Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1
perancangan sistem kelistrikan di Indonesia, sehingga merupakan tempat yang
cocok untuk mendalami ilmu tentang pembangkit listrik.
Kerja praktik ini adalah salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi
pada Program Sarjana 1 Jurusan Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya.
Dalam kerja praktik yang telah dilaksanakan dari tanggal 1 Februari 2016 sampai
29 Februari 2016. Penulis ditempatkan pada bagian maintenance Mesin 2 yaitu
Coal Handling System dan perawatannya.
Materi-materi yang terdapat disini berisi tentang proses pengolahan batu
bara ketika sampai di pelabuhan sampai menjadi zat buang setelah di bakar pada
boiler serta proses perawatan yang terdapat pada alat yang digunakan untuk proses
tersebut.
2
a. Untuk memenuhi persyaratan kelulusan pada Program Studi S1 Teknik
Mesin, Fakultas Teknik,Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
b. Untuk mendapatkan pengalaman kerja sekaligus menggabungkan antara
teori yang diperoleh dari bangku kuliah dengan kenyataan dilapangan kerja.
c. Sebagai langkah awal untuk mengenal dunia industri, sehingga dapat
menjalin hubungan yang baik antara kalangan industri dan dunia
pendidikan.
d. Untuk melatih ketrampilan, kreatifitas, sikap serta pola bertindak didalam
lingkungan kerja yang sesungguhnya.
e. Untuk mengetahui proses pengoperasian dan maintenance Ship Unloader.
3
b. Metode Wawancara
Pengumpulan data dengan menanyakan langsung tentang hal-hal yang
berkaitan dengan permasalahan yang sering timbul kepada pembmbing
lapangan dan karyawan mekanik di PT PJB UBJOM PLTU Pacitan.
c. Studi literatur
Pengumpulan data yang dilakukan dengan mengambil data yang diperoleh
dari buku-buku penunjang dan data berupa gambar komponen (manual
book) yang terdapat pada perpustakaan serta mencari informasi tentang
materi yang berkaitan melalui internet.
1.8. Sistematika Penulisan Laporan
Sistematika penulisan laporan kerja praktik ini secara garis besar adalah
sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah,
tujuan kerja praktik, manfaat kerja paktek, serta sistematika
penulisan laporan.
BAB II : PROFIL PERUSAHAAN
Berisi tentang profil, sejarah singkat perusahaan, tujuan perusahaan,
visi dan misi perusahaan, dan sekilah tentang PT PJB UBJOM
PLTU Pacitan.
BAB III : DASAR TEORI
Bab ini memuat tentang coal handling system secara spesifik serta
penjabarannya.
BAB IV : MAINTENANCE HUNGER PADA SHIP UNLOADER
Berisi tentang perawatan yang dilakukan pada Hunger di Ship
Unloader
BAB V : PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran setelah melakukan kegiatan.
4
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
PLTU 1 JAWA TIMUR PACITAN
5
2.2. Sejarah Perusahaan
Pembangunan Proyek Percepatan Pembangkit Tenaga Listrik berbahan
bakar batu bara berdasarkan pada Peraturan Presiden RI Nomer 71 Tahun 2006
tanggal 05 Juli 2006 tentang penugasan kepada PT. PLN (Persero) untuk
melakukan Percepatan Pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik yang
menggunakan batu bara. Peraturan Presiden RI Nomer 71 Tahun 2006 ini menjadi
dasar bagi pembangunan 10 PLTU di Jawa dan 25 PLTU di Luar Jawa Bali atau
yang dikenal dengan nama Proyek Percepatan PLTU 10.000 MW. Pembangunan
proyek-proyek PLTU tersebut guna mengejar pasokan tenaga listrik yanag akan
mengalami defisit sampai beberapa tahun mendatang, serta menunjang program
diversifikasi energi untuk pembangkit tenaga listrik ke non bahan bakar minyak
(BBM) dengan memanfaatkan batu bara berkalori menengah. Proyek-proyek
pembangunan PLTU tersebut diharapkan siap beroperasi tahun 2009/2010.
