Anda di halaman 1dari 40

Laporan Kasus

SEORANG PASIEN DENGAN SKIZOAFEKTIF

Oleh:
Ni Made Putri Jayalaksmi
17014101050
Masa KKM : 14 Agustus 2017 10 September 2017

Pembimbing:
dr. Herdy Munayang, MA

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2017

1
LEMBAR PERSETUJUAN PASIEN LAYAK SEBAGAI PASIEN
LAPORAN KASUS

Nama : Tn. R. R
Seorang Pasien dengan Skizoafektif

Telah disetujui untuk menjadi Pasien Laporan kasus pada Agustus 2017

Supervisor Pembimbing,

dr. Frida. M. Agu, SpKJ

2
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Ni Made Putri Jayalaksmi


NRI : 17014101050
Masa KKM : 14 Agustus 2017 10 September 2017

Dengan ini menyatakan bahwa saya benarbenar telah melakukan wawancara psikiatri
terhadap pasien laporan kasus saya.

Manado, Agustus 2017

Ni Made Putri Jayalaksmi

3
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus yang berjudul SEORANG PASIEN DENGAN SKIZOAFEKTIF telah


dibacakan, dikoreksi, dan disetujui pada Agustus 2017.

Oleh :

Ni Made Putri Jayalaksmi


17014101050
Masa KKM : 14 Agustus 2017 10 September 2017

Pembimbing :

dr. Herdy Munayang, MA

i
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................. i
DAFTAR ISI ....................................................................................... ii
LAPORAN KASUS ............................................................................ 1
I. Identitas Pasien .............................................................................. 1
II. Riwayat Psikiatrik .......................................................................... 1
III. Riwayat Kehidupan Pribadi........................................................... 4
IV. Pemeriksaan Status Mental .......................................................... 9
V. Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut .......................................... 12
VI. Ikhtisar Penemuan Bermakna ....................................................... 13
VII. Formulasi Diagnostik .................................................................... 14
VIII. Diagnosis Multiaksial .................................................................. 15
IX. Problem ....................................................................................... 15
X. Rencana Terapi ............................................................................. 15
XI. Prognosis ..................................................................................... 16
XII. Diskusi ........................................................................................ 17
XII. Kesimpulan ................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 26
LAMPIRAN ........................................................................................ 27

ii
LAPORAN KASUS
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. R.R
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Tempat/tanggal lahir : Manado, 1 Desember 1991
Status perkawinan : Belum menikah
Pendidikan terakhir : Strata 1 (S1)
Pekerjaan : Belum Bekerja
Suku/bangsa : Minahasa/Indonesia
Agama : Kristen Protestan
Alamat sekarang : Manibang 2 Malalayang 2 Lingkungan 2
Tanggal MRS :-
Cara MRS : Diantar keluarganya
Tanggal pemeriksaan : 19 Agustus 2017
Tempat pemeriksaan : RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado

II. Riwayat Psikiatri


Riwayat psikiatri didapat pada tanggal 19 Agustus 2017 di rumah pasien melalui:
- Autoanamnesis dengan: Tn. RR, 25 tahun, belum bekerja, agama Kristen
Protestan
- Aloanamnesis dengan : Ny. SI, 50 tahun, ibu rumah tangga, agama Kristen
Protestan dan Na. GK, 22 tahun, teman satu gereja dan tetangga pasien, agama
Kristen Protestan

A. Keluhan Utama
Pasien dibawa oleh ibunya ke RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado,
oleh karena pasien tidak bisa tidur selama 2 hari.

1
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien dibawa oleh ibunya ke RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang Manado
pada tanggal 18 Agustus 2017 untuk menjalani prosedur rawat jalan yaitu
pemeriksaan setiap dua minggu dan pengambilan obat untuk satu bulan.
Pasien pertama kali datang ke RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
Manado pada awal 10 Juli 2017 oleh keluarganya dengan keluhan tidak bisa
tidur selama 2 hari. Keluhan ini juga disertai perubahan sikap, susah makan
dan berhalusinasi.
Pasien mendengar bisikan suara laki-laki yang mengganggu dan
menyuruhnya untuk melakukan hal-hal aneh seperti melarangnya untuk
makan, menyuruhnya berjalan-jalan, bahkan menyuruhnya untuk gantung diri.
Pasien mengaku masih memiliki kesadaran untuk menolak perintah-perintah
yang membahayakan dirinya dengan cara membaca alkitab dan berdoa.
Bisikan-bisikan tersebut tidak pernah menyuruh pasien untuk melakukan
tindakan anarkis seperti merusak barang ataupun melukai orang lain.
Pasien juga melihat hal-hal yang aneh dan mistis seperti melihat
bayangan pocong di Aqua botol dan melihat almarhum ayahnya berdiri. Saat
pasien sendirian bayangan pocong itu akan tiba-tiba muncul namun pasien
tidak berteriak dan hanya diam saat melihat bayangan tersebut. Hingga saat ini
setelah gejala halusinasi pasien menghilang pasien tetap percaya bahwa apa
yang ia lihat saat itu bukanlah halusinasi namun pengalaman spiritual yang
sangat nyata.
Pasien juga mengeluh tidak bisa tidur karena merasa tubuhnya panas dan
tebal, jika tertidur pasien sering terbangun secara kaget pada pukul 2-3 dini
hari dan kemudian tidak bisa tidur lagi sehingga pasien biasanya akan berjalan-
jalan mengelilingi rumah.
Pasien juga merasa bahwa lidahnya mati rasa sehingga pasien tidak dapat
merasakan makanan dan minuman yang ia konsumsi dan membuat pasien
tidak nafsu makan dan berat badannya menurun.

2
Pasien juga mengalami perubahan sikap dimana pasien menjadi sering
melamun, jika ditanya tidak langsung dijawab dan tidak bersemangat hidup.
Pasien juga mulai menarik diri, mulai tidak mengikuti kegiatan pemuda gereja,
menolak untuk diajak berkumpul dengan teman-teman dekatnya dan menjadi
sangat pendiam di rumah.
Keluhan perubahan sikap, halusinasi visual, halusinasi auditorik, dan
waham somatisasi mulai dirasakan pasien sejak awal Juni 2017 dan semakin
memburuk hingga akhirnya memutuskan untuk berobat pada tanggal 10 Juli
2017. Baik pasien maupun keluarga pasien tidak mengetahui sebab pasti atau
pencetus dari timbulnya gejala.
Saat ditanya kejadian besar yang terjadi sebelum pasien sakit pasien
mengatakan bahwa ia terlibat perkelahian dengan kekasihnya.
Ibu pasien mengatakan selama sakit pasien tidak pernah marah-marah,
melakukan tindakan anarkis atau tindakan yang mengganggu orang lain.
Pasien hanya lebih sering diam dan melakukan hal-hal aneh seperti berjalan
mengelilingi rumah saat tengah malam. Pasien juga awalnya tidak mengaku
jika ia mendengar suara-suara dipikirannya namun akhirnya mengaku dan
bersedia untuk menjalani rawat jalan di RSJ. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang
Manado hingga sekarang.
Tetangga sekaligus teman satu gereja pasien mengatakan bahwa pasien
mulai membatasi diri dari aktivitas dan pergaulan pemuda gereja saat pasien
berkekasihan dengan kekasihnya sekarang. Pasien dan kekasihnya menjalani
hubungan jarak jauh sehingga pasien merasa takut akan putus dengan
kekasihnya jika berkelahi dan gosip yang beredar di tetangga pasien
mengalami sakaw pa depe cewek.
Menurut tetangga sekaligus teman satu gereja pasien, seminggu sebelum
gejala timbul pasien masih sempat memimpin ibadah pemuda namun beberapa
hari setelah itu pasien mulai bingung-bingung, mulai melamun, mulai tidak
menjawab pertanyaan dan pasien mulai menyeringai pada orang-orang yang
lewat di depan rumahnya. Tetangga pasien juga mengatakan bahwa pasien

