Anda di halaman 1dari 56

JUDUL : PENGEMBANGAN MODEL INTERVENSI BIMBINGAN

BELAJAR QUANTUM LEARNING UNTUK MENINGKATKAN


MOTIVASI BELAJAR SISWA SMP MUHAMMADIYAH
PAREPARE

I . PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan pendidikan atau pembelajaran merupakan proses pembentukan

individu secara sistematis untuk mengembangkan seluruh potensi akademik dan

mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki oleh individu baik secara

akademik ataupun non akademik. Secara umum, tujuan pendidikan adalah

mengembangkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki siswa melalui kegiatan

pembelajaran di sekolah secara optimal sehingga siswa dapat mengembangkan

seluruh potensi yang dimiliki siswa dan siswa dapat mencapai hasil kegiatan

pembelajaran dengan sangat baik di sekolah.

Pada kenyataannya di lapangan, hasil belajar siswa di sekolah tidak selalu

sesuai dengan tujuan pendidikan yang diharapkan. Masih ditemukan siswa-siswa

yang menunjukkan tidak dapat mencapai hasil belajar dengan baik. Beberapa

diantaranya berkenaan dengan motivasi belajar siswa yang rendah. Fenomena yang

sering terjadi ialah banyak siswa yang merasa malas belajar, tidak mengerjakan tugas

yang diberikan oleh guru, tidak mengumpulkan tugas tepat pada waktunya, dan

sering menunda-nunda pekerjaan atau tugas yang diberikan guru.

1
2

Fenomena yang serupa dijumpai di SMP Muhammadiyah Parepare.

Berdasarkan hasil observasi yang telah peneliti lakukan pada tanggal 26 September

2012 dengan mengadakan wawancara langsung dengan koordinator BK dan guru

mata pelajaran di SMP Muhammadiyah Parepare terdapat adanya permasalahan

belajar yang muncul yaitu rendahnya motivasi belajar siswa. Permasalahan belajar

yang terjadi terlihat dari perilaku siswa yang menampakkan kurang semangat, cepat

merasa bosan, jenuh, kurang mengertinya siswa terhadap materi yang diajarkan oleh

guru di kelas dan rendahnya motivasi siswa pada kegiatan belajar di sekolah.

Keterangan permasalahan belajar di sekolah diperoleh dari informasi yang

menjelaskan kurangnya perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan

oleh guru di kelas, rendahnya keinginan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh

guru dan masalah-masalah belajar yang mungkin dialami oleh siswa, kurangnya

ketekunan dan keuletan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar, dan rendahnya

keinginan dan semangat siswa untuk belajar di rumah.. Kurangnya semangat belajar

siswa berdampak pada kegiatan belajar siswa di sekolah. Siswa Smp Muhammadiyah

mengalami kejenuhan dalam belajar, jarang mengerjakan tugas sekolah yang

diberikan oleh guru, dan nilai mata pelajaran hampir turun drastis dari semester

sebelumnya.

Motivasi belajar merupakan salah satu faktor penting yang dapat

mempengaruhi dan menentukan hasil dari proses kegiatan belajar siswa di sekolah.

Motivasi muncul karena adanya dorongan atau keinginan siswa untuk melakukan

kegiatan belajar di sekolah. Motivasi belajar memegang peranan untuk memunculkan


3

semangat belajar yang ditunjukkan siswa ketika mengikuti proses kegiatan belajar

mengajar di sekolah. Siswa yang memiliki dorongan atau keinginan yang kuat dalam

dirinya akan memiliki semangat untuk melakukan kegiatan belajar di kelas.

Motivasi belajar merupakan salah satu bentuk permasalahan belajar yang

dianggap klasik sebagai gejala yang muncul di sekolah, namun merupakan salah satu

faktor yang sangat penting untuk ditangani secara bersama oleh pihak sekolah.

bimbingan dan konseling di sekolah memegang peranan dalam menangani

permasalahan belajar dan memiliki prinsip layanan bimbingan untuk semua siswa

yang mempunyai permasalahan ataupun tidak di sekolah. Salah satu tugas yang

menjadi tanggung jawab utama guru bimbingan dan konseling di sekolah adalah

untuk memberikan arahan dan membimbing proses kegiatan belajar siswa.

Dengan demikian, motivasi siswa merupakan salah satu langkah awal yang harus

diberikan dalam pelayanan bimbingan dan konseling khususnya bimbingan belajar.

Terdapat beragam intervensi bimbingan belajar untuk meningkatkan motivasi

belajar siswa. Intervensi yang dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan

teori-teori belajar. Siswa yang memiliki motivasi rendah salah satunya karena tidak

mempunyai keterampilan belajar. Salah satu teori belajar yang menjelaskan mengenai

keterampilan belajar adalah teori belajar Robert Gange dengan menggunakan metode

belajar yang mampu mengembangkan keterampilan belajar siswa yaitu dengan

metode SQ3R, metode PQRST atau dengan metode quantum learning.

Hasil penelitian Jeannette Vos-Groenendal (DePorter dan Hernacki, 2006:19)

menyatakan: intervensi bimbingan belajar quantum learning dipandang efektif karena


4

quantum learning berhasil meningkatkan motivasi belajar sebesar 68%, yang

dipengaruhi dengan memperbesar keyakinan diri sebesar 81%, melanjutkan dan

memanfaatkan keterampilan belajar sebesar 81%, dan nilai belajar sebesar 73%.

Penggunaan intervensi bimbingan belajar quantum learning diprediksi dapat

digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar karena faktor-faktor yang

mempengaruhi motivasi belajar adalah dengan adanya keyakinan diri, memiliki

keterampilan belajar dan nilai belajar.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang Pengembangan model intervensi bimbingan belajar

quantum learning untuk meningkatkann motivasi belajar siswa SMP Muhammadiyah

Parepare.

B. Batasan Masalah

Dengan luasnya permasalahan dalam latar belakang penelitian ini yang telah

didentifikasi, maka peneliti membatasi penelitian pengembangan ini dengan batasan

sebagai berikut:

1. Penelitian pengembangan ini dilaksanakan pada siswa SMP Muhammadiyah

Parepare.

2. Model intervensi bimbingan belajar Quantum learning untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa yang akan diterapkan berdasarkan layanan bimbingan

belajar.
5

3. Materi yang akan disampaikan dalam bimbingan belajar Quantum learning

untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah sesuai dengan layanan

bimbingan belajar yang sesuai dengan kebutuhan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan realita, permasalahan dan batasan masalah yang dipaparkan

maka rumusan masalah yang peneliti ajukan adalah dikembangkannya model

intervensi bimbingan belajar Quantum Learning untuk meningkatkan motivasi

belajar siswa untuk menjadi pedoman guru pembimbing untuk memberikan layanan

bimbingan beajar terhadap siswa SMP Muhammadiyah Parepare.

D. Tujuan Penelitian Pengembangan

Mengembangkan suatu model intervensi bimbingan belajar Quantum

Learning dimana di dalamnya terdapat beberapa sesi area keterampilan belajar yang

sesuai dengan sasaran dan tujuan yang tepat sehingga diharapkan dapat membantu

meningkatkan motivasi belajar siswa.

E. Spesifikasi Produk yang diharapkan

Produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini adalah sebuah

modul yang berisi intervensi bimbingan belajar Quantum learning yang disesuaikan

dengan tujuan bimbingan belajar di SMP sehingga dalam pelaksanaannya dapat

berjalan efektif sesuai tujuan dan sasaran pemberian bimbingan.


6

F. Pentingnya Penelitian Pengembangan

Penelitian pengembangan ini dilaksanakan untuk :

1. Menunjukkan eksistensi bidang Bimbingan dan Konseling dalam kemajuan

teknologi informasi.

2. Memberikan jawaban atas pemenuhan kebutuhan dari permasalahan belajar siswa

terhadap bimbingan dan konseling dalam bidang belajar di SMP Muhammadiyah

Parepare.

3. Mengembangkan Program Bimbingan dan Konseling bidang belajar berdasarkan

kebutuhan belajar siswa.

G. Asumsi Dan Keterbatasan Penelitian

1. Produk yang dihasilkan dalam penelitian pengembangan ini adalah sebuah Model

intervensi bimbingan belajar Quantum learning untuk meningkatkan motivasi

belajar siswa.

2. Isi program dimasukkan dalam produk ini adala belajar dari teori yang disesuaikan

dengan perkembangan individu pada umumnya namun tetap dalam konteks

bimbingan belajar.

H. Manfaat Penelitian

Manfaat hasil penelitian dapat dilihat dari dua aspek yaitu :

a) Manfaat secara teoritis

1. Bagi akademisi : dapat menjadi bahan informasi dalam pengembangan ilmu

pengetahuan, khususnya di bidang Psikologi Pendidikan dan Bimbingan.


7

2. Bagi Peneliti : menjadi masukan dan bahan acuan dalam mengembangkan

penelitian dimasa mendatang dan dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian

yang sejenis.

b) Manfaat secara Praktis

1. Bagi sekolah : Memberikan inovasi baru dalam layanan BK khususnya

bimbingan belajar di sekolah.

2. Bagi guru pembimbing (konselor sekolah) : Memudahkan tugas guru

pembimbing untuk menyelesaikan masalah belajar siswa.

3. Bagi siswa : Membantu siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapi

khususnya siswa yang mengalami masalah belajar.


8

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Intervensi Bimbingan belajar

a. Pengertian bimbingan belajar

Pengertian bimbingan belajar yaitu proses bantuan yang diberikan pada

individu (siswa) agar dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam belajar,

sehingga setelah melalui proses perubahan belajar mereka dapat mencapai hasil

belajar yang optimal sesuai dengan kemampuannya, bakat dan minat yang dimiliki.

Tugas guru pembimbing adalah membantu siswa dalam mengenal dan

mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar baik untuk menguasai

pengetahuan, keterampilan serta dalam rangka menyiapkan kelanjutan pendidikan di

jenjang yang lebih tinggi. Layanan bimbingan belajar dilakukan untuk menunjang

program pendidikan di sekolah. Kartadinata (1998:70) mengemukakan bimbingan

belajar sebagai berikut.

Bimbingan belajar adalah proses bantuan yang diberikan kepada


individu agar dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya
dalam belajar sehingga setelah melalui proses perubahan belajar yang
optimal sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat yang dimilikinya.