Dalam Pelaksanaan Pembangunan Proyek adalah PLTU 1 Jawa Timur
Pacitan dengan kapasitas 2 315 MW ini, ditunjuk PT. PLN (Persero) Jasa
Manajemen Konstruksi untuk melaksanakan supervisi selama periode Konstruksi,
sesuai surat penugasan Direksi No. 01041/121/DIRKIT/2007 bulan Juni 2007.
Kontrak EPC PLTU 1 Jawa Timur Pacitan ditanda tangani pada tanggal 7 Agustus
2007 oleh PT. PLN (Persero) dan Konsorsium Dongfang Electric Company dari
China dan Perusahaan Lokal PT. Dalle Energy, nilai kontrak dari proyek ini sebesar
US$ 344,971,840.- dan Rp. 1,230,499,108,000.- belum termasuk Value Added Tax.
Proyek PLTU 1 Jawa Timur Pacitan ini memiliki dua unit pembangkit
dengan kapasitas total tenaga listrik yang dihasilkan sebesar 630 MW, dimana
kapasitas masing-masing unit pembangkit sebesar 315 MegaWatt. Energi listrik
yang dihasilkan PLTU 1 Jawa Timur Pacitan nantinya akan disalurkan melalui
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kv sepanjang 35,65 kilometer ke
Gardu Induk Pacitan Baru dan sepanjang 84,4 kilometer ke Gardu Induk Wonogiri.
Commercial Operation Date (COD) pada unit 1 selesai pada 24 Juni 2013 dan unit
2 selesai pada 21 Agustus 2013.
6
Visi dari berdirinya PLTU 1 Jawa Timur Pacitan adalah Menjadi
perusahaan pembangkit tenaga listrik Indonesia yang terkemuka dengan
standar kelas dunia.
2.3.2 Misi
Sedangkan misi-misi PLTU 1 Jawa Timur Pacitan yang diembannya
adalah sebagai berikut:
a. Memproduksi tenaga listrik yang handal dan bardaya saing.
b. Meningkatkan kinerja secara berkelanjutan melalui implementasi tata
kelola pembangkitan dan sinergi business partner dengan metode best
practice dan ramah lingkungan.
c. Mengembangkan kapasitas dan kapabilitas SDM yang mempunyai
kompetensi teknik dan manajerial yang unggul serta berwawasan
bisnis.
2.3.3 Motto
Sementara itu, motto yang diusung oleh PLTU 1 Jawa Timur adalah
Menjadikan PLTU Pacitan, pembangkit listrik yang handal serta efisien
7
Tanggal 1 Juni 1976, mengenai Pembakuan Lambang Perusahaan
Umum Listrik Negara.
b. Bidang persegi panjang vertikal
Menjadi bidang dasar bagi elemen-elemen lambang lainnya.
Melambangkan bahwa PT. PLN (Persero) merupakan wadah atau
organisasi yang terorganisir dengan sempurna. Berwarna kuning untuk
menggambarkan pencerahan seperti yang diharapkan PLN bahwa
listrik mampu menciptakan pencerahan bagi kehidupan masyarakat.
Kuning juga melambangkan semangat yang menyala-nyala yang
dimiliki setiap insan yang berkarya di perusahaan ini.
c. Petir atau Kilat
Melambangkan tenaga listrik yang terkandung didalamnya sebagai
produk jasa utama yang dihasilkan oleh perusahaan. Selain itu petir juga
mengartikan kerja cepat dan tepat para insan dalam memberikan solusi
terbaik bagi para pelanggannya. Warna yang merah berarti
melambangkan kedewasaan PLN sebagai perusahaan listrik pertama di
Indonesia dan Kedinamisan gerak laju perusahaan beserta tiap insan
perusahaan serta keberanian dalam menghadapi tantangan
perkembangan zaman.
d. Tiga gelombang
Memiliki arti sebgai gaya rambat listrik yang dialirkan oleh tiga
bidang usaha utama yang digeluti perusahaan yaitu pembangkitan,
penyaluran, dan distribusi yang seiring sejalan dengan kerja keras para
insan perusahaan guna memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya.