3
adalah pribadi yang baik, ramah, pemalu, lembut dan sangat dekat sekali
dengan ibunya.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya


1. Riwayat gangguan psikiatrik
Pasien tidak pernah mengalami riwayat gangguan psikiatri sebelumnya

2. Riwayat gangguan medis


Pasien tidak pernah mengalami riwayat gangguan medis lain seperti riwayat
trauma kepala, kejang, ataupun penyakit malaria.

3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif


Riwayat merokok (+) jarang
Riwayat penggunaan alcohol (+) situasional, pasien tidak pernah sampai
mabuk

III. Riwayat Kehidupan Pribadi


A. Prenatal dan perinatal
Pasien lahir di RS Gunung wenang secara normal ditolong oleh dokter.
Pasien adalah anak kedua dari dua bersaudara. Berat badan lahir 2900 gram
dengan panjang lahir tidak diketahui. Pasien lahir dengan kondisi sehat, tidak
biru dan juga tidak kuning dan tidak ditemukan kecacatan. Pasien merupakan
anak ke dua dari dua bersaudara.

B. Masa kanak-awal (usia 0-3 tahun)


Pada stadium oral, pasien akan menangis saat merasakan haus dan lapar.
Segera setelah diberikan ASI, pasien akan menjadi tenang kembali. Pasien
mendapatkan ASI hingga usia 1 tahun.
Pada stadium anal, pasien diajarkan oleh ibunya untuk BAB di toilet
(toilet training). Saat pasien ingin BAB pasien sudah bisa berkata ke ibunya,

4
dan ibu pasien langsung membawanya ke toilet. Ketika selesai BAB, ekspresi
wajah pasien terlihat lega dan tersenyum.
Pada stadium urethral, pasien juga sudah diajarkan untuk BAK di toilet
oleh orang tuanya. Kemudian pasien sudah bisa pergi BAK ke toilet sendiri.
Sebelumnya menurut pengakuan ibunya, pasien suka mengompol di celana
dan tempat tidur.
Pada stadium kepercayaan dasar lawan ketidakpercayaan dasar (basic
trust versus basic mistrust), pasien tidak menangis ketika di tinggal oleh orang
tuanya. Pasien merangkak usia 9 bulan dan mulai berjalan pada usia 11 bulan.
Pada stadium otonomi lawan rasa malu dan ragu (autonomy versus
shame and doubt), pasien sudah mulai bisa mengucapkan mama-papa dan
pasien sudah mulai bisa makan sendiri.

C. Masa kanak pertengahan (usia 4-11 tahun)


Pada stadium falik, pasien sudah menyadari bahwa dirinya berjenis
kelamin laki-laki dan sudah mulai memakai pakaian seperti anak laki-laki. Dan
pasien akan masuk ke toilet umum khusus untuk laki-laki. Pasien dekat dengan
kedua orang tuanya.
Pada stadium latensi, pasien sudah mulai bisa bersosialisasi dengan
teman-teman seusianya, di sekolah maupun teman yang dekat dengan sekitar
lingkungannya.
Pada stadium industri lawan inferioritas, pasien memiliki ingatan yang
baik dalam belajar. Pasien bisa membaca dan menulis. Pasien selalu menjadi
ranking 2 atau 3 di sekolah. Menurut ibu pasien, pasien sudah memiliki teman
dekat bukan tipe murid yang aktif ataupun pasif saat disekolah. Pasien juga
sangat dekat dengan ibunya dan selalu menempel kemana-mana.

5
D. Masa kanak akhir dan remaja
Pada stadium genital, pasien bisa mandiri. Pasien berusaha untuk
melakukan tugasnya dan bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan
kepadanya.
Pada stadium identitas lawan difusi peran (identity versus role diffusion),
pasien mudah bergaul dengan teman-temannya.. Untuk masalah pribadi,
pasien adalah orang yang awalnya menutupi hal tersebut pada ibunya ataupun
ayahnya namun pada akhirnya akan bercerita juga. Orientasi seksual pasien
adalah lawan jenis yang sebaya.

E. Riwayat Masa Dewasa


1. Riwayat Pendidikan
Pasien menempuh pendidikan SD di SD GMIM 10, pendidikan SMP di
SMP N 1 Manado, pendidikan SMA di SMA N 2 dan S1 Hukum di
Universitas Sam Ratulangi. Pasien mengatakan awalnya ia tidak terpikir
akan mengambil hukum, tapi atas inisiatif ibunya akhirnya pasien
mengambil jurusan ini. Pada saat kuliah pasien aktif mengikuti organisasi
dan memiliki banyak teman.

2. Riwayat Pekerjaan
Pasien sempat bekerja di kantor Dinas Tenaga Kerja dan berhenti sejak
sakit. Sekarang mengikuti arahan dari ibunya, pasien berencana untuk
mengikuti tes CPNS jika pasien telah pulih. Saat ini pasien lebih banyak
diam di rumah dan membantu keluarganya.

3. Riwayat Psikoseksual
Pasien sempat beberapa kali berpacaran dengan teman sebayanya dan saat
ini tengah berkekasihan selama1,5 tahun. Saat ini pasien sedang menjalani
hubungan jarak jauh dengan kekasihnya sehingga membuat pasien
beberapa kali pergi ke Jakarta mengunjungi kekasihnya.

6
Semenjak berpacaran dengan kekasihnya yang sekarang pasien mulai
jarang bergaul dengan teman-temannya. Menurut keterangan dari teman
satu gereja pasien, pasien sangat bergantung pada kekasihnya. Pasien
selalu menuruti apa yang kekasihnya katakan dan sangat takut jika
kekasihnya marah.

4. Riwayat Perkawinan
Pasien belum pernah menikah.

5. Kehidupan Beragama
Pasien beragama Kristen Protestan. Pasien sering terlibat pada kegiatan
kerohanian bahkan pasien rajin dalam kegiatan ibadah pemuda di
lingkungannya dan merupakan ketua pemuda gereja di lingkungannya.
Menurut teman pasien, pasien merupakan orang yang lembut dan sangat
dekat dengan teman-teman gerejanya. Teman pasien mengatakan pasien
ditunjuk untuk menjadi ketua dan tidak bisa menolaknya meskipun pasien
sebenarnya enggan. Saat pasien menjadi ketua pemuda gereja di
lingkungannya pasien lebih banyak mengikuti keputusan dari sekertaris
atau bendaharanya.

