Anda di halaman 1dari 12

TEORI PERKEMBANGAN KOGNITIF MENURUT PIAGET

Teori Perkembangan Kognitif,

dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya
memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh
terhadap perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara
lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep
yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan diperolehnya schemata
skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi lingkungannya dalam tahapan-tahapan
perkembangan, saat seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara
mental. Teori ini digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori
nativisme (yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan
kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif kita
melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap lingkungan. Untuk pengembangan
teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize. Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk
memahami dunianya melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih
seiring pertambahan usia:

Periode sensorimotor (usia 02 tahun)

Periode praoperasional (usia 27 tahun)

Periode operasional konkrit (usia 711 tahun)

Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

Daftar isi
1 Periode sensorimotor

2 Tahapan praoperasional

3 Tahapan operasional konkrit

4 Tahapan operasional formal

5 Informasi umum mengenai tahapan-tahapan

6 Proses perkembangan

7 Isu dalam perkembangan kognitif[1]

o 7.1 Tahapan perkembangan


o 7.2 Natur dan nurtur

o 7.3 Stabilitas dan kelenturan dari kecerdasan

8 Sudut pandang lain

9 Referensi

10 Bacaan lebih lanjut

11 Referensi

Periode sensorimotor
Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk
mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut.
Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa
tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial penting dalam enam
sub-tahapan:

1. Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan
terutama dengan refleks.

2. Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan
berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.

3. Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan
bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.

4. Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai
duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu
yang permanen walau kelihatannya berbeda kalau dilihat dari sudut berbeda (permanensi
objek).

5. Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan
belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai
tujuan.

6. Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal


kreativitas.

Tahapan praoperasional
Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan
permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara
kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra)Operasi dalam teori Piaget
adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini
adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak
belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata.
Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang
lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua
benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau
warnanya berbeda-beda.

Menurut Piaget, tahapan pra-operasional mengikuti tahapan sensorimotor dan muncul antara usia
dua sampai enam tahun. Dalam tahapan ini, anak mengembangkan keterampilan berbahasanya.
Mereka mulai merepresentasikan benda-benda dengan kata-kata dan gambar. Bagaimanapun,
mereka masih menggunakan penalaran intuitif bukan logis. Di permulaan tahapan ini, mereka
cenderung egosentris, yaitu, mereka tidak dapat memahami tempatnya di dunia dan bagaimana
hal tersebut berhubungan satu sama lain. Mereka kesulitan memahami bagaimana perasaan dari
orang di sekitarnya. Tetapi seiring pendewasaan, kemampuan untuk memahami perspektif orang
lain semakin baik. Anak memiliki pikiran yang sangat imajinatif di saat ini dan menganggap
setiap benda yang tidak hidup pun memiliki perasaan.

Tahapan operasional konkrit


Tahapan ini adalah tahapan ketiga dari empat tahapan. Muncul antara usia enam sampai duabelas
tahun dan mempunyai ciri berupa penggunaan logika yang memadai. Proses-proses penting
selama tahapan ini adalah:

Pengurutankemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.
Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang
paling besar ke yang paling kecil.

Klasifikasikemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda


menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian
benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi
memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan
berperasaan)

Decenteringanak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk


bisa memecahkannya. Sebagai contoh, anak tidak akan lagi menganggap bahwa cangkir yang
pendek tapi lebar memiliki isi lebih sedikit dibanding cangkir yang tinggi tapi ramping.

Reversibilityanak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian
kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama
dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.

Konservasimemahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak


berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai
contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila
air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak
dengan isi cangkir lain.

Penghilangan sifat Egosentrismekemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang


orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh,
tunjukkan komik yang memperlihatkan Siti menyimpan boneka di dalam kotak, lalu
meninggalkan ruangan, kemudian Ujang memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru
Siti kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Siti akan
tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah
dipindahkan ke dalam laci oleh Ujang.