Diberi warna biru untuk menampulkan kesan konstan seperti halnya
listrik yang tetap diperlukan dalam kehidupan manusia. Disamping itu
biru juga melambangkan keandalan yang dimiliki insan-insan
perusahaan dalam memnerikan layanan terbaik bagi para
pelanggannya.
8
Salah satu aspek dari perkembangan sumber daya manusia perusahaan
adalah pembentukan budaya perusahaan.
Unsur-unsur budaya perusahaan:
a. Perilaku akan ditunjukan seseorang akibat adanya suatu keyakinan
akan nilai-nilai atau filosofi.
b. Nilai adalah bagian dari budaya (culture) perusahan yang dirumuskan
untuk membantu upaya mewujudkan budaya perusahaan tersebut. Di
PT. PLN PJB nilai ini disebut Filosofi Perusahaan.
c. Paradigma adalah suatu kerangka berfikir yang melandasi cara
seseorang menilai sesuatu.
Budaya perusahaan diarahkan untuk membentuk sikap dan perilaku
yang didasarkan pada 5 filosofi dasar dan lebih lanjut, filosofi dasar ini
diwujudkan dalam 12 dimensi perilaku.
9
Memberikan acuan bagi seluruh anggota organisasi tentang bagaimana
cara merealisasikan budaya perusahaan.
Merumuskan apa yang dianggap penting tentang bagaimana berhasil
dalam berbisnis.
Memberikan motivasi, memacu prestasi dan produktivitas perusahaan.
Memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai identitas dan cerita
perusahaan.
2.6. Makna 5 S
5 S adalah singkatan dari 5 kata dalam bahasa jepang yanga diawali dengan
huruf S yaitu Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke. Dalam bahasa Indonesia, kita
bias menterjemahkan 5S sebagai 5R yaitu Seiri (Ringkas), Seiton (Rapi), Seiso
(Resik), Seiketsu (Rawat), Shitsuke (Rajin). 5S adalah filosofi dan cara bagi suatu
organisasi dalam mengatur dan mengelola ruang kerja dan alur kerja dengan tujuan
efisiensi dengan cara mengurangi adanya buangan (waste) baik yang bersifat
barang atau peralatan maupun waktu.
- Seiri (Ringkas)
Membedakan antara yang diperlukan dan yang tidak diperlukan
serta membuang yang tidak diperlukan: Singkirkan barang-barang
yang tidak diperlukan dari tempat kerja.
- Seiton (Rapi)
Menentukan tata letak yang tertata rapi sehingga kita selalu
menemukan brang yang diperlukan: Setiap brang yang berada
ditempat kerja mempunyai tempat yang pasti.
- Seiso (Resik)
Menghilangkan sampah kotoran dan barang asing untuk
memperoleh tempat kerja yang lebih bersih. Pembersihan dengan cara
inspeksi: Bersihkan segala sesuatu yang ada ditempat kerja.
- Seiketsu (Rawat)
Memelihara barang dengan teratur rapi dan bersih juga dalam aspek
personal dan kaitannya dengan polusi: Semua orang memperoleh
informasi yang dibutuhkannya ditempat kerja tepat waktu.
10
- Shitsuke (Rajin)
Melakukan sesuatu yang benar sebagai kebiasaan: Lakukan apa
yang harus dilakukan dan jangan melakukan apa yang tidak boleh
dilakukan.
11
bidang operasi, perawatan, engineering dan administrasi. Masing-masing bagian
dipimpin oleh seorang general manajer yang bertanggung jawab kepada GM.
Bidang operasi bertanggung jawab dalam pengoperasian unit boiler dan turbin unit
1 maupun unit 2. Bidang pemeliharaan bertanggung jawab dalam perawatan seluruh
PLTU. Bidang enjiniring bertanggung jawab dalam bidang analisis data dan
Condition Base Maintenance (CBM). Bidang administrasi bertanggung jawab
dalam bidang surat menyurat serta urusan kantor lainnya.
