Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring berkembangnya perbankan syariah di Indonesia, berkembang pula

lembaga keuangan mikro syariah dgn sarana pendukung yg lebih lengkap.

Ketersedian infrastruktur baik berupa Peraturan Mentri, Keputusan Mentri, S0P,

SOM, IT, Jaringan dan Asosiasi serta perhatian perbankan khususnya perbankan

syariah mempermudah masyarakat mendirikan BMT. Belajar dari 15 th

perkembangan BMT, ternyata BMT yang gugur dan BMT yg tumbuh pesat

sangat di pengaruhi oleh SDM, Modal Kerja, Sistem. SDM sebagai poin pertama

menjadi pondasi utama BMT. Apabila BMT berisi SDM yg memiliki integritas

tinggi, kapable di bidangnya, semangat kerja dan kinerja yg baik maka BMT

akan bergerak dan tumbuh dengan dinamis. Namun pergerakan dan

pertumbuhannya akan terhambat ketika modal kerja yg dimiliki tidak memadai.

Modal kerja sangat dibutuhkan untuk mengembangkan BMT. Jumlah

pendapatan yang ditargetkan tidak mungkin tercapai jika target pembiayaan

(yang menjadi core business BMT)t idak tercapai.Salah satu faktor pendukung

besarnya volume pembiayaan yang dapat dikeluarkan adalah modal kerja.

Sehebat apapun SDM yang dimiliki BMT, jika tidak didukung oleh modal kerja

yang memadai maka SDM yang baik pun akan goyah karena dihadapkan oleh

perolehan pendapatan yang minim yang tentu juga dikhawatirkan berdampak

1
pada penghasilan mereka dan kepastian masa depannya.Maka timbulah berbagai

masalah di BMT terkait SDM. Pengunduran diri karyawan terlatih adalah hal

yang sering muncul karena masalah kesejahteraan. Yang terberat adalah

karyawan menjadi tidak amanah, dana anggota diselewengkan. Maka tinggalah

pengurus BMT menanggung akibatnya.

Jika BMT memiliki SDM yang baik dan modal kerja yang cukup kita bisa

lebih berharap kepada BMT dengan kondisi seperti ini. Namun BMT dengan

kondisi seperti ini pun tidak selamanya terbebas dari masalah. BMT tumbuh

menjadi lembaga keuangan yang terus berkembang menjadi besar. Namun suatu

saat BMT ini tersadar ketika proses audit dilakukan. Ternyata angka-angka pada

neraca tidak memiliki data pendukung yang memadai. Terjadi banyak selisih

data, yang pada akhirnya menimbulkan biaya baru. BMT ini pun kesulitan

melakukan evaluasi terhadap kinerja keuangan, kinerja marketing dan resiko

yang sedang dihadapinya. Banyak BMT besar yang runtuh karena hal ini. Akar

masalah dari hal tersebut adalah tidak adanya atau tidak dijalankannya sistem.

Banyak sistem yang harus dijalankan oleh BMT. Sistem Operasional Prosedur,

Sistem Informasi (IT), Sistem Marketing, Sistem Operasional Manajemen dan

sistem-sistem lainnya.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisn makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas mata

Kuliah DASAR MANAGEMENT yang di bImbing Oleh Dosen. Bapak

Zulkarnaen, M.E.P
2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Manajemen

Manajemen adalah skill atau kemampuan dalam mempengaruhi orang lain

agar mau melakukan sesuatu untuk kita. Manajemen memiliki kaitan yang sangat

erat dengan leader atau pemimpin. Sebab pemimpin yang sebenanrnya adalah

seseorang yang mempunyai kemampuan untuk menjadikan orang lain lebih

dihargai, sehinnga orang lain akan melakukan segala keinginan sang leader.

A. Pengertian Manajemen Menurut Para Ahli

Mary Parker Follet, mendefinisikan manajemen sebagai seni

menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang

manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan

organisasi.

Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses

perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber

daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien.

Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan,

sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar,

terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.

Lawrence A. Appley berpendapat bahwa pengertian manajemen merupakan

keahlian untuk menggerakan orang agar melakukan sesuatu

3
George R. Terry, mengatakan bahwa manajemen merupakan proses yang

khas yang terdiri dari tindakan-tindakan : perencanaan, pengorganisasian,

menggerkan dan pengawasan yang dialkukan untuk menentukan serta mencapai

sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia

serta sumber-sumber lain.