Tahapan operasional formal


Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget.
Tahap ini mulai dialami anak dalam usia sebelas tahun (saat pubertas) dan terus berlanjut sampai
dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak,
menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Dalam tahapan ini,
seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Ia tidak melihat segala
sesuatu hanya dalam bentuk hitam dan putih, namun ada "gradasi abu-abu" di antaranya. Dilihat
dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar
lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral,
perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya
mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir
sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.

Informasi umum mengenai tahapan-tahapan


Keempat tahapan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

Walau tahapan-tahapan itu bisa dicapai dalam usia bervariasi tetapi urutannya selalu
sama. Tidak ada ada tahapan yang diloncati dan tidak ada urutan yang mundur.

Universal (tidak terkait budaya)

Bisa digeneralisasi: representasi dan logika dari operasi yang ada dalam diri seseorang
berlaku juga pada semua konsep dan isi pengetahuan

Tahapan-tahapan tersebut berupa keseluruhan yang terorganisasi secara logis

Urutan tahapan bersifat hirarkis (setiap tahapan mencakup elemen-elemen dari tahapan
sebelumnya, tapi lebih terdiferensiasi dan terintegrasi)

Tahapan merepresentasikan perbedaan secara kualitatif dalam model berpikir, bukan


hanya perbedaan kuantitatif
Proses perkembangan
Seorang individu dalam hidupnya selalu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan berinteraksi
tersebut, seseorang akan memperoleh skema. Skema berupa kategori pengetahuan yang
membantu dalam menginterpretasi dan memahami dunia. Skema juga menggambarkan tindakan
baik secara mental maupun fisik yang terlibat dalam memahami atau mengetahui sesuatu.
Sehingga dalam pandangan Piaget, skema mencakup baik kategori pengetahuan maupun proses
perolehan pengetahuan tersebut. Seiring dengan pengalamannya mengeksplorasi lingkungan,
informasi yang baru didapatnya digunakan untuk memodifikasi, menambah, atau mengganti
skema yang sebelumnya ada. Sebagai contoh, seorang anak mungkin memiliki skema tentang
sejenis binatang, misalnya dengan burung. Bila pengalaman awal anak berkaitan dengan burung
kenari, anak kemungkinan beranggapan bahwa semua burung adalah kecil, berwarna kuning, dan
mencicit. Suatu saat, mungkin anak melihat seekor burung unta. Anak akan perlu memodifikasi
skema yang ia miliki sebelumnya tentang burung untuk memasukkan jenis burung yang baru ini.

Asimilasi adalah proses menambahkan informasi baru ke dalam skema yang sudah ada. Proses
ini bersifat subjektif, karena seseorang akan cenderung memodifikasi pengalaman atau informasi
yang diperolehnya agar bisa masuk ke dalam skema yang sudah ada sebelumnya. Dalam contoh
di atas, melihat burung kenari dan memberinya label "burung" adalah contoh mengasimilasi
binatang itu pada skema burung si anak.

Akomodasi adalah bentuk penyesuaian lain yang melibatkan pengubahan atau penggantian
skema akibat adanya informasi baru yang tidak sesuai dengan skema yang sudah ada. Dalam
proses ini dapat pula terjadi pemunculan skema yang baru sama sekali. Dalam contoh di atas,
melihat burung unta dan mengubah skemanya tentang burung sebelum memberinya label
"burung" adalah contoh mengakomodasi binatang itu pada skema burung si anak.

Melalui kedua proses penyesuaian tersebut, sistem kognisi seseorang berubah dan berkembang
sehingga bisa meningkat dari satu tahap ke tahap di atasnya. Proses penyesuaian tersebut
dilakukan seorang individu karena ia ingin mencapai keadaan equilibrium, yaitu berupa keadaan
seimbang antara struktur kognisinya dengan pengalamannya di lingkungan. Seseorang akan
selalu berupaya agar keadaan seimbang tersebut selalu tercapai dengan menggunakan kedua
proses penyesuaian di atas.