12
PLTU 1 Jawa Timur Pacitan memiliki kelengkapan fasilitas menunjang / umum
antara lain :
a. Laboratorium ( untuk bahan kimia)
b. Unit Pemeliharaan
c. Perpustakaan
d. Ruang SDM
e. Ruang Rapat
f. Ruang Denter ( pengadaan barang dan jasa)
g. Ruang Pertemuan
h. Lobby
i. Ruangan Staff
j. Masjid
k. Peralatan Kantor
l. Alat Pemadam Kebakaran
m. WWTP
n. TPS
o. Gudang
p. Baju Pemadam Kebakaran
q. Perahu Karet
r. Toilet
s. ADP (Alat Pelindung Diri)
- Alat Pelindung Kepala (Helm)
- Alat Pelindung Telinga (Ear Plug)
- Alat Pelindung Mata dan Muka
- Alat Pelindung Permafasan (Masker)
- Alat Pelindung Tangan (Sarung Tangan)
- Alat Pelindung Badan (Apron)
- Alat Pelindung Kaki (Safety Shoes)
-
13
2.2.1 Coal Handling System
Coal Handling System yaitu suatu sub sistem dari PLTU yang
meliputi tentang penanganan batu bara dari menerima / pembongkaran batu
bara sampai penyemprotan batu bara ke dalam boiler. Untuk PLTU dengan
bahan bakar batu bara penanganan awal adalah batu bara diangkut
menggunakan kapal tongkang dengan kapasitas pengangkutan 68.000 ton
batu bara. Kapal tersebut berlabuh di dermaga yang memiliki panjang 240
m. Batu bara diturunkan dari kapal dengan menggunakan Ship Unloader
dengan kapasitas pengangkutan 15 ton. Lama pembongkaran batu bara
dari kapal membutuhkan waktu selama 2 hari.
Pada siklus bahan bakar batu bara terjadi proses unloading.
Unloading adalah proses transportasi batu bara dari tongkang yang melalui
Ship Unloader (SU) sebagai primary transport. Loading adalah proses
transportasi batu bara dari coal yard yang melalui Stacker Reclaimer (SR)
sebagai primary transport
14
Gambar 2.5 Alur Batu Bara
15
2.2.3 Steam Generation System
Steam Generation System merupakan sistem penghasil uap dalam
sistem ini dimaksudkan adalah boiler. Air kondensat adalah air murni hasil
pengembunan uap pada kondensor. Setelah bercampur air tersebut
selanjutnya dipompa oleh kondensat pump menuju ke low pressure heater
untuk dinaikkan temperaturnya, kemudian dialirkan menuju deaereator.
Deaereator memiliki fungsi untuk menghilangkan kandungan oksigen serta
gelembung udara. Oksigen yang larut dalam air demin dapat menyebabkan
korosi (pengkaratan) pada sudu-sudu turbin. Air dan deaereator akan
menuju ke high pressure heater untuk menaikkan temperatur sebelum
masuk economizer. Economizer adalah alat untuk memanaskan air dengan
panas dari sisa gas hasil pembakaran. Suhu air masuk economizer 34C dan
suhu air keluar economizer mencapai 70C kemudian air dipompakan
menuju boiler dengan boiler feed pump. Boiler merupakan tempat untuk
memanaskan atau mengubah air menjadi uap bertekanan dan bertemperatur
tinggi, uap air selanjutnya dialirkan menuju steam drum (alat untuk
memisahkan uap dan air) uap air dihasilkan merupakan uap jenuh (basah).
Di dalam super heater uap jenuh (basah) dipanaskan lebih lanjut. Uap yang
keluar dari super heater memiliki temperatur 540C dan bertekanan 160 bar
dengan adanya pemanasan lanjut berubah menjadi uap kering.