6. Riwayat Kehidupan Sosial


Hubungan pasien dan keluarga baik. Ibu pasien berpandapat bahwa pasien
adalah anak yang baik dan penurut. Pasien sangat dekat dengan ibunya dan
pasien selalu mengikuti apa yang dikatakan oleh ibunya. Pasien juga
termasuk anak yang manja namun bukan tipe anak yang suka melawan
sehingga mudah diarahkan oleh orang tuanya.
Pasien dekat dengan semua anggota keluarganya. Pasien mudah bergaul
dengan teman-temannya. Bahkan saat pasien mulai menderita penyakit ini
teman-teman pasien masih sering datang menjenguk dan mendoakan
pasien di rumah.

7
Pada saat kuliah pasien juga aktif dalam organisasi kampus dan pernah
menjadi ketua panitia acara di kampusnya. Namun semenjak memiliki
kekasih pasien mulai mengurangi waktu bergaulnya dan sudah mulai
jarang berkumpul dengan teman-temannya lagi.
Hingga saat ini pasien juga masih membatasi pergaulannya dengan teman,
tetangga atau pemuda-pemuda gerejanya. Pasien juga mengaku belum siap
untuk kembali bekerja dan bersosialisasi seperti dahulu karena ingin
menenangkan diri di rumah. Ibu pasien juga mendukung keputusan pasien
dan melarang pasien untuk beraktivitas berat sebelum pasien benar-benar
sembuh dan berhenti minum obat.

7. Riwayat Pelanggaran Hukum


Pasien belum pernah melakukan perbuatan yang melanggar hukum.

8. Situasi Kehidupan Sekarang


Pasien tinggal bersama dengan ibu dan keluarga kakak laki-lakinya dalam
satu rumah. Pasien tinggal di rumah panggung dengan kostan, lantai
keramik, beratap seng, memiliki 2 ruang keluarga, 3 kamar tidur, 1 kamar
mandi, 2 ruang tamu, dan dapur. Pasien tidur sendiri di kamar tidur dengan
adanya tempat tidur.

9. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak kedua dari dua bersaudara, pasien termasuk golongan
keluarga dengan finansial yang cukup. Hubungan dengan orangtua baik.
Tidak ditemukan adanya riwayat gangguan jiwa pada keluarga pasien

8
SILSILAH KELUARGA / GENOGRAM

Keterangan :
Laki-laki Perempuan Telah meninggal
Pasien Orang tua pasien

10. Persepsi pasien terhadap diri


Pasien sadar kalau dia sakit dan pasien memiliki kemauan yang kuat untuk
sembuh karena pasien tidak ingin menjadi beban keluarganya terlalu lama.

11. Persepsi keluarga terhadap pasien


Keluarga pasien mendukung penuh pasien untuk bisa sembuh. Keluarga
akan membantu mengontrol pasien dalam mengkonsumsi obat.

12. Persepsi pasien terhadap keluarga


Pasien sadar selama ini keluarganya mendukungnya untuk sembuh dari
sakit. Pasien juga merasa tidak mampu menjalani cobaan ini jika
keluarganya tidak ada.

9
IV. Pemeriksaan Status Mental
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien adalah seorang laki-laki berusia 25 tahun, tampak sesuai usianya,
berkulit kuning langsat, rambut hitam, penampilan bersih dan rapi. Pasien
tampak tenang saat diwawancara.

2. Kesadaran
Compos mentis.

3. Perilaku dan aktivitas psikomotor


Selama wawancara, duduk dengan tenang. Pasien dapat merespon saat
diucapkan salam. Pasien tidak menghindari kontak mata dan perhatian
pasien tidak mudah terpengaruh oleh sekitar.

4. Sikap terhadap pemeriksa


Pasien kooperatif dan terbuka pada saat menjawab setiap pertanyaan.

B. Mood dan Afek


1. Mood : hipotimia
2. Afek : Menyempit

C. Pembicaraan
Selama wawancara pasien menyimak pertanyaan dan menjawab sesuai
pertanyaan. Artikulasi jelas, volume kecil dan intonasi jelas, isi pembicaraan
cukup.

D. Gangguan Persepsi
Halusinasi visual (-) dan halusinasi auditorik (+) kadang
Riwayat halusinasi visual (+)

10
E. Pikiran
1. Arus pikiran : koheren
2. Isi pikiran : waham (-), riwayat waham somatisasi (+)

F. Kesadaran dan Kognitif


1. Taraf kesadaran dan kesiagaan
Keadaan pasien compos mentis. Pasien dapat mengarahkan, mengalihkan
dan memusatkan perhatiannya.

2. Orientasi
Orientasi waktu : Baik. Pasien tahu waktu saat pemeriksaan dan
dapat membedakan siang dan malam.
Orientasi tempat : Baik. Pasien mengetahui dimana dia saat ini.
Orientasi orang : Baik. Pasien dapat mengenali keluarganya.

3. Daya ingat
Jangka panjang : Baik, pasien dapat mengingat nama anggota
keluarganya
Jangka sedang : Baik, Pasien ingat kapan terakhir kali berobat
Jangka pendek : Baik, Pasien ingat pada pagi hari pasien makan
apa
Segera : Baik, pasien dapat mengingat dan mengulang
kata-kata yang diucapkan pemeriksa.

4. Konsentrasi dan perhatian


Baik. Pasien dapat mengikuti wawancara dengan baik dan tidak mudah
teralihkan dengan hal lain.

5. Kemampuan membaca dan menulis


Tidak di evaluasi.

11
6. Kemampuan visuospatial
Pasien mampu menggambar jam dinding dan mampu berjalan dengan baik
tanpa menabrak benda-benda disekelilingnya.

7. Intelegensi dan daya informasi


Baik, semua pertanyaan dijawab dengan cukup baik.

G. Pengendalian Impuls
Baik. Pasien dapat mengikuti wawancara dalam jangka waktu yang cukup
lama dengan baik dan tenang.

H. Daya Nilai dan Tilikan


1. Daya Nilai Sosial
Pasien masih menjunjung nilai sosial yang ada di masyarakat. Pasien tahu bahwa
memotong antrian karena terburu-buru adalah tindakan yang salah.

2. Uji Daya Nilai


Uji daya nilai pasien baik. Saat ditanya apa yang akan pasien lakukan jika
kamarnya terbakar, pasien menjawab belari keluar dan meminta bantuan.

3. Penilaian Realitas
Pasien sadar dia berada di rumah dan tengah diwawancarai

4. Tilikan
Derajat 4, pasien sadar dirinya sakit dan membutuhkan bantuan dan pasien
tidak mengetahui pasti penyebab atau faktor dari penyakitnya.

12
I. Taraf dapat dipercaya
Beberapa hal yang disampaikan pasien dapat dipercaya, tetapi masih perlu
dikonfirmasi lagi dengan keluarga pasien.