Hal senada dikemukakan Abdullah (Mashuri, 2007: 21) bahwa: bimbingan

belajar adalah bantuan yang diberikan kepada invidu/kelompok yang mengalami

problem belajar. Ahmadi dan Rohani (1991: 107) mengemukakan bimbingan

belajar adalah seperangkat usaha bantuan kepada peserta didik agar dapat

8
9

memecahkan masalah-masalah belajar dan masalah-masalah akademis yang

dihadapinya.

Sementara Prayitno (2001: 85) mengemukakan.

Bimbingan belajar merupakan layanan yang memungkinkan siswa


mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar
yang baik, materi yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan
belajarnya, serta aspek tujuan kegiatan belajar lainnya.

Amti dan Marjohan (1991: 66) mengemukakan.

Bimbingan belajar adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada


individu (siswa) agar dapat mengatasi masalah-masalah yang dihadapi
dalam belajar, sehingga setelah melalui proses perubahan belajar
mereka dapat mencapai hasil belajar yang optimal sesuai dengan
kemampuannya, bakat dan minat yang dimilikinya masing-masing.

Berdasarkan pendapat di atas, maka bimbingan belajar merupakan proses

pemberian bantuan kepada siswa oleh guru pembimbing agar siswa dapat mengatasi

masalah belajarnya yang berkaitan dengan proses belajar, ataupun membantu siswa

agar lebih mengembangkan kebiasaan disiplin dalam belajar. Melalui pemberian

bimbingan belajar, siswa diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah belajarnya

serta memiliki kemampuan dalam mengelolah kegiatannya dalam belajar baik

disekolah atau dirumah.

b. Bentuk bimbingan belajar

Bentuk-bentuk bimbingan belajar menurut Djumhur dan Surya (1875:12)

adalah sebagai berikut.

1. Mendapatkan cara belajar yang efisien, baik sendiri maupun


kelompok
10

2. Menentukan cara mempelajari buku atau menggunakan buku-buku


pelajaran
3. Membuat tugas-tugas sekolah, mempersiapkan diri untuk ulangan
atau ujian
4. Memilih mata pelajaran yang cocok dengan minta, bakat,
kecakapan, cita-cita dan kondisi fisik
5. Menghadapi kesulitan-kesulitan dalam pelajaran tertentu
6. Menentukan pembagian waktu dan perencanaan belajar
7. Memilih pelajaran-pelajaran tambahan.

Sedangkan bentuk lain bimbingan belajar menurut Walgito (2004: 38) dibagi

menurut sifatnya yaitu.

1. Bersifat preventif, yaitu bimbingan yang bertujuan jangan sampai


anak-anak mengalami kesulitan, menghindarkan hal-hal yang tidak
diinginkan
2. Bersifat preservatif, ialah usaha untuk menjaga keadaan yang telah
baik agar tetap baik, jangan sampai keadaan yang baik menjadi
tidak baik
3. Bersifat korektif, ialah mengadakan konseling kepada anak-anak
yang mengalami kesulitan yang tidak dapat dipecahkan sendiri dan
yang membutuhkan pertolongan dari pihak lain.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa bimbingan

belajar dapat berbentuk ceramah, wawancara, preventif, preservatif dan korektif.

c. Tujuan bimbingan belajar

Kegiatan bimbingan di sekolah merupakan bagian integral dari keseluruhan

program kegiatan sekolah, terutama pada bimbingan belajar sehingga dapat diartikan

bahwa tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah merupakan tujuan yang ingin dicapai

bimbingan.

Bimbingan belajar menurut Djumhur dan Surya (1975: 35) Bertujuan untuk

membantu murid-murid agar mendapat penyesuaian yang baik dalam situasi belajar.

Sedangkan menurut Sukardi (1975: 80) mengemukakan bahwa: Bimbingan belajar


11

bertujuan agar murid-murid bisa melakukan penyesuaian yang baik dalam situasi

belajar seoptimal mungkin sesuai potensi-potensi, bakat, dan kemampuan yang ada

padanya.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

bimbingan belajar bertujuan untuk membantu murid-murid agar bisa melakukan

penyesuaian yang baik dalam situasi belajar seoptimal mungkin sesuai potensi-

potensi, bakat, dan kemampuan yang ada padanya.

d. Fungsi bimbingan belajar

Belajar adalah merupakan kegiatan fisik dan psikis yang tertinggi dalam

kehidupan manusia, sebagai hasil kegiatan belajar dapat membawa pada perubahan

dan peningkatan pandangan sikap dan tingkah laku yang baru dari hasil latihan

belajar tersebut.

Proses belajar yang terjadi di sekolah harus senantiasa mempunyai tujuan

yang jelas dan terarah sebagai pedoman dan panutan dalam aktivitas belajar sebagai

seorang siswa, dalam tujuan tersebut pada dasarnya menyangkut penguasaan bidang

pengetahuan pembinaan sikap dan pengembangan keterampilan yang merupakan cita-

cita sekolah yang diselenggarakan lewat pendidikan dan pengajaran.

Menurut Sukardi (1975: 56) ada dua faktor yang timbul dalam kesulitan

belajar, yaitu.

a) Faktor endogen, ialah faktor yang datang dari anak itu sendiri, hal
ini dapat bersifat :
1. Biologis, ialah hambatan yang bersifat kejasmanian.
2. Fisikologis, ialah hambatan yang bersifat kejiwaan.
12

b) Faktor eksogen, ialah hambatan yang dapat timbul dari luar diri
anak, faktor ini meliputi :
1. Faktor lingkungan keluarga.
2. Faktor lingkungan sekolah.
3. Faktor lingkungan masyarakat.

Kehadiran bimbingan dalam proses pendidikan dan pengajaran yang

dilaksanakan, secara keseluruhan dapat berfungsi membantu dan menunjang usaha-

usaha kearah kemajuan, kesejahteraan dan tercapainya tujuan pendidikan bagi

sekolah maupun bagi anak didik terutama dalam proses belajar mengajar didalam

pendidikan dan pengajaran yang dijalankan.

Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan pembelajaran ialah

fungsi pemeliharaan yang pengembangan yang akan menghasilkan terpelihara dan

terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif anak didik dalam rangka

perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.

Menurut Prayitno (2004) mengemukakan ada empat fungsi pokok pelayanan

bimbingan yaitu.

a) Pengenalan diri
Upaya utama didalam bimbingan dalam rangka menemukan dan
memberikan pemahaman terhadap potensi dan kemampuan bakat dan
minat, kebutuhan-kebutuhan, sifat-sifat kepribadian, permasalahan dan
kesulitan-kesulitan para siswa sesuai dengan fakta, data dan impormasi
dirinya sehingga ia dapat menggali dirinya secara utuh dan menyeluruh
agar dapat disalurkan dengan sewajarnya.
b) Pencegahan masalah
Di dalam bimbingan terhadap upaya provinsip (pencegahan) dan kuratip
(penyuluhan) terhadap segala permasalahan, baik yang belum terjadi
maupun yang sedang mengalami kesulitan didalam memecahkannya,
kemudian berupaya meluruskan agar para siswa dapat berbuat dan
bertindak tanpa adanya ketergantungan kepada orang lain.
13

c) Pengentasan
Orang yang mengalami masalah itu dianggap berada dalam suatu keadaan
yang tidak mengenakkan sehingga perlu diangkat atau dikeluarkan dari
kondisi yang tidak mengenakkan. Ia perlu dientas dari keadaan yang tidak
disukainya itu. Upaya yang dilakukang untuk mengatasi permasalahan itu
adalah upaya pengentasan melalui pelayanan dan bimbingan konseling.
Dalam hal itu, pelayanan dan bimbingan konseling menyelenggarakan
fungsi pengentasan.
d) Pemeliharaan dan Pengembangan
Apabila berbicara tentang Pemeliharaan, maka pemeliharaan yang baik
bukanlah sekedar mempertahankan agar hal-hal yang dimaksudkan tetap
utuh, tidak rusak dan tetap dalam keadaannya semula, melainkan juga
mengusahakan agar hal-hal tersebut bertambah baik, kalau dapat lebih
indah, lebih menyenangkan, memiliki nilai tambah daripada waktu-waktu
sebelumnya. Pemeliharaan yang dekian itu adalah pemeliharaan yang
membangun, pemeliharaan yang memperkembangkan. Oleh karena itu
fungsi pemeliharaan dan pengembangan tidak dapat dipisahkan.

e. Kedudukan bimbingan belajar dalam bimbingan konseling

Bimbingan dan konseling merupakan bagian yang terintegral dan terpadu

dalam proses pembelajaran di sekolah, maka keberadaan bimbingan dan konseling

diperlukan. Ketercapaian pendidikan bukan hanya ditentukan oleh faktor akademis

saja, namun menyangkut semua aspek kepribadian siswa.

Menurut Surya dan Rochman Natawidjaja (1993:46) mengemukakan bahwa:

Suatu proses bantuan yang terus menerus dan sistematis dari


pembimbing kepada yang dibimbing agar dapat kemandirian dalam
pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri dan perwujudan diri
dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian
diri dengan lingkungannya. Bimbingan dan konseling merupakan
suatu proses bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli
agar konseli yang dibimbing dapat berkembang secara optimal sesuai
dengan potensi yang individu miliki, sehingga individu tersebut
memiliki tanggung jawab, baik pada dirinya sendiri maupun
lingkungannya.
14

Yusuf (2006:37) Ditilik dari aspek potensi dan arah perkembangn siswa,

bimbingan dapat diklasifikasikan menjadi 4 bidang, yaitu. (1) bimbingan akademik,

(2) bimbingan sosial-pribadi, (3) bimbingan belajar, dan (4) bimbingan keluarga.

Selain itu Yusuf (2006:37) juga mengemukakan.

Bidang bimbingan belajar oleh penulis dianggap sangat penting


dikarenakan siswa lebih banyak menghabiskan waktu belajarnya di
sekolah dibandingkan dengan di rumah. Di sekolah siswa dapat lebih
terfokus untuk memahami pelajaran karena siswa dapat bertanya
langsung kepada guru apabila mengalami kesulitan. Bimbingan belajar
yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu siswa dalam
mengembangkan pemahaman dan keterampilan dalam belajar, dan
memecahkan masalah-masalah belajar.