Uap hasil pemanasan (dari super heater dan re-heater) digunakan
untuk memutarkan tiga jenis turbin yaitu turbin tekanan tinggi (high
pressure turbine/HP Turbine), turbin tekanan menengah (Intermediate
Pressure Turbine/ IP Turbine), dan turbin tekanan rendah (Low Pressure
Turbine/LP Turbine). Uap keluar dari turbin tekanan tinggi mengalami
penurunan temperatur untuk itu digunakan re-heater sebagai pemanas ulang
uap sehingga temperatur kembali ke suhu semula sebelum menuju IP
Turbine. Uap yang keluar dari IP Turbine tidak mengalami pemanasan
ulang sehingga langsung masuk LP Turbine. Uap dari turbin tekanan rendah
diembunkan menjadi air menggunakan kondensor, air pendingin kondensor
menggunakan air laut sebagai pendingin utamanya. air hasil kondensasi
selanjutnya ditampung di hotwell dan digunakan kembali untuk selanjutnya
16
dialirkan menuju boiler. PLTU dalam operasinya menggunakan kondensor
untuk mengembunkan uap menjadi air dinamakan dengan PLTU siklus
tertutup (CLOSE LOOP). Air yang digunakan untuk pendinginan pada
kondensor merupakan air laut, air laut awalnya diambil dari water intake
menggunakan Circulating Water Pump (CWP) kemudian dibersihkan dari
zat-zat pengotor dan hewan laut terlebih dahulu. Setelah itu air menuju
kondensor, air dari kondensor awalnya memiliki temperatur rendah. Namun
setelah keluar dari kondensor temperatur air tinggi pada PLTU, air yang
masuk kondensor memiliki temperatur 29,2C dan temperatur air keluar
36,2-38C. Air yang bertemperatur cukup tinggi kemudian dibuang ke laut
melalui Water Outtake/ Circulating Water Outfall.
17
Gambar 2.6 Turbin
18
kemudian jatuh ke bak penampung (ash hopper), dan dipindahkan
(transport) ke fly ash silo dengan cara dihembuskan / di vacuum.
19
salah satu komponen yang dikenal sebagai hujan asam. Berikut ini
reaksi kimia-nya :
20
BAB III
COAL HANDLING SYSTEM di PT. PJB UBJ O&M PLTU PACITAN
21
Boiler. Alat yang digunakan untuk memindahkan adalah system conveyor.
Beberapa keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan system conveyor
diantaranya :
a. Menurunkan biaya dan waktu pada saat pemindahan batu bara
b. Meningkatkan efisiensi pemidahan material
c. Menghemat ruang
d. Meningkatkan kondisi lingkungan kerja( ramah lingkungan)
Dalam Coal Handling Sistem juga dilengkapi dengan sistem AMDAL, untuk
meminimalisir polusi udara dari debu batu bara. Yaitu, berupa system penyiraman
batu bara dengan media air tawar (Dust Supresion), sistem penangkap debu batu
bara (Dust Collector) dan pelindung curahan batu bara dari angin yaitu berupa
corong yang bisa dinaikkan dan diturunkan (Telescopic Chute).
Agar batu bara yang dibongkar dari kapal dan juga disalurkan ke
penampungan utama Unit pembangkit listrik tidak tercampur dengan material yang
diinginkan terutama jenis logam, maka pada sistem penyauran batu bara dilengkapi
dengan sarana pemisah antara batu bara dengan logam (Fe) yang tercampur pada
batu bara yang disalurkan dengan sistem (magnetic Seprator)
Di dalam jalur conveyor juga terdapat gedung yang difungsikan sebagai
pengatur arah aliran batu bara pada conveyor yang dikendalikan dari Coal Handling
Control Room (CHCR). Pengaturan dilakukan dengan cara mengatur posisi dari
diverter gate /isolating Shutle yang terdapat pada perlatan pemindahan aliran.
bangunan ini dinamakan (Transfer Tower).
22
Berikut adalah Jalur CONVEYOR UNLOADING dan LOADING PLTU
PACITAN 2X315 MW
23
mendukung tercapainya transportasi yang maksimal dan optimal adalah
backet pada crane yang langsung ditempatkan pada sistem Conveyor
menuju TT0.
Gambar 3.2 SU
24
Posisi Reclaimer berfungsi sebagai memindahkan batu bara dari Coal
Yard Area ke Coal Silo/Bungker (loading)
Posisi Passing digunakan unloading batu bara hasil dari unloading
batu bara dari Ship Unloder ke Coal Silo/bungker (direck unloading),
posisi passing mengunakan Tripper Car (mehcanisme hidrolic)
25
Gambar 3.3 SR 1
Gambar 3.4 SR 2
26
c. Collecting Electrode digetarkan oleh rapper sehingga fly ash yang
menempel jatuh dan terkumpul di hopper ESP. (transporting of
collected materials).