Dengan demikian, kognisi seseorang berkembang bukan karena menerima pengetahuan dari luar
secara pasif tapi orang tersebut secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya.

Isu dalam perkembangan kognitif[1]


Isu utama dalam perkembangan kognitif serupa dengan isu perkembangan psikologi secara
umum.

Tahapan perkembangan

Perbedaan kualitatif dan kuantitatif


Terdapat kontroversi terhadap pembagian tahapan perkembangan berdasarkan perbedaan kualitas
atau kuantitas kognisi.

Kontinuitas dan diskontinuitas

Kontroversi ini membahas apakah pembagian tahapan perkembangan merupakan proses yang
berkelanjutan atau proses terputus pada tiap tahapannya.

Homogenitas dari fungsi kognisi

Terdapat perbedaan kemampuan fungsi kognisi dari tiap individu

Natur dan nurtur

Kontroversi natur dan nurtur berasal dari perbedaan antara filsafat nativisme dan filsafat
empirisme. Nativisme mempercayai bahwa pada kemampuan otak manusia sejak lahir telah
dipersiapkan untuk tugas-tugas kognitif. Empirisme mempercayai bahwa kemampuan kognisi
merupakan hasil dari pengalaman.

Stabilitas dan kelenturan dari kecerdasan

Secara relatif kecerdasan seorang anak tetap stabil pada suatu derajat kecerdasan, namun terdapat
perbedaan kemampuan kecerdasan seorang anak pada usia 3 tahun dibandingkan dengan usia 15
tahun.

Sudut pandang lain


Pada saat ini terdapat beberapa pendekatan yang berbeda untuk menjelaskan perkembangan
kognitif.

Teori perkembangan kognitif neurosains [2]

Kemajuan ilmu neurosains dan teknologi memungkinkan mengaitkan antara aktivitas otak dan
perilaku. Biologis menjadi dasar dari pendekatan ini untuk menjelaskan perkembangan kognitif.
Pendekatan ini memiliki tujuan untuk dapat mengantarai pertanyaan mengenai umat manusia
yaitu

1. Apakah hubungan antara pemikiran dan tubuh, khususnya antara otak secara fisik
dan mental proses

2. Apakah filogeni atau ontogeni yang menjadi awal mula dari struktur biologis
yang teratur
Teori Konstruksi pemikiran-sosial

Selain biologi, konteks sosial juga merupakan salah satu sudut pandang dari perkembangan
kognitif. Perspektif ini menyatakan bahwa lingkungan sosial dan budaya akan memberikan
pengaruh terbesar terhadap pembentukan kognisi dan pemikiran anak. Teori ini memiliki
implikasi langsung pada dunia pendidikan. Teori Vygotsky menyatakan bahwa anak belajar
secara aktif lebih baik daripada secara pasif. Tokoh-tokohnya diantaranya Lev Vygotsky, Albert
Bandura, Michael Tomasello

Teori Theory of Mind (TOM)

Teori perkembangan kognitif ini percaya bahwa anak memiliki teori maupun skema mengenai
dunianya yang menjadi dasar kognisinya. Tokoh dari ToM ini diantaranya adalah Andrew N.
Meltzoff

https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif

Piaget adalah seorang tokoh psikologi kognitif yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan
pemikiran para pakar kognitif lainnya. Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu
proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan
sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin komplekslah susunan
sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya. Ketika individu berkembang menuju
kedewasaan, akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang akan menyebabkan
adanya perubahan-perubahan kualitatif didalam struktur kognitifnya. Piaget tidak melihat
perkembangan kognitif sebagai sesuatu yang dapat didefinisikan secara kuantitatif. Ia
menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan metal anak yang berbeda usia akan berbeda pula
secara kualitatif.

