Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS NILAI TAMBAH PENGOLAHAN UBI KAYU MENJADI

TEPUNG TAPIOKA

(Studi Kasus : Desa Baja Ronggi Kecamatan Dolok Masihul Kabupaten Serdang
Bedagai)

Latar Belakang
Prospek usaha yang jelas merupakan faktor pendukung untuk mewujudkan tujuan. Dengan
demikian berlandaskan pada prospek, diharapkan semua pelaku usaha bisa bersemangat dalam
menjalankan fungsinya. Gambaran yang jelas terhadap prospek menyebabkan semua anggota dalam suatu usaha
mempunyai ambisi dan motivasi untuk meraih prospek tersebut. Untuk kegiatan agribisnis,selama
manusia di bumi ini masih membutuhkan sandang, pangan dan perumahan dalam kehidupannya
tentu kegiatan agribisnis masih mempunyai prospek yangcukup menjanjikan ( Krisnamurthi,
2009).
Persepsi agribisnis yang selama ini banyak dimengerti oleh masyarakat luas adalah kegiatan
budidaya atau non-farm activity yang sebetulnya dalam defenisi lebih tepat dikatakan sebagai
kegiatan pertanian di bidang pertanian secara khusus, kegiatan budi daya pertanian yang dapat
digarap pun sangat bervariasi. Rentang usaha dimulai dari skala sangat kecil atau skala hobi hingga
skala industri dengan teknologi yang cukup canggih (Krisnamurthi, 2009).
Pengembangan agribisnis mengimplikasikan perubahan kebijakan disektor pertanian. Produksi
sektor pertanian harus berorientasi kepada permintaan pasar domestik, tetapi juga pasar
internasional. Pola pertanian harus mengalami tranformasi dari sistem pertanian subsistem yang
berskala kecil dan pemenuhan kebutuhan keluarga ke usahatani dalam skala yang lebih ekonomi.
Hal ini merupakan keharusan jika produk pertanian harus di jual ke pasar dan jika sektor pertanian
harus menyediakan bahan baku bagi sektor industri (Husodo, 2004).

Salah satu jenis agribisnis yang banyak dikembangkan di Indonesia adalahagribisnis ubi kayu. Ubi
kayu adalah sayuran pokok penting karena kontribusinya yang tinggi sebagai sumber kalori harian
bagi jutaan orang. Seluruh produksi ubikayu terutama di Negara berkembang dan bagian terbesar
berasal dari pertanian kecil yang sering memiliki lahan yang di olah seadanya. Ubi kayu sangat
penting bagi penduduk pedesaan miskin sebagai tanaman tumpuan bahkan juga selama musim kemarau
dikarenakan tanaman ini toleransi terhadap kekeringan dan 3 periode panen yang fleksibel menjadikan
ubi kayu sebagai tanaman pangan cadangan yang sangat bernilai bagi penduduk miskin (Rubatzky,
1998).
Ubi kayu merupakan makanan pokok nomor tiga setelah padi dan jagungdi indonesia. Penyebaran tanaman ubi
kayu meluas ke semua propinsi diindonesia. Dalam hal ini ubi kayu baik lokal maupun luar negeri
sangat besar.Dimana ubi kayu untuk bahan pakan ternak, farmasi dan lain sebagainya
yang jumlahnya selama ini terus meningkat secara terus menerus dengan peningkatan populasi
dari pada konsumen (Anonimous, 2009).
Ubi kayu merupakan tanaman umbi umbian yang dapat tumbuh di dataran rendah dengan curah
hujan yang tidak terlalu tinggi. Biasanya tanaman ini dipanen setelah berumur sekitar 10 bulan.
Produksi ubi kayu Indonesia menepati urutan kelima dunia. Ubi kayu sebagai sumber pati yang
merupakan bahan baku industri (Anonimous, 2009).
Sebagai bahan kaya pati, ubi kayu (kasava) merupakan bahan olahan penting bagi pembuatan gula cair,
khususnya sirup glukosa. Potensi pasarnya cukup kuat karena semakin luas penggunaannya oleh berbagai
industri makanan dan industri obat obatan. Masyarakat berpeluang pula menambah nilai tambah
produksi ubi kayu mereka dengan mengolah menjadi sirup glukosa (Anonimous,2009).