3. RAPPER
27
Gambar 3.6 Bottom Ash Silo
28
Gambar 3.7 Excavator
b. Wheel loader
Fungsi wheel loader adalah untuk memindahkan, menata,
menggusur, memadatkan, dan mengangkat material batu bara, dengan
kapasitas 200 PK, tipe Komatsu
29
c. Buldozer
Fungsi buldozer adalah untuk menggusur dan memadatkan
batu bara .Kapasitas 200 PK, tipe Komatsu
30
Kontruksi dari belt berupa karet memanjang yang tidak terputus
dengan lebar 1400 mm sampai 1800 mm digulungkan diantara dua buah
pulley yang terletak pada ujung Belt Conveyor. Kontruksi dari Belt
Conveyor dapat dilihat pada gambar dibawah ini
3. Carrying idle
Berfungsi untuk menjaga belt pada bagian yang terbeban atau
sebagai roll penunjang ban bermuatan material. Posisi dari Carrying idler
berupa diatas Conveyor Table. Komposisinya berupa tiga buah Roll
Penggerak berbentuk V
31
4. Impact Idler
Posisinya persis dibawah chute. Pada bagian luarnya dilapisi dengan
karet dan jark antara satu dngan yang lain lebih rapat dari Carrying Idler.
Berfungsi untuk menahan belt gar tidak sobek akibar batu bara yang jatuh
5. Return Idler
Berada dibawah belt pada sisi balik conveyor. Komposisinya hanya
terdiri dri satu buah Roll Penyangga belt dan berfungsi menyangga Belt
dengan arah putar terbalik.
6. Steering Idler
Merupakan idler yang berfungsi untuk menjaga kelurusn belt agar
tidak jogging (bergerak kekanan dan kiri). Posisinya dibagian pinggir belt
7. Motor
Berfungsi untuk menggerakkan belt conveyor atau bisa dikatakan
penggerk utaa. Dalam pegoperasiaan nya dihubungkan dengn gearbox dan
fluid couplinhg.
8. Reducer
Peralatan yang menggandeng sumber daya ke pulley dan berfungsi
mereduksi putaran dari motor agar putaran input dari motor dapat dikurangi
9. Drive Pulley
Merupakan pulley yang secara langsung terhubung dengan Motor
listrik dan dikopling dengan gearbox. Fungsinya untuk memutar belt
menuju kedepan. Posisi drive pulley tidak harus selalu didepan , bisa
dipasang dimana saja yang dianggap memungkinkan.
32
Gambar 3.12 Drive Pulley
33
Gambar 3.14 Counter Weight
34
18. Plough scrapper
Berfungsi untuk membersihkan material yang tertumpah pada arah
balik belt. Biasanya terdiri dari primary dan v plough scrapper
.
b. Belt Feeder
Belt feeder yang berfungsi untuk menglirkan batu bara yang berasal dari
suatu hopper ke belt conveyor melalui chute untuk dikirim ketempat yang
dikehendaki. Belt feeder ini mempunyai kecepatan yang rendah dengan jarak
penghantaran yang relatif pendek. Kapasitas maksimum belt feeder tergantung dari
kapsitas belt conveyor yang mengikutinya, dan kecepatan nya dapat diatur sesuai
dengan aliran batu bara yang dibutuhkan.
c. Transfer Tower
Pengaturan arah aliran dilakukan disuatu bangunan yang mmuat alat
pemindahan arah aliran yang arah pengendaliannya dapat dikendalikan dari Coal
Handling Control Room (CHCR). Pengaturan dilakukan dengan cara mengatur
posisi dari diverter gate/isolating shutle yang terdpat pada peralatan pemindah
aliran. bangunan ini dikenal dengan nama Transfer Tower (TT)
d. Hopper
Berada disisi depan conveyor . Memiliki bentuk yang lebih besar dan
berfungsi untuk menampung batu bara dengan kuantitatif relatif banyak sebelum
diarahkan ke conveyor. Hopper dilengkapi dengan chute yang memudahkan batu
bara untuk meluncur . sehingga tidak menggumpal maupun terjadi penyumbatan.