Menurut Piaget, proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap
perkembangannya sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini bersifat hirarkhis, artinya
harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada
di luar tahap kognitifnya. Piaget membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi
empat, yaitu :

1. Tahap sensorimotor (umur 0 - 2 tahun) : [ Klik Disini tentang penjelasannya ]

2. Tahap preoperasional (umur 2 - 7/8 tahun) : [ Klik Disini tentang penjelasannya ]

3. Tahap operasional konkret (umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun) : [ Klik Disini tentang
penjelasannya ]

4. Tahap operasional formal (umur 11/12-18 tahun) : [ Klik Disini tentang penjelasannya ]

Diresume dari buku : DR. C. Asri Budiningsih, 2004. Belajar dan Pembelajaran. Penerbit Rinika
Cipta, Yogyakarta. Hal. 35-39
5. tahap perkembangan-kognitif-menurut-piaget

1. 1. 1 TAHAP PERKEMBANGAN KOGNITIF MENURUT PIAGET 1. Pendahuluan


Perkembangan anak manusia merupakan sesuatu yang kompleks, artinya banyak faktor
yang turut berpengaruh dan saling terjalin dalam berlangsungnya proses perkembangan
anak. Memahami perkembangan kognitif sangatlah diperlukan bagi seorang pengajar dan
orang tua. Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam
perkembangan peserta didik. Kita ketahui bahwa peserta didik merupakan objek yang
berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, sehingga perkembangan kognitif sangat
menentukan keberhasilan peserta didik dalam sekolah. Dalam perkembangan kognitif di
sekolah, guru sebagai tenaga kependidikan yang bertanggung jawab dalam melaksanakan
interaksi edukatif dan pengembangan kognitif peserta didik, perlu memiliki pemahaman
yang sangat mendalam tentang perkembangan kognitif pada anak didiknya. Orang tua
juga tidak kalah penting dalam kognitif anak karena perkembangan dan pertumbuhan
anak dimulai di lingkungan keluarga. Namun, sebagian pendidik dan orang tua belum
terlalu memahami tentang perkembangan kognitif anak, karakteristik perkembangan
kognitif, dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah perkembangan kognitif anak.
Oleh karena itu, mengingat pentingnya perkembangan kognitif bagi peserta didik,
diperlukan penjelasan perkembangan kognitif lebih detail baik pengertian maupun tahap-
tahap karakteristik perkembangan kognitif peserta didik. Dalam pembahasan proses
perkembangan kognitif, ada dua alternative proses perkembangan kognitif yaitu pada
teori dan tahap-tahap perkembangan yang dikemukakan oleh Piaget dan proses
perkembangan kognitif oleh para pakar psikologi pemprosesan informasi. Disini akan di
jelaskan perkembangan kognitif menurut piaget Piaget meyakini bahwa pemikiran
seorang anak berkembang dari bayi sampai dia dewasa. Menurut teori Piaget, setiap
individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru di lahirkan sampai mengijak usia
dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif.

2. 2. 2 2. Materi A. Biografi Tokoh Jean Piaget lahir di Neuchtel, Swiss , yang berbahasa
Perancis pada 9 Agustus 1896 dan meninggal 16 September 1980 pada umur 84 tahun.
Dia adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan psikolog perkembangan Swiss, yang terkenal
karena hasil penelitiannya tentang anak-anak dan teori perkembangan kognitifnya. B.
Teori Tahap Perkembangan Kognitif Piaget Piaget mengatakan bahwa anak dapat
membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Piaget yakin bahwa anak-anak
menyesuaikan pemikiran mereka untuk menguasai gagasan-gagasan baru, karena
informasi tambahan akan menambah pemahaman mereka terhadap dunia. Teori
perkembangan piaget adalah salah satu teori yang menjelaskan bagaimana anak
beradaptasi dan menginterprestasikan objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya. Piaget
memandang bahwa anak memainkan peran aktif di dalam menyusun pengetahuannya
mengenai realitas, anak tidak pasif menerima informasi. Piaget percaya bahwa pemikiran
anak-anak berkembang menurut tahap-tahap atau periode-periode yang terus bertambah
kompleks. Tahap-tahap perkembangan menurut Piaget ini diringkas dalam tabel berikut:
Tahap Usia/tahun Gambaran Sensorimotor 0-2 Bayi bergerak dari tindakan refleks
instinktif pada saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis Preoperational 2-7 Anak
mulai merepre- sentasikan dunia dengan kata-kata dan gambar. Concrete operational 7-11
Pada saat ini anak dapat berpikir secara logis mengenai peristiwa yang konkrit dan
mengkalsifi- kasikan benda dalam bentuk berbeda