Bimbingan belajar membantu siswa dalam mengatasi masalah belajar,

penyesuaian akademis dan pencapaian standar kompetensi. Bimbingan belajar

dilakukan dengan cara mengembangkan suasana belajar-mengajar yang kondusif agar

siswa terhindar dari kesultian belajar. Para pembimbing membantu siswa mengatasi

kesulitan belajar, mengembangkan cara belajar efektif, mengembangkan kebiasaan

belajar yang positif, membantu siswa agar sukses dalam belajar dan agar mampu

menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan pendidikan. Dalam bimbingan belajar,

pembimbing berupaya memfasilitasi siswa dalam mencapai tujuan belajar yang

diharapkan.

2. Konsep Dasar Quantum Learning

a. Pengertian Quantum Learning.

Quantum Learning adalah keseluruhan model yang mencakup kedua teori

pendidikan dan pelaksanaan di kelas dengan cepat. Ini menggambarkan praktek dasar
15

penelitian terpadu yang terbaik dalam pendidikan ke dalam keseluruhan, yang

membuat isi lebih bermakna dan relevan bagi kehidupan siswa. DePorter dan

Hernacki ( 2006:14) menyatakan quantum learning ialah, kiat petunjuk, strategi, dan

seluruh proses yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat

belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat

Metode quantum leraning adalah metode dan falsafah belajar yang terbukti

efektif untuk semua umur. quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik

pemercepatan belajar (accelerated learning) dan teori Neurolinguistik Program

(NLP).

DePorter dan Hernacki ( 2006:17) menyatakan.

Quantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lazanov, seorang


pendidik berkebangsaan Bulgaria dengan bereksperimen dengan yang
disebutnya yang disebutnya sugestologi atau suggestopedia.
Prinsipnya adalah sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar.,
dan setiap detail apapun memberikan sugesti positif dan negatif. Untuk
mendapatkan sugesti positif, beberapa teknik digunakan.Para siswa
didalam kelas dibuat menjadi nyaman, musik dipasang partisipasi
siswa didorong lebih jauh.Poster-poster besar, yang menonjolkan
informasi ditempel.Guru-guru yang terampil dalam seni pengajaran
sugestif bermunculan. Istilah lain yang hampir dapat dipertukarkan
dengan sugestologi adalah segala sesuatu yang memungkinkan siswa
untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan dengan upaya yang
normal disertai dengan kegembiraan. Suasana belajar yang efektif
diciptakan melalui campuran antara lain unsur-unsur hiburan,
permainan cara berfikir positif, dan emosi yang sehat.

Quantum learning sebagai interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi

cahaya. DePorter dan Henacki memaksimalkan kekuatan energi sebagai bagian

penting dari tiap interaksi manusia. Sebagai siswa tujuan belajar adalah meraih
16

sebanyak mungkin cahaya: interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi

cahaya. quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam program

Neurolinguistik, yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi.

program ini meneliti hubungan antara bahasa dan prilaku dan dapat digunakan untuk

menciptakan jalinan pengertian siswa dan guru. pada kaitan inilah, quatum learnig

menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar dan NLP dengan teori

keyakinan dan metode tertentu.

b. Ciri-Ciri Pembelajaran Quantum Learning

Beberapa hal yang penting dicatat dalam quantum learning adalah sebagai

berikut. Para siswa dikenali tentang kekuatan pikiran yang tak terbatas. ditegaskan

bahwa otak manusia mempunyai potensi yang sama dengan yang dimilliki oleh

Albert Einstein. Selain itu, dipaparkan tentang bukti fisik dan ilmiah yang

memberikan bagaimana proses otak itu bekerja. Melalui hasil penelitian Global

Learning, dikenalkan bahwa proses belajar itu mirip bekerjanya otak seorang anak 6-

7 tahun yang seperti spons menyerap berbagai fakta, sifat-sifat fisik, dan kerumitan

bahasa yang kacau dengan cara yang menyenangkan dan bebas stres. bagaimana

faktor-faktor umpan balik dan rangsangan dari lingkungan telah menciptakan kondisi

yang sempurna untuk belajar apa saja. Hal ini menegaskan bahwa kegagalan, dalam

belajar, bukan merupakan rintangan. Keyakinan untuk terus berusaha merupakan alat

pendamping dan pendorong bagi keberhasilan dalam proses belajar. Setiap

keberhasilan perlu diakhiri dengan kegembiraan dan tepukan.


17

c. Tahapan Metode Quantum Learning

DePorter dan Henacki (2006:19) mengemukakan tahap quantum learning

sebagai berikut.

a. Tahap Interaksi (proses siswa tidak hanya diajar banyak tentang teori dan
praktek, tetapi mereka juga membangun rasa percaya diri siswa, merasa
berhasil dalam hidup dan bergembira dalam waktu yang bersamaan)
b. Tahap hubungan (proses hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat
digunakan untuk menciptakan jalinan pegertian antara siswa dan guru)
c. Tahap Inspirasi (proses menciptakan gaya belajar, mengoptimalkan cara
belajar untuk menjadi pegangan mencapai keberhasilan).

DePorter dan Henacki (2006:20) menyatakan.

Proses quantum learning menciptakan konsep motivasi, langkah-


langkah menumbuhkan minat, dan belajar aktif. Membuat simulasi
konsep belajar aktif dengan gambaran kegiatan seperti: belajar apa
saja dari setiap situasi, menggunakan apa yang dipelajari untuk
keuntungan, mengupayakan agar segalanya terlaksana, bersandar pada
kehidupan. Gambaran kegiatan disandingkan dengan konsep belajar
pasif yang terdiri dari: tidak dapat melihat adanya potensi belajar,
mengabaikan kesempatan untuk berkembang dari suatu pengalaman
belajar, membiarkan segalanya terjadi, menarik diri dari kehidupan.

d. Teknik Belajar Quantum Learning

Teknik-teknik yang digunakan metode quantum learning untuk memberikan

sugesti positif adalah membuat siswa menjadi nyaman, memasang musik latar di

dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster untuk

member kesan sambil menonjolkan informasi, menyediakan guru-guru yang baik

dalam seni pengajaran sugestif.

Pada dasarnya quatum learning mencakup aspek-aspek penting dalam

program Neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang cara otak mengatur
18

informasi. Program Neurolinguistik meneliti hubungan antara bahasa dan prilaku, dan

dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian antara siswa dan guru. Para

pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui cara menggunakan bahasa yang

positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan positif factor penting untuk

merangsang otak yang paling efektif. Program Neurolinguistik dapat pula

menunjukkan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang dan

menciptakan keberhasilan yang meyakinkan.

e. Penggunaan Model Intervensi Bimbingan Belajar Quantum Learning Untuk

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

Salah satu prinsip yang penting dalam belajar adalah adanya motivasi.

Motivasi merupakan sesuatu yang mendesak atau mendorong individu kearah suatu

kegiatan guna mencapai tujuan. Seseorang yang memiliki motivasi belajar yang

tinggi menampakkan minat yang besar dan perhatian yang penuh terhadap kegiatan

belajar. siswa memusatkan sebanyak mungkin energi fisik dan psikis terhadap

kegiatan belajar tanpa perasaan bosan apalagi menyerah. Motivasi belajar merupakan

tenaga pendorong yang dapat menggerakkan atau mengarahkan siswa untuk

melakukan aktivitas belajar dalam mencapai tujuan belajar sehingga kebutuhan

belajarnya terpenuhi. apabila motivasi belajar siswa tinggi, siswa akan mempunyai

prestasi belajar yang tinggi.

Salah satu bentuk layanan bimbingan belajar yang di gunakan dalam

meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu dengan pengembangan model intervensi

bimbingan belajar quantum learning. quantum learning adalah pengembangan


19

keterampilan belajar (learning skills). keterampilan belajar menjadi aspek yang

penting dalam mendukung peningkatan motivasi belajar yang dipengaruhi oleh

keterampilan belajar siswa di sekolah.

Menurut Maher dan Zins (Nuranisah, 2006: 8) mengungkapkan.

hasil belajar pada kegiatan belajar di sekolah tidak selalu ditentukan


oleh aspek keterampilan belajar yang dimiliki oleh siswa, tetapi
dengan menguasai keterampilan belajar siswa akan menyadari
bagaimana cara belajar yang baik sehingga siswa dapat bertanggung
jawab terhadap kegiatan belajarnya di kelas. Dengan kata lain,
penguasaan siswa terhadap keterampilan belajar (learning skill) dapat
meminimalkan hambatan belajar yang mungkin di hadapi siswa.

Dengan demikian, siswa mampu memperoleh insentif atas perubahan yang

terjadi akibat adanya peningkatan motivasi. Pada akhirnya quantum learning dapat

menjadi metode belajar dan pengatur proses belajar siswa dalam meningkatkan

motivasi belajar.

Bentuk intervensi bimbingan belajar Quantum learning untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa, dilakukan melalui 7 pertemuan. Setiap pertemuan konselor

memberikan bimbingan belajar melalui pemberian metode belajar untuk

mengembangkan keterampilan belajar serta meningkatkan keyakinan diri dan

motivasi belajar siswa.

Beberapa sesi area keterampilan belajar yang dikembangkan dalam intervensi

bimbingan belajar quantum learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa,

sebagai berikut.
20

1). Sesi 1 Kekuatan Apa manfaat bagiku

Segala sesuatu yang ingin dikerjakan harus menjanjikan manfaat bagi kita

atau kita tidak akan termotivasi untuk melakukannya. Apa manfaatnya bagi ku

(Ambak) kadang-kadang sangat jelas dalam pemikiran kita, dan kadang kita harus

mencarinya. Sehingga Ambak dapat didefinisikan sebagai motivasi yang didapat dari

pemilihan secara mental antara manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan.

