Anda di halaman 1dari 2

LATAR BELAKANG

Provinsi Papua yang sebelumnya bernama Irian Jaya mempunyai luas hutan + 40,5 juta hektar, kaya
akan berbagai jenis flora dan fauna. Kekayaan flora diindikasikan dengan lengkapnya tipe hutan yang
dimiliki mulai dari tipe hutan mangrove sampai vegetasi alpin. Keaneka ragaman flora diduga
mencapai 15.000 20.000 jenis tumbuhan tinggi dengan jumlah marga yang sudah teridentifikasi
sebanyak 1.465, dimana paling sedikit 124 marga diantaranya endemik. Demikian halnya dengan
jenis fauna, terdapat 268 jenis burung endemik dari 641 jenis burung yang telah ditemukan pada
saat itu.

Dengan luas daratan yang mencapai 41 juta hektar lebih serta keanekaragaman hayati yang tinggi,
maka Propinsi Irian Jaya diyakini dapat memberikan kontribusi yang baik bagi pembangunan
nasional. Untuk menjamin keyakinan tersebut, maka diperlukan rencana pengelolaan dan
pemanfaatan sumberdaya hutan yang ditunjang oleh berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan
teknologi serta sumberdaya manusia yang berkualitas. Dalam rangka menunjang tujuan
pembangunan kehutanan di Propinsi Irian Jaya, maka pemerintah menetapkan suatu proyek
penelitian yang berkedudukan di manokwari.

SEJARAH SINGKAT

Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manokwari (selanjutnya
disebut BP2LHKM) adalah merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Badan Penelitian dan Inovasi
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Sejarah Balai diawali dengan penetapan proyek
penelitian yang berkedudukan di Manokwari berdasarkan SK. Menhut No. 95/Kpts-II/1984 dan
secara operasional dimulai pada tahun 1985 dalam bentuk Proyek Penelitian Kehutanan Manokwari
(PPKM).

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 241/Kpts-II/1990 tanggal 14 Mei 1990,
dibentuk Balai Penelitian Kehutanan Manokwari (BPKM) yang peresmiannya dilakukan oleh Kepala
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan pada tanggal 22 Januari 1991.

Pada Tahun 2002 nama BPKM berubah menjadi Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
Maluku Papua berdasarkan Surat Keputusan. Menteri Kehutanan No. 6181/Kpts-II/2002 tanggal 10
Juni 2002.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.40/Menhut-II/2006 tanggal 2 Juni 2006 Nama
Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Papua dan Maluku kembali berubah kembali menjadi
seperti semula yaitu Balai Penelitian Kehutanan Manokwari (BPKM).
Setelah penggabungan Kementerian Kehutanan dan Kementerian Lingkungan Hidup, nomenklatur
organisasi tata laksana BPK Manokwar berubah sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Nomor: P.25/Menlhk/Setjen/OTL.O/1/2016 sehingga nama organisasi menjadi Balai
Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Manokwari. Berdasarkan
peraturan menteri tersebut Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Manokwari menjadi Balai Umum Tipe B yang mempunyai tugas melaksanakan penelitian di bidang
konservasi dan rehabilitasi, peningkatan produktivitas hutan, keteknikan kehutanan dan pengelolaan
hasil hutan, serta perubahan iklim dan kebijakan kehutanan.

BP2LHK Manokwari melaksanakan berbagai fungsi dan tugas pokok sebagai berikut:

penyusunan rencana, Program dan anggaran;

Pelaksanaan penelitian dan kerja sama penelitian;

Pelayanan data dan informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi hasil-hasil penelitian;

Pengelolaan sarana dan prasarana penelitian lingkup Balai;

Pengelolaan hutan penelitian yang menjadi tanggungjawab Balai;

Pemantauan hutan penelitian dan pelaporan penelitian;

Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Balai.

Core Research yang diemban oleh BPK Manokwari adalah rehabilitasi dan konservasi ekosistem
Australasia. Sedangkan Visi BPK Manokwari adalah Menjadi lembaga penyedian IPTEK pengelolaan
ekosistem hutan Australasia dalam mendukung terwujudnya pengelolaan hutan lestari untuk
kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan di Pulau Papua. Misi BPK Manokwari adalah memberi
dukungan IPTEK dalam optimalisasi ragam pemanfaatan ekosistem hutan Australasia secara lestari,
berkeadilan bagi kesejahteraan masyarakat,melalui :

a.) Peningkatan sarana prasarana penelitian

b.) Pemantapan kelembagaan dan organisasi

c.) Peningkatan kualitas sumber daya manusia

d.) Peningkatan penguasaan IPTEK pengelolaan hutan Australasia

e.) Peningkatan desiminasi hasil penelitian ekosistem hutan Australasia.

Anda mungkin juga menyukai