Adapun produk turunan ubi kayu yang di perdagangkan di pasar dunia antara lain adalah gaplek,
tepung singkong (cassava starch tapioka dan beberapaproduk kimia seperti alkohol, gula cair (
maltose, glukosa, fruktosa sorbitol,siklodekstrin, asam sitrrat serta bahan pembuatan edible
coating dan biode gradable serta bioetanol. Negara tujuan ekspor RRC, UN, Eropa, Taiwandan
Korea Selatan (Anonimous, 2009 ).
Oleh karena banyaknya produk yang dapat di hasilkan dari ubi kayu, makapengembangan agribisnis ubi kayu
menjadi sangat penting. Program pengembangan agribisnis itu sendiri bertujuan untuk
mengembangkan agribisnisyang mampu menghasilkan produk pertanian yang berdaya saing,
meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat petani, khususnya di pedesaan, mengembangkan ekonomi dan
meningkatkan pertumbuhan ekonomi (Anonimous, 2009).
Indonesia merupakan negara agraris yang terbentang luas mulai dari sabang hingga
maraoke,yang kaya akan sumber pangan baik di sektor pertanian maupun perkebunan.Kedua
perkembanagan sektor tersebut sangat mempengaruhi pola konsumtif masyarakat,di mana
masyarakat sekarang sangat dominan pada bahan pangan yang mengandung karbohidrat yang
tinggi seperti beras.Ketergantungan akan beras membuat pemerintah gencar akan divesrsifikasi
pangan.(Anonimus,2009)
Bahan pangan yang dapat diversivikasi dapat di peroleh dari umbi-umbian dan
sejenisya.Umbi-umbian yang biasa di konsumsi masyarakat secara umum yaitu ubi jalar dan
singkong.Kedua jenis pangan tersebut sering di konsumsi karena harga yang murah,serta budidaya
yang tidak terlalu rumit.Pengolahan pada kedua jenis ubi tersebut di masyrakat hanya di jadikan
sebagai jajanan dengan harga yang terjangkau,serta keuntugan yang tidak terlalu besar.Dengan
penerapan ilmu dan teknologi dalam pengolahan kedua jenis pangan tersebut utamanya pada ubi
kayu,dapat memberikan keuntungan yang lebih besar.(Lukmito,1997)
Ubi kayu atau Tanaman singkong (Manihot esculenta) merupakan salah satu komoditi yang
mudah dalam pembudidayaaan serta perawatan yang tidak sulit.Selain sebagai bahan
makanan,singkong juga di gunakan dalam pakan ternak. Ubinya mengandung air sekitar 60%, pati
25-35%, serta protein, mineral, serat, kalsium dan fosfat.Singkong merupakan sumber energi yang
lebih tinggi dibanding padi, jagung, ubi jalar dan sorgum.Singkong terdiri dari beberapa jenis,dan
jenis yang memiliki kandungan pati yang paling tinggi yaitu jenis Adira 1 dengan kadar pati 45%
dan adira 4 dengan kadar hanya (18%-22%).(Lukmito,1997)
Pengolahan produk setengah jadi merupakan salah satu cara pengawetan hasil panen,
terutama untuk komoditas yang berkadar air tinggi, seperti aneka umbi dan buah. Keuntungan lain
dari pengolahan produk setengah jadi yaitu sebagai bahan baku yang fleksibel untuk industri
pengolahan lanjutan, aman dalam distribusi, serta menghemat nuangan dan biaya penyimpanan.
Teknologi ini mencakup teknik pembuatan sawut/chip/granula/grits, teknik pembuatan tepung,
teknik separasi atau ekstraksi dan pembuatan pati (Susilo,dkk dalam Widowati 2010).
Salah satu pemanfatan singkong agar menjadi produk yang tahan lama yaitu dengan cara
mengolahnya menjadi tepung pati singkong atau tepung tapioka. Pati merupakan bahan utama
yang dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis)
dalam jangka panjang.Dengan mengolahnya menjadi tepung tapioka maka akan memberi nlai
tambah secara ekonomi,dan dapat membuka lapanagn pekerjaan.(Susilo,dkk dalam Widowati
2010)
Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yaitu :


1.

Anda mungkin juga menyukai