Menciptakan minat adalah cara yang sangat baik untuk memberikan motivasi pada

diri demi mencapai tujuan. Ketika menciptakan minat pada suatu subjek, kita sering

menemukan bahwa ini menuju pada minat baru, menciptakan rekreasi rantai yang

terus-menerus. Ketika kita mulai memilih untuk membuat keputusan denagan penuh

keyakinan hal ini dapat melahirkan kekuatan pribadi. Dan kita akan bertanggung

jawab atas hidup kita dan mulai mengupayakan agar segalanya terlaksana

2). Sesi 2 Penataan lingkungan belajar

Untuk menata lingkungan belajar yang tepat yaitu dengan menciptakan

lingkungan yang optimal, baik secara fisik maupun mental. Karena keadaan pikiran

yang ideal untuk belajar secara optimal diciptakan ketika kita mau memperluas zona

keamanan dan mencoba hal-hal baru. Caranya yaitu: pikirkan suasana dimana kita

dapat berkonsentrasi dengan mudah, gunakan musik khusus yang dapat mengerjakan

pekerjaan mental yang melelahkan sambil relaks dan berkonsentrasi. Saran pilihan

musik yang dapat digunakan ketika belajar yaitu ketika mempelajari, membaca, dan

belajar Dan untuk menata lingkungan belajar yang tepat dengan menggantungkan
21

kalimat-kalimat positif di dinding yang akan menjadi pengingat abadi akan potensi

dan kelebihan kita.

3). Sesi 3 Memupuk sikap juara

Untuk memupuk sikap juara, pastikan untuk selalu mempunyai sikap positif,

dan berpikir segalanya akan segera berubah. Setiap juara mulai belajar segala sesuatu

dari setiap kegagalan, dengan kegagalan tersebut kita dapat menuju puncak

keberhasilan. Karena kegagalan sama dengan umpan balik dan membawa kepada

keberhasilan. Untuk itu diperlukan keahlian dalam latihan dan pengulangan. Dalam

setiap situasi, kita dapat membayangkan berbagai macam skenario yang mungkin

terjadi, diantanya yaitu pemikiran yang negatif akan melemahkan diri dan pemikiran

yang positif akan memberikan semangat. Untuk itu, dalam setiap harapan, harapkan

yang terbaik, dan kita akan mendatangkan yang terbaik untuk menjadi kenyataan

dengan cara mengontrol kerangka pikiran seperti mengontrol tubuh

4). Sesi 4 membebaskan gaya belajar

Ada berbagai macam gaya belajar yang dipunyai oleh siswa, gaya belajar

tersebut yaitu: visual, auditorial dan kinestetik. Dalam Quantum Learning guru

hendaknya memberikan kebebasan dalam belajar pada siswanya dan janganlah

terpaku pada satu gaya belajar saja.

5) Sesi 5 Membiasakan membaca

Salah satu aktivitas yang cukup penting adalah membaca. Karena dengan

pemahaman dapat menambah wawasan dan daya ingat. Seorang guru hendaknya
22

membiasakan siswa untuk membaca, baik buku pelajaran maupun buku-buku yang

lain. Kegiatan membaca sehari-hari biasanya terdiri dari pengamatan atas kata-kata

yang dicetak secara mencolok, pemahaman, pemilihan, dan penyimpanan informasi.

Dengan mendorong keterampilan membaca, hal ini akan mempermudah kemampuan

mental, selain itu juga Untuk menjadi pembaca istimewa, ada beberapa kiat yang

dapat dilakukan yaitu: mempersiapkan diri, meminimalkan gangguan, duduklah

dengan sikap tegak, luangkan waktu beberapa saat untuk menenangkan pikiran,

gunakan jari atau benda lain sebagai petunjuk dan lihatlah sekilas bahan bacaan

sebelum memulai membaca. Dan untuk memahami materi yang dibaca ada beberapa

kiat yang biasa dilakukan yaitu jadilah pembaca aktif, baca gagasannya, bukan kata-

katanya, libatkan seluruh indra, ciptakan minat dan buat peta pikiran bahan bacaan

tersebut..

6). Sesi 6 Jadikan anak lebih kreatif

Siswa yang kreatif adalah siswa yang ingin tahu, suka mencoba dan senang

bermain. Dengan adanya sikap kreatif yang baik siswa akan mampu menghasilkan

ide-ide yang segar dalam belajarnya. Orang kreatif selalu ingin tahu, suka mencoba,

senang bermain, dan intuitif. Orang kreatif menggunakan pengetahuan yang kita

semua memilikinya dan membuat lompatan yang memungkinkan mereka

memandang segala sesuatu dengan cara-cara yang baru. Informasi itu sangat

berlimpah dan sangat mudah diperoleh, hingga mengakibatkan laju perubahan dunia

sangat cepat. Untuk itu pemecahan masalah adalah kombinasi dari pemikiran logis
23

dan kreatif dengan menggunakan proses pemikiran otak kanan dan otak kiri. Proses

kreatif ini mengalir melalui lima tahap yaitu persiapan dengan mendefinisikan

masalah, tujuan atau tantangan, inkubasi yaitu mencerna fakta-fakta dan

mengolahnya dalam pikiran, iluminasi yaitu mendesak ke permukaan, gagasan-

gagasan bermunculan, verifikasi yaitu memastikan apakah solusi itu benar-benar

memecahkan masalah dan aplikasi yaitu mengambil langkah- langkah untuk

menindaklanjuti solusi tersebut.

7). Sesi 7 Merayakan keberhasilan

Menunjukkan gambaran keseluruhan usaha yang telah dilakukan dan

menghargai hasil yang telah dicapai dengan cara merayakan keberhasilan sebagai

upaya mempertahankan motivasi belajar yang telah di raih melalui 6 tahap Intervensi

bimbingan belajar Quantum learning tersebut.

3. Pengertian Motivasi Belajar

a. Pengertian motivasi belajar

Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual,

peranannya yang khas dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat

untuk belajar. Adanya motivasi dalam diri siswa akan membangkitkan semangat

belajar bagi siswa itu sendiri. Artinya bahwa bila seorang siswa mempunyai motivasi

sukses yang lebih kuat, maka ia akan mencari jalan keluar dari kesulitan yang

dihadapinya. Akan tetapi bila motivasi suksesnya itu lemah, maka ia cenderung untuk

mencari jalan pintas dan bahkan menempuh jalan yang sulit sebagai bentuk pelarian
24

dari masalah yang dihadapinya itu. Sementara itu, Darma, (2002: 29) menjelaskan

bahwa.

Manifestasi dari siswa yang kurang motivasi belajar dapat dilihat pada

sejumlah gejala, yaitu: (a) kelesuan dan ketidakberdayaan: malas, segan, lambat

bekerja, mengulur waktu, pekerjaan tidak selesai, kurang konsentrasi, acuh tak acuh,

apatis, keadaan jasmani kurang baik, mudah lupa, pusing-pusing, mual dan

mengantuk, (b) penghindaraan atau pelarian diri: absen dari sekolah, suka bolos dan

datang terlambat, tidak mencatat pelajaran, dan sebagainya, (c) penentangan:

kenakalan, suka menganggu atau merusak, tidak menyukai pelajaran atau kegiatan

tertentu, mengeritik dan berdalih, (d) mencari kompensasi: mencari kesibukan lain di

luar pelajaran, mengerjakan tugas lain pada saat belajar, mendahulukan pelajaran

yang tidak penting.

Menurut M. Ngalim Purwanto (1992:73) dalam Psikologi Pendidikan

motivasi adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakan, mengarahkan dan

menjaga tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan

sesuatu, sehingga mencapi hasil atau tujuan tertentu Apa saja yang diperbuat

manusia, yang penting maupun yang tidak penting yang berbahaya maupun yang

tidak mengandung resiko selalu ada motivasinya. Begitu juga dalam masalah belajar

motivasi sangat diperlukan untuk tercapainya tujuan. Banyak bakat anak tidak dapat

berkembang karena tidak diperoleh motivasi yang tepat, padahal apabila mendapat

motivasi yang tepat akan keluar tenaga yang luar biasa sehingga tercapai hasil yang

luar biasa pula dan bahkan tidak berdaya sebelumnya. Mengingat berapa besar
25

pengaruh motivasi terhadap tercapainya hasil belajar maka hendaknya guru senatiasa

mamotivasi anak didiknya sehingga anak anaknya termotivasi untuk belajar yang

baik.

Belajar merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa disekolah, kegiatan belajar

tersebut ada yang dilakukan disekolah, dirumah dan tempat lain seperti di mesium,

perpustakaan, kebun binatang, sawah, sungai, atau hutan. Di tinjau dari segi guru,

kegiatan belajar siswa tersebut ada yang tergolong dirancang dalam disain

instruksional, disamping itu ada juga kegiatan belajar siswa yang tidak tidak termasuk

dalam rancangan guru, artinya siswa belajar dengan keinginan sendiri. Pengetahuan

tentang belajar, karena di tugasi dan belajar, karena motivasi belajar penting bagi

guru dan calon guru. Pada diri siswa terdapat kekuatan mental yang menjadi

penggerak belajar, kekuatan penggerak tersebut berasal dari berbagai sumber,

kekuatan mental yang berupa keinginan, perhatian, kemauan atau cita-cita. Kekuatan

mental yang mendorong terjadinya belajar disebut motivasi belajar. Dalam motivasi

terkadang adanya keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan

mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar (Dimiyati,1999)

Lebih jauh Dimiyati (1999) menyebutkan : Ada tiga komponen utama dalam

motivasi yaitu, kebutuhan, dorongan, dan tujuan. Koeswara, Dkk (1989)

mengemukakan bahwa kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidak

seimbangan antara apa yang ia dimiliki dan apa yang diharapkan sedangkan dorongan

merupakan kekuatan untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan,

dorongan, berorientasi pada tujuan yang merupakan inti dari motivasi.


26

1) Kebutuhan

Menurut Maslow Kebutuhan dibagi menjadi 5 tingkatan yaitu: (a) kebutuhan

fisiologis; (b) kebutuhan akan perasaan aman; (c) kebutuhan social; (d) kebutuhan

akan penghargaan diri; (e) kebutuhan untuk aktualisasi diri Dimiyati (1999 : 81).

Kebutuhan fisiologis berkenan dengan kebutuhan pokok manusia seperti pangan,

sandang, perumahan, kebutuhan rasa aman berkenaan dengan perwujudan berupa di

terima oleh orang lain, jati diri yang khas, berkesempatan maju, merasa diikut

sertakan dan pemilikan harga diri, kebutruhan aktualisasi diri berkenaan kebutuhan

individu untuk menjadi sesuatu yang sesuai dengan kemampuannya.

