Anda di halaman 1dari 44

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

Harga Diri Rendah

A. Definisi Harga Diri Rendah


Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tida berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri
dan kemampuan diri. Tanda dan gejala pasien dengan harga diri rendah adalah:
1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimis
4. Penurunan produktivitas
5. Penolakan terhadap kemampuan diri
Seseorang dengan harga diri rendah akan dapat diamati penampilannya
terlihat kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera
makan kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk,
bicara lambat dan nada suara lemah (Keliat, 2011).

B. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan data di atas, yang didapat melalui observasi, wawancara
atau pemeriksaan fisik yang bahkan diperoleh melalui sumber sekunder,
perawat dapat menegakkan diagnosis keperawatan pada pasien yaitu
Gangguan konsep diri: harga diri rendah.

C. Tindakan Keperawatan
Tujuan tindakan keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah:
1. Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2. Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
3. Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
4. Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih sesuai kemampuan

1
5. Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang suda dilatih

Tindakan keperawatan untuk pasien dengan harga diri rendah adalah:


1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki
pasien
2. Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan
3. Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
4. Melatih kemampuan yang dipilih pasien
5. Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih

D. Pohon Masalah

Gangguan harga
diri rendah

Isolasi sosial:
menarik diri

Resiko persepsi Resiko gangguan


sensori: halusinasi proses pikir: waham

Perilaku kekerasan Resiko bunuh diri

Defisit perawatan diri

2
Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien, bantu pasien
menilai kemampuan yang masih dapat digunakan, memilih/menetapkan
kemampuan yang akan dilatih, latih kemampuan yang dipilih dan susun
jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.
Orientasi:
Assalamualaikum. Bagaimana kabar A hari ini? A terlihat segar
sekali.
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan
kegiatan yang pernah A lakukan? Setelah itu kita nilai kegiatan mana yang
masih dapat A lakukan. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan
untuk dilatih.
Dimana kita duduk? Berapa lama?

Kerja:
A, apa saja kemampuan yang A miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat
daftarnya ya! Apa kegiatan rumah tangga yang biasa A lakukan?
Bagaimana dengan merapikan tempat tidur, menyapu, atau mencuci piring?
Wah, bagus sekali ada lima kegiatan Wah, bagus sekali ada lima kegiatan
dan kemampuan yang A lakukan.
A, coba lihat ada lima kegiatan yang mampu A lakukan. Manakah
yang kira-kira masih bisa A lakukan sekarang, coba A pilih? Yang ini
bagaimana, yang ini? Baiklah berarti ada 3 kegiatan yang masih bisa A
lakukan ya?
Kalau begitu bagaimana kalau kita mulai dengan merapikan tempat
tidur? Apakah tempat tidur A sudah rapi? Nah, kalau kita mau merapikan
tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan selimutnya. Bagus!
Sekarang kita angkat spreinya dan kasurnya kita balik.
Sekarang pasang lagi spreinya dan pasang dari atas, ya bagus!
Sekarang dari sebelah kaki, ya masukkan. Lalu sebelah pinggirnya kita
masukkan juga. Sekarang ambil bantal, rapikan dan letakkan di sebelah

3
atas/kepala. Mari lipat selimut, dan letakkan dibawah/kaki. Nah, rapi
sekali!
A sudah merapikan tempat tidur dengan baik sekali. Coba
perhatikan bedakah sebelum dan sesudah dirapikan? Bagus!
Coba A lakukan dan jangan lupa memberikan tanda di jadwal
harian.

Terminasi:
Bagaimana perasaan A setelah kita bercakap-cakap dan latihan
merapikan tempat tidur? Ya, ternyata A banyak memiliki kemampuan yang
dapat dilakukan selama di rumah sakit. Salah satunya merapikan tempat
tidur yang sudah A lakukan dengan sangat baik.
Sekarang mari kita masukkan pada jadwal harian A. Kita buat dua
kali dalam sehari, setuju atau tidak? Baiklah, pagi-pagi setelah bangun tidur
dan pukul 4 sore setelah istirahat siang ya.
Besok pagi kita akan bertemu lagi untuk latihan kemampuan yang
kedua. A masih ingat kegiatan apa lagi yang dilakukan di rumah selain
merapikan tempat tidur? Ya, cuci piring. Kalau begitu besok kita akan
latihan mencuci piring pada pukul 8 pagi di ruangan ini sehabis sarapan
pagi ya. Sampai jumpa!

Latih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan pasien
Orientasi:
Assalamualaikum. Bagaimana kabar A hari ini? A terlihat segar
sekali.
Bagaimana sudah dirapikan tempat tidurnya pagi ini? Bagus kalau
sudah dilakukan. Sekarang kita akan latihan kemampuan kedua. Masih
ingat kan apa yang akan kita latih hari ini? Ya, mencuci piring.
Kita latihan di ruang makan ya, sekitar 15 menit.

4
Kerja:
A, sebelum mencuci piring kita harus siapkan perlengkapannya
dulu yaitu sabut untuk membersihkan piring, sabun pencuci piring, dan air
untuk membilas. A dapat menggunakan air yang mengalir dan kran ini. Oh
ya, jangan lupa sampah sisa makanannya harus dibuang di tempat sampah.
Sekarang, saya perlihatkan caranya terlebih dahulu ya. Perhatikan
ya A.
Setelah perlengkapan tersedia, A ambil satu piring kotor, lalu buang
dulu sisa makanannya ke dalam tempat sampah. Kemudian A bersihkan
piring menggunakan sabut yang sudah diberikan sabun pencuci piring.
Setelah disabuni, lalu dibilas sampai bersih dan tidak ada sisa air sabun di
piringnya. Setelah itu A dapat mengeringkan piringnya di dalam rak yang
sudah tersedia di dapur. Nah selesai. Coba sekarang A yang lakukan. Wah,
bagus sekali A dapat melakukannya dengan baik. Sekarang dilap tangannya
sampai kering.

Terminasi:
Bagaimana perasaan A setelah belajar mencuci piring barusan?
Bagaimana kalau kita jadikan kegiatan mencuci piring ini
dimasukkan ke dalam kegiatan sehari-hari? A mau berapa kali mencuci
piring dalam sehari? Bagus, A mau mencuci piring tiga kali dalam sehari
setelah makan.
Besok kita akan latihan untuk kemampuan yang ketiga, setelah
merapikan tempat tidur dan mencuci piring. Masih ingat kan kegiatan apa
itu? Ya benar, kita akan latihan menyapu. Mau pukul berapa? Baik, sampai
jumpa besok!

Latihan dapat dilakukan untuk kemampuan lain sampai semua kemampuan dilatih.
Setiap kemampuan yang dimiliki akan menambah harga diri pasien.

5
Defisit Perawatan Diri

A. Definisi defisit perawatan diri


Defisit perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat
kebersihan dii, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan
eliminasi/toileting (buang air besar/buang air kecil) secara mandiri.

B. Tanda dan Gejala Defisit Perawatan Diri


1. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor
2. Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acak-acakan,
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki
tidak bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan.
3. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada
tempatnya.
4. Ketidakmampuan defekasi/berkemih secara mandiri, ditandai dengan
defekasi/berkemih tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan
baik setelah defekasi/berkemih.

C. Diagnosis keperawatan
Berdasarkan data yang didapat ditetapkan diagnosis keperawatan
Defisit perawatan diri: (kebersihan diri, makan, berdandan,
defekasi/berkemih)

D. Tindakan keperawatan
Tujuan tindakan:
1. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
2. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
3. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
4. Pasien mampu melakukan defekasi/berkemih secara mandiri

6
E. Tindakan keperawatan:
1. Melatih pasien tentang cara perawatan diri. Tahapan melakukan tindakan
perawatan defisit perawatan diri meliputi:
a. Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri
b. Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c. Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d. Melatih pasien mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri

2. Melatih pasien mendandan/berhias. Tahapan melakukan tindakan


perawatan berhias untuk pasien laki-laki adalah:
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Bercukur
Untuk pasien wanita latihannya meliputi:
a. Berpakaian
b. Menyisir rambut
c. Berdandan

3. Melatih pasien makan secara mandiri. Tahapannya meliputi:


a. Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b. Menjelaskan cara makan yang tertib
c. Menjelaskan cara merapikan peralatan makan setelah selesai makan
d. Praktik makan sesuai tahapan makan yang baik

4. Mengajarkan pasien melakukan defekasi/berkemih secara mandiri.


Tahapannya meliputi:
a. Menjelaskan tempat defekasi/berkemih yang sesuai
b. Menjelaskan cara membersihkan diri setelah defekasi dan berkemih
c. Menjelaskan cara membersihkan tempat defekasi dan berkemih

7
Melatih pasien tentang perawatan diri
Orientasi:
Assalamualaikum. Perkenalkan saya Perawat S. Bapak/Ibu siapa
namanya? Senang dipanggil apa? Hari ini saya akan merawat Bapak/Ibu
A.
Dari tadi saya lihat Bapak/Ibu A menggaruk-garuk badan, gatal
ya? Bagaimana kalau kita bicara tentang kebersihan diri? Berapa lama kita
berbicara? Mau dimana kita bicaranya?

