Anda di halaman 1dari 3

7 Obat Alami untuk Hepatitis

24 Dec 2010 Kategori: Infeksi, Obat alami 4 Komentar

Hepatitis adalah penyakit hati yang sangat serius. Diperkirakan di Indonesia saat ini terdapat 20
juta orang yang mengidap hepatitis B dan C. Sebagian besar hepatitis tidak menunjukkan gejala
sampai 20-30 tahun perjalanan penyakit. Selama waktu itu, infeksi secara perlahan menggerogoti
hati seseorang sehingga dapat menyebabkan sirosis atau kanker hati. Sampai saat ini belum ada
obat alami yang terbukti secara ilmiah menyembuhkan hepatitis. Namun, beberapa tanaman
herbal berikut menurut penelitian cukup menjanjikan sebagai obat alami hepatitis:

1. Milk Thistle (Silybum marianum)

Studi menunjukkan bahwa milk thistle tidak menyembuhkan


hepatitis, tetapi dapat mencegah kerusakan dan memperbaiki fungsi hati pada pasien dengan
sirosis. Di Jerman, di mana obat herbal diregulasi seperti obat-obatan medis, otoritas kesehatan
telah menyetujui milk thistle sebagai pengobatan komplementer untuk sirosis, hepatitis, dan
gangguan hati lainnya.

Milk thistle berasal dari Eropa, tetapi sekarang juga ditanam di banyak wilayah lain yang
beriklim serupa. Buah tanaman ini dipercaya para ahli mengandung zat yang disebut silymarin.
Studi pada hewan menunjukkan bahwa silymarin berkhasiat:

mempromosikan pertumbuhan beberapa jenis sel hati.


sebagai antioksidan yang membantu melawan proses oksidasi. Dalam oksidasi, zat
berbahaya yang disebut radikal bebas dapat bertindak merusak sel-sel. Beberapa studi
menunjukkan silymarin mencegah kerusakan sel-sel hati oleh radikal bebas.
menghalangi berbagai jenis racun agar tidak masuk dan merusak sel-sel hati.
mencegah peradangan hati (bersifat anti-inflamasi).

Pada tahun 1989, penelitian pertama dilakukan terhadap 170 pasien sirosis dengan berbagai
penyebab, termasuk kecanduan alkohol. Sekitar setengah (87) pasien menerima silymarin tiga
kali sehari selama 2 tahun. Yang lainnya (83 pasien) hanya menerima plasebo. Karena 24 pasien
drop out dari studi, sebanyak 146 pasien (73 pada setiap kelompok) menyelesaikan studi 2 tahun
itu. Para peneliti mencatat bahwa jumlah pasien yang meninggal dalam 4 tahun setelah penelitian
tersebut 31 persen lebih rendah pada kelompok yang menerima silymarin daripada pada
kelompok pasien yang menerima plasebo. Efek menguntungkan dari silymarin terutama terlihat
pada pasien dengan sirosis akibat penyalahgunaan alkohol. Para dokter tidak melaporkan ada
pasien yang mengalami efek samping dari pengobatan silymarin.

2. Akar licorice (Glycyrrhiza glabra)

Akar licorice dapat digunakan untuk mengelola efek hepatitis pada


hati. Komponen aktifnya yang disebut asam glycyrrhizin menunjukkan sifat antivirus dan anti-
inflamasi. Asam ini menyebabkan rasa manis pada licorice (50 kali lebih manis daripada gula)
dan berfungsi mirip dengan hormon alami tubuh, aldosteron, yang mengatur garam dan air
dalam tubuh.

Glycyrrhizin telah digunakan di Jepang selama lebih dari 20 tahun sebagai obat untuk hepatitis
kronis. Dalam sebuah penelitian di tahun 1998, para peneliti melaporkan bahwa pengobatan
dengan glycyrrhizin mendorong perbaikan jaringan hati yang telah rusak akibat hepatitis.
Beberapa dari subjek penelitian juga menunjukkan perbaikan fungsi hati dalam melakukan
tugasnya. Sebuah percobaan 1997 juga menunjukkan bahwa glycyrrhizin membantu mencegah
perkembangan kanker hati pada pasien dengan hepatitis C kronis.

