writing Group (ISWG)


tahun 2003:
- Pasien hipertensi dengan tekanan darah sistole >=140 mmHg dan diastole
>=90 mmHg diawali dengan terapi non farmakologi seperti penurunan
berat badan bagi penderita yang obesitas atau kegemukan, olahraga teratur,
mengurangi konsumsi alkohol dan garam, tidak merokok dan
mengkonsumsi lebih banyak sayur dan buah
- Terapi farmakologi: untuk penderita tanpa komplikasi pengobatan dimulai
dengan diuretik tiazid dosis rendah dan untuk penderita dengan komplikasi
menggunakan lebih dari satu macam obat hipertensi.

Menurut National Commite (JMC):

- Perubahan gaya hidup dan terapi obat memberikan manfaat yang berarti
bagi pasien hipertensi
- Target tekanan darah <140/90 bagi hipertensi tanpa komplikasi dan targer
tekanan darah <130/80 bagi hipertensi dengan komplikasi
- Diuretik tiazid merupakan obat pilihan pertama untuk mencegah
komplikasi kardiovaskular
- Pasien hipertensi dengan kondisi lain yang menyertai seperti gagal ginjal
dan lain-lain, obat anti hipertensi disesuaikan dengan kondisinya
- Monitoring tekanan darah dilakukan 1 bulan sekali sampai target tercapai
dilanjutkan setiap 2 bulan, 3 bulan atau 6 bulan. Semakin jauh dari
pencapaian target tekanan darah, semakin sering monitoring dilakukan.

Natalia D, dkk., Tata Laksana Terkini Pada Hipertensi; Jurnal Kedokteran


Meditek, Vol 20, No. 52, Jan-April 2014

Anda mungkin juga menyukai