2.2. Fungsi POAC

A. Planning

Planning meliputi pengaturan tujuan dan mencari cara bagaimana untuk

mencapai tujuan tersebut. Planning telah dipertimbangkan sebagai fungsi

utama manajemen dan meliputi segala sesuatu yang manajer kerjakan. Di

dalam planning, manajer memperhatikan masa depan, mengatakan Ini

adalah apa yang ingin kita capai dan bagaimana kita akan melakukannya.

Membuat keputusan biasanya menjadi bagian dari perencanaan karena setiap

pilihan dibuat berdasarkan proses penyelesaian setiap rencana. Planning

penting karena banyak berperan dalam menggerakan fungsi manajemen yang

lain. Contohnya, setiap manajer harus membuat rencana pekerjaan yang

efektif di dalam kepegawaian organisasi.

B. Organizing

Organizing adalah proses dalam memastikan kebutuhan manusia dan fisik

setiap sumber daya tersedia untuk menjalankan rencana dan mencapai tujuan

yang berhubungan dengan organisasi. Organizing juga meliputi penugasan

4
setiap aktifitas, membagi pekerjaan ke dalam setiap tugas yang spesifik, dan

menentukan siapa yang memiliki hak untuk mengerjakan beberapa tugas.

Aspek utama lain dari organizing adalah pengelompokan kegiatan ke

departemen atau beberapa subdivisi lainnya. Misalnya kepegawaian, untuk

memastikan bahwa sumber daya manusia diperlukan untuk mencapai tujuan

organisasi. Memekerjakan orang untuk pekerjaan merupakan aktifitas

kepegawaian yang khas. Kepegawaian adalah suatu aktifitas utama yang

terkadang diklasifikasikan sebagai fungsi yang terpisah dari organizing.

C. Actuating

Actuating adalah peran manajer untuk mengarahkan pekerja yang sesuai

dengan tujuan organisasi. Actuating adalah implementasi rencana, berbeda

dari planning dan organizing. Actuating membuat urutan rencana menjadi

tindakan dalam dunia organisasi. Sehingga tanpa tindakan nyata, rencana

akan menjadi imajinasi atau impian yang tidak pernah menjadi kenyataan.

D. Controlling

Controlling, memastikan bahwa kinerja sesuai dengan rencana. Hal ini

membandingkan antara kinerja aktual dengan standar yang telah ditentukan.

Jika terjadi perbedaan yang signifikan antara kinerja aktual dan yang

diharapkan, manajer harus mengambil tindakan yang sifatnya mengoreksi.

Misalnya meningkatkan periklanan untuk meningkatkan penjualan.

Fungsi dari controlling adalah menentukan apakah rencana awal perlu

direvisi, melihat hasil dari kinerja selama ini. Jika dirasa butuh ada

5
perubahan, maka seorang manajer akan kembali pada proses planning. Di

mana ia akan merencanakan sesuatu yang baru, berdasarkan hasil dari

controlling.

6
BAB III

PROFIL ATAU GAMBARAN UMUM

3.1 Pengertian BMT

BMT adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip

bagi hasil (syariah), menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dan kecil

dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan

kaum fakir miskin. Secara konseptual, BMT memiliki dua fungsi : Baitul

Tamwil (Bait = Rumah, at Tamwil = Pengembangan Harta) melakukan

kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam

meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil terutama dengan

mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan

ekonominya. Baitul Maal (Bait = Rumah, Maal = Harta) menerima titipan

dana zakat, infak dan shadaqah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai

dengan peraturan dan amanahnya.

a. Visi BMT mengarah pada upaya untuk mewujudkan BMT menjadi lembaga

yang mampu meningkatkan kualitas ibadah anggota (ibadah dalam arti yang

luas), sehingga mampu berperan sebagai wakil pengabdi Allah SWT,

memakmurkan kehidupan anggota pada khususnya dan masyarakat pada

umumnya.. Titik tekan perumusan Visi BMT adalah mewujudkan lembaga

yang professional dan dapat meningkatkan kualitas ibadah.

b. Misi BMT adalah membangun dan mengembangkan tatanan perekonomian

dan struktur masyarakat madani yang adil berkemakmuran, serta

7
berkeadilan berlandaskan syariah dan diridhoi Allah SWT. Dari pengertian

tersebut dapat dipahami bahwa misi BMT bukan sematamata mencari

keuntungan dan penumpukan laba modal pada golongan orang kaya saja,

tetapi lebih berorientasi pada pendistribusian laba yang merata dan adil,

sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam.