V. Pemeriksaan Interna dan Neurologis


A. Status Interna
Keadaan umun : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital : TD : 110/80mmHg N:80x/menit
R: 20x/menit S: 36,5C
Kepala : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-.
Toraks : Jantung : SI-SII regular normal, bising (-)
Paru : suara pernapasan vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-
Abdomen : datar, lemas, nyeri epigastrium (-), hepar dan lien tidak
teraba, bising usus normal,
Ekstremitas : hangat, edema tidak ada, sianosis tidak ada.

B. Status Neurologi
1. GCS : E4M6V5
2. Mata : Gerakan normal, searah, pupil bulat, isokor, reflex cahaya (+/+).
3. Pemeriksaan nervus kranialis
a. N. olfaktorius (N.I)
Tidak dilakukan evaluasi.
b. N. optikus (N.II)
Tidak dilakukan evaluasi.
c. N. okulomotorius (N.III), n. trochlearis (N.IV), n. abducens (N.VI)
Selama wawancara dapat dilihat bahwa pasien memiliki gerakkan bola
mata yang wajar.
d. N. trigeminus (N.V)

13
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.
e. N. facialis (N.VII)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.
f. N. vestibulocochlearis (N.VIII)
Selama wawancara pasien mampu menjawab pertanyaan.Hal ini
memberi kesan bahwa pendengaran pasien normal.Saat berjalan pasien
terlihat stabil dan tidak terjatuh.
g. N. glosssopharyngeus (N.IX),
Tidak ditemukan adanya kelainan pada lidah pasien
h. N. vagus (N.X)
Tidak dilakukan evaluasi
i. N. aksesorius (N.XI)
Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat
menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan, hal ini menandakan bahwa
fungsi Nervus Aksesorius pasien dalam keadaan normal.
j. N. hypoglossus (N.XII)
Tidak dilakukan evaluasi.
Ekstrapiramidal sindrom: Tidak ditemukan ada gejala ekstrapiramidal.

VI. Ikhtisar Penemuan Bermakna


Berdasarkan anamnesis didapatkan pasien laki-laki, berusia 26 tahun

suku Minahasa, agama Kristen. Pasien dibawa oleh ibunya ke RS. Prof. Dr. V.

L. Ratumbuysang Manado pada tanggal 18 Agustus 2017 untuk menjalani

prosedur rawat jalan yaitu pemeriksaan setiap dua minggu dan pengambilan obat

untuk satu bulan. Pasien pertama kali dibawa ke rumah sakit pada awal Juli 2017

dengan dengan keluhan utama pasien tidak bisa tidur selama dua hari. Keluhan

ini diikuti dengan lidah yang mati rasa sehingga pasien susah makan, melihat

14
hal-hal mistis serta mendengar suara-suara bisikan yang meminta pasien

melakukan hal-hal aneh. Pasien juga mengalami perubahan sikap dimana dirinya

tidak bersemangat dan mudah murung selama dua minggu.

Pada pemeriksaan status mental 19 Agustus 2017 di rumah pasien

didapatkan penampilan pasien cukup rapi dan pasien menjawab sesuai

pertanyaan, dengan volume sedang, intonasi jelas dan artikulasi jelas. Kontak

mata pasien dengan pemeriksa baik, pasien tenang dan tidak mudah teralihkan.

Pasien masih mendengar bisikan-bisikan namun sudah berkurang dan tidak

ditemukan adanya halusinasi visual serta waham. Pasien merasa belum siap

untuk kembali bekerja dan bersosialisasi seperti dahulu. Dari pertimbangan

tilikan terhadap penyakit, termasuk tilikan derajat tilikan 4.

VII. Formulasi Diagnostik


Kriteria gangguan jiwa yaitu terdapat suatu kelompok gejala atau

perilaku yang secara klinis ditemukan bermakna dan yang disertai dengan

penderitaan (distress), dan yang berkaitan dengan terganggunya fungsi sosial

atau pekerjaan seseorang (disfungsi/hendaya). Berdasarkan anamnesis,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan status mental, didapatkan pasien

menunjukkan keadaan yang cukup baik, sedangkan keluhan mengenai

penyakitnya masih tetap ada. Keluhan ini menimbulkan hendaya yang cukup

bermakna. Maka gejala ini dapat dimasukkan dalam kategori gangguan jiwa.

Berdasarkan autoanamnesis dan aloanamnesis serta pemeriksaan status

mental yang dilakukan dan menurut pedoman ICD 10.

15
Pada aksis I, Pada pasien ini berdasarkan anamnesis, ditemukan gejala klinik

yaitu halusinasi auditorik, riwayat halusinasi visual dan waham somatic, suasana

perasaan yang menurun. Diagnosis pasien ini yaitu gangguan skizoafektif tipe

depresif.

Pada aksis II, ciri kepribadian dependent

Pada aksis III, tidak didapatkan kondisi medis yang menyertai.

Pada aksis IV, bedasarkan anamnesis didapatkan masalah yang berhubungan

dengan pasangan

Pada aksis V, Global Assasment of Functioning (GAF) scale, Current70-61,

beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara

umum masih baik. GAF scale High Level Past Year (HLPY) 100-91 , gejala

tidak ada, berfungsi maksimal, tidak ada masalah yang tidak tertanggulangi.

VIII. Evaluasi Multiaksial


Aksis I : Skizoafektif tipe depresif
Aksis II : Ciri kepribadian dependen dan pasien memiliki IQ normal
Aksis III : Tidak ditemukan adanya gangguan medis
Aksis IV : Masalah berhubungan dengan pasangan
Aksis V : Global Assasment of Functioning (GAF), scale Current 70-61,
HLPY 100-91

IX. Daftar Masalah


A. Psikologi : pasien mengalami halusinasi auditorik, halusinasi visual dan
waham somatisasi yang saat ini tengah dikontrol dengan penggunaan obat
yang teratur.

16
B. Lingkungan dan sosial ekonomi : pasien memiliki masalah dengan pasangan,
pasien juga merasa belum siap untuk kembali berakitivitas, bekerja dan
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar dan ekonomi pasien cukup.

X. Rencana Terapi
A. Psikofarmaka
- Risperidone tablet 2 mg diminum dua kali sehari
- Trihexyphenidyl 2 mg diminum dua kali sehari

B. Psikoterapi dan Intervensi Psikososial


1. Terapi piskososial
Terapi psikososial mencakup berbagai metode untuk meningkatkan
kemampuan sosial, kecukupan diri, ketrampilan praktis dan komunikasi
interpersonal pada pasien dengan gangguan jiwa. Secara praktis hampir
semua pasien membutuhkan terapi psikososial untuk sembuh dari
penyakitnya.
Beberapa metode terapi psikososial yang dapat mebantu pasien yaitu:
- Pelatihan Ketrampilan Sosial
- Terapi Berorientasi Keluarga
- CBT
- Psikoedukasi
- Terapi Kelompok
- Intervensi Krisis (crisis support)
- Konseling
- Terapi Psikomotor
- Terapi Rekreasi
- Terapi Seni (Art therapy)

17
2. Psikoterapi individual
Membentuk ikatan terapeutik antara pasien dengan dokter, agar pasien
tetapi mengikuti psikoterapi, patuh pada medikasinya, mempunyai akhir
hasil yang baik pada pemeriksaan follow up pasien. Terapi ini berupa
terapi suportif, client-centerd therapy atau terapi prilaku. Terapi suportif
sebaiknya relatif konkrit, berfokus pada aktivitas sehari-hari. Dapat juga
dibahas tentang relasi pasien dengan orang-orang terdekatnya.
Ketrampilan sosial dan okupasional juga banyak membantu agar pasien
dapat beradaptasi kembali dalam kehidupan sehari-hari.