Kerja:
Berapa kali Bapak/Ibu A mandi dalam sehari? Apakah hari ini
sudah mandi? Menurut bapak/Ibu A apa gunanya mandi? Apa alasan
Bapak/Ibu A sehingga tidak mandi? Menurut Bapak/Ibu A apa manfaatnya
kalau kita menjaga kebersihan badan? Kira-kira bagaimana penampilan
orang yang tidak merawat diri dengan baik? Badan akan terasa gatal, mulut
berbau tidak sedap, apa lagi? Apa yang terjadi kalau kita tidak menjaga
kebersihan badan? Kita akan kudisan, berkutu, dan lain-lain.
Apa yang Bapak/ibu lakukan untuk merawat rambut dan muka?
Kapan saja Bapak/ibu menyisir rambut? Bagaimana dengan menggunakan
bedak? Apa maksud maksud tujuan sisiran dan berdandan?
Berapa kali Bapak/Ibu makan dalam sehari?
Apa yang Bapak/Ibu lakukan setelah makan? Nah, setelah makan
kita harus menyikat gigi.
Dimana biasanya Bapak/Ibu buang air besar atau kencing?
Bagaimana membersihkannya? Benar, kita harus buang air besar atau
kencing di WC. Nah, WC ada di ruang ini. Jangan lupa setelah buang air
besar atau kencing harus disiram dan cebok dengan bersih. Cuci tangan
pakai sabun juga.
Apa yang harus kita siapkan sebelum mandi? Coba lihat tangan dan
kakinya, perlu dibersihkan juga kan?

8
Bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi, kita akan belajar
mandi. Nah langkah pertama apa yang harus dilakukan? Benar, buka
pakaian dan gantung bajunya. Sekarang siram seluruh badan dengan air,
lalu pakai sabun, kepala dipakaikan sampo, gosok sampai berbusa lalu bilas
sampai air sabunnya hilang. Sekarang kita sikat gigi, ambil sikat giginya,
pakai odol, dan gosok gigi mulaai dari gigi depan sampai ke belakang, atas
dan bawah. Sekarang kumur-kumur sampai bersih. Sekarang siram badan
Bapak/Ibu sekali lagi. Bagus, sekarang ambil handuk dan keringkan badan.
Selanjutnya pakai baju yang bersih. Nah, coba lihat wajah bapak/ibu di
depan kaca. Sudah bersih dan rapi, kan?

Terminasi:
Bagaimana perasaan bapak/ibu setelah mandi dan mengganti
pakaian? Coba bapak/ibu sebutkan cara mandi yang benar seperti yang
sudah bapak/ibu lakukan barusan? Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah
kita berbicara tentang pentingnya menjaga kebersihan diri?
Bagus sekali, mau berapa kali Bapak/Ibu mandi dan sikat gigi? Dua
kali dalam satu hari, ya? Pagi dan sore hari. Sekarang kita masukkan ke
dalam jadwal kegiatan harian ya. Kalau sudah dilakukan beri tanda conteng
di dalam kolom ini ya. Baiklah kalau begitu, besok kita latihan untuk
berdandan. Kita jumpa di sini pukul 10 pagi ya. Assalamualaikum.

Melatih pasien berhias/berdandan


a. Pasien laki-laki
Orientasi:
Assalamualaikum Bapak/Ibu A. Bagaimana perasaannya pagi ini?
Apakah sudah mandi? Apakah sudah diconteng pada jadwal yang kita tulis
kemarin?
Hari ini, sesuai janji kita kemarin, kita akan latihan berdandan
supaya Bapak/Ibu A tampak rapi dan segar. Mau dimana latihannya? Mau
berapa lama?

9
Kerja:
Apa yang Bapak lakukan setelah selesai mandi? Apakah sudah
ganti baju yang bersih?
Nah, sekarang mari kita merapikan lemari pakaiannya agar baju-
bajunya tidak kusut. Selanjutnya kita latihan bersisir rambut dan bercukur
kumis ya.
Coba praktikkan cara bersisir rambut. Nah, boleh menggunakan
minyak rambut agar rambut lebih rapi. Bagus sekali, kan? Sudah terlihat
rapi.
Sekarang, coba lihat janggut dan kumis Bapak. Mari kira rapikan
sedikit dengan menggunakan cukur. Ya, bagus sekali. Nah coba liat ke
cermin, bagaimana? Sudah tampak segar kan?

Terminasi:
Bagaimana perasaan Bapak setelah berdandan?
Coba bapak sebutkan kembali bagaimana cara berdandan seperti
yang sudah kita lakukan barusan.
Selanjutnya, besok-besok kalau selesai mandi bapak harus
berdandan seperti yang tadi kita lakukan, ya. Rambut disisir rapi, kalau
janggut atau kumis sudah panjang harus dicukur agar rapi. Mari kira
masukkan pada jadwal kegiatan harian Bapak, ya.
Dua hari lagi saya akan menjumpai Bapak lagi waktu makan siang.
Kita akan berbicara tentang cara makan yang baik. Sampai jumpa.

b. Pasien Perempuan
Orientasi:
Assalamualaikum Ibu A. Bagaimana perasaannya pagi ini?
Apakah sudah mandi? Apakah sudah diconteng pada jadwal yang kita tulis
kemarin?

10
Hari ini, sesuai janji kita kemarin, kita akan latihan berhias supaya
Ibu A tampak cantik dan segar. Mari kita ke depan cermin dan bawa alat-
alatnya.

Kerja:
Nah, Ibu A, sekarang coba praktikkan cara bersisir rambut. Bagus
sekali. Rambut jadi rapi dan cantik, kan? Apakah ibu biasa memakai
bedak? Coba pakaikan bedak ini diwajah ibu tipis-tipis dan rata. Bagus
sekali. Sekarang coba pakai lipstik ini supaya wajah ibu tampak lebih segar.
Nah, lihat ke cermin! Cantik dan rapi, kan?

Terminasi:
Bagaimana perasaan Ibu A setelah kita belajar berhias dan
berdandan?
Sekarang ibu tampak segar dan cantik, jadi biasakan setelah mandi
langsung berhias ya. Coba ulangi bagaimana cara berhias yang seperti kita
lakukan barusan. Bagus. Kita masukkan ke jadwal aktivitas sehari-hari, ya.
Kalau begitu, besok kita berjumpa lagi untuk berbicara tentang cara makan
yang baik. Kita berjumpa saat waktu makan siang di ruang makan, ya.
Sampai jumpa.

Melatih pasien makan secara mandiri


Orientasi:
Assalamualaikum Bapak/ibu A. Wah, rapi dan segar sekali hari
ini! Bagaimana jadwal mandi dan berdandannya? Apa sudah dilakukan
setiap hari? Coba saya lihat daftarnya. Bagus sekali!
Siang ini, kita akan latihan cara makan yang baik. Kita latihan di
ruang makan ya!

11
Kerja:
Bagaimana kebiasaan makan bapak/ibu A selama ini? Dimana
makannya? Siapa yang biasa menyiapkan makanannya?
Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Mari kita
praktikkan! Bagus, sekarang tangan bapak/ibu sudah bersih. Nah, mari
duduk di kursi makan. Sekarang ambil piring, nasi dan lauk pauk sesuai
kesukaan bapak/ibu. Sekarang kita berdoa dulu, silahkan bapak/ibu A yang
membaca doanya. Bagus sekali.
Silakan dimakan nasinya, pak/bu. Saat makan harus menyuap
makanan dengan pelan-pelan. Nah, bagus sekali makannya habis. Setelah
makan kita bereskan semua peralatan makan, piring, gelas dan sendok kita
letakkan di tempat pencucian piring. Sekarang cuci tangannya dan kita
minum obat ya.