2). Dorongan

Menurut Hull bahwa dorongan atau motivasi berkembang untuk memenuhi

kebutuhan organisme. Di samping itu juga merupakan system yang memungkinkan

organisme merupakan penyebab munculnya dorongan, dan dorongan akan

mengaktifkan tingkah laku organisme terjadi disebabkan oleh respon dari organisme,

dorongan merupakan motivasi sebagai penggerak utama perilaku tetapi kemudian

juga tidak menolak adanya pengaruh faktor-faktor yang bersifat eksternal. Dimiyati (

1999 : 82 )

3). Tujuan

Dimiyati berpendapat bahwa tujuan merupakan pemberi arah pada perilaku,

secara psikologis, tujuan merupakan titik sementara pencapaian kebutuhan-kebutuhan

(Koeswara,1989). Jika tujuan tercapai, maka kebutuhan terpenuhi untuk sementara.


27

Jika kebutuhan tercapai maka orang menjadi puas, dengan dorongan mental untuk

berbuat berhenti sementara.

b). Jenis jenis Motivasi

Koeswara (1989:86) menyebutkan beberapa jenis motivasi sebagi berikut:

1) Motivasi primer

Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar

umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Manusia adalah mahluk

berjasmani sehingga perilakunya terpengaruh insting atau kebutuhan jasmaninya.

2) Motivasi sekunder

Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari, hal ini berbeda dengan

motivasi primer, sebagai ilustrasi orang yang lapar akan tertarik pada makanan.

Tanpa belajar untuk memperoleh makanan tersebut orang harus bekerja terlebih

dahulu, agar dapat bekerja dengan baik orang harus belajar, bekerja dengan baik

merupakan motivasi sekunder

3) Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik yaitu motivasi yang timbul dari diri dalam dirinya sendiri.

Contoh: anak mau melakukan shalat karena dia ingin mendapat pahala yang banyak

sehingga bisa masuk surga.

4) Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang timbul karena dorongan dari luar

dirinya. Contoh : anak mau belajar supaya nilainya baik sehingga tidak dimarahi oleh
28

ayahnya. Motivasi instrinsik anak lebih baik daripada motivasi ekstrinsik. Namun

biasanya kebanyakan anak akan memiliki motivasi intrinsik dibanding dengan

motivasi ekstrinsik. Jadi motivasi ekstrinsik mempunyai peranan yang penting untuk

menimbulkan motivasi instrinsik.

Adapun penjelasan tentang motivasi intrinsik dan ekstrinsik yaitu sebagai

berikut :

Motivasi ekstrinsik merupakan kegiatan belajar tumbuh dari dorongan dan

kebutuhan seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan kegiatan belajarnya

sendiri. Motivasi ini bukanlah tumbuh diakibatkan oleh dorongan dari luar diri

seseorang seperti dorongan dari orang dan sebagainya, atau seorang siswa yang

meminta dibelikan sebuah komputer agar terlaksana kegiatan belajarnya. Hubungan

seperti ini tidak ada kaitannya dengan antara komputer dan kegiatan belajar,

pembelian komputer mungkin mereka dapat belajar, mungkin saja juga tidak. Sebab

computer dilihat dari azas manfaat kedua kemungkinan dapat dilakukan manakala

seseorang dituntut menyelesaikan tugas dengan cepat. Computer merupakan alat

bantu, akan tetapi computer juga dapat menggangu kegiatan belajar manakala tidak

dimanfaatkan sesuai kebutuhan belajar. Pembelian computer tersebut merupakan

alasan yang dibuat-buat. Manakala siswa belajar dengan sungguh-sungguh untuk

mengharap naik kelas, dapat hadiah ini merupakan motivasi yang tambah sesuai

dengan kebutuhannya yang tidak secara mutlak berkaitan dengan dengan kegiatan

belajar.
29

Motivasi instrinsik merupakan kegiatan belajar dimulai dan diteruskan

berdasarkan penghayatan sesuatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak

berkaitan dengan aktifitas belajar. Misalnya belajar karena ingin memecahkan suatu

permasalahan, kegiatan belajar ini memang diminati dan dibarengi dengan perasaan

senang, dorongan tersebut mengalir dari dalam diri seseorang akan kebutuhan belajar,

percaya bahwa belajar yang keras hasilnya akan maksimal. Adapun ciri-ciri motivasi

instrinsik menurut Winkel (1989:4) diantaranya sebagai berikut.

(1) Keseriusan dalam belajar.


(2) Belajar karena ingin memecahkan masalah.
(3) Belajar untuk mengetahui mekanisme sesuatu berdasarkan hukum dan
rumus.
(4) Belajar demi mencapai cita-cita dan impian pada intinya motivasi adalah
dorongan untuk mencapai suatu tujuan.

Dapat diketahui dengan satu jalan adalah belajar, dorongan itu tumbuh dari

dalam diri seseorang. Adapun beberapa ciri motivasi ekstrinsik menurut Winkel

(1989:94) adalah.

(a) Belajar demi memenuhi kewajiban.


(b) Belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan
(c) Belajar demi memperoleh hadiah material yang disajikan
(d) Belajar demi meningkatkan gengsi
(e) Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting seperti orang tua
dan guru.
(f) Belajar demi memperoleh tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi
memenuhi persyaratan kenaikan pangkat atau golongan administrasi.

c). Ciri motivasi dalam pembelajaran

Ada beberapa ciri siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi. Ini dapat

melalui proses belajar mengajar di kelas, seperti:


30

1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama,

tidak pernah berhenti sebelum selesai).

2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak cepat putus asa).

3) Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak

cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).

4) Lebih senang kerja mandiri.

5) Dapat memperthanankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).

6) Tidak mudah melepaskan hal yang sudah diyakininya.

7) Senang mencari dan memecahkan soal-soal.

d) Pentingnya Motivasi dalam belajar

Perilaku yang penting bagi manusia adalah belajar dan bekerja, belajar

menimbulkan perubahan mental pada diri manusia. Bekerja menghasilkan sesuatu

yang bermanfaat bagi diri perilaku dan orang lain. Motivasi belajar dan motivasi

bekerja merupakan kemajuan penggerak masyarakat. Motivasi belajar sangat penting

bagi siswa, seperti yang dikemukakan oleh E.Mulyasa ( 2002 : 5) bahwa pentingnya

motivasi disebabkan karena sebagi berikut.

(1) Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir.
(2) Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar yang dibandingkan
dengan teman sebaya.
(3) Mengarahkan kegiatan belajarnya.
(4) Membesarkan semangat belajarnya.
(5) Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemungkinan bekerja
yang berkesinambungan.
31

e) Faktor-faktor yang dapat menurunkan motivasi belajar.

Terkadang motivasi belajar dapat pula terpengaruh oleh beberapa sebab,

berikut dijabarkan berbagai sebab / faktor yang dapat menurunkan motivasi belajar

peserta didik. Diantaranya adalah:

1. Kehilangan harga diri.

Pengaruh dari hilangnya harga diri bagi siswa sangat besar pengaruhnya. Tanpa harga

diri, siswa akan berlaku sangat emosional dan pasti menurunkan motivasi belajarnya.

Penting bagi guru untuk menyadari hal ini. Berhati-hati dengan latar belakang dan

tidak menyinggung perasaan siswa merupakan hal yang harus diperhatikan guru.

Contohnya: jika seorang siswa dihukum dengan cara maju kedepan dan memutar

kupingnya sendiri dan kakinya diangkat satu, niscaya ia tidak akan respek lagi

terhadap guru dan mungkin materi serta keseluruhan proses belajarnya. Bahkan dia

dapat seketika keluar kelas tanpa kembali lagi selamanya

2. Ketidaknyamanan fisik.

Fisik merupakan aspek fisiologis/penampakan yang penting untuk meningkatkan

motivasi belajar. Seorang siswa biasanya selalu memperhatikan penampilan fisiknya.

Jika fisiknya tidak membuat ia nyaman, motivasi belajarnya pun akan menurun.

Contoh: seorang yang mempunyai badan yang besar akan mengalami penurunan

motivasi jika ia diminta untuk belajar lari sprint dilapangan.


32

3. Frustasi

Kendala dan masalah hidup yang dihadapi oleh orang merupakan hal yang harus

dijalani. Terkadang dapat diatasi, terkadang tidak. Mereka yang mengalami masalah

yang tidak tertanggulangi biasanya akan cepat frustasi. Siswa seperti ini tentu fokus

utamanya menghadapi problem hidupnya yang sedang carut-marut itu. Motivasi

untuk terus belajar akan menurun sejalan dengan rasa frustasinya. Guru seharusnya

dapat memahami apa yang dihadapi siswanya. Guru harus dapat menyampingkan rasa

frustasi siswanya dengan menjadikan proses pembelajaran sebagai sesuatu yang

menyenangkan dan refreshing.

4. Teguran yang tidak dimengerti.

Siswa tidak hanya manusia yang mempunyai pemikiran dan pengalaman yang luas

tetapi juga prasangka yang besar pula. Jika guru menegur tanpa dia mengerti, siswa

itupun akan merasa bingung dan berprasangka yang macam-macam yang pada

akhirnya menjadi faktor penurunan motivasi belajarnya. Contohnya : guru yang kesal

dengan siswanya yang terlambat menacung-acungkan jari dengan cepat kepada siswa

tersebut. Siswa tersebut tentu bingung dan berpikir apa yang salah dengannya, dan

dia berinisiatif untuk tidak menghadiri kelas tersebut, mungkin untuk selamanya

5. Persaingan yang tidak sehat.

Setiap siswa mempunyai perbedaan satu sama lainya. Kadang-kadang dalam ujian

ada saja yang berbuat curang. Siswa yang berbuat jujur merasa tidak adil kepada

mereka yang mencontek dan mendapat nilai bagus sementara dirinya bersungguh-
33

sungguh dalam belajar tetapi nilainya standar saja. Hal ini menyebabkan motivasi

belajarnya menurun bahkan menjadikan proses belajar tidak lagi kondusif.

6. Presentasi yang membosankan .

Pembelajaran tidak terlepas dari proses penyajian materi. Tutor harus dapat

menyajikan materi yang baik. Menarik, jelas dan melingkupi seluruh materi

menjadikan suatu presentasi diterima dengan baik. Jika hal itu bertolak belakang,

siswa akan cepat bosan dan menurunkan motivasinya untuk belajar. Contohnya,

presentasi disajikan dengan huruf yang terlampau kecil sehinga sulit untuk dibaca, ,

atau penyaji hanya menggunakan metode ceramah saja, dan lain lain.