3. 3. 3 Formal Operational 11-15 Anak remaja berpikir dengan cara yang lebih abstrak dan
logis. Untuk menunjukakan struktur kognitif yang mendasari pola-pola tingkah laku yang
terorganisir, Piaget menggunakan istilah skema dan adaptasi. a) Skema (Struktur kognitif)
adalah proses atau cara mengorganisir dan merespon berbagai pengalaman. Dengan kata
lain skema adalah suatu pola sistematis dari tindakan, perilaku, pikiran, dan strategi
dalam menghadapi berbagai tantangan dan jenis situasi. b) Adaptasi (struktur fungsional)
adalah sebuah istilah yang digunakan piaget untuk menunjukkan pentingnya pola
hubungan individu dengan lingkungannya dalam proses perkembangan kognitif. Menurut
Piaget adaptasi ini terdiri dari dua proses yang saling melengkapi, yaitu asimilasi dan
akomodasi. Asimilasi adalah proses kognitif dimana seseorang mengintegrasikan
persepsi, konsep ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada
dalam pikirannya. Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan
dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada.
Akomodasi dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman baru seseorang tidak dapat
mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skema yang telah dipunyai. Pengalaman
yang baru itu bisa jadi sama sekali tidak cocok dengan skema yang telah ada. Dalam
keadaan demikian orang akan mengadakan akomodasi. Akomodasi tejadi untuk
membentuk skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi
skema yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu Piaget mengemukakan
bahwa setiap organisme yang ingin mengadakan adaptasi dengan lingkungannya harus
mencapai keseimbangan (ekuilibrium), yaitu antara aktivitas individu terhadap
lingkungan (asimilasi) dan aktivitas lingkungan terhadap individu (akomodasi). Agar
terjadi ekuilibrasi antara diri individu dengan lingkungan, maka peristiwa-peristiwa
asimilasi dan akomodasi harus terjadi secara terpadu, bersama-sam dan komplementer.
Organisasi kecenderungan individu untuk

4. 4. 4 menyatukan berbagai skema menjadi satu sistem yang koheren (berkait dan menjadi
kesatuan). Adapun penjelasan selengkapnya mengenai tahapan-tahapan perkembangan
mental Piaget dalam Ruseffendi (2006) adalah sebagai berikut: 1. Tahap sensori motorik
(sensori motor stage/ 0-2 thn) Pada tahap sensorimotor, inteligensi anak lebih didasarkan
pada tindakan inderawi anak terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba,
menjamak, mendengar, membau dan lain-lain. Tahap-tahap perkembangan kognitif anak
dikembangkan dengan perlahan- lahan melalui proses asimilasi dan akomodasi terhadap
skema-skema anak karena adanya masukan, rangsangan, atau kontak dengan pengalaman
dan situasi yang baru. Adapun ciri-ciri tahap sensori motor adalah sebagai berikut: a.
Anak belajar mengembangkan dan menyelaraskan jasmaninya dengan perbuatan
mentalnya menjadi tindakan-tindakan atau perbuatan yang teratur dan pasti. b. Anak
berpikir melalui perbuatan dan gerak. c. Perkembangan yang terjadi pada tahap ini adalah
dari gerak refleks ngemot dan gerak mata sampai pada kemampuan untuk makan,
melihat, memegang, berjalan, dan berbicara. d. Pada akhir tahap ini, anak belajar
mengaitkan simbol benda dengan benda konkretnya, hanya masih kesulitan. e. Pada akhir
tahap ini pula, anak mulai melakukan percobaan coba-coba berkenalan dengan benda-
benda konkret (dengan menyusunnya, mengutakatik, dan lain-lain). 2. Tahap pre operasi
(pre operational stage/2-7 thn) Dalam tahap ini anak sangat egosentris, mereka sulit
menerima pendapat orang lain. Tahap ini adalah tahap dimana anak mulai melakukan
persiapan dalam pengorganisasian operasi konkret. Tahap perkembangan ini dapat dibagi
ke dalam dua bagian. Pertama, tahap berpikir pre konseptual (sekitar usia 2 4 tahun),
dimana representasi suatu objek dinyatakan dengan bahasa, gambar dan permainan
khayalan. Kedua, tahap berpikir intuitif (sekitar usia 4 7 tahun), dimana pada tahap ini
representasi suatu objek didasarkan pada persepsi pengalaman sendiri, tidak kepada
penalaran. Adapun ciri-ciri tahap perkembangan pre operasi adalah sebagai berikut: a.
Sebaran umur sekitar 2 7 tahun; tahap berpikir pre konseptual sekitar 2 4 tahun dan
tahap berpikir intuitif sekitar 4 7 tahun.