Terminasi:
Bagaimana perasaan bapak/ibu A setelah berlatih makan dengan
baik?
Nah, coba ulangi lagi apa-apa saja yang harus kita lakukan ketika
makan? Bagus, sekali bapak/ibu mengingat dengan baik.
Nah coba nanti dilakukan seperti itu lagi setiap makan. Kita
masukkan ke dalam jadwal aktivitas ya. Dua hari lagi kita akan berjumpa
lagi dan bapak/ibu akan belajar cara buang air besar dan kencing. Sampai
jumpa!

Melatih pasien melakukan defekasi/berkemih dengan baik


Orientasi:
Selamat pagi, Bapak/Ibu A! Apa kabar hari ini? Apakah sudah
mandi dan sarapan pagi? Bagus sekali. Sekarang kita akan membicarakan
cara buang air besar dan kencing yang baik. Kira-kira 20 menit ya dan
dimana kita duduk?

12
Kerja:
Untuk pasien laki-laki:
Dimana biasanya Bapak A buang air besar dan kencing? Benar, kita
harus buang air besar dan kencing di kamar mandi atau tempat yang
tertutup dan ada tempat pembuangan kotorannya. Jadi kita tidak boleh
kencing atau buang air besar di sembarang tempat ya. Setelah buang air
besar dan kencing, harus disiram, cebok dan mencuci tangan dengan
sabun.
Sekarang coba jelaskan bagaimana cara bapak cebok?
Sudah benar, ya. Jadi saat kita cebok, pastikan tidak ada tinja atau
kencing yang tersisa di anus atau kemaluan. Lalu siram lubang WC dan
lantai WC dengan air sampai tidak ada bekas. Setelah selesai, bapak harus
merapikan kembali baju dan celana yang dipakai sebelum keluar dari WC.
Resleting celana harus dikancing dan cuci tangan dengan sabun.

Untuk pasien perempuan:


Cara cebok yang bersih setelah Ibu A buang air besar yaitu dengan
menyiram air dari depan ke belakang. Setelah selesai cebok jangan lupa
kencing atau kotoran yang ada di WC harus disiram sampai bersih dan tidak
bersisa. Setelah selesai kencing atau buang air besar jangan lupa rapikan
pakaiannya ya dan cuci tangan.

Terminasi:
Bagaimana perasaan Bapak/Ibu A setelah kita membicarakan cara
buang air besar/kencing yang benar?
Coba ulang kembali cara-caranya seperti yang sudah kita bicarakan
barusan. Bagus sekali. Untuk selanjutkan kalau Bapak/Ibu A ke WC harus
dipraktikkan seperti yang sudah dipelajari barusan, ya. Nah, besok kita
akan berjumpa lagi untuk melihat sejauh mana Bapak/Ibu dapat melakukan
jadwal kegiatannya. Sampai jumpa besok!

13
Isolasi Sosial

A. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu yang mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain di sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian,
dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat et
al., 2011). Isolasi sosial secara khusus dikaitkan dengan perasaan kehilangan
dan dikesampingkan (Lubkin and Larsen, 2013).

B. Tanda dan Gejala Isolasi Sosial


Pasien dengan isolasi sosial akan menunjukkan tanda dan gejala sebagai
berikut saat diwawancara:
1. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3. Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
4. Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
5. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
6. Pasien merasa tidak berguna
7. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

Pasien yang mengalami isolasi sosial akan menunjukkan perilaku


sebagai berikut saat diobservasi:
1. Tidak memiliki teman dekan
2. Menarik diri
3. Tidak komunikatif
4. Tindakan berulang dan tidak bermakna
5. Memiliki pikirannya sendiri
6. Tidak ada kontak mata
7. Tampak sedih, afek tumpul

14
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang berlaku pada gangguan ini adalah Isolasi sosial.

D. Tindakan Keperawatan
1. Membina hubungan saling percaya
2. Membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial
3. Membantu pasien mengenali keuntungan dari membina hubungan dengan
orang lain
4. membantu pasien mengenal kerugian dari tidak membina hubungan
5. membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.

Bina hubungan saling percaya, bantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial,
mengenal keuntungan dari berhubungan dan kerugian dari tidak
berhubungan dengan orang lain dan ajarkan pasien untuk berkenalan dengan
orang lain

Orientasi:
Assalamualaikum Ibu A. Saya Perawat SM, senangnya dipanggil
Perawat S. Mulai hari ini saya akan merawat Ibu.
Siapa nama Ibu? Senang dipanggil siapa? Apa keluhan Ibu A hari ini?
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan teman-teman
Ibu A? Mau dimana? Mau berapa lama?

Kerja:
Ibu A tinggal bersama siapa saja di rumah? Siapa yang paling dekat
dengan ibu A? Siapa yang jarang berbicara dengan Ibu A? Apa yang
membuat Ibu A jarang berbicara dengannya?
Apa saja kegiatan yang biasa Ibu A lakukan bersama teman-teman ibu
A? Apa yang membuat ibu A susah untuk berteman dan bercakap-cakap
dengan pasien lain?

15
Menurut ibu A apa saja keuntungan kalau kita mempunyai teman? Ya,
benar. Kita punya teman untuk bercerita dan bercakap-cakap. Apa lagi?
Kalau begitu apa kerugiannya kalau kita tidak punya kawan? Ternyata
banyak kerugiannya kalau kita tidak punya kawan, kan? Kalau begitu
apakah ibu A ingin berteman dengan orang lain?
Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan
orang lain?
Begini Ibu A, caranya berkenalan dengan orang lain pertama kita
sebutkan nama kita dan nama panggilan, asal dan hobi kita. Saya contohkan,
ya. Perkenalkan nama saya SM, sukanya dipanggil S, asal saya dari Aceh,
hobi saya membaca.
Selanjutnya Ibu A menanyakan nama orang yang diajak berkenalan.
Contohnya seperti ini: Nama kamu siapa? Senangnya dipanggil apa?
Asalnya dari mana? Hobi kamu apa?
Ayo Ibu A coba dengan saya. Misalnya kita belum saling kenal, coba
berkenalan dengan saya.
Wah bagus sekali! Setelah berkenalan dengan orang lain, Ibu A bisa
melanutkan percakapan tentang apa saja yang menyenangkan untuk
dibicarakan misalnya tentang cuaca, makanan kesukaan, tentang hobi,
keluarga, pekerjaan dan lain sebagainya.

Terminasi:
Bagaimana perasaan Ibu A setelah kita latihan berkenalan?
Ibu A tadi sudah mempraktikkan cara berkenalan dengan baik sekali.
Selanjutnya Ibu A dapat mengingat-ingat apa yang sudah kita pelajari tadi
sehingga nanti saat bertemu dengan orang lain Ibu A sudah bisa mengajak
orang tersebut untuk berkenalan. Bagaimana kalau besok kita coba untuk
berkenalan dengan orang lain? Mau dimana, jam berapa?
Baiklah besok pagi jam 10 saya akan datang ke sini untuk mengajak
ibu A bekenalan dengan teman saya Perawat C, ya. Bagaimana, Ibu A mau?
Baiklah kalau begitu, sampai jumpa besok!

16
Ajarkan pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang
pertama (seorang perawat)
Orientasi:
Assalamualaikum Ibu A. Bagaimana perasaan hari ini?
Sudah diingat-ingat lagi pelajaran kita tentang berkenalan? Coba
sebutkan bagaimana caranya bekenalan. Bagus sekali, Ibu A masih ingat.
Nah, seperti kita sudah sepakati kemarin, hari ini kita akan berkenalan
dengan Perawat C. Tidak lama kok, Cuma 10 menit saja. Ayo kita temui
perawat C di sana.

Kerja:
Selamat pagi Ibu C, ini Ibu A ingin berkenalan dengan Ibu C.
Baiklah Ibu A, sekarang ibu bisa berkenalan dengan ibu perawat C
seperti yang kita pelajari kemarin.
(Pasien mendemonstrasikan cara berkenalan dengan Perawat C: memberi
salam, menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya.)

Latih pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang kedua


[seorang pasien])
Orientasi:
Assalamualaikum Ibu A. Bagaimana perasaan hari ini?
Apakah Ibu A sudah bercakap-cakap dengan Ibu Perawat C
kemarin? Bagaimana perasaan ibu A setelah bercaka-cakap dengan Ibu
Perawat C kemarin pagi? Bagus sekali kalau Ibu A senang bisa memiliki
teman.
Kalau begitu, apakah Ibu A ingin memiliki teman lebih banyak
lagi? Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain
lagi, tetangga O Seperti biasa kira-kira 10 menit. Mari kita temui dia di
teras.