7. Pelatih atau fasilitator tidak menaruh minat.

Guru dalam perannya sebagai fasilitator di kelas sangat penting untuk

memperlihatkan minatnya pada materi yang diajarkan. Jika tidak, siswa akan berfikir

bahwa materi tersebut tidak penting dan membosankan. Hal itu akan sangat

berdampak pada penurunan motivasi belajar mereka.

8. Tidak mendapatkan umpan balik.

Pembelajaran yang efektif harus menyertakan umpan balik pada komponen

komunikasi antar individu. Siswa dan guru selayaknya mendapatkan umpan balik

satu dan lainnya. Jika hal ini tidak terjadi, siswa dan guru akan mengarah pada

komunikasi searah saja. Hal ini berkebalikan dengan proses pembelajaran yang

seharusnya. Siswa tidak mendapatkan apa yang ia butuhkan dan begitu juga guru
34

tidak mendapatkan respon dari siswa. Penurunan motivasi belajar tentu terjadi karena

hal tersebut. Contohnya: guru yang mengajar dengan hanya metode ceramah tanpa

melakukan diskusi dan melontarkan pertanyaan, juga tidak memperhatikan siswanya

(mengacuhkan) akan tidak mendapat umpan balik yang diperlukan untuk melihat

sejauh mana siswa menguasai materi. Begitu juga siswa yang melihat tidak adanya

kesempatan bertanya dan berpendapat dan mengkritisi materi, akan merasa bosan dan

menganggap umpan balik dari guru tidak ada. Mereka dapat segera keluar dari kelas

tanpa mempedulikan gurunya.

9. Harus belajar dengan kecepatan yang sama.

Pembelajaran merupakan suatu proses dimana siswa memiliki perbedaan baik dalam

hal kecepatan daya serap atau pengalaman dan kemampuan lainnya. Jika guru

memberikan pola pengajaran yang kecepatannya sama tiap-tiap siswa, dikhawatirkan

akan terjadi kebosanan pada siswa yang lebih cepat penyerapannya dan terjadi rasa

frusrtasi yang sangat bagi siswa yang proses penyerapannya lambat. Kedua hal ini

dapat menurunkan motivsi belajar siswa.

10. Berkelompok dengan peserta yang sama-sama kurang.

Metode pembelajaran kelompok merupakan suatu metode stratgis untuk guru agar

siswa dapat saling mengisi dan menanggulangi masalah yang disampaikan guru. Jika

dalam satu kelompok anggotanya berkemampuan rendah semua, kegiatan kelompok

tidak akan berjalan baik. Proses yang diharapkan guru agar saling mengisi dan
35

bertukar pendapat akan tidak berjalan dikarenakan seluruh anggotanya

berkemampuan rendah. Siswa pun akan merasa tidak mencapai proses yang baik dan

tidak mencapai target. Keadaan tersebut akan menurunkan motivasi belajarnya.

11. Harus bertingkah yang tidak sesuai dengan pembimbingnya.

Tingkah laku siswa dipengaruhi oleh pemahamannya. Siswa mempunyai karakter

yang khas satu sama lainnya. Pembimbing tidak dapat memaksakan kehendaknya

kepada siswanya agar sesuai dengannya. Jika hal ini terjadi, siswa akan bertindak

tidak sesuai denga pribadinya dan hal ini menimbulkan gejolak didalam hatinya dan

mungkin mereka akan keluar kelas untuk selamanya.

Salah satu upaya dalam meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan

melalui intervensi bimbingan belajar quantum learning. Dengan bimbingan belajar

quantum learning akan terjadi perubahan prilaku siswa yang diharapkan. Perubahan

prilaku siswa yang diharapkan itu adalah siswa mampu mengembangkan sebelas

keterampilan belajar, selain itu juga siswa dapat menemukan gaya belajar yang

efektif, dan menemukan lingkungan belajar yang tepat sehingga bisa membantu siswa

meningkatkan motivasi belajarnya.


36

B. KERANGKA PIKIR

Berkaitan dengan model Intervensi bimbingan belajar Quantum learning

untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, selama ini dalam pelaksanaan program

bimbingan belajar di sekolah, khususnya di SMP Muhammadiyah Parepare belum

terlaksana dengan baik dan secara keseluruhan bimbingan belajar, sehingga kadang

dalam pelaksanaannya bimbingan konseling luput dari kebutuhan akan terpenuhinya

apa yang seharunya mereka terima. Pelaksanaan layanan bimbingan belajar masih

integral dengan program bimbingan dan konseling, layanan yang diberikan oleh guru

pembimbing masih bersifat secara umum. Padahal sudah ada prinsip yang telah

mengatur dalam penyelenggaraannya, yaitu program bimbingan belajar hendaknya

direncanakan sebagai suatu proses yang berkesinambungan dan terintegrasi sesuai

dengan kebutuhan belajarnya, serta program bimbingan belajar hendaknya disusun

dengan melibatkan diri siswa dalam proses perkembanganya.

Dari beberapa hal di atas, Pemberian bimbingan belajar yang tepat sesuai

dengan kebutuhan belajar siswa yaitu untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

sehingga dapat memudahkan para siswa untuk lebih bisa mengembangkan potensi

diri serta mampu mengatasi permasalahan yang dialami. Untuk lebih jelasnya

perhatikan kerangka pikir berikut:


37

Model Intervensi Bimbingan belajar Quantum learning:


1. membuat ruangan kelas/tempat belajar menjadi
nyaman dan kondusif dengan cara menempelkan
poster-poster menarik dan juga memutarkan musik
BIMBINGAN BELAJAR (bila memungkinkan)
2. membuat siswa mengubah strategi belajar yang
tadinya monoton menjadi lebih bervariasi,
menyenangkan dan bermanfaat.
3. memberikan bimbingan belajar kepada siswa tentang
7 sesi area keterampilan belajar yang dikembangkan
dalam metode belajar quantum learning

Kesesuaian layanan ( SATLAN ) dengan materi dan tujuan


Intervensi bimbingan belajar.

PRODUK:
Program Bimbingan belajar

Peningkatan motivasi belajar siswa

1. Tekun menghadapi tugas


2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak cepat putus asa).
3. Tidak mudah melepaskan hal yang sudah diyakininya
4. Senang mencari dan memecahkan soal-soal

Gambar Skema Kerangka Pikir

Ket:
----- = Hubungan tidak langsung
= Hubungan langsung
38

BAB III METODE PENELITIAN

A. Model Pengembangan

Dalam penelitian pengembangan ini, peneliti menggunakan model

pengembangan prosedural, yaitu model yang bersifat deskriptif dimana dalam

penelitian ini peneliti membuat langkah-langkah yang harus diikuti untuk

menghasilkan produk.

Menurut Sugiyono (2010:407), bahwa:

Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa inggrisnya


research and development adalah metode penelitian yang digunakan
untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk
tertentu. Untuk dapat mengahasilkan produk tertentu digunakan
penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji
keefektifan produk tersebut supaya dapar berfungsi di masyarakat
luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk
tersebut. Penelitian pengembangan bersifat longitudinal (bertahap,
bisa multy years).

Penelitian pengembangan (Research and Development) menurut Asim

(Mukhodi, 2009:46) bahwa:

Penelitian pengembangan merupakan jenis penelitian yang


berorientasi pada produk, melalui penelitian dan pengembangan
diharapkan dapat menjembatani kesenjangan antara penelitian yang
lebih banyak berorientasi pada pengujian teori kearah penelitian yang
berorientasi pada hasil berupa produk-produk yang dapat digunakan
langsung oleh pengguna. Produk-produk yang dihasilkan dalam
penelitian pengembangan menjadikan para pengguna tinggal
mengimplementasikan produk hasil penelitian dalam aktivitas
pendidikan.

Selanjutnya Setyosari (2012) penelitian pendidikan dan pengembangan, yang

lebih kita kenal dengan istilah Research & Development (R&D). Strategi untuk

38
39

mengembangkan suatu produk pendidikan oleh Brog & Gall (Setyosari, 2012)

disebut sebagai penelitian pengembangan. Penelitian dan pengembangan ini kadang

kala disebut juga suatu pengembangan berbasis pada penelitian atau juga disebut

research-based development.

Penelitian pengembangan ini memang hadir belakangan dan merupakan tipe

atau jenis penelitian yang relatif baru. Penelitian pengembangan adalah suatu proses

yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Penelitian

ini mengikuti suatu langkah-langkah secara siklus. Langkah-langkah penelitian atau

proses pengembangan ini terdiri atas kajian tentang temuan penelitian produk yang

akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan-temuan tersebut,

melakukan uji coba lapangan sesuai dengan latar dimana produk tersebut akan

dipakai, dan melakukan revisi terhadap hasil uji lapangan.

Model pengembangan disini mengacu pada strategi pengembangan yang

dikemukakan oleh Borg and Gall (Setyosari, 2012) karena model ini mempunyai

langkah-langkah yang dianggap paling sesuai dengan penelitian ini. Strategi ini

dinamakan penelitian dan pengembangan (research and development). R&D

merupakan siklus pengembangan yang terdiri dari 7 langkah pengembangan, yaitu:

1. Penelitian awal dan pengumpulan informasi.

2. Perencanaan pengembangan.

3. Pengembangan produk awal.

4. Uji lapangan awal (validasi ahli).

5. Revisi I.
40

6. Uji kelompok kecil.

7. Revisi II (produk akhir)

Untuk lebih jelasnya perhatikan diagram alur siklus pengembangan

berikut ini:

Diagram alur siklus pengembangan

Penelitian Awal dan


Pengumpulan
Informasi

Perencanaan Pengembangan produk


pengembangan awal

Uji kelompok kecil Uji validasi

Revisi
I
Revisi II Produk
Akhir
Gambar 3.1. Alur siklus pengembangan (Borg & Gall)

B. Prosedur pengembangan

Agar model pengembangan dengan mengacu pada strategi di atas relevan

dengan tujuan penelitian ini, maka peneliti merumuskan langkah-langkah

pengembangan menjadi seperti berikut ini:

1. Penelitian awal dan pengumpulan informasi.

a) Analisis kebutuhan.
41

b) Studi literatur.

c) Merumuskan masalah.