3. Edukasi Keluarga
Petingnya dilakukan agar keluarga siap menghadapi deteriorasi yang
mungkin terjadi. Diskusi dapat tentang problem sehari-hari, hubungan
dalam keluarga, dan hal-hal khusus lainnya, misalnya tentang rencan
pendidikan atau pekerjaan pasien.

4. Terapi Farmakologi
Risperidone tablet 2 mg dua kali sehari
Trihexyphenidyl 2 mg dua kali sehari

XI. Prognosis
A. Quo ad Vitam : bonam
B. Quo ad Functionam : bonam
C. Quo ad Sanationam : bonam

XII. Diskusi
Skizoafektif merupakan gangguan yang memiliki ciri skizofrenia dan
gangguan afektif atau mood. Gangguan skizoafektif adalah penyakit dengan
gejala psikotik persisten, seperti halusinasi atau delusi terjadi bersama-sama

18
dengan masalah suasana atau mood disorder seperti depresi, manik, atau episode
campuran.1
Statistic umum gangguan skizoafektif yaitu kira-kira 0,2% di Amerika
Serikat dari populasi umum sampai sebanyak 9% orang dirawat di rumah sakit
karena gangguan ini. Skizoafektif dikatakan lebih sering terjadi daripada
gangguan bipolar. Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila
gejala-gejala definitive adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama
menonjol pada saat yang bersamaan atau simultaneously.2
Pada pasien ini ditegakkan diagnosis Aksis I skizoafektif tipe depresif
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan status mental. Berikut
ini adalah uraiannya: Pasien tidak memiliki riwayat kondisi medik yang dapat
secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi fungsi otak. Oleh karena
itu, gangguan mental organik (F00-09) dapat disingkirkan.3 Dari hasil anamnesis
dan pemeriksaan status mental, ditemukan beberapa gejala psikopatologi yaitu
adanya riwayat halusinasi auditorik yang bersifat commanding (menyuruh
pasien melakukakan hal-hal aneh). Riwayat halusinasi visual dimana pasien
melihat hal-hal mistis seperti pocong dan almarhum ayahnya. Riwayat gejala
depresi yakni sulit tidur, tidak bersemangat, murung, sering melamun dan
menjadi pendiam selama dua minggu. Gejala-gejala tersebut pertama kali
muncul 2 bulan lalu.
Diagnosis skizoafektif menurut ICD 10 adalah gangguan episodik di mana
gejala afektif dan skizofrenia menonjol namun tidak memenuhi kriteria
diagnosis skizofrenia atau episode depresi atau maniak. Kondisi lain di mana
gejala afektif ditumpangkan pada penyakit skizofrenia yang sudah ada
sebelumnya, atau hidup berdampingan atau bergantian dengan gangguan
delusional persisten jenis lainnya. Gejala psikotik mood pada gangguan afektif
tidak membenarkan diagnosis gangguan schizoafektif.4
Gangguan skizoafektif tipe depresif menurut ICD 10 adalah sebuah
gangguan di mana kedua gejala skizofrenia dan depresi menonjol sehingga
episode penyakit tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia atau

19
episode depresi. Kategori ini harus digunakan untuk episode tunggal dan
gangguan berulang di mana sebagian besar episode bersifat schizoaffective, tipe
depresif.4
Diagnosis skizoafektif menurut PPDGJ III adalah:3
- Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitif
adanya skizofrenia dan gangguan skizofrenia dan gangguan afektif sama-
sama menonjol pada saat yang bersamaan (simultaneously), atau dalam
beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang
sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak
memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif.
- Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia
dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyaki yang berbeda.
- Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah
mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi
Pasca-skizofrenia). Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif
berulang, baik berjenis manik (F25.0) maupun depresif (F25.1) atau
campuran dari keduanya (F25.2). Pasien lain mengalami satu atau dua episode
manik atau depresif (F30-F33)
Skizofrenia paranoid dan gangguan afektif depresi berulang dengan gejala
psikotik merupakan diagnosis banding pada kasus ini. Skizofrenia paranoid
dapat disingkirkan dengan adanya gejala afek yang menonjol pada pasien.
Sedangkan, gangguan afektif depresi berulang dengan gejala psikotik dapat
disingkirkan karena gejala depresi dan psikotik pada pasien ini sama-sama
menonjol dan berkurang secara bersamaan setelah pengobatan. Sedangkan pada
gangguan afektif depresi berulang dengan gejala psikotik, gejala afek depresif
lebih menonjol dibandingkan gejala psikotiknya. Selain itu, ditemukan riwayat
konsusmsi alkohol. Dengan demikian, gangguan mental akibat penggunaan
alkohol perlu dipikirkan.3
Bedasarkan pengamatan dan anamnesis riwayat kehidupan pasien, pasien
memiliki ciri kepribadian dependent. Hal ini terlihat dari sikap pasien yang

20
bergantung kepada ibu dan kekasihnya. Saat memilih sekolah maupun pekerjaan
pasien menyerahkan keputusannya kepada ibunya. Pasien adalah anak terakahir
dari dua bersaudara sehingga pasien cenderung bersikap manja dan sangat dekat
dengan ibunya. Selain itu pasien juga sangat takut kehilangan kekasihnya
sehingga selalu menuruti kemauan kekasihnya. Saat menjadi ketua pasien juga
tidak cenderung memimpin dalam mengambil keputusan namun lebih memilih
untuk mengikuti keputusan yang diambil sekertaris maupun bendaharanya.
Terapi yang diberikan adalah antipsikosis atipikal golongan benzixosazole
yaitu risperidon. Obat ini mempunyai afinitas tinggi terhadap reseptor serotonin
(5HT2) dan aktivitas menengah terhadap reseptor dopamin (D2), 1 dan
2 adrenergik, serta histamin. Sindrom psikosis berkaitan dengan aktivitas
neurotransmitter Dopamine yang mengikat (hiperreaktivitas sistem
dopaminergik sentral), obat ini dapat memblokade Dopamine pada reseptor
pasca- sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem limbik dan sistem
ekstrapiramidal (dopamine D2 receptor antagonist).5 Dengan demikian obat ini
efektif baik untuk gejala positif (halusinasi, gangguan proses pikir) maupun
gejala negatif (upaya pasien yang menarik diri dari lingkungan). Risperidon
dimetabolisme di hati dan diekskresi di urin. Dengan demikian perlu diadakan
pengawan terhadap fungsi hati.6
Secara umum risperidon ditoleransi dengan baik. Efek samping sedasi,
otonomik, dan ekstrapiramidal sangat minimal dibandingkan obat antipsikosis
tipikal.5 Dosis anjurannya adalah 2-6 mg/hari. Pada pasien ini diberikan dosis
1x2 mg/hari. Untuk mengurangi gejala efek samping ekstrapiramidal dapat
ditambahkan Trihexyphenidyl 2 mg yang bekerja dengan mengurangi akivitas
kolinergik yang berlebihan di ganglia basal.7
Apabila gejala depresif kembali timbul dapat dipertimbangkan pemeberian
obat anti depresi golongan trisiklik (TCA), yaitu Amitriptilin 25 mg (1x3
tablet/hari). Amitriptilin bekerja dengan cara menghambat ambilan kembali
(reuptake) neuron transmitter seperti norepinefrin dan serotonin di ujung saraf
pada sistem saraf pusat.8 Antidepresan trisiklik efektif mengobati depresi.