5. 5. 5 b. Pada tahap pre konseptual memungkinkan representasi sesuatu itu dengan bahasa,
gambar, dan permainan khayalan. c. Anak mengaitkan pengalaman yang ada pada dunia
luar dengan pengalaman pribadinya. d. Pada tahap ini, anak tidak dapat membedakan
antara kejadian-kejadian yang sebenarnya (fakta) dengan khayalannya (fantasi). Oleh
karena itu, jika dia berdusta berdustanya itu bukan karena moralnya jelek, tetapi karena
kelemahannya. 3. Tahap operasi kongkrit (concrete operational stage/7-12 thn) Pada
tahap ini, anak dapat memahami operasi (logis) dengan bantuan benda-benda kongkrit.
Yang dimaksud operasi dengan bantuan benda-benda kongkrit disini adalah tindakan atau
perbuatan mental mengenai kenyataan dalam kehidupan nyata. Anak tidak perlu selalu
dengan bantuan benda-benda kongkrit ketika melakukan operasi. Adapun ciri-ciri anak
tahap operasi kongkrit adalah sebagai berikut: a. Sebaran umur dari sekitar 7 11 atau 12
tahun, kadang-kadang lebih. b. Pada permulaan tahap ini, egoismenya mulai berkurang.
c. Dapat mengelompokkan benda-benda yang mempunyai beberapa karakteristik ke
dalam himpunan dan himpunan bagian dengan karakteristik khusus dan dapat melihat
beberapa karakteristik suatu benda secara serentak. d. Mampu berkecimpung dalam
hubungan kompleks antara kelompokkelompok,. 4. Tahap operasi formal (formal
operational stage/ 12 tahun ke atas) Tahap operasi formal merupakan tahap terakhir
dalam perkembangan kognitif menurut Piaget. Pada tahap ini, seorang remaja sudah
dapat berpikir logis, berpikir dengan pemikiran teoritis formal berdasarkan proposisi-
proposisi dan hipotesis, dapat mengambil kesimpulan lepas dari apa yang dapat diamati
saat itu, dan cara berpikir yang abstrak mulai dimengerti. Adapun ciri-ciri tahap operasi
formal adalah sebagai berikut: a. Tidak memerlukan perantara operasi konkret lagi untuk
menyajikan abstraksi mental secara verbal. b. Mulai belajar merumuskan hipotesis
(perkiraan) sebelum ia berbuat. c. Dapat merumuskan dalil/teori, menggeneralisasikan
hipotesis, dan mengetes bermacam hipotesis.