2. Perencanaan pengembangan: merumuskan tujuan pengembangan dan

menentukan materi yang akan dikembangkan.

3. Pengembangan produk awal: desain produk, menyusun materi atau sumber

bahan, pembuatan produk.

4. Uji lapangan awal (validasi ahli).

5. Revisi I.

6. Uji kelompok kecil.

7. Revisi II (Produk akhir)

Adapun dalam penelitian pengembangan ini, peneliti mengembangkan produk

berupa model intervensi bimbingan belajar Quantum learning untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa SMP Muhammadiyah Parepare. Produk yang dihasilkan ini

berupa pemaparan model intervensi bimbingan belajar Quantum learning untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga memudahkan guru pembimbing untuk

melaksanakan bimbingan belajar karena telah tersusun dengan sistematis.

Secara rinci prosedur yang akan dilalui dalam penelitian pengembangan

model intervensi bimbingan belajar Quantum learning adalah sebagai berikut:

1. Penelitian awal dan pengumpulan informasi (need assesment).

a) Karakteristik siswa. Sebelum membuat produk, peneliti melakukan penelitian

awal di sekolah yang akan dijadikan uji kelompok agar peneliti mengetahui

karakteristik siswa yang menjadi sasaran. Hal itu dapat berupa keterampilan
42

awal dan pengetahuan yang telah dimiliki sebelum menggunakan produk, serta

kebutuhan mereka akan produk yang akan dibuat.

b) Analisis kebutuhan, peneliti melakukan penelitian awal yang bertujuan untuk

mengetahui kebutuhan subyek terhadap produk yang akan dikembangkan.

Dengan demikian diharapkan produk yang dihasilkan benar-benar produk yang

sesuai dengan kebutuhan (based on need), dan menunjukkan bahwa kebutuhan

pada hakekatnya merupakan kesenjangan (gap), dan menunjukkan keadaan

yang seharusnya (ideal) dengan kenyataan yang ada.

c) Studi literatur, peneliti melakukan studi literatur dengan mempelajari literatur-

literatur bacaan yang relevan dengan variabel penelitian, yaitu literatur yang

berhubungan dengan bimbingan belajar, perkembangan belajar siswa dan

perkembangan program bimbingan belajar.

d) Merumuskan masalah, rumusan masalah dalam penelitian pengembangan ini

adalah perlu dikembangkannya model intervensi bimbingan belajar Quantum

learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa SMP Muhammadiyah

Parepare

2. Perencanaan pengembangan: meliputi merumuskan tujuan langkah-langkah dalam

pengembangan yaitu penyusunan program model Intervensi bimbingan belajar

Quantum learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Adapun yang akan

direncanakan adalah studi kelayakan, materi program bimbingan belajar

disesuaikan dengan masalah siswa, tujuan materi program, dan jenis layanan

bimbingan.
43

3. Pengembangan produk awal: dalam pengembangan program model Intervensi

bimbingan belajar Quantum learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

ini peneliti melaksanakan rencana-rencana yang telah ditetapkan dalam tahap

perencanaan di atas diantaranya adalah: merancang konsep program, merancang

isi, merancang materi, serta merancang penyesuaian materi dengan layanan

bimbingan yang dilakukan.

4. Uji lapangan awal (validasi ahli), setelah mengembangkan program model

Intervensi bimbingan belajar Quantum learning untuk meningkatkan motivasi

belajar siswa, langkah selanjutnya adalah langkah uji coba pertama. Uji coba

pertama melibatkan ahli bimbingan belajar dan Guru BK. Hasil uji coba pertama

atau validitas ahli akan dijadikan dasar dalam revisi produk awal.

5. Revisi I, revisi produk awal ini dilakukan berdasarkan data hasil uji coba pertama.

Data yang masuk dari para ahli nantinya akan dianalisis dan hasil analisisnya

dijadikan bahan utama dalam melakukan revisi.

6. Uji kelompok kecil, dalam uji coba kelompok kecil melibatkan kelompok kecil.

Hasil uji coba kelompok kecil ini dijadikan sebagai dasar dalam revisi ke dua.

7. Revisi II, revisi produk dua ini dilakukan berdasarkan data hasil uji coba

kelompok kecil. Data yang masuk dianalisis dan dijadikan bahan utama dalam

melakukan revisi akhir. Data yang masuk dijadikan bahan dalam melakukan revisi

akhir program bimbingan belajar dan merupakan hasil akhir pada pengembangan

model Intervensi bimbingan belajar Quantum learning untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa. Produk akhir, merupakan hasil akhir dari pada
44

pengembangan program bimbingan belajar yaitu model intervensi bimbingan

belajar Quantum learning tersusun secara sistematis untuk meningkatkan motivasi

belajar siswa.

Penelitian pengembangan ini, diterapkan model penelitian pengembangan

Borg and Gall yang telah dimodivikasi oleh peneliti. Modifikasi tersebut dibuat

supaya dalam penelitian pengembangan program bimbingan belajar ini, dapat

berjalan sistematis sesuai dengan metode penelitian dan pengembangan tersebut

akan disajikan dalam gambar berikut:

1. Penelitian dan pengumpulan informasi

2. Perencanaan

3. Pengembangan produk awal (draf 1)

4. Validasi ahli 5. Revisi produk 6. Uji kelompok kecil


awal
Desain : uji ahli Desain : ujicoba

Subyek : 2 ahli Subyek : 6 siswa


Hasilkan draft 2
Analisis : analisis isi Analisis : deskriptif

7. Revisi produk dua

Produk akhir model intervensi bimbingan


belajar Quantum Learning untuk
meningkatkan motivasi belajar siswa

Gambar 3.2 Model pengembangan program bimbingan belajar


45

C. Fokus dan Deskripsi Fokus Masalah Penelitian

1. Fokus Masalah

Fokus permasalahan dalam penelitian pengembangan ini adalah belum

tersusunnya model intervensi bimbingan belajar Quantum learning untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa secara sistematis dan tidak terlaksananya

program bimbingan belajar yang sangat dibutuhkan oleh siswa. Program

bimbingan belajar harusnya memiliki sistem pengelolaan (manajemen) yang

bermutu, dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. Sehingga

penelitian ini akan menghasilkan model intervensi bimbingan belajar Quantum

learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa yang bermutu , dalam arti

dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah.

2. Deskripsi Fokus Masalah.

a. Pengembangan program merupakan salah satu penyusunan program

bimbingan. Pengembangan program ini disusun dengan maksud

menyediakan panduan praktis bagi konselor sekolah dalam melaksanakan

layanan bimbingan belajar dan pendidikan bagi siswanya. Penyusunan

pengembangan ini dilakukan dengan melakukan need assesment.

b. Model intervensi bimbingan belajar Quantum learning untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa yaitu bimbingan yang diarahkan untuk membantu

para individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah

akademik serta membantu siswa untuk meningkatkan motivasi belajarnya.

Masalah-masalah akademik meliputi : pengenalan kurikulum, pemilihan


46

jurusan, cara belajar, penyelesaiann tugas-tugas dan latihan, pencarian dan

penggunaan sumber-sumber belajar, perencanaan pendidikan lanjutan, dan

lain-lain.

c. Bimbingan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,

sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dalam

lingkungan.

d. Bimbingan belajar merupakan salah satu bentuk layanan bimbingan yang

penting diselenggarakan di sekolah. Pengalaman menunjukkan bahwa

kegagalan-kegagalan yang dialami siswa dalam belajar tidak selalu

disebabkan oleh kebodohan atau rendahnya intelegensi. Seringkali

kegagalan itu terjadi disebabkan karena mereka tidak mendapat layanan

bimbingan yang memadai. Bimbingan belajar yaitu bimbingan yang

diarahkan untuk membantu para individu dalam menghadapi dan

memcahkan masalah-masalah akademik.

e. Bimbingan dalam hal ini diartikan sebagai proses pemberian bantuan

kepada seseorang atau beberapa orang individu agar dapat mengembangkan

kemampuan dan kemandiriaannya berdasarkan norma-norma yang berlaku.

f. Cara mengatur tempat belajar yang baik

1) Tentukan tempat belajar tetap

2) Hindari hal-hal yang dapat mengganggu belajar

3) Pengaturan cahaya ruangan


47

4) Aturlah meja dan kursi belajar

5) Mengatur semua bahan pelajaran

6) Ventilasi yang cukup

D. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitan ini dilakukan pada siswa SMP Muhammadiyah Parepare, setelah

terlebih dahulu melakukan observasi awal untuk memperoleh data informasi awal.

Alasan dipilihnya siswa di SMP Muhammadiyah Parepare karena dari hasil observasi

awal dengan melakukan wawancara dengan guru pembimbing tanggal 26 September

2012 di SMP Muhammadiyah Parepare diketahui bahwa program bimbingan belajar

hanya mengikuti program secara nasional, pelaksanaannya hanya didasarkan pada

keterampilan siswa dalam mengambil keputusan untuk memilih studinya demi masa

depannya, tanpa mempertimbangkan perkembangan belajar siswa pada umumnya

serta tidak adanya alokasi waktu khusus. Adapun waktu pengembangan model

intervensi bimbingan belajar Quantum learning untuk meningkatkan motivasi belajar

siswa akan dilaksanakan pada bulan September sampai dengan November 2013.

E. Subyek uji ahli (Validasi ahli)

Pada tahap uji ahli atau validasi ahli ini peneliti mengujikan produk kepada

akademisi dan praktisi pendidikan yang bergerak dibidang ahli pengembangan

program bimbingan belajar dan guru pembimbing (konselor) di SMP

Muhammadiyah. Kedua ahli tersebut adalah dosen jurusan Psikologi Pendidikan dan

Bimbingan FIP UNM dan guru pembimbing yang merupakan salah satu guru

pembimbing di SMP Muhammadiyah Parepare. Kedua ahli tersebut dipilih karena


48

memiliki keahlian masing-masing dan bertujuan untuk memberikan validasi produk

berupa program model intervensi bimbingan belajar Quantum learning untuk

meningkatkan motivasi belajar siswa di SMP Muhammadiyah Parepare.