Sayangnya, akar licorice memiliki potensi efek samping. Jika diminum secara teratur (lebih dari
3 gram akar licorice per hari selama lebih dari 6 minggu atau lebih dari 100 miligram
glycyrrhizin sehari), herbal ini berpotensi menyebabkan tekanan darah tinggi, retensi natrium dan
air, kadar natrium rendah dalam aliran darah, deplesi kalsium, dan gangguan kesimbangan
elektrolit dalam tubuh. Tanda dan gejala konsumsi akar licorice yang berlebihan termasuk sakit
kepala, lesu, bengkak pergelangan kaki, dan bahkan gagal jantung atau serangan jantung
(jantung tiba-tiba berhenti berdenyut). Orang yang memiliki glaukoma, penyakit jantung,
tekanan darah tinggi dan hemokromatosis harus menghindari licorice.

3. Ginseng (Panax quinquefolius/Panax ginseng)

Ada dua jenis ginseng yaitu ginseng Amerika (Panax quinquefolius) dan ginseng Asia (Panax
ginseng) yang berasal dari Cina, Jepang, dan Korea.Tes pada hewan dan manusia menunjukkan
ginseng dapat membantu sistem imunitas tubuh. Pengujian pada hewan juga menunjukkan
ginseng dapat membantu memperbaiki cara kerja hati dan mengurangi kerusakan jaringan hati
yang disebabkan oleh hepatitis. Namun, penelitian mengenai manfaat ginseng untuk hepatitis
masih terbatas.

4. Jahe (Zingiber officinale)


Selama 2.500 tahun, orang Cina telah menggunakan jahe untuk mengobati mual. Beberapa
penelitian telah mengkonfirmasi manfaat jahe untuk mengurangi mual. Tanaman ini dapat
meredakan mual dan muntah yang disebabkan oleh terapi obat pada pasien hepatitis. Selain
murah dan banyak tersedia, jahe diketahui aman dan tidak menyebabkan efek samping yang
serius.

5. Teh hijau (Camellia sinensis)

Teh hijau mengandung catechin berdosis tinggi. Teh hitam, yang telah mengalami proses
fermentasi, mengandung konsentrasi catechin yang lebih rendah. Catechin adalah flavonoid
dengan sifat antioksidan yang berkemampuan menstabilkan membran sel. Sifat melindungi
catechin terhadap hati mirip dengan milk thistle.

Eksperimen terhadap tikus yang memiliki kerusakan sel hati menunjukkan efek melindungi hati
yang diberikan oleh catechin. Namun, kebanyakan studi pada manusia gagal untuk menunjukkan
hasil yang sama. Dosis yang digunakan pada manusia adalah 20-40 mg per kg berat badan/hari
dibandingkan dengan 200 mg per kg/hari yang digunakan pada tikus. Hal ini mengindikasikan
bahwa dosis yang lebih tinggi harus digunakan pada manusia agar menuai manfaat teh hijau
untuk perlindungan hati. Namun, efek samping yang menyertai dosis tinggi membuat pendekatan
semacam itu tidak praktis. Efek samping teh hijau dosis tinggi adalah demam, hemolisis
(kerusakan sel darah merah), dan urtikaria (ruam alergi).

6. Kunyit (Curcuma domestica)

Kunyit adalah bumbu dapur yang cukup banyak pemakaiannya. Selama ribuan tahun, kunyit
telah digunakan oleh praktisi pengobatan Ayurweda sebagai obat untuk penyakit hati. Komponen
aktif kunyit adalah kurkumin yang berkhasiat antioksidan. Dalam penelitian pada hewan
percobaan, kunyit terlihat menghambat kerusakan hati dari aflatoksin dan racun hati lainnya.
Karena kunyit adalah bumbu utama pada kari India, mungkin itulah sebabnya penduduk India
memiliki insiden penyakit hati terendah di dunia. Namun hal ini perlu pembuktian lebih lanjut.

7. Lada Hitam (Piper nigrum)

Lada hitam mengandung zat aktif yang disebut piperin. Dalam penelitian pada tikus, piperin
terlihat dapat mengurangi efek merusak racun pada hati. Hal ini terutama karena sifat antioksidan
pada piperin. Belum ada studi yang membandingkan perbedaan penyakit hati pada orang yang
mengonsumsi lada dengan mereka yang tidak.

Anda mungkin juga menyukai