6. 6. 6 d. Dapat berpikir deduktif dan induktif, dapat memberikan alasan-alasan dari


kombinasi pernyataan dengan menggunakan konjungsi, disjungsi, negasi, dan implikasi,
serta memahami induksi matematika. Kelebihan teori perkembangan Piaget adalah
kejeniusannya dalam mengobservasi anak. Observasi-observasinya yang sangat teliti
telah mendemonstrasikan langkah baru dalam menemukan bagaimana anak-anak
berperilaku dan beradaptasi dengan perkembangan, seperti perpindahan dari tahap
pemikiran praoperasional menuju operasional konkret (Haith dan Benson, dalam
Santrock: 2007). Sedangkan kelemahan teori Piaget ini adalah setiap umur tidak bisa
menjadi patokan utama seseorang berada pada tahap tertentu karena tergantung dari ciri
perkembangan setiap individu yang bersangkutan. Bisa saja seorang anak akan
mengalami tahap praoperasional lebih lama dari pada anak yang lainnya sehingga umur
bukanlah patokan utama. C. Implementasi Pada Pembelajaran Penerapan teori
perkembangan kognitif Piaget di kelas adalah: Guru harus mengerti cara berpikir anak,
bukan sebaliknya anak yang beradaptasi dengan guru. Agar pembelajaran yang berpusat
pada anak berlangsung efektif. Metode yang baik digunakan adalah dengan menemukan
(discovery). Tidak menghukum siswa jika menjawab pertanyaan yang salah.
Menekankan kepada para siswa agar mau menciptakan pertanyaa-pertanyaan dari
permasalahan yang ada serta pemecahan permasalahannya. Membimbing siswa dalam
menemukakan dan menyelesaikan masalahnya sendiri. Menghindari istilah-istilah
teknis. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berpikir anak karena Bahasa dan
cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa. Menganjurkan para siswa berpikir
dengan cara mereka sendiri. Memilih pendekatan yang sesuai dengan tingkat
perkembangan anak. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi
tidak asing. Memberi peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. Di beri
peluang untuk berbicara dab diskusi dengan temannya.

7. 7. 7 3. Penutup A. Kesimpulan Teori perkembangan piaget adalah salah satu teori yang
menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dan menginterprestasikan objek dan kejadian-
kejadian di sekitarnya. Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif di dalam
menyusun pengetahuannya mengenai realitas, anak tidak pasif menerima informasi. 4
Konsep yang terdapat pada perkembangan Piaget dalam menerima informasi atau situasi
yang baru, yaitu: skema, asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi. Tahapan-tahapan
perkembangan kognitif menurut Piaget meliputi: Tahap sensori motorik (sensori motor
stage/ 0-2 thn), Tahap pre operasi (pre operational stage/2-7 thn), Tahap operasi kongkrit
(concrete operational stage/7-12 thn), dan Tahap operasi formal (formal operational stage/
12 tahun ke atas). Implementasi perkembangan kognitif Piaget dapat dilakukan dengan :
Guru harus mengerti cara berpikir anak,. Metode yang baik digunakan adalah dengan
menemukan (discovery). Tidak menghukum siswa jika menjawab pertanyaan yang salah.
Menekankan kepada para siswa agar mau menciptakan pertanyaa-pertanyaan dari
permasalahan yang ada serta pemecahan permasalahannya. Membimbing siswa dalam
menemukakan dan menyelesaikan masalahnya sendiri. Menghindari istilah-istilah teknis.
Menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berpikir anak karena Bahasa dan cara
berpikir anak berbeda dengan orang dewasa. Menganjurkan para siswa berpikir dengan
cara mereka sendiri. Memilih pendekatan yang sesuai dengan tingkat perkembangan
anak. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing.
Memberi peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. Di beri peluang
untuk berbicara dab diskusi dengan temannya.

8. 8. 8 DAFTAR RUJUKAN Desmita, 2007, Psikologi Perkembangan : PT Remaja


Rosdakarya, Bandung Farida Harahap, M.Si, Perkembangan Kognitifteori Piaget
http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-perkembangan-kognitif-jean-piaget-
dan-implementasinya-dalam-pendidikan-346946.html Thobroni M & Mustofa Arif, 2011,
Belajar & pembelajaran, Jogjakarta : Ar Ruzz Media
http://www.slideshare.net/iwk/5-tahap-perkembangankognitifmenurutpiaget

Anda mungkin juga menyukai