Anda di halaman 1dari 71

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia adalah sebuah negara besar yang dianugerahi kekayaan sumber
daya alam dan sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang melimpah ini
dapat meningkatkan kemajuan negara dalam berbagai sektor, salah satunya adalah
sektor perindustrian. Sebagai negara berkembang, pertumbuhan ekonomi di
Indonesia dalam sektor industri diikuti dengan peningkatan kebutuhan energi.
Pertumbuhan ekonomi yang sehat selalu sinergis dengan tersedianya kemampuan
energi dalam negeri. Hal ini tentu saja dapat tercapai apabila pasokan energi di
negeri kita terpenuhi. Dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan
meningkatkan investasi, maka kemampuan negara menyediakan energi sangatlah
dibutuhkan. Energi listrik adalah faktor dominan dalam pertumbuhan dunia
industri.
Untuk menyediakan energi listrik bagi dunia industri dan masyarakat pada
umumnya, maka diperlukan sinergi antara sumber daya alam yang tersedia dan
kemampuan sumber daya manusia untuk mengolahnya. Energi listrik dapat
dibangkitkan dari suatu pembangkit listrik misalnya Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga
Gas (PLTG), Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), Pembangkit Listrik
Tenaga Diesel (PLTD), Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU), dan
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP).
Di Indonesia sendiri jenis pembangkit yang banyak digunakan adalah
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), khususnya yang berbahan bakar batu
bara. Potensi kekayaan batu bara di Indonesia membuat PLN merencanakan batu
bara sebagai pemasok listrik sebesar 64% di tahun 2015.
PLTU 1 Jawa Timur Pacitan sebagai salah satu anak perusahaan PLN yang
bergerak dibidang pengadaan listrik, dipilih menjadi tempat Praktek Kerja
Lapangan (PKL) atau Kuliah Kerja Nyata Praktik (KKN-P) karena perusahaan ini
merupakan salah satu pembangkit listrik dengan daya yang cukup besar untuk
daerah Jawa dan Bali, serta mempunyai peranan penting dalam perencanaan dan

1
perancangan sistem kelistrikan di Indonesia, sehingga merupakan tempat yang
cocok untuk mendalami ilmu tentang pembangkit listrik.
Kerja praktik ini adalah salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi
pada Program Sarjana 1 Jurusan Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya.
Dalam kerja praktik yang telah dilaksanakan dari tanggal 1 Februari 2016 sampai
29 Februari 2016. Penulis ditempatkan pada bagian maintenance Mesin 2 yaitu
Coal Handling System dan perawatannya.
Materi-materi yang terdapat disini berisi tentang proses pengolahan batu
bara ketika sampai di pelabuhan sampai menjadi zat buang setelah di bakar pada
boiler serta proses perawatan yang terdapat pada alat yang digunakan untuk proses
tersebut.

1.2. Rumusan Masalah


Pelaksanaan Kerja praktik di PT. PJB UBJOM PLTU Pacitan terdapat
permasalahan yang ingin diketahui untuk bisa dilaporkan dalam laporan kerja
praktik. Aktifitas yang dilakukan selama kerja praktik di PT Indonesia Power UP
Semarang dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Bagaimana pengoperasian Coal Handling System pada PT. PJB UBJOM
PLTU Pacitan ?
b. Bagaimana pengoperasian Ship Unloader pada PT. PJB UBJOM PLTU
Pacitan?
c. Bagaimana perawatan Hunger pada Ship Unloader PT. PJB UBJOM PLTU
Pacitan?

1.3. Batasan Masalah


Laporan kerja praktik ini, secara khususnya melaporkan secara deskritif
mengenai PERAWATAN HUNGER PADA SHIP UNLOADER PT PJB UBJOM
PLTU PACITAN.

1.4. Tujuan Kegiatan


Secara umum tujuan dari Praktik Kerja lapangan yang dilaksanakan di PT.
PJB UBJOM PLTU Pacitan adalah :

2
a. Untuk memenuhi persyaratan kelulusan pada Program Studi S1 Teknik
Mesin, Fakultas Teknik,Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
b. Untuk mendapatkan pengalaman kerja sekaligus menggabungkan antara
teori yang diperoleh dari bangku kuliah dengan kenyataan dilapangan kerja.
c. Sebagai langkah awal untuk mengenal dunia industri, sehingga dapat
menjalin hubungan yang baik antara kalangan industri dan dunia
pendidikan.
d. Untuk melatih ketrampilan, kreatifitas, sikap serta pola bertindak didalam
lingkungan kerja yang sesungguhnya.
e. Untuk mengetahui proses pengoperasian dan maintenance Ship Unloader.

1.5. Manfaat Kegiatan


Secara umum manfaat dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang
dilaksanakan di PLTU 1 Jawa Timur Pacitan adalah :
a. Dapat mengetahui cara kerja Ship Unloader pada Pembangkit Listrik
Tenaga Uap (PLTU) 1 Jawa Timur Pacitan.
b. Dapat mengetahui proses perawatan komponen alat Ship Unloader pada
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 1 Jawa Timur Pacitan.

1.6. Waktu dan Tempat Kegiatan


Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan selama satu bulan, pada tanggal
2 Januari 2017 sampai 2 Februari 2017 di PLTU 1 Jawa Timur Pacitan, yang
beralamat di Jalan Pacitan-Trenggalek km. 55 Desa Sukorejo, Kecamatan
Sudimoro, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Indonesia.

1.7. Metode Pengumpulan Data


Metode yang dilakukan pengumpulan data adalah dengan cara :
a. Metode observasi :
Metode ini dilakukan dengan mengamati secara langsung ke lapangan
mengenai objek yang akan dibahas pada laporan Praktek Kerja Lapangan
ini, agar mendapat gambaran secara nyata tentang sistem, proses yang
terjadi dan mendapatkan data-data secara akurat..

3
b. Metode Wawancara
Pengumpulan data dengan menanyakan langsung tentang hal-hal yang
berkaitan dengan permasalahan yang sering timbul kepada pembmbing
lapangan dan karyawan mekanik di PT PJB UBJOM PLTU Pacitan.
c. Studi literatur
Pengumpulan data yang dilakukan dengan mengambil data yang diperoleh
dari buku-buku penunjang dan data berupa gambar komponen (manual
book) yang terdapat pada perpustakaan serta mencari informasi tentang
materi yang berkaitan melalui internet.
1.8. Sistematika Penulisan Laporan
Sistematika penulisan laporan kerja praktik ini secara garis besar adalah
sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah,
tujuan kerja praktik, manfaat kerja paktek, serta sistematika
penulisan laporan.
BAB II : PROFIL PERUSAHAAN
Berisi tentang profil, sejarah singkat perusahaan, tujuan perusahaan,
visi dan misi perusahaan, dan sekilah tentang PT PJB UBJOM
PLTU Pacitan.
BAB III : DASAR TEORI
Bab ini memuat tentang coal handling system secara spesifik serta
penjabarannya.
BAB IV : MAINTENANCE HUNGER PADA SHIP UNLOADER
Berisi tentang perawatan yang dilakukan pada Hunger di Ship
Unloader
BAB V : PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran setelah melakukan kegiatan.

4
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
PLTU 1 JAWA TIMUR PACITAN

2.1. Profil Perushaan

Gambar 2.1 PLTU 1 Jawa Timur Pacitan

Nama Perusahaan : PLTU 1 JAWA TIMUR PACITAN


Tahun Berdiri : 24 Juni 2013 (Unit 1)
21 Agustus 2013 (Unit 2)
Pemilik : PT. Pembangkitan Jawa Bali (PJB)
Luas Pabrik : 65 Ha
Kantor Pusat : Jl. Pacitan Trenggalek Km. 55 Desa Sukorejo,
Kecamatan Sudimoro, Kabupaten Pacitan, Jawa
Timur, Indonesia
Telepon : (0357) 442241
Fax : (0357) 442241
Daya Output : 2 315 MW
Transmisi : JAMALI (Jawa Madura Bali)
Bahan Bakar Utama : Batu Bara Medium Range

5
2.2. Sejarah Perusahaan
Pembangunan Proyek Percepatan Pembangkit Tenaga Listrik berbahan
bakar batu bara berdasarkan pada Peraturan Presiden RI Nomer 71 Tahun 2006
tanggal 05 Juli 2006 tentang penugasan kepada PT. PLN (Persero) untuk
melakukan Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik yang
menggunakan batu bara. Peraturan Presiden RI Nomer 71 Tahun 2006 ini menjadi
dasar bagi pembangunan 10 PLTU di Jawa dan 25 PLTU di Luar Jawa Bali atau
yang dikenal dengan nama Proyek Percepatan PLTU 10.000 MW. Pembangunan
proyek-proyek PLTU tersebut guna mengejar pasokan tenaga listrik yanag akan
mengalami defisit sampai beberapa tahun mendatang, serta menunjang program
diversifikasi energi untuk pembangkit tenaga listrik ke non bahan bakar minyak
(BBM) dengan memanfaatkan batu bara berkalori menengah. Proyek-proyek
pembangunan PLTU tersebut diharapkan siap beroperasi tahun 2009/2010.
Dalam Pelaksanaan Pembangunan Proyek adalah PLTU 1 Jawa Timur
Pacitan dengan kapasitas 2 315 MW ini, ditunjuk PT. PLN (Persero) Jasa
Manajemen Konstruksi untuk melaksanakan supervisi selama periode Konstruksi,
sesuai surat penugasan Direksi No. 01041/121/DIRKIT/2007 bulan Juni 2007.
Kontrak EPC PLTU 1 Jawa Timur Pacitan ditanda tangani pada tanggal 7 Agustus
2007 oleh PT. PLN (Persero) dan Konsorsium Dongfang Electric Company dari
China dan Perusahaan Lokal PT. Dalle Energy, nilai kontrak dari proyek ini sebesar
US$ 344,971,840.- dan Rp. 1,230,499,108,000.- belum termasuk Value Added Tax.
Proyek PLTU 1 Jawa Timur Pacitan ini memiliki dua unit pembangkit
dengan kapasitas total tenaga listrik yang dihasilkan sebesar 630 MW, dimana
kapasitas masing-masing unit pembangkit sebesar 315 MegaWatt. Energi listrik
yang dihasilkan PLTU 1 Jawa Timur Pacitan nantinya akan disalurkan melalui
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kv sepanjang 35,65 kilometer ke
Gardu Induk Pacitan Baru dan sepanjang 84,4 kilometer ke Gardu Induk Wonogiri.
Commercial Operation Date (COD) pada unit 1 selesai pada 24 Juni 2013 dan unit
2 selesai pada 21 Agustus 2013.

2.3. Visi, Misi dan Motto Perusahaan


2.3.1. Visi

6
Visi dari berdirinya PLTU 1 Jawa Timur Pacitan adalah Menjadi
perusahaan pembangkit tenaga listrik Indonesia yang terkemuka dengan
standar kelas dunia.
2.3.2 Misi
Sedangkan misi-misi PLTU 1 Jawa Timur Pacitan yang diembannya
adalah sebagai berikut:
a. Memproduksi tenaga listrik yang handal dan bardaya saing.
b. Meningkatkan kinerja secara berkelanjutan melalui implementasi tata
kelola pembangkitan dan sinergi business partner dengan metode best
practice dan ramah lingkungan.
c. Mengembangkan kapasitas dan kapabilitas SDM yang mempunyai
kompetensi teknik dan manajerial yang unggul serta berwawasan
bisnis.
2.3.3 Motto
Sementara itu, motto yang diusung oleh PLTU 1 Jawa Timur adalah
Menjadikan PLTU Pacitan, pembangkit listrik yang handal serta efisien

2.4. Logo Instansi

Gambar 2.2 Logo PT. Pembangkitan Jawa Bali

Logo instansi tersebut juga mempunyai makna yaitu:


a. Bentuk Lambang
Bentuk, warna dan makna lambang perusahaan yang resmi
digunakan adalah sesuai dengan yang tercantum pada lampiran Surat
Keputusan Direksi Perusahaan Umum Listrik Negara No. 031/DIR/76

7
Tanggal 1 Juni 1976, mengenai Pembakuan Lambang Perusahaan
Umum Listrik Negara.
b. Bidang persegi panjang vertikal
Menjadi bidang dasar bagi elemen-elemen lambang lainnya.
Melambangkan bahwa PT. PLN (Persero) merupakan wadah atau
organisasi yang terorganisir dengan sempurna. Berwarna kuning untuk
menggambarkan pencerahan seperti yang diharapkan PLN bahwa
listrik mampu menciptakan pencerahan bagi kehidupan masyarakat.
Kuning juga melambangkan semangat yang menyala-nyala yang
dimiliki setiap insan yang berkarya di perusahaan ini.
c. Petir atau Kilat
Melambangkan tenaga listrik yang terkandung didalamnya sebagai
produk jasa utama yang dihasilkan oleh perusahaan. Selain itu petir juga
mengartikan kerja cepat dan tepat para insan dalam memberikan solusi
terbaik bagi para pelanggannya. Warna yang merah berarti
melambangkan kedewasaan PLN sebagai perusahaan listrik pertama di
Indonesia dan Kedinamisan gerak laju perusahaan beserta tiap insan
perusahaan serta keberanian dalam menghadapi tantangan
perkembangan zaman.
d. Tiga gelombang
Memiliki arti sebgai gaya rambat listrik yang dialirkan oleh tiga
bidang usaha utama yang digeluti perusahaan yaitu pembangkitan,
penyaluran, dan distribusi yang seiring sejalan dengan kerja keras para
insan perusahaan guna memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya.
Diberi warna biru untuk menampulkan kesan konstan seperti halnya
listrik yang tetap diperlukan dalam kehidupan manusia. Disamping itu
biru juga melambangkan keandalan yang dimiliki insan-insan
perusahaan dalam memnerikan layanan terbaik bagi para
pelanggannya.

2.5. Budaya Perusahaan

8
Salah satu aspek dari perkembangan sumber daya manusia perusahaan
adalah pembentukan budaya perusahaan.
Unsur-unsur budaya perusahaan:
a. Perilaku akan ditunjukan seseorang akibat adanya suatu keyakinan
akan nilai-nilai atau filosofi.
b. Nilai adalah bagian dari budaya (culture) perusahan yang dirumuskan
untuk membantu upaya mewujudkan budaya perusahaan tersebut. Di
PT. PLN PJB nilai ini disebut Filosofi Perusahaan.
c. Paradigma adalah suatu kerangka berfikir yang melandasi cara
seseorang menilai sesuatu.
Budaya perusahaan diarahkan untuk membentuk sikap dan perilaku
yang didasarkan pada 5 filosofi dasar dan lebih lanjut, filosofi dasar ini
diwujudkan dalam 12 dimensi perilaku.

2.5. Lima Filosofi Perusahaan


a. Mengutamakan Pasar dan Pelanggan
Berorientasi kepada pasar serta memberikan pelayanan yang terbaik
dan nilai tambah kepada pelanggan.
b. Menciptakan Keunggulan untuk Memenangkan Persaingan
Menciptakan keunggulan melalui sumber daya manusia, teknologi
finansial, dan proses bisnis yang andal dengan semangat untuk
memenangkan persaingan.
c. Mempelopori Pemanfaat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Terdepan dalam pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi
secara optimal.
d. Menjunjung Tinggi Etika Bisnis
Menerapkan etika bisnis sesuai standar etika bisnis internasional.
e. Memberi Penghargaan Atas Prestasi
Memberi penghargaan atas prestasi untuk mencapai kinerja
perusahaan yang maksimal.

Filosofi perusahaan dibuat karena:

9
Memberikan acuan bagi seluruh anggota organisasi tentang bagaimana
cara merealisasikan budaya perusahaan.
Merumuskan apa yang dianggap penting tentang bagaimana berhasil
dalam berbisnis.
Memberikan motivasi, memacu prestasi dan produktivitas perusahaan.
Memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai identitas dan cerita
perusahaan.

2.6. Makna 5 S
5 S adalah singkatan dari 5 kata dalam bahasa jepang yanga diawali dengan
huruf S yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke. Dalam bahasa Indonesia, kita
bias menterjemahkan 5S sebagai 5R yaitu Seiri (Ringkas), Seiton (Rapi), Seiso
(Resik), Seiketsu (Rawat), Shitsuke (Rajin). 5S adalah filosofi dan cara bagi suatu
organisasi dalam mengatur dan mengelola ruang kerja dan alur kerja dengan tujuan
efisiensi dengan cara mengurangi adanya buangan (waste) baik yang bersifat
barang atau peralatan maupun waktu.
- Seiri (Ringkas)
Membedakan antara yang diperlukan dan yang tidak diperlukan
serta membuang yang tidak diperlukan: Singkirkan barang-barang
yang tidak diperlukan dari tempat kerja.
- Seiton (Rapi)
Menentukan tata letak yang tertata rapi sehingga kita selalu
menemukan brang yang diperlukan: Setiap brang yang berada
ditempat kerja mempunyai tempat yang pasti.
- Seiso (Resik)
Menghilangkan sampah kotoran dan barang asing untuk
memperoleh tempat kerja yang lebih bersih. Pembersihan dengan cara
inspeksi: Bersihkan segala sesuatu yang ada ditempat kerja.
- Seiketsu (Rawat)
Memelihara barang dengan teratur rapi dan bersih juga dalam aspek
personal dan kaitannya dengan polusi: Semua orang memperoleh
informasi yang dibutuhkannya ditempat kerja tepat waktu.

10
- Shitsuke (Rajin)
Melakukan sesuatu yang benar sebagai kebiasaan: Lakukan apa
yang harus dilakukan dan jangan melakukan apa yang tidak boleh
dilakukan.

2.7. Lokasi PLTU 1 Jawa Timur Pacitan


Lokasi PLTU 1 Jawa Timur Pacitan terletak di laut selatan pulau jawa,
tepatnya di Jalan Raya Pacitan Trenggalek Km.55 Desa Sukorejo, Kecamatan
Sidomoro (sekitar 30 km arah timur Pacitan), Kabupaten Pacitan, Propinsi Jawa
Timur.

Gambar 2.3 Lokasi PLTU 1 Jawa Timur Pacitan

2.8. Struktur Organisasi


Organisasi PLTU 1 Jawa Timur Pacitan dipimpin oleh seorang General
Manajer yang membawahi empat bidang manajer yaitu Manajer Operasi, Manajer
Pemeliharaan, Manajer Enjiniring dan Manajer Administrasi yang masing-masing
memiliki seperangkat anggota yang membantu bekerja selama PLTU ini beropersi.
Berikut ini adalah struktur organisasi di PLTU 1 Jawa Timur Pacitan.
General Manajer sebagai pemimpin tertinggi memegang tanggung jawab
penuh atas apa yang terjadi PLTU, namun takkan bisa berjalan lancar tanpa kerja
sama dengan bawahan yang telah dibagi menjadi beberapa bagian antara lain

11
bidang operasi, perawatan, engineering dan administrasi. Masing-masing bagian
dipimpin oleh seorang general manajer yang bertanggung jawab kepada GM.
Bidang operasi bertanggung jawab dalam pengoperasian unit boiler dan turbin unit
1 maupun unit 2. Bidang pemeliharaan bertanggung jawab dalam perawatan seluruh
PLTU. Bidang enjiniring bertanggung jawab dalam bidang analisis data dan
Condition Base Maintenance (CBM). Bidang administrasi bertanggung jawab
dalam bidang surat menyurat serta urusan kantor lainnya.

Gambar 2.4 Struktur PT PJB UBJOM Pacitan


Pada manajer pemeliharaan membawahi diantaranya supervisor senior
rendal pemeliharaan,supervisor senior pemeliharaan mesin 1,supervisor senior
pemeliharaan mesin 2,supervisor senior pemeliharaan listrik,supervisor senior
pemeliharaan kontrol dll. Pada garis besarnya , pada mesin 1 bertugas untuk
pemeliharaan diantaranya turbin, boiler,generator dll. Pada mesin 2 bertugas di area
alur batu bara dari pelabuhan hingga menjadi debu dan zat buang.

2.9. Fasilitas-fasilitas Umum


PLTU 1 Jawa Timur Pacitan merupakan perusahaan di Indonesia yang
mengutamakan kualitas, kuantitas, dan pelayanan bagi masyarakat. Disamping itu

12
PLTU 1 Jawa Timur Pacitan memiliki kelengkapan fasilitas menunjang / umum
antara lain :
a. Laboratorium ( untuk bahan kimia)
b. Unit Pemeliharaan
c. Perpustakaan
d. Ruang SDM
e. Ruang Rapat
f. Ruang Denter ( pengadaan barang dan jasa)
g. Ruang Pertemuan
h. Lobby
i. Ruangan Staff
j. Masjid
k. Peralatan Kantor
l. Alat Pemadam Kebakaran
m. WWTP
n. TPS
o. Gudang
p. Baju Pemadam Kebakaran
q. Perahu Karet
r. Toilet
s. ADP (Alat Pelindung Diri)
- Alat Pelindung Kepala (Helm)
- Alat Pelindung Telinga (Ear Plug)
- Alat Pelindung Mata dan Muka
- Alat Pelindung Permafasan (Masker)
- Alat Pelindung Tangan (Sarung Tangan)
- Alat Pelindung Badan (Apron)
- Alat Pelindung Kaki (Safety Shoes)
-

13
2.2.1 Coal Handling System
Coal Handling System yaitu suatu sub sistem dari PLTU yang
meliputi tentang penanganan batu bara dari menerima / pembongkaran batu
bara sampai penyemprotan batu bara ke dalam boiler. Untuk PLTU dengan
bahan bakar batu bara penanganan awal adalah batu bara diangkut
menggunakan kapal tongkang dengan kapasitas pengangkutan 68.000 ton
batu bara. Kapal tersebut berlabuh di dermaga yang memiliki panjang 240
m. Batu bara diturunkan dari kapal dengan menggunakan Ship Unloader
dengan kapasitas pengangkutan 15 ton. Lama pembongkaran batu bara
dari kapal membutuhkan waktu selama 2 hari.
Pada siklus bahan bakar batu bara terjadi proses unloading.
Unloading adalah proses transportasi batu bara dari tongkang yang melalui
Ship Unloader (SU) sebagai primary transport. Loading adalah proses
transportasi batu bara dari coal yard yang melalui Stacker Reclaimer (SR)
sebagai primary transport

Terdapat 3 macam sistem pengangkutan batu bara :


A. Stacking
Stacking adalah proses pengangkutan batu bara dari
tongkang yang diangkut oleh SU menuju coal yard untuk
ditampung.
B. Reclaiming
Reclaiming yaitu proses pengangkutan batu bara dari coal
yard menuju coal bunker untuk kebutuhan unit dengan
menggunakan SR
C. Passing
Passing yaitu pengangkutan batu bara dari tongkang yang
diangkut oleh SU kemudian melalui SR dan diangkut
langsung ke coal bunker untuk kebutuhan unit

14
Gambar 2.5 Alur Batu Bara

2.2.2 Circulating Water System


Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) merupakan pembangkit
listrik yang memanfaatkan air. Air kemudian dipanaskan dengan panas dari
hasil pembakaran batu bara agar menjadi uap panas yang bertemperatur dan
bertekanan tinggi. Siklus air PLTU adalah air yang diambil dari air laut
dengan menggunakan metode osmosis (reverse osmosis). Air dipompakan
oleh circulating water pump (CWP) masuk ke dalam water treathment
plant, air masuk ke pengolahan air tawar yang terdiri dari perlakuan awal
(pre-treathment). Air tawar yang dikeluarkan dinamakan dengan make-up
water.
Make-up water ini dipompakan dengan distillate pump menuju
make-up water tank untuk disimpan sementara. Make-up water akan masuk
dalam sistem pemurnian (demineralization) hasil pemurnian tersebut adalah
air demin. Air demin merupakan air yang memiliki kandungan mineral kecil
dengan konduktivitas 0,2-1 microsiemens dan Ph 6-7. Air demin yang
dihasilkan selanjutnya dicampur dengan air kondensat di dalam hotwell.

15
2.2.3 Steam Generation System
Steam Generation System merupakan sistem penghasil uap dalam
sistem ini dimaksudkan adalah boiler. Air kondensat adalah air murni hasil
pengembunan uap pada kondensor. Setelah bercampur air tersebut
selanjutnya dipompa oleh kondensat pump menuju ke low pressure heater
untuk dinaikkan temperaturnya, kemudian dialirkan menuju deaereator.
Deaereator memiliki fungsi untuk menghilangkan kandungan oksigen serta
gelembung udara. Oksigen yang larut dalam air demin dapat menyebabkan
korosi (pengkaratan) pada sudu-sudu turbin. Air dan deaereator akan
menuju ke high pressure heater untuk menaikkan temperatur sebelum
masuk economizer. Economizer adalah alat untuk memanaskan air dengan
panas dari sisa gas hasil pembakaran. Suhu air masuk economizer 34C dan
suhu air keluar economizer mencapai 70C kemudian air dipompakan
menuju boiler dengan boiler feed pump. Boiler merupakan tempat untuk
memanaskan atau mengubah air menjadi uap bertekanan dan bertemperatur
tinggi, uap air selanjutnya dialirkan menuju steam drum (alat untuk
memisahkan uap dan air) uap air dihasilkan merupakan uap jenuh (basah).
Di dalam super heater uap jenuh (basah) dipanaskan lebih lanjut. Uap yang
keluar dari super heater memiliki temperatur 540C dan bertekanan 160 bar
dengan adanya pemanasan lanjut berubah menjadi uap kering.
Uap hasil pemanasan (dari super heater dan re-heater) digunakan
untuk memutarkan tiga jenis turbin yaitu turbin tekanan tinggi (high
pressure turbine/HP Turbine), turbin tekanan menengah (Intermediate
Pressure Turbine/ IP Turbine), dan turbin tekanan rendah (Low Pressure
Turbine/LP Turbine). Uap keluar dari turbin tekanan tinggi mengalami
penurunan temperatur untuk itu digunakan re-heater sebagai pemanas ulang
uap sehingga temperatur kembali ke suhu semula sebelum menuju IP
Turbine. Uap yang keluar dari IP Turbine tidak mengalami pemanasan
ulang sehingga langsung masuk LP Turbine. Uap dari turbin tekanan rendah
diembunkan menjadi air menggunakan kondensor, air pendingin kondensor
menggunakan air laut sebagai pendingin utamanya. air hasil kondensasi
selanjutnya ditampung di hotwell dan digunakan kembali untuk selanjutnya

16
dialirkan menuju boiler. PLTU dalam operasinya menggunakan kondensor
untuk mengembunkan uap menjadi air dinamakan dengan PLTU siklus
tertutup (CLOSE LOOP). Air yang digunakan untuk pendinginan pada
kondensor merupakan air laut, air laut awalnya diambil dari water intake
menggunakan Circulating Water Pump (CWP) kemudian dibersihkan dari
zat-zat pengotor dan hewan laut terlebih dahulu. Setelah itu air menuju
kondensor, air dari kondensor awalnya memiliki temperatur rendah. Namun
setelah keluar dari kondensor temperatur air tinggi pada PLTU, air yang
masuk kondensor memiliki temperatur 29,2C dan temperatur air keluar
36,2-38C. Air yang bertemperatur cukup tinggi kemudian dibuang ke laut
melalui Water Outtake/ Circulating Water Outfall.

2.2.4 Power Convertion System


Turbin berfungsi untuk mengubah energi potensial menjadi energi
kinetik. Kontruksinya terdiri dari rumah turbin dan rotor. Pada rotor turbin
ditempatkan rangkaian sudu-sudu secara sejajar. Dalam pemasangannya,
rangkaian sudu tetap dan rangkaian sudu jalan dipasang berselang-seling.
Uap dengan kecepatan tinggi akan mengenai sudu-sudu jalan pada rotor
turbin yang akhirnya mengakibatkan putaran rotor. Uap hasil pembakaran

dari boiler melewati fase tekanan tinggi,sedang,dan rendah dalam


turbin. Untuk uap tekanan tinggi, akan masuk ke high pressure turbine
selanjutnya keluaran baru uap tersebut akan masuk ke sistem re-heater
(pemanasan ulang) untuk menaikkan temperatur sebelum masuk ke
intermediate pressure turbine kemudian uap masuk ke low pressure turbine.
Uap hasil keluaran low pressure turbine langsung masuk ke kondensor.
Putaran turbin adalah 3000RPM.

17
Gambar 2.6 Turbin

2.2.5 Post Combution Clean-up System


Selain energi panas yang dihasilkan,pembakaran batu bara juga
menghasilkan kandungan lain seperti, NOx (Oksidanitrogen), SOx
(Oksidasulfur), dan COx (Oksidakarbon). Untuk dapat menciptakan
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang ramah bagi manusia dan
lingkungan kandungan-kandungan tersebut harus diminimalisir hingga batas
aman. Terdapat alat-alat yang digunakan untuk meminimalisir kandungan
tersebut, yaitu :

1. Electrostatic Precipitator (ESP/ES)


Merupakan alat yang digunakan untuk menangkap debu (fly ash)
dari hasil pembakaran batu bara. Cara kerja dari EP yaitu sebagai
berikut :
Melewatkan gas buang (Fly gas) melalui suatu medan listrik yang
terbentuk antara discharge electrode dengan collector plate, flue gas
yang mengandung butiran debu pada awalnya bermuatan netral dan
pada saat melewati medan listrik, partikel debu tersebut akan
terionisasi sehingga partikel debu tersebut menjadi bermuatan
negatif (-) .
Partikel debu yang bermuatan negatif (-) selanjutnya menempel
pada plate-plate pengumpul (colecctor plate). Debu yang
dikumpulkan di collector plate dipindahkan kembali secara periodik
dari collector plate melalui suatu getaran (rapping). Debu ini

18
kemudian jatuh ke bak penampung (ash hopper), dan dipindahkan
(transport) ke fly ash silo dengan cara dihembuskan / di vacuum.

Gambar 2.7 Prinsip EP

2. Flue gas desulphurization (FGD)


Merupakan sistem untuk meminimalisir kandungan sulfur pada asap
dengan menggunakan batu kapur (limestone). Prinsip kerja FGD adalah
peralatan yang digunakan untuk menghilangkan flue gas (gas buang)
SO2 hasil pembakaran batu bara PLTU dengan menyemprotkan batu
kapur ke dalam aliran gas. Gas buang dari proses pembakaran sebelum
dibuang melalui cerobong (Stack/Chimney) dimasukkan ke mesin FGD
dan disemprotkan udara hingga teroksidasi menjadi SO3. Kemudian di
dinginkan dengan menggunakan air agar ber-reaksi menjadi asam sulfat
(H2SO4). Asam sulfat kemudian direaksikan dengan batu kapur hingga
diperoleh hasil pemisahan berupa gipsum atau gipsum sintesis. Gas
yang dibuang hanya uap air tanpa ada kandungan oksida sulfur jika
dilepaskan ke atmosfer, kombinasi SO2 dengan oksigen dan air akan
membentuk asam sulfat (H2SO4) yang berbahaya bagi lingkungan dan

19
salah satu komponen yang dikenal sebagai hujan asam. Berikut ini
reaksi kimia-nya :

SO2 (gas) + O (gas) SO3 (gas)


SO3 (gas) + H2O (liquid) H2SO4 (liquid)
H2SO4 (liquid) + Ca(OH)2 CaSO4 + 2HO2

3. Ash pond dengan lapisan high density poly ethylene (HDPE)


Merupakan tempat penimbunan lembah padat seperti fly ash dan
gipsum untu mencegah terjadinya rembesan air kedalam tanah.
4. Waste Water Treathment Plant (WWTP)
Sistem pengolahan limbah cair sehingga keluaran cairan memenuhi
buku mutu.
5. Low Nox Burner
Merupakan sistem untuk mengurangi terbentuknya NOx pada
pembakaran batu bara.

Apabila gas hasil pembakaran batu bara sudah dilewatkan ke sistem


penanganan limbah maka gas tersebut telah aman dibuang ke udara,
begitupun dengan limbah cair dapat dibuang ke sungai ataupun ke laut. Gas
yang telah aman dapat dibuang melalui stack / chimney. Stack yang tinggi
memiliki ketingian 240 meter dimaksudkan agar tidak mencemari bagian
sekitar pembangkit.

20
BAB III
COAL HANDLING SYSTEM di PT. PJB UBJ O&M PLTU PACITAN

3.1 Sistem Penanganan Batu bara (Coal Handling System)


PLTU batu bara adalah suatu pembangkit listrik yang menggunakan batu
bara sebagai bahan bakar utamanya. PT. PJB UBJ O&M PLTU pacitan adalah salah
satu pembangkit yang menggunakan Bahan bakar batu bara dengan kapasitas
pembangkitan 2 x 315 MW. Untuk mencapai kapasitas pembangkitan yang cukup
besar tersebut dibutuhkan batu bara dalam jumlah yang sangat banyak. Oleh
karenanya diperlukan suatu penanganan khusus terhadap bahan bakar batu bara
tersebut. Sistem penanganan batu bara inilah yang dinamakan Coal Handling
Sistem.
Coal Handling Sistem berfungsi menangani mulai pembongkaran batu bara
dari kapal/tongkang (Unloading area), penimbunan/penyimpanan di stock area
ataupun pengisian ke bunker (power plant). Yang digunakan untuk pembakaran di

21
Boiler. Alat yang digunakan untuk memindahkan adalah system conveyor.
Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan system conveyor
diantaranya :
a. Menurunkan biaya dan waktu pada saat pemindahan batu bara
b. Meningkatkan efisiensi pemidahan material
c. Menghemat ruang
d. Meningkatkan kondisi lingkungan kerja( ramah lingkungan)
Dalam Coal Handling Sistem juga dilengkapi dengan sistem AMDAL, untuk
meminimalisir polusi udara dari debu batu bara. Yaitu, berupa system penyiraman
batu bara dengan media air tawar (Dust Supresion), sistem penangkap debu batu
bara (Dust Collector) dan pelindung curahan batu bara dari angin yaitu berupa
corong yang bisa dinaikkan dan diturunkan (Telescopic Chute).
Agar batu bara yang dibongkar dari kapal dan juga disalurkan ke
penampungan utama Unit pembangkit listrik tidak tercampur dengan material yang
diinginkan terutama jenis logam, maka pada sistem penyauran batu bara dilengkapi
dengan sarana pemisah antara batu bara dengan logam (Fe) yang tercampur pada
batu bara yang disalurkan dengan sistem (magnetic Seprator)
Di dalam jalur conveyor juga terdapat gedung yang difungsikan sebagai
pengatur arah aliran batu bara pada conveyor yang dikendalikan dari Coal Handling
Control Room (CHCR). Pengaturan dilakukan dengan cara mengatur posisi dari
diverter gate /isolating Shutle yang terdapat pada perlatan pemindahan aliran.
bangunan ini dinamakan (Transfer Tower).

22
Berikut adalah Jalur CONVEYOR UNLOADING dan LOADING PLTU
PACITAN 2X315 MW

Gambar 3.1 Jalur CONVEYOR UNLOADING dan LOADING PLTU PACITAN


2X315 MW
Batu bara yang diangkut menggunakan jalur tongkang. Pada dermaga PLTU
1 jawa timur pacitan, kapasitas maksimum adalah 20.000 ton, dimana umumnya
tongkang yang masuk berukurn 8.000 ton.

3.2 Coal Handling Area


Secara garis besar, Coal Handling Area Di PLTU Pacitan ini dibagi
menjadi 4 area penanganan batu bara dimana disemua area tersebut dimasukkan
didalam bidang mesin 2. berikut adalah area yang terdapat pada bidang Mesin 2 di
PLTU pacitan.
3.2.1 Ship Unloader (SU)
Ship Unloader adalah peralatan yang berfungsi sebagai
transportasi batu bara dari tongkang ke hopper ship unloader yang
dilanjutkan ke conveyor menuju coal yard maupun langsung ke silo
bunker. Dimana terdapat berbagai peralatan yang digunakan untuk

23
mendukung tercapainya transportasi yang maksimal dan optimal adalah
backet pada crane yang langsung ditempatkan pada sistem Conveyor
menuju TT0.

Gambar 3.2 SU

3.2.2 Stacker Reclainer (SR)


Stacker Reclainer berfungsi untuk menata atau menaruh batu bara di
coal yard. Kemudian batu bara ditransmisikan lagi meggunakan conveyer
menuju crusher untuk dihaluskan. Setelah halus batu bara ditransmisikan
menuju boiler untuk dilakukan pembakaran.

Stacker Reclaimer adalah peralatan vital yang berfungsi sebagai


transportasi batu bara dimana dengan menggunakan 3 (tiga) metode:

Posisi Stacking digunakan sebagai penataan batu bara hasil dari


unloading batu bara dari Ship unloader (dicurahkan) ke Coal Yard
Area

24
Posisi Reclaimer berfungsi sebagai memindahkan batu bara dari Coal
Yard Area ke Coal Silo/Bungker (loading)
Posisi Passing digunakan unloading batu bara hasil dari unloading
batu bara dari Ship Unloder ke Coal Silo/bungker (direck unloading),
posisi passing mengunakan Tripper Car (mehcanisme hidrolic)

25
Gambar 3.3 SR 1

Gambar 3.4 SR 2

3.2.3 Ash Handling System


Ash Handling System adalah sebuah sistem yang difungsikan untuk
menangkap fly ash (debu berterbangan) dari udara sisa pembakaran dimana
prinsip kerja dari Ash Handling System adalah sebagi berikut :
a. Fly ash yang berada pada udara sisa pembakaran dilewatkan pada ESP
dan diberi muatan negatif oleh Discharge elektroda (particle charging)
b. Kemudian partikel fly ash tersebut dilewatkan ke Collecting Electrode
(bermuatan positif) yang menagkap fly ash tersebut (particle pollecting)

26
c. Collecting Electrode digetarkan oleh rapper sehingga fly ash yang
menempel jatuh dan terkumpul di hopper ESP. (transporting of
collected materials).

Komponen utama pada ash handling system adalah

1. COLLECTING ELECTRODE (CE)

Berupa gulungan vertikal elemen baja yang dialiri arus DC berfungsi


untuk menangkap fly ash yang bermuatan negatif.

2. DISCHARGE ELECTRODE (DE)

Berupa elemen individu elektroda yang berfungsi untuk


memberikan muatan negatif pada fly ash sebelum ditangkap oleh CE.

3. RAPPER

Alat penggetar untuk menjatuhkan fly ash yang menempel pada


elektroda (CE atau DE).

4. TRANSFORMER RECTIFIER SETS

Alat untuk mengubah tegangan AC (380 Volt) menjadi tegangan DC


untuk elektroda.

Gambar 3.5 Diagram alir ash handling system

27
Gambar 3.6 Bottom Ash Silo

3.2.4 Alat Berat


Area alat berat pada Bidang Mesin 2 disini menangani berbagai
masalah yang terjadi pada kendaraan yang beroperasi pada PLTU Jawa
Timur 1, Pacitan (2x315 MW) dimana masalah perbaikan ataupun
perawatan dilakukan oleh area alat berat.
a. Excavator
Excavator adalah sebuah jenis alat berat yang terdiri dari mesin
diatas roda khusus yang dilengkapi dengan lengan (Arm) dan alat
pengeruk (Bucket) yang digunakan untuk penggalihan batu bara

28
Gambar 3.7 Excavator

b. Wheel loader
Fungsi wheel loader adalah untuk memindahkan, menata,
menggusur, memadatkan, dan mengangkat material batu bara, dengan
kapasitas 200 PK, tipe Komatsu

Gambar 3.8 Wheel Loader

29
c. Buldozer
Fungsi buldozer adalah untuk menggusur dan memadatkan
batu bara .Kapasitas 200 PK, tipe Komatsu

Gambar 3.9 Buldozer

3.3 Peralatan Coal Handling Sistem


Selain alat alat yang dgunakan diatas, pada coal handling system juga
banyak menggunakan peralatan. Yaitu,
a. Belt Conveyor (BC)
Belt Conveyor (BC) di dalam coal handling system merupakan
peralatan yang sangat vital dan berfungsi untuk mentransferkan batu bara
dari Unloading Area sampai Coal Bunker.

30
Kontruksi dari belt berupa karet memanjang yang tidak terputus
dengan lebar 1400 mm sampai 1800 mm digulungkan diantara dua buah
pulley yang terletak pada ujung Belt Conveyor. Kontruksi dari Belt
Conveyor dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Gambar 3.10 Conveyor

Fungsi dari pada Belt Conveyor sendiri adalah untuk membawa


material dan meneruskan gaya.dan bagian bagian dari Belt Conveyor adalah

3. Carrying idle
Berfungsi untuk menjaga belt pada bagian yang terbeban atau
sebagai roll penunjang ban bermuatan material. Posisi dari Carrying idler
berupa diatas Conveyor Table. Komposisinya berupa tiga buah Roll
Penggerak berbentuk V

31
4. Impact Idler
Posisinya persis dibawah chute. Pada bagian luarnya dilapisi dengan
karet dan jark antara satu dngan yang lain lebih rapat dari Carrying Idler.
Berfungsi untuk menahan belt gar tidak sobek akibar batu bara yang jatuh
5. Return Idler
Berada dibawah belt pada sisi balik conveyor. Komposisinya hanya
terdiri dri satu buah Roll Penyangga belt dan berfungsi menyangga Belt
dengan arah putar terbalik.
6. Steering Idler
Merupakan idler yang berfungsi untuk menjaga kelurusn belt agar
tidak jogging (bergerak kekanan dan kiri). Posisinya dibagian pinggir belt
7. Motor
Berfungsi untuk menggerakkan belt conveyor atau bisa dikatakan
penggerk utaa. Dalam pegoperasiaan nya dihubungkan dengn gearbox dan
fluid couplinhg.

Gambar 3.11 Motor

8. Reducer
Peralatan yang menggandeng sumber daya ke pulley dan berfungsi
mereduksi putaran dari motor agar putaran input dari motor dapat dikurangi
9. Drive Pulley
Merupakan pulley yang secara langsung terhubung dengan Motor
listrik dan dikopling dengan gearbox. Fungsinya untuk memutar belt
menuju kedepan. Posisi drive pulley tidak harus selalu didepan , bisa
dipasang dimana saja yang dianggap memungkinkan.

32
Gambar 3.12 Drive Pulley

10. Take up pulley


Pulley yang berfungsi untuk menjaga tegangan belt . take up pulley
terhubung dengan counter weight

Gambar 3.13 Take Up Pulley

11. Counter weight


Merupakan bandul yang terhubung dengan take up pulley yang
berguna untuk memberikan atau menjaga tegangan belt

33
Gambar 3.14 Counter Weight

12. Bend pulley


Pulley berfungsi untuk menikungkan atau membelokkan arah belt.
13. Head pulley
Pulley terakhir yang berada pada ujung conveyor. Tidak sema head
pulley dapat dipakai drive pulley. Head pulley yang tidak dapat
dihubungkan dengan drive pulley tidak dapat disebut drive pulley
14. Snub pulley
Puley yang digunakan untuk memperbesar sudut lilitan kontak
antara pulley dengan belt. Biasanya snub pulley terletak didekat drive pulley
15. Tail pulley
Berada disisi belakang conveyor. Berfungsi untuk memutar kembani
belt conveyor menuju drive pulley. Tail pulley dilengkapi dengan belt
cleaner yang berfungsi untuk mencegah batu bara agar tidak masuk ke tail
pulley. Pada conveyor jenis light duty, tail pulley juga sering dijadikan take
up pulley
16. Scrapper (pembersih)
Merupakan perangkat yang berfungsi membersihkan materia yang
menempel pada belt.
17. Rubber skirt (skirt board)
Merupakan peralatan yang berfungsi mencegah agar material tidak
terjadi tumpah keluar belt pada saat muat

34
18. Plough scrapper
Berfungsi untuk membersihkan material yang tertumpah pada arah
balik belt. Biasanya terdiri dari primary dan v plough scrapper
.
b. Belt Feeder
Belt feeder yang berfungsi untuk menglirkan batu bara yang berasal dari
suatu hopper ke belt conveyor melalui chute untuk dikirim ketempat yang
dikehendaki. Belt feeder ini mempunyai kecepatan yang rendah dengan jarak
penghantaran yang relatif pendek. Kapasitas maksimum belt feeder tergantung dari
kapsitas belt conveyor yang mengikutinya, dan kecepatan nya dapat diatur sesuai
dengan aliran batu bara yang dibutuhkan.
c. Transfer Tower
Pengaturan arah aliran dilakukan disuatu bangunan yang mmuat alat
pemindahan arah aliran yang arah pengendaliannya dapat dikendalikan dari Coal
Handling Control Room (CHCR). Pengaturan dilakukan dengan cara mengatur
posisi dari diverter gate/isolating shutle yang terdpat pada peralatan pemindah
aliran. bangunan ini dikenal dengan nama Transfer Tower (TT)
d. Hopper
Berada disisi depan conveyor . Memiliki bentuk yang lebih besar dan
berfungsi untuk menampung batu bara dengan kuantitatif relatif banyak sebelum
diarahkan ke conveyor. Hopper dilengkapi dengan chute yang memudahkan batu
bara untuk meluncur . sehingga tidak menggumpal maupun terjadi penyumbatan.

Gambar 3.15 Hopper

35
e. Crusher
Berfungsi untuk menghancurkan batu bara lewat peralatan tersebut
mempunyai ukuran lebih besar dari 32 mm. Peralatan ini dirancang untuk
menghancurkan batu bara, bukan untuk batu ataupun materia lain. Karena peralatan
ini menggunakan motor dengan daya yang sangat tnggi yaitu 1000 kW. Maka,
peralatan ini dilengkapi dengan beberapa alat pengaman diantaranya: vibrasi
sensor, winding temperatur sensor, Space Heater.
f. Diverter Gate(DG)
Adalah suatu peralatan yang digunakan untuk memindahkan aliran batu
bara dari satu arah menjadi bercabang, Diverter Gate ini mempunyai dua posisi
pada sisi pengeluaran, dan tidak boleh dipindahkan pada saat ada alan batu bara
g. Coal Banker
Adalah tempat penampungan batu bara terakhir sebelum digunakan untuk
pembakaran diboiler
h. Coal Feeder
Yang digunakan untuk mengatur aliran batu bara yang akan menuju Mill/
Pulverizer
i. Mill/Pulverizer
Mill/Pulverizer berfungsi untuk menggerus batu bara agar lebih lalus
dengan keperluan untuk mempermudah dan efesiensi pembaaran pada burner/
furnace
j. Magnetic Separator (MS)
Mill/ Pulverizer berfungsi untuk memisahkan logam besi dari batu bara.
Prinsip kerjanya MS adalah berdasarkan indiksi elektromagnetk logam besi yang
terbawa pada aliran batubar akan ditarik oleh medan magnetik lalu menempel pada
conveyor MS dan akan jatuh pada sisi penampang.
k. Belt Weight/Belt Scrale
Berfungsi untuk menimbang batu bara yang akan disalurkan ke stock area
atau ke unit untuk mengetahui flow rate yang melewati conveyor tersebut. Berada
ditengah conveyor dan memiliki sensor kecepatan dan sensor berat(load cell)
dibawah belt conveyor. Melalui differential transformer transmitter dan peralatan

36
totalizer indicator batu bara dapat diketahui beratnya lewat panel angka. Belt
weighter ditempatkan di belt conveyor.
l. Sampling system(SS)
Pengambilan sample batu bara dapat dilakukan secara otomatis, sistem ini
akan mengambil secara periodik dari aliran batu bara dan diproses sedemikian rupa,
sehingga sempel sampel dapat mewakili keseluruhan batu bara
m. Dust Collector (DC)
Berfungsi mengumpulkan debu batu bara dengan sistem vacuum, secara
garis besar peralatan ini terdiri dari blower penyedot debu. Bagian bagiannya yaitu
:
1. Bag Filter sebagai penyedot debu
2. Screw conveyor dengan Bucket elevating sebagai alat transportasi
debu
3. Panel Pengoperasian. jika debu yang tersedot sudah terkumpul maka
akan dikembalikan ke Belt Conveyor
n. Dust Supression
Berfungsi untuk menyedot batu bara yang baru dibongkar dari apal atau
dikeruk dari reclaimer untuk mengurangi debu yang bertebangan, supaya tidak
menimbulkan polusi udara.

37
BAB IV

MAINTENANCE PADA COAL HANDLING SYSTEM

4.1 Definisi Maintenance


Menurut Paul R. Drake (1994) maintenance adalah kombinasi dari
semua tindakan administratif teknis yang dilakukan terhadap fasilitas
dengan tujuan mengembalikan fasilitas ke kondisi awal dan dapat
menjalankan fungsinya dengan baik. Maintenance atau pemeliharaan juga
dilakukan untuk menjaga agar peralatan tetap berada dalam kondisi yang
dapat diterima oleh penggunanya.
Secara umum pemeliharaan atau maintenance pada dasarnya dapat
didefinisikan sebagai upaya untuk memelihara atau menjaga fungsi asset.
Asset yang dimaksud disini adalah asset milik perusahaan seperti bucket,
roller, rubber, compressor, conveyer, crane dan peralatan perusahaan
lainnya. Dengan definisi diatas maka tugas utama kegiatan perawatan
adalah memastikan bahwa asset tersebut berfungsi atau bekerja sesuai
rancangannya. Dalam hal ini upaya perawatan harus difokuskan untuk
memelihara peralatan supaya perlatan tersebut dapat berfungsi dengan baik.

4.2 Macam-macam Maintenance


Pemeliharaan secara umum dapat diklasifikasikan menjadi dua
kelompok. Pertama pemeliharaan jangka pendek. Kedua pemeliharaan
jangka panjang.
Pemeliharaan jangka pendek merupakan jenis pemeliharaan rutin,
baik yang terencana maupun tak terencana yang dilakukan terutama untuk
tetap menjaga keandalan pabrik.
1. First Line Maintenance (FLM)
First line maintenance adalah gangguan ringan yang dapat
ditangani secara langsung oleh operator. Tidak dibutuhkan tindak lanjut
menjadi WO untuk tipe gangguan ini.

38
2. Preventive Maintenance (PM)
Preventive Maintenance adalah kegiatan pemeliharaan yang
dilakukan atas dasar interval waktu tertentu (hari, minggu, bulan, jam
operasi atau kali operasi) yang telah ditetapkan lebih dulu atau kriteria
tertentu lainnya serta dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan
dari suatu item peralatan mengalami kondisi yang tak
diinginkan.Namun demikian, ruang lingkup pekerjaan Preventive
Maintenance tidak termasuk bongkar pasang peralatan
atau overhaul peralatan (termasuk penggantian spare part utama),
karena kegiatan tersebut sudah termasuk kategori
pemeliharaan Overhaul. Dengan demikian, temuan-temuan kerusakan
serta penanganan tindak lanjutnya tidak lagi termasuk Preventive
Maintenance, namun sudah masuk pada kriteria Corrective
Maintenance, Overhaul atauProactive. Pelaksanaan Preventive
Maintenance dilakukan tanpa harus melakukan shutdown unit
pembangkit, namun dimungkinkan bila hanya
membutuhkan shutdown peralatan.
3. Predictive Maintenance (PD)
Predictive Maintenance merupakan pemeliharaan yang dilakukan
atas dasar proses condition monitoring dimana kondisi peralatan diukur
untuk memastikan kondisi sebenarnya. Atas dasar informasi tersebut
tindakan pemeliharaan dapat dilakukan pada waktu yang paling sesuai
dengan kondisi dilapangan.
4. Corrective Maintenance (CM)
Corrective Maintenance adalah kegiatan pemeliharaan atau
perbaikan peralatan yang tidak terjadwal atau suatu pemeliharaan yang
dilakukan untuk mengembalikan (termasuk memperbaiki dan
adjusment) peralatan yang tidak bekerja atau berfungsi sebagaimana
mestinya. Corrective Maintenance dapat dilakukan saat peralatan
sedang beroperasi maupun stand by ataupun peralatan sedang tidak
beroperasi.

39
5. Emergency Maintenance (EM)
Emergency Maintenance adalah kegiatan pemeliharaan yang
harus segera dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan atau
akibat lain yang lebih serius. Kasus emergency terjadi di mana Unit
Pembangkit mengalami Force Outage sehingga penanganan kerusakan
atau kelainan pada Emergency Maintenance harus dilakukan segera
pada prioritas tinggi. Perbedaan utama Emergency Maintenance dengan
Corrective Maintenance terletak pada tingginya dampak terhadap
operasional Unit maupun Lingkungan dan keselamatan kerja atau
instalasi (Safety), dimana Corrective Maintenance dilakukan saat Unit
Pembangkit sedang beroperasi, sedangkan Emergency Maintenance
dilakukan karena Unit mengalami Force Outage dan dituntut segera
beroperasi kembali atau berpotensi mengakibatkan Unit Trip.

Pemeliharaan jangka panjang merupakan jenis pemeliharaan non


rutin yang terencana semua sumber dayanya (SDM, material dan waktu
pelaksanaan) sebelum pelaksanaannya.

1. Overhaul / Inspection (OH)


Overhaul / Inspection adalah suatu pemeliharaan menyeluruh
terhadap semua peralatan system yang termasuk dalam satu paket
inspection untuk mengembalikan pada kondisi semula. Overhaul
merupakan paket pekerjaan besar yang terjadwal untuk pemeriksaan
yang luas dan perbaikan sari suatu peralatan besar untuk mencapai
kondisi yang layak.
2. Repair/Rehabilitasi (RP)
Repair suatu pemeliharaan yang dilakukan karena terjadi
kerusakan peralatan sehingga berakibat kegagalan fungsi dari peralatan
tersebut. Pada perbaikan ini peralatan yang mengalami kerusakan harus
diganti dengan yang baru atau dengan mengganti sparepart utamanya.

40
3. Engineering/Project/Modification (EJ)
Engineering/Project/Modification adalah suatu kegiatan yang
dilakukan untuk memodifikasi peralatan atau unit, baik untuk
mengembalikan atau menambah kemampuan dan keandalan peralatan
atau unit.

4.3 Prosedur dan Contoh Maintenance Pada PLTU Pacitan


4.3.1 Penjelasan IK

No.Dokume : IKN-
PT PJB UBJ O&M PLTU PACITAN
n 17.2.5.188

PJB INTEGRATED MANAGEMENT Tanggal : 26 Februari


SYSTEM Terbit 2014

INSTRUKSI KERJA Revisi : 00


UBJ O&M
CORECTIVE MAINTENANCE
PLTU
PACITAN DRY ASH CONVEYOR Halaman : 41 dari 26

(STEEL BELT DAN CLEANING CHAIN)

I. DESKRIPSI
1.1 Fungsi System / Equipment
Dry Ash Conveyor berfungsi sebagai tempat penampungan sementara
sisa hasil pembakaran segitiga api pada boiler (bottom ash) yang di tranfer ke
bottom ash silo.

41
Gambar 4.1 Dry Ash Conveyor

1.2 Equipment Pada Dry Ash Conveyor


1.2.1 Steel Belt

Gambar 4.2 Steel Belt Dry Ash Conveyor


Steel belt berfungsi sebagai alat transportasi utama material sisa
pembakaran segitiga api pada boiler (bottom ash) dengan temperatur 104C,
size rata-rata 10 x 10 cm kemudian dibawa ke singel roll crusser dimana
berfungsi menghancurkan sehingga size material bottom ash menjadi 2 x 2
cm setelah itu ditransfer ke bucket elevator menuju ke bottom ash silo
(penampungan sementara).

1.2.2 Equipment steel belt adalah sebagai berikut :


1.2.2.1 Guide Roller

42
Gambar 4.3 Guide Roller Pada Steel Belt
Guide roller berfungsi sebagai support steel belt agar berjalan sesuai
dengan jalurnya secara continue. Pada steel belt terinstal 137 (seratus tiga
puluh tujuh) guide roller pada sisi kanan dan kiri Dry Ash Conveyor.

1.2.2.2 Motor Penggerak Steel Belt

Gambar 4.4 Motor Penggerak Steel Belt

Motor penggerak steel belt berfungsi sebagai penggerak utama (mula)


dari drive pulley yang di transmisikan ke gear box untuk rotation steel belt
(memiliki variabel speed driver)

1.2.2.3 Drive Pulley Steel Belt

43
Gambar 4.5 Drive Pulley Steel Belt
Drive pulley steel belt berfungsi mentrasmisikan daya motor untuk
rotation steel belt dalam proses transfer bottom ash. Head or drive pulley
biasa diposisikan dekat dengan motor penggerak.
1.2.2.4 Tail Pulley Steel Belt

Gambar 4.6 Tail Pulley Steel Belt


Tail pulley steel belt sebagai adjuster steel belt untuk kondisi streng dari
steel belt (tidak mengalami kendor) dan sebagai transmisi memutar steel belt
(rotation) memtransfer material bottom ash ke bucket elevator ke bottom ash
silo (penampungan sementara).

1.2.2.5 Tension Hydrolic Steel Belt

44
Gambar 4.7 Tension Hydrolic Steel Belt
Tension steel belt berfungsi untuk menjaga kekecangan dari steel belt
dengan menggunakan sistem hydrolik dengan pressure 3 4 Mpa. Bila terjadi
pengurangan pressure, secara spontan pada sistem hidrolic tension stell belt
akumulator akan berkerja untuk menormalkan pressure pada sistem hidrolic.
1.2.2.6 Motor Singel Roll Crusser

Gambar 4.8 Motor Singel Roll Crusser


Motor singel roll crusser berfungsi sebagai penggerak roll grinder
menghancurkan material berat (bottom ash) sehingga size material bottom
ash berubah lebih kecil dan mempermudah proses transfer bottom ash silo.

1.2.3 Cleaning Chain Dry Ash Conveyor

45
Gambar 4.9 Cleaning Chain Dry Ash Conveyor

Cleaning chain scrapper dry ash conveyor (DAC) berfungsi untuk


membersihkan material halus sisa hasil pembakaran segitiga api pada boiler
(bottom ash) yang jatuh di lantai dasar dry ash conveyor dan memiliki
temperatur 32 C .

1.2.4 Equipment Cleaning Chain Dry Ash Conveyor :


1.2.4.1 Guide Roller

Gambar 4.10 Guide Roller Cleaning Chain di Dry Ash Conveyor


Guide roller berfungsi support chain dari scrapper cleaning chain
sehingga guide roller rotation dan cleaning chain tidak keluar dari tracknya,

46
all guide roller pada cleaning chain terinsatal 100 (seratus) guide roller pada
sisi kanan dan kiri.

1.2.4.2 Scrapper

Gambar 4.11 Scrapper Cleaning Chain


Scrapper berfungsi sebagai membersihan (cleaning) material halus dari
sisa hasil pembakaran segitiga api pada boiler (bottom ash) yang jatuh di
lantai dasar (basal) dry ash conveyor lalu ditransfer oleh bucket elevator
menuju ke bottom ash silo. Pada cleaning chain terinstal 78 (tujuh puluh
delapan) scrapper.

1.2.4.3 Motor Penggerak Scrapper Cleaning Chain

Gambar 4.12 Motor Penggerak Cleaning Chain

47
Motor penggerak berfungsi penggerak mula gear box lalu di
transmisikan ke roda gigi sporket scrapper cleaning chain untuk menggerakan
scrapper cleaning chain.
1.2.4.4 Tail Pulley Scrapper Cleaning Chain

Gambar 4.13 Tail Pulley Scrapper Cleaning Chain


Tail Pulley Scrapper Cleaning Chain befungsi sebagai adjuster chain
(rantai) dari cleaning chain (tidak mengalami kendor) dan transmisi memutar
cleaning chain chain untuk mentransfer material bottom ash bucket elevator
ke bottom ash silo (penampungan sementara).

2 TUJUAN IK
Instruksi kerja disusun sebagai pedoman maintenance bidang mekanik
dalam upaya mempertahankan unjuk kerja / performance yang optimal dari
DRY ASH CONVEYOR pada Unit pembangkit PLTU Pacitan sehingga
dapat terlaksana secara aman efisien, handal dan tepat.

3 SPESIFIKASI TEKNIK :
Spesifikasi Motor Steel Belt Conveyor

TYPE : GPZ 08

Product code : GPZS80803

Normal conveying capability of steel belt conveyer : 1 t/h

48
Maximum conveying capability of steel belt conveyer : 5 t/h

Operatio speed of steel belt : 0,4 4 m/m

Rated working pressure of hydraulic system : 13 Mpa

Total weigth of steel belt conveyor : 80 T

Total weigth of hydrolic crusher : 30 T

Date : 31 - 10 2008

Manufactured : Beijing
Guodian Futong

Science &Teknology Development

Dry Bottom Ash Crusher

Type : EDEG 800

Maximum Feeding Bottom Ash Size : 200 (20 cm)

Output Feeding Bottom Ash Size : 30

Roller Speed : 36 rpm

Product Code : EDGS 80804

Motor Power : 7,5 Kw

Motor Shield Class : IP 55

Maximum Endurable Temperatur : 500 C

Total Weight Of Crusher : 3 Ton

Manufactured date : 08- 05- 2011

Manufactured : Beijing
Guodian And Technology

49
4 ALAT PELINDUNG DIRI (APD) :
4.1 Safety helmet
4.2 Sarung tangan
4.3 Safety shoes
4.4 Masker
4.5 Wear pack
4.6 Ear plug
4.7 Safety goggles

5 PERALATAN TOOL DIPERLUKAN


5.1 Kunci ring pas 14, 17,18,19,26 dan 30 mm
5.2 Kunci sock 14, 17,18,19,26 dan 30 mm
5.3 Level block 1,5 ton
5.4 Gerinda tangan 5 in
5.5 Palu besi 2 kg
5.6 Schacles omega kapasitas 0,5 ton
5.7 Sling 0,5 ton
5.8 Linggis
5.9 Kapi
5.10 Kuas
6 ALAT UKUR YANG DIGUNAKAN
6.1 Jangka sorong (vernier kapiler)
6.2 Meteran
7 MATERIAL CONSUMABLE
7.1 Majun
7.2 WD contac cleaner
7.3 Anti size compone

50
8 DETAIL AKTIVITAS
Peralatan yang digunakan
NO Detail Aktivitas /Pekerjaan
dan Pelaksana

1 Persiapan

1.1. Siapkan Safety, working Permit (LK3) dan PTW Bidang LK3
1.2. Siapkan tool set
1.3. Lakukan koordinasi dengan bagian terkait Safety dan
Operator dan
operator untuk:
Pemeliharaan Listrik
1.3.1 Safety line
1.3.2 Isolasi Power Supply Emergency Stop
1.3.3 Isolasi Breaker Off isolasi area (boundry
1.3.4 Pelaksanaan Isolasi Instrument line)
1.3.5 Untuk kebutuhan material Pemeliharaan
Listrik/Operator
Pemeliharaan I&C
Koordinasikan dengan
Rendal Har

Scrapper DAC

Penggantian Scrapper Cleaning Chain di DAC

2.1 Koordinasi dengan operator untuk close slide gate door


diatas DAC, check kondisi slide gate door posisi close,
agar tidak menggangu pembakaran dalam boiler dan untuk

51
mengisolasi area pekerjaan agar tidak membahayakan operator
teknisi.
2.2 Check kondisi scrapper dengan cara memberi tanda pada
2 salah satu sisi scrapper dengan membuat tanggal
pengecheckan untuk informasi perbaikan.
(lebelin :2/2/2016 M2)

2.3 Lakukan koordinasi kepada operator untuk running Marker


scrapper cleaning chain (check kondisi scrapper)
2.4 Jika ada scrapper kondisi rusak (broken) koordinasi
kepada operator untuk DAC stop.

Operator

HT

Kondisi Rusak Scrapper (Broken)

2.5 Lepas scrapper broken (rusak), dengan cara membuka bolt


and nut scrapper dari chain lock.

52
Pelepasan scrapper dari chain (rantai)

Kunci pas ring 18


Kunci pas ring 19
Kunci shock (1 set)
WD 40
Sarung tangan
Palu

Penggantian Rubber Cleaner Pada Scrapper

(dimensi 7 x70 cm)

2.6 Install scrapper yang baru ke chain lock, lalu kencangkan


bolt dan nut scrapper kanan dan kiri pastikan posisi
scrapper tidak boleh terbalik.

Kunci pas ring 14

53
Kunci pas ring 8
Kunci shock (1 set)
Palu karet
Rubber baru
Sarung tangan
WD 40

Instal Kondisi Scrapper Baru (Finish)

Pemotongan Cleaning Chain (Rantai)

3.1 Koordinasi dengan operator untuk menutup slide gate door


diatas DAC, lakukan pengecheckan ulang slide gate door
apakah sudah benar dalam keadaan tertutup, agar tidak
menggangu pembakaran dalam boiler dan untuk
mengisolasi area pekerjaan agar tidak membahayakan
teknisi. Kunci pas ring 14
3.2 Check kondisi chain (rantai) dengan cara memberi tanda Kunci pas ring 8
pada salah satu sisi scrapper dengan membuat tanggal Kunci shock (1 set)
pengecheckan untuk informasi perbaikan. Palu karet
(contoh :2/2/2016 M2) Rubber baru

3.3 Lakukan koordinasi pada operator untuk running cleaning Sarung tangan

chain lalu posisikan chain yang sudah ditandai di tempat WD 40

yang ditentukan untuk proses pemotongan .

54
Posisi Cleaning Chain Yang Akan dipotong operator
3.4 Buka lock tension
3.5 Kendorkan chain dengan adjuster tail pulley hydraulic
tension (sampai limit pada adjuster bolt).

Marker

operator
HT
Adjuster Tail Pulley Hydroulic Tension

3.6 Install shackle lalu kaitkan pada hock level block chain
lalu adjust level block agar cleaning chain menjadi kedor
(streng).

Kunci pas ring 30


Kunci shock (1 set)
Palu
WD 40

55
level block
sling
Proses Pemasangan Level Block
shackle
3.7 Lepas scrapper dengan cara membuka bolt dan nut
Scrapper dari chain lock cleaning chain.

Pelepasan Scrapper dari Chain Lock Cleaning Chain


3.8 Lepas Chain Lock Cleaning Chain

56
Kunci pas ring 18
Kunci pas ring 19
Kunci shock (1 set)
WD 40
Sarung tangan

Proses Pelepasan Chain lock

3.9 Potong Chain (Rantai) dengan ukuran yang di perkirakan


(dalam kondisi chain SSC kencang)

Level block
Palu
Sling
Shackle
Kaca mata

Proses Pemotongan Chain (rantai)

57
3.10 Potong link Hitung berapa panjang hasil dari pemotongan
link cleaning chain agar panjang chain kiri dan kanan
sama. (maximum pemotongan 6 link)

Kaca mata
Gerinda 5 in
Sarung tangan
Level block
Hasil Proses Pemotongan Chain
Kabel lisrtik
3.11 Install chain dengan pasang kembali chain lock pada
cleaning chain dan pasang scrapper dengan
mengencangkan bolt dan nut pada sisi kanan dan kiri
chain lock.

58
Proses Penyambungan Chain Gerinda
Kaca mata
3.12 Lepas shackle dan level block.
3.13 Adjust kembali tail pulley hydraulic tension agar cleaning Sarung tangan

chain dalam kondisi kencang. Kabel listrik

(standar pressure hydraulic tension 4 Mpa)

mengajust hydraulic tension

Kunci pas ring 18


Kunci pas ring 19
Kunci shock (1 set)
Level blok
WD 40
Hasil Pemotongan Cleaning Chain
Kunci pas ring 30
Kunci shock (1 set)
Palu
Proses pemotongan steel belt

4.1 Koodinasi dengan operator untuk menutup slide gate door


diatas DAC, lakukan pengecheckan ulang slide gate door

59
sudar benar dalam keadaan tertutup. Supaya proses
pekerjaan tidak menggangu pembakaran dalam boiler dan
untuk isolasi area pekerjaan agar tidak membahayakan
teknisi.

4.2 Buka lock tension (bolt nut)


4.3 Kendorkan steel belt dengan adjuster tail pulley hydraulic
tension (sampai limit pada adjuster bolt).
Kunci pas ring 36

Proses adjuster hydraulic tension

4.4 Buat pengait hock level block dari plate, welding di


bagian center steel belt atas dan bawah untuk support
pemotongan steel belt.

60
Proses Pemasangan Level Block Pada Steel Belt

4.5 Open tutup manhole untuk membatu proses pelepasan


string lock (kawat) penghubung steel belt.

Operator
HT

Kondisi Open Manhole

4.6 Pasang pipa besi untuk membantu saat proses


pemotongan steel belt.
Kunci pas ring 36

61
Mesin welding
Cap welding
Kawat welding
Masker
Level block

Proses pemasangan pipa besi pada steel belt

4.7 Lepas bolting wire pengikat steel belt dengan


4
menggunakan kunci L 5 mm

tang

Proses Pelepasan Bolt Bolting Wire Pengikat Steel Belt

4.8 Gerinda kedua ujung string lock (kawat) setelah itu putar
secara perlahan dan tarik keluar ke sisi manhole.

62
Hasil Gerinda string lock (kawat) Steel Belt Pipa besi
Linggis
4.9 Potong steel belt semaximal mungkin dengan ukuran
yang telah di perhitungkan agar steel belt tidak Sarung tangan

mengalami kekedoran (lakukan adjuster).

Proses Pelepasan Steel Belt

63
Gerinda 5 in
Kunci L 5 mm

Proses pelepasan steel belt

4.10 Sambung steel belt dengan cara memasang string lock


dengan bolting wire lakukan pemasangan secara pelahan
kemudian las di kedua ujung string lock dan bolting wire,
setelah itu pasang plate steel belt dengan posisi serapat
mungkin .
4.11 kondisi plate steel belt dipasang serapat (dimensi)
mungkin agar tidak ada celah yang berpotensi
tersangkutnya steel belt dan untuk meminimal material
yang jatuh ke chian cleaning. Gerinda 5 in
Tang

Hasil Penyambungan dan pengelasan string lock pengait steel


belt

64
4.12 Lakukan koordinasikan dengan operasi test no load dan
lakukan check di sisi tail pulley bila ada ketidaknormalan
berupa noise atau ketidak sesuaian kecepatan antara
pulley dengan steel belt lakukan adjust ulang pada
hidrolic tensin.
4.13 Lalu lepaskan level block dan plate pengait pada steel
belt.

Hasil Pemotongan Steel Belt

4.14 Adjust kembali tail pulley hydrolik tension.

Proses adjuster hridrolik tension Mesin welding


Cap welding
Gerinda

65
Level block

Mesin welding
Cap welding

Tang
Palu karet

operator

operator

Mesin welding
Cap welding
Tang
Palu

Kunci pas ring 36

9 ASPEK BAHAYA DAN AKIBATNYA


9.1 Langkah diatas berpotensi terjadi luka karena benturan dan terjepit.

66
10 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA :
10.2 Pencegahan bahaya pada aktifitas dengan memakai APD (safety shoes,
sarung tangan, helmet dan kaca mata)
10.3 Lakukan pertolongan pertama jika ada kecelakan menggunkan Kotak
P3K (hubungi CCR)
10.4 Jika terjadi kecelakaan evakuasi dengan mobil ambulance, segara
dibawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat

11 LAMPIRAN
11.1 Manual book Submerged Scrapper Conveyor
11.2 Scrapper Cleaning Chain Conveyor
11.3 Steel chain
11.4 Equiment Motor-Motor Penggerak Mula
11.5 P I&D Submerged Scrapper Conveyor

Gambar 4.14 Drawing Guide Roller SSC

67
4.3.2 Corrective dan Preventive Maintenance pada PLTU Pacitan
1. Contoh CM yang terjadi pada coal handling system
Yaitu pengelasan pada salah satu bagian pipa pemadaman di
conveyer C4. Pengelasan ini dilakukan untuk menutup lubang pada
pipa.

Gambar 4.15 Pipa Pemadam

Penyebab terjadi pelubangan pipa karena gesekan antara


pipa pemadam dengan belt (rubber) yang tidak center, secara terus
menerus yang menyebabkan lubang pada salah satu bagian pipa.
Disini terjadi dua permasalahan yaitu kebocoran pada pipa
pemadam dan tidak center-nya belt pada pulley.

68
Gambar 4.16 Men-center-kan belt
Maintenance yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan
yang terjadi. Pertama pengelasan terlebih dahulu untuk menutup
lubang pada pipa. Pengelasan menggunakan dua tahap pertama
menutup lubang dengan menggunakan las, setelah lubang benar-
benar tertutup hasil lasan di rapihkan menggunakan gerinda setelah
itu hasil lasan ditutup dengan plat berbentuk setengah pipa. Kedua
me-center-kan belt pada pulley dengan meluruskan arahnya dengan
menyeting stearing pada conveyer yang berfungsi sebagai pengarah
belt.

69
2. Contoh PM yang terjadi pada coal handling system
1. Mengganti oli pada kompresor

Gambar 4.17 penggantian oli kompresor

Yaitu penggantian oli pada mesin kompresor yang diganti


secara rutin. Hal ini dilakukan untuk menjaga performa kompresor
agar tetap baik. Penggantian oli bertujuan untuk mengurangi efek
terjadinya keausan pada bagian kompresor karena menurunnya
kualitas oli pada kompresor.
Hal lain yang dilakukan adalah pengecekan kompresor ada
atau tidaknya udara pada tabung kompresor dan pembersihan filter
pada jalur masuknya udara.

70
2. Pengecekan pulley pada conveyer belt di coal yard

Gambar 4.18 pengecekan pulley pada coal yard (C3)

Pengecekan pulley bertujuan untuk memastikan ada tidaknya


pulley yang rusak pada conveyer. Misalnya pulley yang tidak
berputar dan pulley yang patah. Apabila terjadi kerusakan hal
yang dilakukan adalah menandai terlebih dahulu pulley yang
bermasalah, setelah dilakukan pengecekan secara keseluruhan
baru bisa dilakukan perbaikan.

71

Anda mungkin juga menyukai