21
Indikasi TCA yaitu untuk depresi berat termasuk depresi psikotik kombinasi
dengan pemberian antipsikotik, depresi melankolik dan beberapa jenis ansietas.
TCA meningkatkan pikiran, memperbaiki kewaspadaan mental, meningkatkan
aktivitas fisik dan mengurangi angka kesakitan depresi utama sampai 5O-70 %
pasien. Peningkatan perbaikan alam pikiran lambat, memerlukan 2 minggu atau
lebih.7 Obat-obat ini tidak menyebabkan stimulasi SSP atau peningkatan pikiran
pada orang normal. Obat dapat digunakan untuk memperpanjang pengobatan
depresi tanpa kehilangan efektivitas.8
Pasien merasa dirinya belum siap untuk kembali bekerja dan bersosialisasi
dengan tetangga dan teman-temannya seperti dulu meskipun gejala yang diderita
pasien telah terkontrol dengan obat, sehingga selama ini pasien hanya
menghabiskan waktunya berdiam diri di rumah. Selama ini pasien hanya
menjalani penanganan farmakoterapi dan follow up gejala setiap dua minggu
saja, sementara dibutuhkan psikoterapi lainnya untuk mengatasi masalah sosial
pasien.
Terapi psikososial mencakup berbagai metode untuk meningkatkan
kemampuan sosial, kecukupan diri, ketrampilan praktis dan komunikasi
interpersonal pada pasien dengan gangguan jiwa. Secara praktis hampir semua
pasien membutuhkan terapi psikososial untuk sembuh dari penyakitnya.9,10
Tujuan dan manfaat terapi psikososial memiliki makna yang luas, biasanya
hal ini tergantung dari diagnosis penyakit atau gangguan jiwa yang diderita
pasien. Namun secara garis besar terapi psikososial bertujuan untuk membantu
individu agar mampu menyadari keberadaan diri dan makna hidupnya,
mengetahui peran dan fungsinya di tengah lingkungan sosial, serta menyadari
potensi potensi diri yang dimilikinya untuk dikembangkan. 9,10
Selain bermanfaat bagi pasien, terapi psikososial juga memiliki manfaat
bagi pendamping, adapun manfaatnya yaitu pendamping mampu menjadikan
terapi psikososial ini sebagai alat untuk memahami pasien sebagai makhluk
individu yang memiliki eksistensi dan memiliki fungsi dan peran dalam
masyarakat.9,10

22
Berikut ini adalah beberapa metode terapi psikososial yang dapat membantu
pasien10:

- Pelatihan Ketrampilan Sosial


Pelatihan ketrampilan sosial kadang juga disebut sebagai terapi ketrampilan
perilaku. Terapi ini dapat secara langsung mendukung dan berguna untuk
pasien, bersama terapi farmakologis. Contoh pelatihan ketrampilan perilaku,
pasien diarahkan pada perilaku yang benar melalui video tape yang berisi
orang lain dan pasien, bermain drama dalam terapi, dan tugas pekerjaan
rumah untuk ketrampilan khusus yang dipraktikan. Pelatihan ketrampilan
sosial telah terbukti mengurangi angka terjadinya relaps, dalam hal ini diukur
melalui kebutuhan rawat inap)
- Terapi Berorientasi Keluarga
Terapi keluarga sebaiknya dilakukan intensif ( setiap hari ) dan fokus
terhadap situasi saat ini yang mencakup identifikasi dan penghindaran situasi
yang berpotensi menyusahkan keluarga dan khususnya pasien. Tujuan terapi
adalah menyelesaikan masalah yang timbul antara pasien dan keluarga.
Anggota keluarga kerap kali mendorong pasien untuk kembali ke aktivitas
regulernya secara cepat, sehingga tugas kita sebagai terapis adalah
memberikan pengertian dan penjelasan mengenai gangguan jiwa yang
diderita pasien kepada keluarga.
- CBT
CBT adalah bentuk psikoterapi yang menekankan pentingnya peran pikiran
dalam bagaimana kita merasa dan apa yang akan kita lakukan. CBT adalah
psikoterapi berdasarkan kognisi, asumsi, kepercayaan, dan perilaku, dengan
tujuan mempengaruhi emosi yang terganggu. CBT bertujuan membantu
pasien untuk dapat merubah sistem keyakinan yang negatif, irasional dan
mengalami penyimpangan (distorsi) menjadi positif dan rasional sehingga
secara bertahap mempunyai reaksi somatik dan perilaku yang lebih sehat dan
normal.
- Psikoedukasi

23
Terapi ini memberikan edukasi kepada pasien dan perhatian mereka terhadap
penyakitnya. Hal ini meningkatkan pengetahuan mereka tentang gejala dan
terapi, pelayanan yang tersedia dan rencana pemulihan. Sehingga mereka
dapat memonitor tanda peringatan relaps secara dini dan membuat rencana
bagaimana merespon tanda ini serta belajar untuk mencegah relaps. Informasi
dan edukasi dapat diberikan melalui video, pamflet, websites, atau diskusi
dengan dokter.
- Terapi Kelompok
Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa
persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien. Terapi kelompok ini
mencakup dari yang usaha yang menekankan pada dukungan dan peningkatan
terhadap kemampuan sosial, penyembuhan spesifik yang bersifat simtomatis,
hingga pada konflik intrapsikis yang belum terpecahkan. Jika dibandingkan
dengan terapi individual, dua kekuatan utama dari terapi kelompok ini adalah
kesempatan untuk mendapatkan umpan balik dengan segera dari teman
sebaya pasien dan kesempatan bagi masing-masing pasien dan ahli terapi
untuk mengobservasi respon psikologis, emosional, dan perilaku pasien
terhadap orang-orang yang memperoleh transferensi yang bervariasi.
- Intervensi Krisis (crisis support)
Suatu krisis adalah respon terhadap peristiwa yang berbahaya dan dialami
sebagai keadaan yang menyakitkan. Sebagai akibatnya, krisis cendrung
memobilisasi reaksi yang kuat untuk membantu orang menghilangkan
gangguan dan kembali ke keadaan keseimbangan emosional yang ada
sebelum onset krisis. Jika pasien menggunakan reaksi maladaptive untuk
mengatasi krisis, keadaan menyakitkan akan menjadi kuat, krisis akan
mendalam dan perburukan regresif akan terjadi yang menghasilkan gejala
psikiatrik. Gejala tersebut, selanjutnya akan berkristalisasi ke dalam pola
perilaku neurotik yang membatasi kemampuan pasien untuk berfungsi secara
bebas. Tetapi, kadang-kadang situasi tidak dapat distabilkan; reaksi
maladaptif baru diperkenalkan; dan akibatnya dapat dalam roporsi yang