17
Kerja:
Selamat pagi, O, ini ada Ibu A ingin berkenalan dengan kamu.
Baiklah Ibu A, sekarang ibu dapat berkenalan dengan O seperti yang
kita lakukan kemarin dengan perawat C ya.
Ada lagi yang ingin Ibu A tanyakan pada O? Kalau tidak ada lagi
yang ingin dibicarakan, kita sudahi perbicangan dengan O. Tapi, Ibu A bisa
membuat janji dengan O untuk bertemu lagi, misalnya pukul 4 sore nanti
untuk bercakap-cakap lagi. Bagaimana?
Baiklah, O, karena sudah selesai berkenalan dengan Ibu A, saya dan
Ibu A akan kembali ke dalam rumah. Sampai jumpa, O.

Terminasi:
Bagaimana perasaan Ibu A setelah berkenalan dengan O?
Dibandingkan yang kemarin, hari ini ibu A tampak lebih baik saat
berkenalan dengan O. Pertahankan apa yang sudah Ibu A lakukan kemarin
dan tadi pagi, ya. Jangan lupa untuk bertemu dengan O pukul 4 nanti sore.
Selanjutnya, bagaimana kalau kita masukkan kegiatan bekenalan dan
bercakap-cakap dengan orang lain ini ke dalam jadwal harian Ibu A? Kita
masukkan jadwal berbicara dengan orang lain pada pukul 9 pagi, pukul 1
siang dan pukul 5 sore ya. Nanti Ibu A bisa mengajak siapa saja untuk
berkenalan dan berbicara. Bagaimana, Ibu A setuju kan?
Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman
Ibu A. Pada pukul 10 pagi dan di tempat ini ya. Sampai jumpa!

18
Halusinasi

A. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang
dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan tanpa stimulus nyata
(Keliat et al., 2011). Halusinasi adalah persepsi yang berasal dari stimulus
eksternal tanpa adanya sumber nyata. Halusinasi dapat meliputi sensasi berupa
pendengaran, penglihatan, penghiduan, perabaan atau pengecapan (Schultz,
2009). Halusinasi dapat terjadi dengan berbagai kondisi sebagai berikut:
1. Skizofrenia
2. Gangguan bipolar, mania
3. Obat-obatan halusinogenik
4. Keracunan obat
5. Alkohol
6. Deprivasi sensori
7. Masalah neurologis
8. Ketidakseimbangan endokrin
Pada saat proses pengkajian, data penting yang perlu didapatkan adalah
sebagai berikut:
1. Jenis dan isi halusinasi (pendengaran, penglihatan, perabaan, pengecapan,
penghiduan)
2. Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi.
Mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi dapat mempermudah proses
perencanaan tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi.
3. Respon terhadap halusinasi.

Pengkajian juga dilakukan untuk mengetahui data sebagai berikut:


1. Pasien mendengarkan secara sering terhadap stimulus yang tak nyata
2. Berbiacara dengan lantang ketika tidak ada seseorang di sekitarnya
3. Pembicaan tidak berkesinambungan, tidak dapat dimengerti.

19
4. Defisit perhatian
5. Kesulitan membuat keputusan
6. Kebingungan

B. Jenis-jenis Halusinasi
Halusinasi terdiri dari beberapa jenis yaitu (Cancro & Lehman, 2000;
dalam Videbeck, 2008):
1. Halusinasi pendengaran meliputi mendengar suara-suara, paling sering
adalah suara orang, berbiacara kepada klien atau membicarakan klien.
Mungkin ada satu atau banyak suara, dapat berupa suara orang yang dikenal
atau tidak dikenal. Halusinasi perintah adalah suara-suara yang menyuruh
klien untuk mengambil tindakan, sering kali membahayakan diri sendiri
atau orang lain dan dianggap bahaya.
2. Halusinasi penglihatan dapat mencakup melihat bayangan yang sebenarnya
tidak ada sama sekali, misalnya cahaya atau orang yang telah meninggal,
atau mungkin melihat monster yang menakutkan padahal yang dilihat
adalah perawat.
3. Halusinasi penciuman meliputi encium aroma atau bau padahal tidak ada.
Bau tersebut dapat berupa bau tertentu seperti urin atau feses, atau bau yang
sifatnya lebih umum, misalnya bau busuk atau bau yang tidak sedap.
4. Halusinasi taktil mengacu pada sensasi seperti aliran listrik yang menjalar
ke seluruh tubuh atau binatang kecil yang merayap di kulit.
5. Halusinasi pengecapan mencakup rasa yang tetap ada dalam mulut atau
perasaan bahwa makanan terasa seperti sesuatu yang lain. Rasa tersebut
dapat berupa rasa logam atau pahit atau mungkin seperti rasa tertentu.
6. Halusinasi kinestetik terjadi ketika klien tidak bergerak tetapi melaporkan
sensasi gerakan tubuh. Gerakan tubuh kadang yang tidak lazim, seperti
melayang di atas tanah.

20
Halusinasi terdiri dari berbagai jenis yaitu pendengaran, penglihatan,
penghidu, pengecapan dan perabaan. Data-data penunjang yang
membedakannya adalah sebagai berikut (Keliat et al., 2011):

Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif


Halusinasi 1. Bicara atau tertawa 1. Mendengar suara-
pendengaran/suara sendiri tanpa lawan suara atau
bicara kegaduhan
2. Marah-marah tanpa 2. Mendengar suara-
sebab suara yang
3. Mencondongkan mengajak bercakap-
telinga ke arah cakap
tertentu 3. Mendengar suara
4. Menutup telinga menyuruh
melakukan sesuatu
yang berbahaya
Halusinasi penglihatan 1. Menunjuk-nunjuk 1. Melihat bayangan,
ke arah tertentu sinar, bentuk
2. Ketakutan pada geometris, bentuk
objek yang tidak kartun, melihat
jelas hantu atau monster
Halusinasi Penghidu 1. Menghidu seperti 1. Menghiru bau-bau
sedang menghirup seperti bau darah,
bau-bauan tertentu urine, feses,
2. Menutup hidung kadang-kadang bau
itu menyenangkan
Halusinasi pengecapan 1. Sering meludah 1. Merasakan rasa
2. Muntah seperti darah, urine,
atau feses
Halusinasi perabaan 1. Menggaruk-garuk 1. Mengatakan ada
permukaan kulit serangga di
permukaan kulit
2. Merasa seperti
tersengat listrik

C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan data subjektif dan
objektif yang ditemukan pada pasien. Diagnosis keperawatan pada gangguan
ini adalah Gangguan sensori persepsi: halusinasi ____________

21
D. Tindakan Keperawatan Pasien Halusinasi
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
1. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2. Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3. Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal

Tindakan keperawatan pada pasien halusinasi meliputi:


1. Membantu pasien mengenali halusinasi. Diskusikan bersama pasien
tentang isi halusinasinya (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadi
halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan
halusinasi muncul dan respon pasien.
2. Melatih pasien untuk mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
halusinasi, menggunakan obat dengan teratur, bercakap-cakap dengan
orang lain, melakukan aktivitas terjadawal.

Bantu pasien mengenal halusinasi, jelaskan cara mengendalikan


halusinasi, ajarkan pasien mengendalikan halusinasi dengan cara
pertama yaitu menghardik halusinasi.
Orientasi:
Assalamualaikum, B. Saya perawat S yang akan merawat B. Nama
lengkap B siapa? Senangnya dipanggil apa?
Bagaimana perasaan B hari ini? Apa keluhan B hari ini? Baiklah
bagaimana kalau sekarang kita bercakap-cakap tentang suara yang selama
ini B dengar tetapi tidak ada wujudnya? Dimana kita duduk? Berapa lama?
Bagaimana kalau 20 menit?

Kerja:
Apakah B mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang
dikatakan suara itu?
Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang
paling sering B dengar suara itu? Berapa kali sehari B mendengarnya?

22
Pada keadaaan seperti apa suara itu muncul? Apakah waktu B sedang
sendirian?
Apa yang B rasakan saat mendengar suara itu?
Apa yang B lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara
itu suara tersebut akan menghilang? Bagaimana kalau kita belajar cara
untuk mencegah suara itu muncul?
B, ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul.
Pertama, dengan cara menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara
minum obat yang teratur. Ketiga, bercakap-cakap dengan orang lain.
Keempat melakukan aktivitas terjadwal.
Bagaimana kalau hari ini kita belajar cara yang pertama yaitu
menghardik?
Caranya adalah seperti ini: saat suara itu muncul, langsung B bilang
pergi-pergi suara palsu, saya tidak mau dengar. Begitu diulang-ulang
sampai suaranya tidak terdengar lagi. Coba praktikkan! Nah, bagus
sekali.

Terminasi:
Bagaimana perasaan B setelah berlatih menghardik suara barusan?
Kalau suara-suara itu muncul lagi, silahkan coba cara tersebut ya.
Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya? Mau pukul berapa saja
latihannya? Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan
mengendalikan suara-suara dengan cara kedua? Jam berapa dan dimana?
Baiklah besok kita berjumpa lagi di teras pukul 10 pagi ya. Sampai
jumpa!

Latih pasien menggunakan obat secara teratur


Orientasi:
Assalamualaikum B. Bagaimana perasaannya hari ini? Apakah
suara-suaranya masih muncul? Apakah cara menghardik yang kita pelajari
kemarin sudah dipraktikkan saat suara itu muncul? Wah bagus sekali.

23
Apakah B pagi ini sudah minum obat? Sekarang kita akan berbincang-
bincang tentang obat-obatan yang B minum ya! Kita berbicara sekitar 20
menit saja di meja makan ya.

Kerja:
B apakah ada bedanya minum obat setelah minum obat secara
teratur? Apakah suara-suaranya berkurang atau menghilang? Minum obat
sangat penting supaya suara-suara yang B dengar dan mengganggu selama
ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang B minum? Ini yang warna
oren (CPZ) 3 kali sehari pukul 7 pagi, pukul 1 siang dan pukul 7 malam
gunanya untuk membuat pikiran tenang. Ini yang putih (THP) 3 kali sehari
pukulnya sama seperti yang oren, gunanya untuk membuat rilek dan tidak
kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP) 3 kali sehari, waktunya sama
juga seperti yang oren dan putih, gunanya untuk menghilangkan suara-
suara.
Kalau suara-suara itu sudah hilang, obat-obatannya tidak boleh
berhenti diminum. Kalau obatnya sudah habis, B harus menemui dokter
untuk berkonsultasi karena B tidak boleh tidak minum obat. Kalau obat
tidak diminum teratur atau kalau berhenti diminum, suara itu dapat muncul
lagi. B harus teliti dalam meminum obat-obatan ini. Pastikan obat-
obatannya benar punya B. Baca nama di kemasannya. Obat juga harus
diminum tepat waktu dan diminum setelah makan. Jangan lupa harus
banyak minum air ya.

Terminasi:
Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap tentang obat?
Coba sebutkan apa-apa saja obatnya dan apa gunanya? Bagus, B
mengingatnya dengan baik. Mari kita masukkan kegiatan minum obat ini
ke dalam jadwal aktivitas harian B. Nah, bagaimana kalau kita bertemu
lagi hari Kamis untuk berbicara tentang cara yang ketiga, bercakap-cakap

24
dengan orang lain? B maunya dimana dan jam berapa? Baiklah kalau
begitu, sampai jumpa!

Latih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua yaitu becakap-cakap


dengan orang lain
Orientasi:
Assalamualaikum B. Bagaimana perasaannya hari ini? Apakah
suara-suara itu masih muncul? Apakah cara menghardik dan minum obat
sudah dilakukan dengan teratur? Apakah suaranya berkurang? Wah, bagus
sekali. Kalau begitu, sesuai janji saya, hari ini kita akan bercakap-cakap
cara mengendalikan suara-suara itu dengan cara yang ketiga yaitu
bercakap-cakap dengan orang lain. B maunya dimana? Kita bicara 20
menit, ya.

Kerja:
Cara kedua untuk mencegah/mengurangi suara-suara itu adalah
dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau nanti B mulai
mendengar suara-suara itu, langsung saja cari teman untuk diajak
berbicara. Minta teman untuk berbicara dengan B. Contohnya begini,
tolong, saya sedang mendengar suara-suara. Ayo bercakap-cakap dengan
saya. Atau kalau di rumah misalnya ada kakak, ajak kakak berbicara
caranya, Kak ayo berbicara dengan B. B sedang mendengarkan suara-
suara. Begitu B. Coba B praktikkan dengan saya. Ya, benar seperti itu.
Dilatih terus ya, B.

Terminasi:
Bagaimana perasaan B setelah kita latihan ini? Jadi sudah ada
berapa cara yang B pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, coba
ulangi cara yang ketiga ini. Benar sekali. Bagaimana kalau kita masukkan
ke dalam jadwal kegiatan harian B? Mau jam berapa bercakap-cakap
dengan teman? Nah, nanti lakukan secara teratur atau lakukan saat suara

25
itu muncul lagi ya. Besok kita akan bertemu lagi untuk berbicara cara yang
keempat. D maunya dimana dan pukul berapa? Baiklah kalau begitu,
sampai jumpa!

Latih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga, yaitu melaksanakan


aktivitas terjadwal
Orientasi:
Assalamualaikum B. Bagaimana perasaannya hari ini? Apakah
suara-suara itu masih muncul? Apakah cara menghardik, minum obat dan
bercakap-cakap dengan orang lain sudah dilakukan dengan teratur?
Apakah suaranya berkurang? Wah, bagus sekali. Kalau begitu, sesuai janji
saya, hari ini kita akan bercakap-cakap cara mengendalikan suara-suara itu
dengan cara yang keempat yaitu melakukan aktivitas terjadwal. B maunya
dimana? Kita bicara 20 menit, ya.

Kerja:
Apa saja yang biada B lakukan? Apa saja kegiatan yang biasa
dilakukan? Wah, banyak sekali kegiatannya. Mari kita latih dua kegiatan
hari ini. Bagus sekali B dapat melakukannya. Kegiatan ini dapat B lakukan
untuk mencegah suara itu muncul lagi. Kegiatan yang lain akan kita latih
lai agar dari pagi sampai malam B punya kegiatan yang menyenangkan
dan bermanfaat.

Terminasi:
Bagaimana perasaan B setelah kita bercakap-cakap cara yang
keempat untuk mencegah suara-suara itu? Bagus sekali. Coba sebutkan 4
cara yang sudah kita pelajari. Bagus sekali! Mari kita masukkan ke dalam
jadwal harian B ya. Nah, selanjutnya kita ketemu lagi untuk melihat
manfaat keempat cara yang sudah kita bicarakan. Bagaimana kalau
minggu depan? Mau pukul berapa dan dimana? Baiklah, sampai jumpa B!

26
Waham

A. Definisi Waham
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara
kuat/terus-menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan (Keliat, 2011).

B. Jenis Waham
1. Waham kebesaran yaitu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau
kekuasaan khusus, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh: Saya ini pejabat di departemen kesehatan, lho. Atau Saya
punya tambang emas.
2. Waham curiga yaitu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang
berusaha merugikan/mencederai dirinya, diucapkan berulang kali tetapi
tidak sesuai dengan kenyataan. Contoh, Saya tahu. Anda ingin
menghancurkan hidup saya karena iri dengan kesuksesan saya.
3. Waham agama yaitu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara
berlebihan, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Contoh, Kalau saya masuk surga saya harus menggunakan pakaian putih
setiap hari.
4. Waham somatik yaitu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu/terserang penyakit, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan. Contoh, Saya sakit kanker. Setelah pemeriksaan
laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker namun pasien terus
mengatakan bahwa ia terserang kanker.
5. Waham nihilistik yaitu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di
dunia/meninggal, diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Contoh, Ini kan alam kubur, semua yang ada di sini roh-roh.
6. Waham referensi/gagasan rujukan mencakup keyakinan klien bahwa
tayangan televisi, musik atau artikel surat kabar memiliki makna khusus
bagi dirinya.
(Keliat, 2011; Videbeck, 2008)

27
C. Diagnosis Keperawatan
Berdasarkan data yang diperoleh ditetapkan diagnosis keperawatan
yaitu Gangguan proses pikir: waham.

D. Tindakan Keperawatan
Tujuan tindakan keperawatan pada pasien waham adalah sebagai
berikut:
1. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
2. Pasien menggunakan obat secara teratur
3. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
4. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan

Tindakah keperawatan:
1. Bina hubungan saling percaya
2. Bantu orientasi realita
3. Berdiskusi tentang obat yang diminum dan melatih minum obat
4. Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga
menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah
5. Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki
6. Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki

Bina hubungan saling percaya, identifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi


dan cara memenuhi kebutuhan, praktikkan pemenuhan kebutuhan yang
tidak terpenuhi
Orientasi:
Assalammualaikum, perkenalkan nama saya S, saya akan merawat
Ibu. Ibu siapa namanya? Senangnya dipanggil apa?
Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang apa yang ibu
rasakan sekarang? Berapa lama Ibu A mau kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau 15 menit? Dimana maunya?

28
Kerja:
Saya mengerti Ibu A merasa bahwa Ibu adalah seorang presiden,
tetapi sulit bagi saya untuk mempercayainya karena setahu saya presiden
kita adalah Jokowi. Dapatkah kita melanjutkan pembicaraan yang tadi
terputus, Bu?
Tampaknya ibu A gelisah sekali, apakah ada yang ingin ibu A
ceritakan apa yang ibu rasakan?
Oh begitu. Jadi ibu A merasa takut diatur-atur oleh orang lain dan
tidak punya hak untuk mengatur diri sendiri, ya?
Siapa menurut Ibu yang sering mengatur-atur ibu? Jadi suami ibu
yang selalu mengatur-atur. Kalau ibu sendiri inginnya seperti apa? Oh,
bagus ibu sudah punya rencana dan jadwal sendiri.
Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut, Bu. Wah, bagus
sekali. Jadi ibu ingin ada kegiatan di luar rumah setiap harinya ya?

Terminasi:
Bagaimana perasaan Ibu A setelah berbincang-bincang dengan
saya?
Apa saja yang telah kita bicarakan? Bagus! Bagaimana kalau
jadwal ini Ibu coba lakukan, setuju Bu? Bagaimana kalau besok kita
berjumpa lagi? Kita akan berbicara tentang obat-obatan yang Ibu minum.
Ibu maunya dimana dan jam berapa? Baiklah, sampai jumpa besok!

Ajarkan dan latih cara minum obat yang benar


Orientasi:
Assalamualaikum Ibu A. Bagaimana perasaannya hari ini?
Sesuai janji saya kemarin, hari ini kita akan berbicara soal obat-
obatan yang ibu minum. Maunya bicara dimana? 15 menit atau 20 menit?

29
Kerja:
Ibu A, berapa macam obat yang diminum dan jam berapa saja
obatnya diminum? Bu A perlu minum ini agar pikirannya jadi tenang,
tidurnya tenang. Obatnya ada 3 macam Bu. Ini yang warna oren (CPZ) 3
kali sehari pukul 7 pagi, pukul 1 siang dan pukul 7 malam gunanya untuk
membuat pikiran tenang. Ini yang putih (THP) 3 kali sehari pukulnya sama
seperti yang oren, gunanya untuk membuat rilek dan tidak kaku.
Sedangkan yang merah jambu (HLP) ini gunanya agar pikiran teratur.
Bila nanti setelah minum obat mulut Ibu A terasa kering, untuk
membantu mengatasinya Ibu dapat banyak minum dan mengisap-isap es
batu.
Sebelum minum obat ini Ibu A harus mengecek label di kotak obat
apakah benar ini obat ibu atau bukan. Obat-obat ini diminum teratur dan
kemungkinan besar harus diminum dalam waktu yang lama. Agar tetap
tenang sebaiknya Ibu A tidak menghentikan sendiri obat yang harus
diminum berkonsultasi dengan dokter. Coba Ibu rasakan perbedaan antara
sebelum minum obat dan setelah minum obat.

Terminasi:
Bagaimana perasaan Ibu A setelah kita bercakap-cakap tentang
obat yang Ibu A minum? Apa saja nama obatnya? Jam berapa minumnya?
Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan Ibu. Jangan lupa minum
obatnya dan nanti saat makan minta sendiri obatnya pada perawat.
Bu, dua hari lagi kita akan kembali bertemu lagi untuk berbicara
tentang kemampuan yang bisa Ibu lakukan. Mau dimana? Jam berapa?
Baiklah, sampai jumpa!

Identifikasi kemampuan positif pasien dan bantu mempraktikkannya


Orientasi:
Assalamualaikum Ibu A. Bagaimana perasaannya hari ini?

30
Apakah sudah diingat-ingat apa saja hobi dan kegemaran ibu?
Bagaimana kalau kita bicarakan soal hobi Ibu? Dimana maunya? Kira
bicara 20 menit, setuju kan?

Kerja:
Apa saja hobi ibu? Saya catat ya. Terus apa lagi?
Wah ternyata Ibu A pandai merajut ya? Tidak semua orang pandai
merajut seperti ibu. Bisakah ibu A menceritakan kapan pertama kali ibu
belajar merajut dan siapa yang mengajarkan ibu dan dimana?
Bisakah ibu jelaskan bagaimana caranya merajut pada saya? Wah
bagus sekali penjelasn ibu. Coba kita buat jadwal untuk kemampuan Ibu
ini ya, berapa kali dalam seminggu ibu A ingin merajut?
Apa yang ibu harapkan dari kemampuan merajut ini? Ada tidak
hobi atau kegemaran lain selain merajut?

Terminasi:
Bagaimana perasaan Ibu setelah kita bercakap-cakap tentang hobi
dan kemampuan Ibu? Setelah ini coba Ibu lakukan kegiatan merajut sesuai
dengan jadwal yang telah kita buat ya?
Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk membicarakan
kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat ibu lakukan. Maunya dimana dan
jam berapa? Baiklah, sampai jumpa besok!

31
Risiko Perilaku Kekerasan

A. Definisi Risiko Perilaku Kekerasan


Perilaku kekerasan merupakan salah satu respons marah yang
diekspresikan dengan melakukan ancaman, mencederai orang lain, dan atau
merusak lingkungan. Respons tersebut biasanya muncul akibat adanya stresor.
Respons ini dapat menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang lain
maupun lingkungan. Perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal,
diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Perilaku kekerasan
dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku
kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan. Data yang dapat diperoleh melalui
observasi atau wawancara pasa pasien dengan perilaku kekerasan adalah:
1. Muka merah dan tegang
2. Pandangan tajam
3. Mengatupkan rahang dengan kuat
4. Mengepalkan tangan
5. Jalan mondar-mandir
6. Bicara kasar
7. Suara tinggi, menjerit atau berteriak
8. Mencancam secara verbal atau fisik
9. Melempar/memukul benda atau orang lain
10. Merusak barang atau benda
11. Tidak mempunyai kemampuan untuk mencegah atau mengontrol perilaku
kekerasan

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan ditetapkan sesuai dengan data yang didapat dan
saat ini tidak melakukan perilaku kekerasan tetapi pernah melakukan perilaku
kekerasan dan belum mempunyai kemampuan untuk mencegah/mengontrol
perilaku kekerasan tersebut. Diagnosis yang berlaku pada gangguan ini adalah
Resiko perilaku kekerasan.

32
C. Tindakan Keperawatan
Tujuan tindakan keperawatan untuk pasien dengan perilaku kekerasan
adalah:
1. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukan
4. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasannya
5. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah perilaku kekerasannya
6. Pasien dapat mencegah perilaku kekerasannya secara fisik, spiritual, sosial
dan dengan terapi psikofarmaka.

Tindakan keperawatan untuk pasien dengan perilaku kekerasan adalah:


1. Bina hubungan saling percaya
2. Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang
lalu
3. Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
4. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada
saat orang marah
5. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
6. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara
fisik, obat, sosial dan spiritual
7. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
8. Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
9. Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
10. Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat
11. Ikut sertakan pasien dala Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi
mengontrol perilaku kekerasan.

33
Bina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah, tanda
dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya
serta cara mengontrol secara fisik ke-1
Orientasi:
Assalamualaikum Pak, perkenalkan saya SM, panggil S saja. Bapak
siapa namanya? Senangnya dipanggil apa?
Bagaimana perasaan bapak hari ini? Masih ada perasaan kesal atau
marah? Baiklah kita bicarakan tentang perasaan marah yang bapak rasaka ya?
Berapa lama bapak ingin kita berbicang-bincang? Maunya dimana?

Kerja:
Apa yang menyebabkan Bapak marah? Apakah sebelumnya Bapak
pernah marah? Terus, penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang? Oh
jadi ada 2 penyebab bapak marah.
Pada saat penyebab marah itu ada, seperti Bapak pulang ke rumah dan
istri belum menyediakan makanan dan apa yang bapak rasakan? Apakah
bapak merasa kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot,
rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?
Setelah itu apa yang bapak lakukan? Oh iya, bapak memukul istri
bapak dan memecahkan piring, apakah dengan cara ini makanan akan
terhidang? Iya, tentu tidak. Apak kerugian cara yang bapak lakukan? Betul
istri bapak jadi sakit dan takut, piring-piring pecah. Menurut bapak adakah
cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara mengungkapkan
kemaraha dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?
Ada beberapa cara untuk mengendalikan kemarahan. Salah satunya
dengan cara fisik. Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?
Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah Bapak rasakan makan
bapak berdiri, lalu tarik napas lewat hidung, tahan sebentar, dan keluarkan/tiup
berlahan-lahan lewat mulut seperti sedang mengeluarkan kemarahan. Coba
lihat ya, saya praktikkan. Seperti ini pak. Coba bapak praktikkan. Nah, lalukan
sebanyak 5 kali. Bagus sekali! Bagaimana perasaannya?

34
Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga jika
sewaktu-waktu rasa marah itu muncul Bapak sudah terbiasa melakukannya.

Terminasi:
Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbicara tentang kemarahan
Bapak? Iya jadi ada dua penyebab bapak marah adalah ... dan yang bapak
rasakan ... dan yang bapak lakukan ... dan akibatnya ...
Coba selama saya tidak ada, ingat-ngat lagi penyebab marah Bapak
yang lalu. Jangan lupa latihan napas dalamnya ya Pak. Sekarang kita buat
jadwal latihannya ya Pak. Berapa kali sehari Bapak mau latihan napas dalam?
Jam berapa saja?
Baik bagaimana kalau 2 hari lagi saya datang dan kita latihan cara lain
untuk mencegah marah? Tempatnya di rumah bapak saja ya. Sampai jumpa!

Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2


Orientasi:
Assalamualaikum Pak. Sesuai janji saya dua hari yang lalu sekarang
saya datang lagi untuk melanjutkan latihan fisik yang kemarin.
Bagaimana perasaan Bapak saat ini? Apakah ada hal yang membuat
bapak marah? Apakah latihan tarik napas dalamnya sudah dilakukan? Coba
saya lihat jadwal kegiatannya. Bagu sekali, bapak sudah melakukannya
dengan teratur.
Sekarang kita akan belajar cara yang kedua yaitu mengendalikan rasa
marah dengan memukul bantal. Maunya dimana? Berapa lama?

Kerja:
Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan
kesal, dada berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam Bapak dapat
melakukan pukul kasur dan bantal.
Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar
Bapak? Jadi kalau nanti Bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan

35
lampiaskan kemarahan bapak dengan cara memukul kasur dan bantal. Nah,
coba Bapak lakukan, pukul kasur dan bantal. Ya, bagus sekali.
Lampiaskan kekesalan ke kasur dan bantal. Nah, cara ini juga dapat
dilakukan secara rutin jika ada parasaan marah. Kemudian jangan lupa rapikan
lagi tempat tidurnya setelah itu.

Terminasi:
Bagaimana perasaan Bapak setelah latihan cara menyalurkan marah
barusan?
Ada berapa cara yang sudah kita latih? Coba Bapak sebutkan lagi!
Bagus! Mari kita masukkan ke dalam jadwal harian Bapak ya. Kita buat
latihan pukul bantal dan kasur setiap bangun tidur pagi hari ya! Lalu kalau ada
keinginan marah Bapak bisa gunakan cara tadi ya.
Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu lagi untuk membicarakan
cara yang kedua? Maunya dimana, jam berapa? Baiklah, sampai jumpa!

Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat


Orientasi:
Assalamualaikum Pak, sesuai janji saya kemarin, hari ini kita akan
bertemu lagi untuk membicarakan tentang obat-obatan yang Bapak minum.
Bagaimana Pak, latihan tarik napas dalam dan pukul bantalnya apakah
sudah dilakukan dengan rutin? Apakah yang dirasakan setelah melakukan
latihan secara teratur?
Bagaimana kalau sekarang kita berbicara tentang obat yang bisa
mengurangi rasa marah bapak? Maunya dimana? Berapa lama?

Kerja:
Berapa macam obat yang bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus!
Jam berapa bapak minum obat? Ya, benar sekali!
Obatnya ada 3 macam Pak. Ini yang warna oren namanya CPZ
gunanya untuk membuat pikiran tenang. Ini yang putih namanya THP gunanya

36
untuk membuat rilek dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu namanya
HLP gunanya agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Obat ini
semuanya harus diminum 3 kali dalam sehari pada pukul 7 pagi, 1 siang dan
7 malam.
Bila habis minum obat mulut bapak terasa kering, Bapak harus banyak
minum dan bisa mengisap-isap es batu. Bila mata terasa berkunang-kunang,
bapak sebaiknya istirahat dan jangan melakukan kegiatan apa-apa dahulu.
Sebelum obatnya diminum, bapak juga harus pastikan obat ini benar-
benar punya bapak. Lihat nama di kemasannya. Minum obatnya harus teratur
dan harus diminum secara rutin. Kalau obatnya sudah hampir habis, harus
segera berkonsultasi ke dokter karena kalau berhenti minum obat, rasa
marahnya dapat kambuh.
Sekarang kita masukkan minum obat ke dalam jadwal harian bapak,
ya.

Terminasi:
Bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang tentang
obat barusan? Coba sebutkan apa-apa saja dan kapan obatnya diminum?
Nah, sudah berapa cara yang bapak dapatkan untuk mengendalikan
rasa marah? Iya, ada dua cara. Jangan lupa dilanjutkan latihan tarik napas
dalam dan pukul bantalnya, dan juga obat-obatannya harus diminum secara
teratur ya.
Baik, dua hari lagi kita ketemu kembali untuk membicarakan cara
mengendalikan marah dengan cara yang ketiga yaitu mengendalikan marah
dengan cara sosial atau verbal. Maunya dimana? Jam berapa? Baiklah, sampai
jumpa!

Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara verbal/sosial


Orientasi:
Assalamualaikum Pak. Bagaimana kabarnya hari ini? Sesuai janji
saya kemarin, hari ini kita akan bertemu lagi untuk membicarakan tentang cara

37
mengendalikan kemarahan dengan cara yang ketiga yaitu dengan cara sosial
atau secara verbal.
Bagaimana Pak, latihan tarik napas dalam dan pukul bantalnya apakah
sudah dilakukan dengan rutin? Apakah yang dirasakan setelah melakukan
latihan secara teratur?
Bagaimana kalau sekarang kita berbicara tentang cara ketiga yang bisa
mengurangi rasa marah bapak? Maunya dimana? Berapa lama?

Kerja:
Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah.
Kalau marah sudah disalurkan melalui tarik napas dalam atau pukul bantal dan
sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah.
Ada 3 caranya pak, yaitu:
Satu, meminta dengan baik dengan suara yang rendah dan tidak
menggunakan kata-kata kasar. Kemarin bapak bilang marah karena tidak
diberikan uang dengan istri. Coba bapak minta baik-baik misalnya, Bu saya
perlu uang untuk beli rokok. Nanti dapat dicoba untuk meminta baju,
meminta obat, dan lain-lain. Coba bapak praktikkan. Ya, bagus sekali!
Kedua, menolak dengan cara yang baik. Caranya jika ada orang yang
menyuruh bapak melakukan sesuatu dan Bapak tidak mau melakukannya
bapak bilang seperti ini, Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang
ada kerjaan. Coba praktikkan Pak. Ya, benar!
Ketiga, mengungkapkan perasaan kesal. Jika ada perlakuan orang lain
yang membuat kesal, Bapak dapat mengatakan, Saya jadi ingin marah karena
perkataanmu itu. Coba praktikkan Pak. Bagus sekali!

Terminasi:
Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
mengontrol marah dengan bicara yang baik? Coba bapak sebutkan lagi cara
bicara yang baik seperti yang kita lakukan barusan? Ya, bagus sekali.

38
Sekarang kita masukkan ke dalam jadwal harian ya. Nanti dicoba ya
Pak saat ingin meminta uang, baju atau obat. Nah, sudah berapa cara yang
bapak pelajari? Ya, sudah ada latihan tarik napas, pukul bantal, minum obat,
dan berbicara dengan baik.
Bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan cara
yang keempat? Mau dimana? Jam berapa? Baiklah, sampai jumpa!

Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual


Orientasi:
Assalamualaikum Pak. Bagaimana kabarnya hari ini? Sesuai janji
saya kemarin, hari ini kita akan bertemu lagi untuk membicarakan tentang cara
mengendalikan kemarahan dengan cara yang keempat yaitu dengan cara
spiritual.
Bagaimana Pak, latihan tarik napas dalam dan pukul bantalnya apakah
sudah dilakukan dengan rutin? Apakah yang dirasakan setelah melakukan
latihan secara teratur?
Bagaimana kalau sekarang kita berbicara tentang cara keempat yang
bisa mengurangi rasa marah bapak? Maunya dimana? Berapa lama?

Kerja:
Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa bapak lakukan! Bagus,
yang mana yang mau dicoba?
Nah, kalau bapak sedang marah, coba Bapak langsung tarik napas
dalam dan duduk dengan tenang. Kalau tidak berkurang marahnya, rebahkan
badan biar rileks. Kalau tidak hilang juga, ambil air wudhu dan shalat. Bapak
dapat melaksanakan shalat dengan teratur untuk mengurangi rasa marah. Coba
bapak sebutkan shalat 5 waktu! Bagus, mau coba yang mana, coba sebutkan
caranya!

39
Terminasi:
Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara
mengontrol marah dengan cara keempat ini? Coba bapak sebutkan lagi seperti
apa caranya? Ya, bagus sekali.
Sekarang kita masukkan ke dalam jadwal harian ya. Nanti dicoba ya
Pak. Nah, sudah berapa cara yang bapak pelajari? Ya, sudah ada latihan tarik
napas, pukul bantal, minum obat, berbicara dengan baik dan dengan cara
beribadah.
Baiklah dua hari lagi kita berjumpa lagi ya untuk melihat sejauh mana
Bapak melaksanakan kegiatannya dan sejauh mana manfaat latihan kita.
Sampai jumpa!

40
Resiko Bunuh Diri

A. Definisi Resiko Bunuh Diri


Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh
pasien untuk mengakhiri hidupnya. Berdasarkan bersarnya kemungkinan
pasien melakukan bunuh diri, terdapat tiga macam prilaku bunuh diri yaitu:
1. Isyarat bunuh diri yaitu ditunjukkan dengan berprilaku secara tidak
langsung ingin bunuh diri misalnya dengan mengatakan Tolong jaga anak-
anak karena saya ingin pergi jauh. Pasien mungkin sudah memiliki ide
untuk bunuh diri namun belum adanya ancaman dan percobaan. Pasien
cenderung mengungkapkan perasaan sedih, bersalah, putus asa, dan
mengungkapkan hal-hal negatif tentang dirinya sendiri.
2. Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan yang berisi keinginan untuk
mengakhiri hidup. Pada kondisi ini pasien telah memikirkan perbuatan yang
mencederai dirinya namun belum melakukan tindakan apapun.
3. Percobaan bunuh diri adalah tindakan yang dilakukan untuk melukai atau
mencederai diri untuk mengakhiri hidupnya. Pasien akan melakukan
tindakan seperti minum racun, gantung diri, memotong urat nadi, atau
melompat dari gedung tinggi.

B. Diagnosa Keperawatan
Jika ditemukan data bahwa pasien menunjukkan isyarat bunuh diri,
masalah keperawatan yang mungkin muncul adalah Harga diri rendah. Jika
ditemukan data bahwa pasien memberikan ancaman dan percobaan masalah
keperawatan yang muncul adalah Risiko bunuh diri.

C. Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan untuk pasien dengan resiko bunuh diri adalah:
1. Menemani pasien terus-menerus sampai ia dapat dipindahkan ketempat
yang aman
2. Menjauhkan semua benda yang berbahaya

41
3. Memeriksa apakah pasien benar-benar patuh obat
4. Menjelaskan kepada pasien bahwa anda akan melindungi pasien sampai
tidak ada keinginan untuk bunuh diri

Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan bunuh diri


Orientasi:
Assalamualaikum Pak. Kenalkan saya perawat S, saya akan merawat
Bapak. Bagaimana perasaan bapak hari ini?
Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang bapak A
rasakan selama ini? Dimana maunya? Berapa lama?

Kerja:
Bagaimana perasaan Pak A setelah bencana ini terjadi? Apakah
dengan bencana ini pak A merasa paling menderita di dunia ini? Apakah pak A
kehilangan kepercayaan diri? Apakah Pak A merasa tak berharga atau bahkan
lebih rendah daripada orang lain? Apakah A merasa bersalah atau
mempersalahkan diri sendiri?
Apakah Pak A sering mengalami kesulitan berkonsentrasi? Apakah
Pak A berniat untuk menyakiti diri sendiri, ingin bunuh diri atau berharap agar
mati saja? Apakah Pak A pernah mencoba untuk bunuh diri? Apa sebabnya,
bagaimana caranya? Apa yang Pak A rasakan saat itu?
Baiklah tampaknya Pak A membutuhkan pertolongan segera karena
ada keinginan untuk mengakhiri hidup. Saya perlu memeriksa seluruh seluruh
isi kamar Pak A untuk memastikan tidak ada benda-benda yang membahayakan
Pak A.
Nah, karena pak A tampaknya masih memiliki keinginan untuk
mengakhiri hidup maka saya tidak akan membiarkan Pak A sendirian.
Apa yang Pak A lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Kalau
keinginan itu muncul maka untuk mengatasinya Pak A harus langsung minta
bantuan kepada perawat di ruang ini dan juga keluaga atau teman yang sedang

42
membesuk. Jadi Pak A jangan sendirian ya. Saya percaya pak A dapat
mengatasi masalah ini.

Terminasi:
Bagaimana perasaan Pak A sekarang setelah mengetahui cara
mengatasi perasaan ingin bunuh diri? Coba sebutkan lagi caranya. Bagus! Saya
akan menemani Pak A terus sampai keinginan untuk bunuh diri hilang.

Percakapan untuk meningkatkan harga diri pasien isyarat bunuh diri


Orientasi:
Assalamualaikum Pak. Bagaimana perasaannya hari ini? Masih
adakah dorongan mengakhiri hidup? Baik, sesuai janji kita dua jam yang lalu
sekarang kita akan membahas tentang rasa syukur atas pemberian Tuhan yang
masih Pak A miliki. Mau berapa lama, dimana?

Kerja:
Apa saja dalam hidup A yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang
sedih dan rugi kalau A meninggal. Coba A ceritakan hal-hal yang baik dalam
kehidupan A. Keadaan yang bagaimana yang membuat A merasa puas? Bagus.
Ternyata kehidupan A masih ada yang baik dan patut disyukuri. Coba A
sebutkan kegiatan apa yang masih dapat A lakukan selama ini. Bagaimana kalau
B mencoba melakukan kegiatan tersebut? Mari kita latih.

Terminasi:
Bagaimana perasaan A setelah kita bercakap-cakap? Dapat sebutkan
kembali apa-apa saja yang patut A syukuri dalam hidup? Ingat dan ucapkan hal-
hal baik dalam kehidupan A jika terjadi dorongan mengakhiri kehidupan. Bagus
A. Coba A ingat-ingat lagi hal-hal lain yang masih A miliki dan masih perlu
disyukuri. Nanti pukul 12 kita bahas tentang cara mengatasi masalah dengan
baik. Tempatnya dimana? Baiklah, sampai jumpa.

43
Percakapan untuk meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah
pada pasien isyarat bunuh diri
Orientasi:
Assalamualaikum Pak. Bagaimana perasaannya sekarang? Masih
adakah dorongan mengakhiri hidup? Baik, sesuai janji kita dua jam yang lalu
sekarang kita akan membahas tentang bagaimana caranya mengatasi masalah
yang selama ini timbul. Mau berapa lama, dimana?

Kerja:
Coba ceritakan situasi yang membuat A ingin bunuh diri. Selain bunuh
diri, apalgi kira-kira jalan keluarnya? Nah, coba kita diskusikan keuntungan dan
kerugian masing-masing cara terserbut. Mari kita pilih cara mengatasi masalah
yang paling menguntungkan. Menurut A cara mana yang paling baik? Ya, saya
setuju. A dapat mencobanya. Mari kita buat rencana kegiatan untuk masa
depan.

Terminasi:
Bagaimana perasaan A setelah kita bercakap-cakap? Dapat sebutkan
kembali apa-apa saja cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah dalam
hidup A? Jika muncul pikiran ingin bunuh diri katakan saya sudah punya caa
lain bukan bunuh diri dan sebutkan.... besok pagi kita akan berjumpa lagi untuk
membahas pengalaman A menggunakan cara yang A pilih ya. Sampai jumpa!

44

Anda mungkin juga menyukai