3.2 Sejarah Berdirinya Baitul Mal

Pada masa Rasulullah SAW ini, Baitul Mal lebih mempunyai pengertian

sebagai pihak (al-jihat) yang menangani setiap harta benda kaum muslimin,

baik berupa pendapatan maupun pengeluaran. Saat itu Baitul Mal belum

mempunyai tempat khusus untuk menyimpan harta, karena saat itu harta yang

diperoleh belum begitu banyak. Kalaupun ada, harta yang diperoleh hampir

selalu habis dibagi-bagikan kepada kaum muslimin serta dibelanjakan untuk

pemeliharaan urusan mereka. Rasulullah SAW senantiasa membagikan

ghanimah dan seperlima bagian darinya (al-akhmas) setelah usainya

peperangan, tanpa menunda-nundanya lagi. Dengan kata lain, beliau segera

menginfakkannya sesuai peruntukannya masing-masing.

3.3 Sejarah dan Perkembangan BMT di Indonesia

Sejarah BMT ada di Indonesia, dimulai tahun 1984 dikembangkan

mahasiswa ITB di Masjid Salman yang mencoba menggulirkan lembaga

pembiayaan berdasarkan syariah bagi usaha kecil dengan nama Bait at Tamwil

SALMAN dan selanjutnya di Jakarta didirikan Koperasi Ridho Gusti.

8
Kemudian BMT lebih di berdayakan oleh ICMI sebagai sebuah gerakan yang

secara operasional ditindaklanjuti oleh Pusat Inkubasi Bisnis Usaha Kecil

(PINBUK). BMT adalah lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan

pola syariah, menumbuhkembangkan bisnis usaha mikro dan kecil dalam

rangka mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir

miskin. Secara konseptual, BMT memiliki dua fungsi : Baitul Tamwil (Bait =

Rumah, at Tamwil = Pengembangan Harta) melakukan kegiatan

pengembangan usahausaha produktif dan investasi dalam meningkatkan

kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil terutama dengan mendorong

kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonominya. Baitul

Maal (Bait = Rumah, Maal = Harta) menerima titipan dana zakat, infak dan

shadaqah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan pertaturan dan

amanahnya. Sekilas Tentang PINBUK

Peran ICMI yang mendorong terbentuknya PINBUK sangat berarti dalam

sejarah perkembangan BMT. Pada tanggal 13 Maret 1995 ICMI yang diwakili

oleh Prof. Dr. Ing. BJ Habibie (Ketua ICMI) , Majelis Ulama Indonesia yang

diwakili oleh K.H. Hasan Basri (Ketua Umum MUI) dan Bank Muamalat

Indonesia yang diwakili oleh Zaenul Bahar Noor, SE (Dirut BMI) menjadi

tokoh-tokoh pendiri PINBUK. PINBUK didirikan karena adanya tuntutan yang

cukup kuat dari masyarakat yang menginginkan adanya perubahan dalam

struktur ekonomi masyarakat yang pada tahun-tahun 1995 di kuasai oleh

9
segelintir golongan tertentu, utamanya dari ekonomi konglomerasi, kepada

ekonomi yang berbasis kepada masyarakat banyak.

Maksud dan tujuan pendirian PINBUK sebagaimana telah dibakukan dalam

akta pendiriannya adalah :

A. Mewujudkan dunia usaha yang lebih adil dan berdaya saing, konsisten

dengan nilainilai agama mayoritas bangsa Indonesia;

B. Mewujudkan sumber daya insani yang bermutu tinggi, terutama di kalangan

pengusaha mikro, kecil dan menengah, serta lembaga pendukungnya;

C. Mendorong terwujudnya penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam

dan sarana secara efektif dan efesien;

D. Mengupayakan perluasan kesempatan kerja dan mewujudkan penghidupan

yang layak bagi kemanusiaan dalam suatu sistem pembangunan ekonomi

yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Untuk mewujudkan cita-cita besar tersebut, sebagai langkah awal

PINBUK memulai dengan pendirian dan pengembangan lembaga keuangan

mikro (micro finance institution), yang diberi nama Baitul Maal wat Tamwil,

disingkat BMT dengan menggunakan prinsip bagi hasil dan memilih tempat

beroperasinya dalam masyarakat lapisan bawah. Sebagai lembaga keuangan

alternatif, BMT menjalankan kegiatan simpan pinjam, fungsi penyaluran

pembiayaan kepada anggotanya pengusaha mikro dan kecil, serta

pendampingan dan pengembangan usaha-usaha sektor riel para anggotanya.


10
3.4 Poduk BMT

a. Simpanan

- Si Rela ( Simpanan Suka Rela ).

- Sidik Amal ( Simpanan Pendidikan Amanah dan Leluasa ).

- Si Mapan ( Simpanan Masa Depan ).

- Sim Wapres ( Simpanan Siswa Berprestasi ).

- Si Suka ( Simpanan Sukarela Berjangka ).

- Si Haji ( Simpanan Haji ).

- Si Qurban ( Simpanan Qurban )

- Arisan Wisata

b. Pembiayaan

- Mudlorobah

Pembiayaan usaha produktif untuk anggota, dimana modal keseluruhan

dibiayai oleh BMT.

11
- Musyarokah

Pembiayaan usaha produktifuntuk anggota, dimana BMT ikut menyertakan

modal, bagi hasil ditetapkan berdasarkan proporsi modal dan peran dalam

usaha.

- Bai Bitsman Ajil

Pembiayaan dalam bentuk pembelian alat produksi atau alat rumah tangga,

sepeda motor dengan pembayaran cicilan.

12
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Aplikasi Fungsi POAC

A. Planing

Perencanaan Di dirikannya BMT adalah :

Bekerja sama dengan semua eksponen ummat melakukan upaya sosialisasi

dan membangun infrastruktur ekonomi syariah. Supaya terciptanya Lembaga

keuangan syariah. Sebagai lembaga MAAL

B. Organising

Sebuah organisasi harus dibentuk untuk dapat melaksanakan policy, program,

serta prosedur kepegawaian. Dalam hal ini tampak jelas bahwa organisasi

merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan.

C. Actuating

Kaitannya dengan pelaksanaan tugas di dalam suatu organisasi diperlukan

struktur organisasi yang menggambarkan garis hubungan kerja sama dari

seluruh hierarki yang ada dalam organisasi sesuai dengan Job Discription.

D. Controling

pengawasan yakni melakuakn pengukuran serta penilaian terhadap hasil yang

diperoleh dari rencana yang terlaksana. Dalam hal ini, seandainya terjadi

penyimpangan-penyimpangan dari hasil yang diharapkan, maka akan

13
diperlukan usaha korelasi dan pengendalian. Hal ini mutlak diperlukan dalam

rangka penyempurnaan

14
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

BMT aktor-aktor daerah sangat berperan penting dalam pengembangan

Dalam era otonomi daerah,. Sebab bagaimanapun juga, untuk memfasilitasi

pengembangan keuangan mikro syariah tersebut, diperlukan suasana yang kondusif

(enabling environment) dan political will yang kuat, misalnya dukungan peraturan-

peraturan yang memfasilitasi pengembangannya maupun melindungi keuangan mikro

itu sendiri, bukan malahan menghambat atau mematikannya. Tentu aturan merupakan

satu faktor untuk pengembangan keuangan mikro, faktor lain adalah para pelaku

maupun stakeholders yang terlibat di daerah.

B. Saran

Jika kita mendirikan BMT dengan memperhatikan SDM, Modal Kerja,Sistem,

InsyaAllah BMT akan dapat tumbuh dengan baik dan sehat. Dapat terhindar dari

masalah-masalah seperti diatas.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?searchword=bmt&searchphrase=all&Ite

mid=60&option=com_search

http://andimpi.blogspot.co.id/2013/06/fungsi-fungsi-manajemen-poac.html

16

Anda mungkin juga menyukai