24
membahayakan yang menyebabkan kematian oleh bunuh diri. Dalam hal
tersebut, krisis psikologis adalah menyakitkan dan mungkin dipandang
sebagai titik percabangan untuk menjadi lebih baik atau lebih buruk.
Intervensi krisis ditawarkan kepada orang yang tidak mampu atau terganggu
secara parah oleh suatu krisis. mengajari pasien bagaimana menghindari
situasi yang membahayakan yang kemungkinn menimbulkan krisis di masa
depan; dan mengakhiri intervensi dengan segera setelah bukti-bukti
menyatakan bahwa krisis telah terpecahkan dan pasien jelas mengerti semua
langkah yang menyebabkan perkembangan dan pemecahan krisis.10
- Konseling
Berbicara dengan seseorang adalah salah satu penatalaksanaan gangguan jiwa
yang terpenting. Dokter tempat pasien berkonsultasi akan memberi dukungan
selama dan setelah gangguan jiwa muncul
- Terapi Psikomotor
Terapi psikomotorik ialah suatu bentuk terapi yang mempergunakan gerakan
tubuh sebagai salah satu cara untuk melakukan analisa berbagai bentuk gejala
gangguan jiwa dan sekaligus sebagai terapi.
- Terapi Rekreasi
Terapi reakreasi ialah suatu bentuk terapi yang mempergunakan media
reakresi (bermain, berolahraga, berdarmawisata, menonton TV, dan
sebagainnya) dengan tujuan mengurangi keterganguan emosional dan
memperbaiki prilaku melalui diskusi tentang kegiatan reakresi yang telah
dilakukan, sehingg perilaku yang baik diulang dan yang buruk dihilangkan.
- Terapi Seni (Art therapy)
Terapi seni ialah suatu bentuk terapi yang menggunakan media seni ( tari,
lukisan, musik,pahat, dan lain-lain) untuk mengekspresikan ketegangan-
ketegangan pskis, keinginan yang terhalang dalam berbagai bentuk hasil seni
dan menyalurkan dorongan-dorongan yang terpendam dalam jiwa seseorang.

25
XIII. Kesimpulan
1. Diagnosis pasien adalah Gangguan Skizoafektif tipe depresif
2. Dibutuhkan pengobatan menyeluruh untuk pasien, selain pengobatan
psikofarmaka dibutuhkan juga pengobatan psikoterapi dan psikososial, serta
dukungan keluarga.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. World suicide prevention day 2012. World Health
Organization [internet]. 2012. [disitasi pada 19 Agustus 2017]. Tersedia
dari:http://www.who.int/mediacentre/ev ents/annual/world_suicide_prevention_d
ay/en/
2. Kaplan HI, Saddock BJ, Sinopsis Psikiatri: ed saddock BJ. Vol. 1. Edisi ke-6. USA:
William and Wilkins; 2010.
3. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya; 2001.
4. ICD-10 2016 version. Available at:
http://apps.who.int/classifications/icd10/browse/2016/en#!/L12
5. Hawari D. Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2006.
6. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropika. Edisi ke-2. Jakarta; 2001.
7. Mellisa CS. Schizoaffective disorder [internet]. 2013. [disitasi tanggal 19 Agustus
2017]. Tersedia dari http://www.medicinet.com
8. Guillin O. Neurobiology of Dopamine in Schizophrenia. New York: Department of
psychiatry, columbia of Physicians and surgeons, new york State Psychiatric
Institute. Columbia University. 2007; 78;1-39.
9. Jibson MD. Schizophrenia: Clinical presentation, epidemiology, and
pathophysiologi. New York: Marcel Dekker; 2013.
10. Kaplan, Harorld I, Benjamin J, Sadock, Jack AG. Gangguan Delusional.
Jakarta: Binapura Aksara; 2010.

27
LAMPIRAN
1. Wawancara
Anamnesis dengan pasien Tn. RR, 26 tahun
A : Selamat pagi saya dokter muda Puteri, boleh wawancara sedikit tentang ka pe
kondisi?
B :Oh boleh-boleh so baku janji to kemarin, mau Tanya-tanya kit ape penyakit
A :Hehehe iya kak, kak ingat kapan pertama kali masuk rumah sakit?
B :Pertama kali masuk rumah sakit sekitar awal juli lah. Pertengahan begitu dang
tanggal 10 Juli kalau nda salah dik
A :Kak datang dengan keluhan apa?
B :Datang deng mama pas itu karena kak so nda tatidur 2 hari. Jadi mama bawa
kita ke ratumbuysang.
A :Kok bisa nda tidur selama dua hari kak?
B :Hmm bagaimana eh mau bilang. Pas itu setiap mau tidur kak pe badan rasa
panas dang rasa batebal begitu, kayak ada yang mau keluar dari kulit. Karena itu
kak nda bisa tidur
A :Kung apa yang kak bikin kalau lagi nda bisa tidur?
B :Kak bajalan keliling rumah, baca alkitab.
A :Selain itu ada keluhan lain kak?
B :Ada, kita ja badengar-dengar kong balihat-lihat hal-hal aneh. itu noh lagi yang
susah tidur
A :Kak ada dengar apa memangnya?
B :Dengar bisikan-bisikan begitu. Kayak suara yang basuruh kita lakukan hal-hal
aneh dang. Dia ja suruh kita supaya nda usah makan, nda usah tidur, kong dia
juga bilang-bilang hal negative tentang kita, bilang kata kita nda berguna, sudah
jo hidup
A :Oh.. memang depe suara bagaimana kak? Suara perempuan?
B :Bukan, depe suara laki-laki rupa bapak-bapak begitu dang. Kung itu noh yang
bikin takut. Biasa kalau dengar begitu kita langsung baca alkitab minta ampun.

28
A :Dia pernah suruh kak lakukan hal-hal anarkis nda? Kayak rusak barang-barang
atau bapukul orang?
B :Nda pernah sih. Dia cuma kasih perintah for kita. Kayak suruh kita nda makan,
mar nda pernah sih sampai suruh bapukul orang. Tapi pernah satu kali dia suruh
kita gantung diri pakai tali, mar masig bisa kita lawan jadi nda ta ikut noh.
A :Sekarang masih dengar kak?
B :Masih dengar mar so nda separah yang lalu. Bahkan so mulai hilang dan so nda
sesering kemarin.
A :Kalau balihat hal-hal aneh kak?
B :Hmm.. kita kalau balihat hal-hal aneh rupa hal-hal mistis begitu. Pas itu yang
kita lihat rupa hantu. Pocong. Jadi dia muncul tiba-tiba di botol aqua. Kita juga
pernah lihat kita pe papa yang so meninggal, bediri begitu kong haga haga lurus
pa kita
A :Kak nda teriak minta tolong kalau lihat begitu?
B :Kita cuma badiam sih. Kong pas ke dokter, dokter bilang itu halusinasi toh mar
kalau menurut kita itu real sekali dang. Jadi bingung kalau mau bilang itu
halusinasi, tapi ikut jo noh apa dokter da bilang
A :Jadi kak bikin apa kalau so lihat-lihat begitu?
B :Kita cuma baca alkitab, tiap malam kita berdoa mohon ampun. Kalau memang
kita salah kita minta maaf.
A :Keluhan lain lagi ada kak?
B :Hmm mama bilang kata kita ja sedih dan murung dang. Mar betul sih kita kayak
nda ada semangat begitu
A :Berapa lama itu kak?
B :Dari awal sampai sekarang sih, mar so nda terlalu
A :Memang kak ada masalah apa so sampai murung begitu?
B :Nda ada sih. Mar sebelum kita sakit kita sempat berantem deng tape cewek.
Tapi ya nda sehebat sampai biking stress sih, so baik-baik no sekarang.
A :Oh.. memangnya so berapa lama kak kekasihan?
B :So ada sto 1,5 tahun