F. Uji coba produk

1. Desain uji coba

Pada pengembangan program model intervensi bimbingan belajar Quantum

learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dilakukan uji coba. Uji coba

dilakukan pada uji kelompok kecil, pada uji coba ini melibatkan 6 siswa dari di SMP

Muhammadiyah Parepare. Uji dimaksudkan untuk memperoleh data yang hasilnya

akan dijadikan sebagai dasar merevisi produk, sehingga produk yang dihasilkan

benar-benar layak untuk digunakan. dan berdasarkan hasil dari focus group

discussion program bimbingan belajar maka dari enam siswa yang mengikuti focus

group discussion mendapat penilaian skala 100% dan maka model intervensi

bimbingan belajar Quantum learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

memberikan pengaruh kepada kebiasaan belajar siswa

2. Subyek uji coba

Subyek uji kelompok kecil merupakan sekelompok kecil siswa kelas VII dan

VIII yaitu 6 orang. Kelas VII sebanyak 3 siswa kelas VIII sebanyak 3 siswa. Sampel

tersebut diambil menggunakan stratified random sampling, dimana sampel tersebut

diacak berdasarkan tingkatan kelas.


49

3. Jenis data

Data yang diperoleh dalam pengembangan model intervensi bimbingan

belajar Quantum learning untuk meningkatkan motivasi belajar siswa berupa data

kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil tanggapan, kritik dan

saran dari para ahli dan kelompok kecil terhadap rencana pengembangan program

bimbingan belajar untuk meningkatkan cara belajar efektif siswa.

Data kuantitatif diperoleh dari uji kelompok kecil yang berupa penilaian

secara umum mengenai program bimbingan belajar. Data yang didapatkan kemudian

diolah guna menunjukkan taraf kelayakan dan pada akhirnya, seluruh data baik data

kuantitatif maupun kualitatif yang diperoleh akan digunakan sebagai dasar merevisi

produk program bimbingan belajar tersebut.

4. Instrumen pengumpulan data

a) Interview

Menurut Bungin (2010:130) metode wawancara juga biasa disebut dengan

metode interview atau disebut sebagai metode wawancara. Metode wawancara

adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya

jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang

diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara.

Selanjutnya menurut Basrowi dan Suwandi (2008:141) wawancara adalah

semacam dialog atau tanya jawab antara pewawancara dengan responden dengan

tujuan memperoleh jawaban-jawaban yang dikehendaki. Pengumpulan data dengan

cara wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data berupa tanggapan atau


50

penilaian dari para ahli pada pengembangan program bimbingan belajar untuk

meningkatkan cara belajar efektif siswa. Proses wawancara melalui wawancara bebas

terpimpin, dengan membuat garir-garis besar informasi yang ingin diperoleh.

Masing-masing ahli mengevaluasi bidang berdasarkan bidang

keterampilannya masing-masing. Ahli Bimbingan dan Konseling serta Guru

pembimbing (konselor) menekankan evaluasi dari segi materi dan kelayakan program

yang dihasilkan serta komentar tertulis berupa format penilaian uji kelayakan

(terlampir).

b) Angket

Arikunto (2002:140) menjelaskan bahwa angket adalah seperangkat

pertanyaan tertulis yang ditujuakan kepada responden untuk mengungkap pendapat,

keadaan dan kesan yang ada pada responden sendiri maupun keadaan di luar dirinya.

Sutrisno Hadi (Sugiyono, 2010:194) mengemukakan alasan pemilihan angket adalah

berdasarkan asumsi berikut:

(1) Bahwa subyek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang
dirinya sendiri.
(2) Bahwa apa yang dinyatakan subyek pada penyelidik adalah benar
dan dapat dipercaya.
(3) Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang
dimaksudkan oleh peneliti.

Alat pengumpul data berupa angket digunakan untuk mengumpulkan data

berupa tanggapan atau penilaian siswa SMP Muhammadiyah Parepare Bentuk angket

yang digunakan oleh peneliti adalah bentuk angket tertutup dengan pilihan jawaban

ya dan tidak. Data yang diperoleh dari angket tersebut adalah kuantitatif.
51

c) Focus Group Discussion (FGD)

Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang

umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan

makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini

digunakan untuk mengungkap permaknaan dari suatu kelompok berdasarkan

hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga

dimaksudkan untuk menghindari permaknaan yang salah dari seorang peneliti

terhadap focus masalah yang sedang diteliti (Sutopo, 2006: 73). Adapun tujan

dari Focus group Discussion adalah untuk memperoleh masukan maupun

informasi mengenai permasalahan.

5. Validitas instrumen

Validitas instrumen dalam penelitian pengembangan ini khususnya berupa

angket dilakukan dengan cara validitas logis. Sebuah instrumen dikatakan

memiliki validitas logis apabila instrumen tersebut secara analisis akal sudah

sesuai dengan isi dan aspek yang diungkap, dan untuk memperoleh instrumen

yang memiliki validitas logis baik dari isi maupun aspeknya, peneliti melakukan

perencanaan penyusunan instrumen dengan memebuat kisi-kisi instrumen.

Selanjutnya, peneliti meminta pendapat ahli dalam mencermati kesesuaian

instrumen yang telah disusun dengan hal-hal yang ingin diungkap.


52

6. Teknik analisis data

Teknik analisis data yang digunakan untuk mengolah data yang diperoleh dalam

pengembangan program ini adalah dengan menggunakan analisis isi dan analisis

deskriptif.

a) Analisis data kualitatif

Analisis data kualitatif dilakukan dengan menggunakan analisis isi, yaitu

dengan mengelompokkan informasi-informasi data kualitatif berupa

tanggapan, masukan, serta kritik dan saran yang didapat dari para ahli, ini

digunakan untuk merevisi program bimbingan belajar untuk meningkatkan

cara belajar efektif siswa pada revisi tahap 1.

b) Analisis data kuantitatif

Analisis data kuantitatif dilakukan dengan analisis deskriptif kuantitatif yaitu

untuk menganalisis data kuantitatif diperoleh dari angket lembar evaluasi

yang diperoleh dari uji kelompok kecil. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:

246) bahwa:

Data kuantitatif berupa angka-angka hasil perhitungan atau


pengukuran dapat diproses dengan cara dijumlah, dibandingkan
dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh presentase.
Kadang-kadang presentase dimaksudkan untuk mengetahui status
sesuatu yang dipresentasikan dan disajikan tetap berupa
presentase. Sesudah sampai ke presentase lalu ditafsirkan dengan
kalimat yang bersifat kualitatif, misalnya baik (76%-100%), cukup
baik (56%-75%), kurang baik (40%-55%), tidak baik (kurang dari
40%).
53

Jawaban yang diperoleh melalui angket atau checklist dijumlahkan atau

dikelompokkan sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan. Angket yang

digunakan dalam penelitian ini adalah angket dengan bentuk jawaban ya dan

tidak, maka sebelum dilakukan analisa peneliti menjumlahkan seberapa banyak

jawaban ya dan seberapa jawaban tidak kemudian kemudian peneliti

mempresentasekan dengan menggunakan rumus berikut ini:


P = x 100

Keterangan : p = presentase
x = jumlah skor yang diperoleh
y = jumlah responden

Setelah diperoleh presentase dengan rumus tersebut di atas, kemudian peneliti

menafsirkan hasil presentase tersebut ke dalam lima kriteria keefektifan, yaitu: sangat

baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan tidak baik. Selanjutnya data-data yang

diperoleh sesuai kriteria keefektifan. Lebar interval peneliti tentukan dengan

menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi (2001:12) sebagai

berikut:

jarak pengukuran (R)


i=
jumlah interval (k)

Keterangan:

i : Lebar interval yang ingin digunakan


R : Jarak pengukuran (presentase jawaban tertinggi angket dikurangi
presentase jawaban rendah)
K : jumlah interval yang diinginkan
54

Berdasarkan rumus di atas maka dalam penelitian pengembangan ini akan

menggunakan interval keefektifan sebagai berikut:

90,1% - 100% = Sangat baik

80,1% - 90% = Baik

70,1% - 80 % = Cukup baik

60,1 % - 70 % = Kurang baik

<60% = Tidak baik


55

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Soli. 1983. Teknik Pemahaman Individu. Ujung Pandang: FIP IKIP

Amti, E. & Marjohan. 1991. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Dirjen Dikti

Arikunto, S, 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

Arikunto, S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta.

Bahri, S. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Biolla. 1994. Pengaruh Pemberian Motivasi dan Bimbingan Belajar Terhadap


Prestasi Belajar Matriks. Ujung Pandang: SKRIPSI IKIP Ujung Pandang

Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar & Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo
persada.

Djamarah Bahri Syaiful, Zain Aswin, 2006. Strategi Belajar Mengajar, (Edisi
Revisi), Bandung: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2008. Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam


Jalur Pendidikan, ABKIN: Bandung.

DePoter dan Henarcki, 2006. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan, Ahli Bahasa: Alwiyah Abdurrahman, Bandung: Mizan Media
Utama.

Hattip, M, 1997. Kontribusi Motivasi Belajar Terhadap Sikap dan Kebiasaan Belajar
Siswa. Disertasi. Fakultas Pasca Sarjana IKIP, Bandung: Tidak diterbitkan.

Makmun, AS. 2000. Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda Karya.

Nuranisah D.N. 2006. Program Bimbingan Keterampilan Belajar Bagi Siswa


Berbakat. Tesis Pada Prodi Bimbingan dan Konseling PPs UPI: tidak
diterbitkan.

Prayitno, E. 1989. Motivasi dalam Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan


Kebuyaan.

Sahabuddin. 1996. Mengajar dan belajar. Ujung Pandang. IKIP


56

Sinring A, Amri A.L, Pattaufi dan Amir R. 2012. Pedoman Penulisan Skripsi
Program S-1 Fakultas Ilmu Pendidikan UNM. Makassar: Fakultas Ilmu
Pendidikan UNM.

Sobur, A. 2003. Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Setia.

Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.

----------. 2009. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif


dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukardi, D.K. 2002. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konselinh di


Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sukmadinata , N.S. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Surya, M. 1992. Psikologi Pendidikan Cetakan Ke 5 (Revisi). Bandung: Jurusan PBB


FIP UPI.

Surya, M. 1993. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Tiro, M. A. 2004. Dasar-Dasar Statistik. Makassar: UNM.

Yusuf, S. 2009. program Bimbingan dan konseling Di Sekolah Bandung: PT. Remaja
Rosa karya.

--------, S dan Nurihsan, J. 2006. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai