Anda di halaman 1dari 4

Dapat merusaknya.

Di antara indikasi siswa itu memerlukan bantuan (pelayanan bimbingan dan


konseling) adalah seperti sering cabut, tidak menjaga kebersihan, tidak termotivasi untuk belajar,
lambat datang ke sekolah, tidak menyelesaikan tugas yang diberikan, suka menyendiri, dan tidak
suka bergaul dengan teman sekelasnya (Amla et. al., 2006).

10. Isu Konsep Diri


Menurut Weiten (1986) konsep diri itu merupakan gambaran tentang diri sendiri yang
mencakup nilai, kepercayaan, kekuatan, dan kelemahan diri sendiri yang memengaruhi
tingkah laku seseorang. Sementara menurut Rogers (1951) konsep diri terdiri dari unsur-unsur
seperti persepsi terhadap diri dan kemampuan seseorang dalam hubungannya dengan orang
lain dan dengan alam sekitarnya. Banyak faktor yang memengaruhi konsep diri seseorang, di
antara faktor itu adalah gaya asuh orang tua, prihatin orang tua, nilai-nilai tertentu, budaya dan
juga lingkungan.
Konsep diri sangat penting dalam kehidupan siswa karena ia menentukan pemikiran dan
cara hidup siswa tersebut. Sering kali siswa yang mempunyai konsep diri yang positif
cenderung untuk mencapai kesuksesan dalam berbagai bidang yang dimasuki. Kajian Othman
(1995) menunjukkan bahwa siswa yang mempunyai konsep diri yang tinggi memiliki
pencapaian akademik yang tinggi jika dibandingkan dengan siswa yang mempunyai konsep
diri yang rendah. Menurut Amla et. al., (2006) konsep diri bersifat dinamik dan senantiasa
berubah-ubah. Perubahan konsep diri ini bergantung kepada interaksi sosial individu tersebut
dengan suasana lingkungannya. Dalam hal ini semakin banyak seseorang bergaul, semakin
bertambah pengalamannya. Ini akan membantu siswa yang bersangkutan untuk mengenali
lebih mendalam tentang diri sendiri dan memungkinkan dia mencari jalan untuk memperbaiki
dirinya.
11. Isu Karier
Proses membuat keputusan karier dalam kehidupan siswa adalah sangat penting. Oleh karena
itu, usaha membantu siswa membuat keputusan tersebut juga sama pentingnya. Banyak kajian
menunjukkan bahwa banyak siswa sekolah menengah menghadapi masalah tidak mampu
untuk membuat perencanaan karier secara sistematik akibat tidak mempunyai informasi yang
dibutuhkan. Kajian Suradi (1996) menemukan bahwa umumnya siswa yang mempunyai cita-
cita untuk melanjutkan pendidikan dan pelatihan ke tingkat tinggi dan ingin mempunyai
pekerjaan yang mereka anggap baik dan layak, mempunyai informasi karier yang terbatas.
Sumber informasi mereka hanyalah keluarga dan teman-teman. Oleh karena itu, guru
pembimbing di sekolah berperanan menjadi sumber untuk siswa memperoleh informasi.
Remaja juga perlu mengetahui tentang pekerjaan yang akan dipilihnya nanti apakah sesuai
atau tidak dengan minat serta kemampuannya. Untuk merencanakan karier yang sesuai dengan
diri sendiri, siswa harus mengetahuitentang bidang yang diminatinya, kemampuannya,
bakatnya, serta nilai yang menjadi kepribadian mereka (Holand, 1973). Konseling karier untuk
memecahkan persoalan karier kepada siswa penting, karena secara konvesional konseling
karier memberi fokus kepada memperkenalkan minat serta kepribadian, kemampuan dan
keistimewaan yang ada pada individu, mengumpulkan dan menyebarkan informasi karier dan
penempatan klien (siswa) dalam jurusan, latihan, serta pekerjaan. Konseling karier juga
memfokuskan kepada permasalahan karier seperti masalah penyesuaian kerja, tekanan kerja,
dan kepuasaan kerja. (Rohany, 2008).
12. Isu Globalisasi dan Perkembangan Teknologi
Situasi global di satu pihak membuat kehidupan semaking kompetitif dan membuka peluang
bagi manusia mencapai status dan derajat kehidupan yang lebih baik. Akibat positif globalisasi
telah mendorong manusia untuk terus berpikir dan meningkatkan kemampuannya. Sementara
di pihak lain akibat negatif globalisasi adalah:
a. Munculnya keresahan hidup dalam masyarakat, banyaknya konflik, stres, kecemasan dan
frustasi.
b. Tingginya kecenderungan pelanggaran disiplin.
c. Lari dari masalah melalui jalan pintas yang bersifat sementara seperti menggunakan
narkoba dan obat-obatan terlarang lainnya (Syamsu & Juntika, 2005).

Di pihak lain pula munculnya teknologi baru akibat globalisasi memerlukan keterampilan
dan pengetahuan baru (Rohany, 2008). Kondisi ini menyebabkan siswa kadang-kadang tidak
siap.

Untuk mengatasi masalah akibat globalisasi dan teknologi, khususnya di kalangan siswa
perlu dipersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat jasmani dan rohaninya,
bermoral atau berakhlak baik, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (Syamsu & Juntika,
2005). Usaha mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dapat dilakukan salah
satunya melalui pelayanan bimbingan konseling.
13. Isu Peluang Pendidikan
Pendidikan menengah saja tidak mencakupi demi menjamin kehidupan masa depan yang lebih
baik. Peluang untuk memperoleh pendidikan atau melanjutkan pendidikan pada hari ini adalah
jauh lebih baik. Peluang untuk memperoleh pendidikan atau melanjutkan pendidikan pada hari
ini adalah jauh lebih banyak dibandingkan beberapa tahun yang lalu. Peluang yang banyak,
semangat pendidikan yang beragam, di samping berbagai jenis dan bidang baru yang
diperkenalkan dapat menimbulkan kebingungan dan kekeliruan di kalangan siswa dalam
pemilihan bidang pendidikan dan latihan yang sesuai dengan minat serta kemampuan mereka
(Rohany, 2008). Dijelaskan lagi oleh Rohany (2008), di samping pemilihan yang
membingungkan, siswa sekarang juga dihantui oleh persoalan sama ada mata pelajaran dan
bidang yang dipilih akan terus relevan dan diperlukan dalam pasar kerja setelah mereka tamat
pendidikan nanti atau tidak. Kondisi yang disebutkan di atas memberikan peluang dan
tantangan bagi siswa. Untuk itulah pelayanan bimbingan dan konseling terhadap mereka
semakin dibutuhkan.
Siswa yang sedang melalui zaman remaja, tidak dapat lari dari menghadapi masalah baik
pribadi, sosial, akademik, maupun karier (Aryati et. a., 1998, Wong 1998, Taziah 1998, Arifin
1999, dan Hasan 1997).

B. Masalah-masalah Siswa di Sekolah dan Madrasah


Siswa di sekolah dan madrasah sebagai manusia (individu) dapat dipastikan memiliki masalah;
tetapi kompleksitas masalah-masalah yang dihadapi oleh individu yang satu dengan lainnya
tentulah berbeda-beda. Secara singkat pada pengantar di atas telah disebutkan masalah-masalah
individu. Siswa di sekolah dan madrasah akan mengalami masalah-masalah yang berkenaan
dengan: pertama, perkembangan individu. Kedua, perbedaan individu dalam hal: kecerdasan,
kecakapan, hasil belajar, bakat, sikap, kebiasaan, pengetahuan, kepribadian, cita-cita, kebutuhan,
minat, pola-pola, dan tempo perkembangan, ciri-ciri jasmaniah, dan latar belakang lingkungan.
Ketiga, kebutuhan individu dalam hal: memperoleh kasih sayang, memperoleh harga diri,
memperoleh prestasi dan posisi, untuk dibutuhkan orang lain, merasa bagian dari kelompok, rasa
aman dan perlindungan diri, dan untuk memperoleh kemerdekaan diri. Keempat, penyesuaian diri
dan kealinan tingkah laku. Kelima, masalah belajar.
M. Hamdan Bakran Adz-Dzaky (2004) mengklasifikasikan masalah individu termasuk
siswa sebagai berikut:
Pertama, masalah individu yang berhubungan dengan Tuhannya, ialah kegagalan individu
melakukan hubungan secara vertikal dengan Tuhannya; seperti sulit menghadirkan rasa takut,
memiliki rasa tidak bersalah atas dosa yang dilakukan, sulit menghadirkan rasa taat, merasa bahwa
Tuhan senantiasa mengawasi perilakunya sehingga individu merasa tidak memiliki kebebasan.
Dampak semuanya itu adalah timbulnya rasa malas atau enggan melaksanakan ibadah dan sulit
untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dilarang Tuhan.
Kedua, masalah individu berhubungan dengan dirinya sendiri adalah kegagalan bersikap
disiplin dan bersahabat dengan hati nurani yang selalu mengajak atau menyeru dan membimbing
kepada kebaikan dan kebenaran Tuhannya. Dampaknya adalah muncul sikap was-was, ragu-ragu,
berprasangka buruk, rendah motivasi, dan dalam banyak hal tidak mampu bersikap mandiri.
Ketiga, masalah individu berhubungan dengan lingkungan keluarga misalnya kesulitan
atau ketidakmampuan mewujudkan hubungannya yang harmonis anatara anggota keluarga seperti
antara anak dengan ayah dan ibu, adik dengan kakak, dan kurangnya keteladanan dari kedua orang
tua.
Keempat, masalah individu berhubungan dengan lingkungan lingkungan kerja misalnya
kegagalan individu memilih pekerjaan yang sesuai dengan karakteristik pribadinya, kegagalan
dalam meningkatkan prestasi kerja, ketidakmampuan berkomunikasi dengan atasan, rekan kerja,
dan kegagalan melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
Khususnya siswa, masalah yang berhubungan dengan karier, kegagalan memilih karier yang sesuai
dengan latar belakang pendidikan dan karakteristik pribadinya.
Kelima, masalah individu yang berhubungan dengan lingkungan sosialnya misalnya
ketidakmampuan melakukan penyesuaian diri (adaptasi) baik dengan lingkungan tetangga,
sekolah, dan masyarakat atau kegagalan bergaul dengan lingkungan yang beraneka ragam watak,
sifat, dan perilaku.
Semua masalah di atas harus diidentifikasi oleh guru pembimbing di sekolah dan madrasah,
sehingga bisa menetapkan skala prioritas masalah mana yang dibicarakan terlebih dahulu dalam
pelayanan bimbingan dan konseling. Masalah-masalah di atas juga harus menjadi pertimbangan
bagi guru pembimbing di sekolah dan madrasah dalam menyusun program bimbingan dan
konseling.

Anda mungkin juga menyukai