29
A : Mar kak pernah nda sih rasa bersemangat sekali dang, sampai semua kak mo
biking sampai kak nda bisa kalau diam?
B : Nda pernah
A :Hmm.. kalau nafsu makan bagaimana kak?
B :Kita ada turun badan. Lantaran kita nda nafsu mau makan. Pas itu apa yang kita
makan nda dapa rasa. Tape lidah kayak batebal kung memang tu makanan da
kunyah depe rasa hambar. Mar sekarang so nda sih, semenjak berobat so hilang
jadi makan so mulai bagus.
A :Kak aktif kegiatan gereja?
B :Aktif mar sekarang so nda
A :Kak dulu sekolah dimana?
B :Kita dulu SD di SD GMIM 10, SMP di SMP N 1 Manado, pendidikan SMA di
SMA N 2 dan S1 Hukum di Unsrat.
A :Kak dulu kuliah bagaimana?
B :Baik baik sih. Kita dulu sebenarnya nda tapikir mau masuk hukum dang mar
mama ada suruh, jadi ya sudah no
A :Kak aktif organisasi dulu?
B :Lumayan
A :Kalau kegiatan pemuda di gereja kak?
B :Ada ikut mar sekarang so nda
A :Kalau pekerjaan?
B :Dulu ada kerja di dinas mar sekarang so brenti karena sakik
A :Kung ada rencana mau kerja ulang kak?
B :Ada sih. Mama ada suruh kita ikut tes cpns nanti kalau so sembuh. Mar lihat
nati mau bagaimana.

Aloanamnesis dengan ibu pasien Ny. SI, 50 tahun


A :Siang tante, saya putri. Tante boleh Tanya-tanya sedikit tentang kak RR pe
kondisi?
B :Oh boleh boleh, silahkan

30
A :Jadi depe awal bagaimana so tante sampai akhirnya dibawa ke rs?
B :Jadi dulu itu dia kalau di ajak bicara nda langsung jawab. Ta bingung-bingung
begitu. Kung jadi pendiam dan banyak melamun dang. Pas ditanya kenapa dia
bilang nda papa. Mar semakin hari rupa semakin menjadi, dia jadi susah tidur
kung kalau nda bisa tidur dia jadi jalan-jalan malam malam keliling rumah. Dia
kasih bangun ke kita menangis. Lama-lama dia bilang noh ada yang babisik pa
dia, ada lihat-lihat hantu kata. Trus dia nda tidur dua hari dan depe lidah dapa
rasa nda berfungsi dang. Dia makan sadiki lantaran so nda nafsu mo makan
karena nda dapa rasa apapun.
A :Tante ada suruh bikin apa kalau kak RR so ketakutan?
B :Kita cuma da bilang RR, mari jo torang berlutut dan berdoa. Minta ampun pa
Tuhan Yesus. Tanya apa torang pe salah sampai ngan begini, kalau memang ada
salah ampuni torang. Kalau so begitu dia jadi lebih tenang sadiki. Kung kita ada
bilang pa dia for lawan dang tu bisikan-bisikan setan. Jangan pernah mau iko
depe mau atau perintah.
A :Dia pernah marah-marah atau kasi rusak barang begitu tan?
B :Nda pernah. Dia sakik cuma sakik diri sendiri dang, mar nda pernah yang
sampai barusak atau baganggu pa orang lain
A :Sekarang menurut tante kondisi kak RR bagaimana tan?
B :So baik no. so minum obat, langsung nda lihat aneh aneh. kong sekarang so mau
kasih turun depe dosis obat.
A :Hmm iya kang sekarang kata ka RR so nda sering dengar yang aneh-aneh
begitu. Tante kalau pas kecil kak rian lahir dimana?
B :Dia ada lahir di rs gunung wenang, normal
A :Berat berapa tante?
B :2900 gr kalau nda salah eh.
A :Asi aksklusif tan?
B :Iya. Sampai satu tahu kung berhenti
A :Kalau pas kecil kak RR bagaimana tan?

31
B :Biasa-biasa aja. Mar dia ada teman dekat, kong pas SD ja juara dua atau tiga.
Tapi dia ini memang dekat sekali deng kita. Lantara depe papa kan so nda ada
jadi dia batempel sekali pa kita. Mar depe orang baik, penurut dan nda pernah
aneh aneh dang.

Aloanamnesis dengan teman satu gereja sekaligus tetangga pasien Nn. GK, 21 tahun
A :Eh kita boleh tanya tentang kak RR?
B :Bole, mau tanya apa so?
A :Kak RR bagaimana so depe orang?
B :Baik noh, kung depe orang lembut dang. Dai sering curhat pa torang lagi,
tentang depe cewek. Dia kan torang pe ketua pemuda gereja to jadi dekat noh
A :Oh dia ketua
B :Iya pas itu ada tunjuk pa dia jadi ketua kong kita jadi depe bendahara. Dia
pertama nda mau mar torang paksa hehehe. Mar karena dia lembut depe orang
jadi lebih banyak kita deng sekre yang babilang bilang pa dia
A :Kong dia deng depe cewek bagaiman so?
B :Tu cewek yang sekarang itu dulu depe mantan, mar sekarang so balik ulang.
Dorang kwa LDR toh, jadi kak RR jap using dang kalau bakelahi deng depe
cewek. Dia badengar-dengaran sekali pa depe cewek dang. Riki kak RR sempat
bolak-balik Jakarta for tu cewek. Kong ngana tau pas torang mau jenguk pa dia
dang torang kira dia di rumah ternyata katu dia ada bonceng depe cewek kung pi
bajalan. Torang riki kaget dang kiapa dia sakit mar so boleh bawa motor.
A :Oh.. dia masih aktif kegiatan gereja?
B :So nda. So jarang dia gabung deng torang. Semenjak ada depe cewek noh dia
begitu, dia mulai bajauh dang. Torang bilang dia ja sakaw karena depe cewek
dang hehehe

32
2. Foto bersama pasien Tn. R.R dan orang tua pasien

33
3. Foto rumah pasien di Malalayang, Manibang II lingkungan II,

34
4. Denah rumah dan alamat pasien

WC DAPUR

KAMAR
KAMAR

RUANG KELUARGA
KAMAR
KOSTAN

KAMAR
RUANG TAMU

35

Anda mungkin juga menyukai