35
e. Crusher
Berfungsi untuk menghancurkan batu bara lewat peralatan tersebut
mempunyai ukuran lebih besar dari 32 mm. Peralatan ini dirancang untuk
menghancurkan batu bara, bukan untuk batu ataupun materia lain. Karena peralatan
ini menggunakan motor dengan daya yang sangat tnggi yaitu 1000 kW. Maka,
peralatan ini dilengkapi dengan beberapa alat pengaman diantaranya: vibrasi
sensor, winding temperatur sensor, Space Heater.
f. Diverter Gate(DG)
Adalah suatu peralatan yang digunakan untuk memindahkan aliran batu
bara dari satu arah menjadi bercabang, Diverter Gate ini mempunyai dua posisi
pada sisi pengeluaran, dan tidak boleh dipindahkan pada saat ada alan batu bara
g. Coal Banker
Adalah tempat penampungan batu bara terakhir sebelum digunakan untuk
pembakaran diboiler
h. Coal Feeder
Yang digunakan untuk mengatur aliran batu bara yang akan menuju Mill/
Pulverizer
i. Mill/Pulverizer
Mill/Pulverizer berfungsi untuk menggerus batu bara agar lebih lalus
dengan keperluan untuk mempermudah dan efesiensi pembaaran pada burner/
furnace
j. Magnetic Separator (MS)
Mill/ Pulverizer berfungsi untuk memisahkan logam besi dari batu bara.
Prinsip kerjanya MS adalah berdasarkan indiksi elektromagnetk logam besi yang
terbawa pada aliran batubar akan ditarik oleh medan magnetik lalu menempel pada
conveyor MS dan akan jatuh pada sisi penampang.
k. Belt Weight/Belt Scrale
Berfungsi untuk menimbang batu bara yang akan disalurkan ke stock area
atau ke unit untuk mengetahui flow rate yang melewati conveyor tersebut. Berada
ditengah conveyor dan memiliki sensor kecepatan dan sensor berat(load cell)
dibawah belt conveyor. Melalui differential transformer transmitter dan peralatan
36
totalizer indicator batu bara dapat diketahui beratnya lewat panel angka. Belt
weighter ditempatkan di belt conveyor.
l. Sampling system(SS)
Pengambilan sample batu bara dapat dilakukan secara otomatis, sistem ini
akan mengambil secara periodik dari aliran batu bara dan diproses sedemikian rupa,
sehingga sempel sampel dapat mewakili keseluruhan batu bara
m. Dust Collector (DC)
Berfungsi mengumpulkan debu batu bara dengan sistem vacuum, secara
garis besar peralatan ini terdiri dari blower penyedot debu. Bagian bagiannya yaitu
:
1. Bag Filter sebagai penyedot debu
2. Screw conveyor dengan Bucket elevating sebagai alat transportasi
debu
3. Panel Pengoperasian. jika debu yang tersedot sudah terkumpul maka
akan dikembalikan ke Belt Conveyor
n. Dust Supression
Berfungsi untuk menyedot batu bara yang baru dibongkar dari apal atau
dikeruk dari reclaimer untuk mengurangi debu yang bertebangan, supaya tidak
menimbulkan polusi udara.
37
BAB IV
38
2. Preventive Maintenance (PM)
Preventive Maintenance adalah kegiatan pemeliharaan yang
dilakukan atas dasar interval waktu tertentu (hari, minggu, bulan, jam
operasi atau kali operasi) yang telah ditetapkan lebih dulu atau kriteria
tertentu lainnya serta dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan
dari suatu item peralatan mengalami kondisi yang tak
diinginkan.Namun demikian, ruang lingkup pekerjaan Preventive
Maintenance tidak termasuk bongkar pasang peralatan
atau overhaul peralatan (termasuk penggantian spare part utama),
karena kegiatan tersebut sudah termasuk kategori
pemeliharaan Overhaul. Dengan demikian, temuan-temuan kerusakan
serta penanganan tindak lanjutnya tidak lagi termasuk Preventive
Maintenance, namun sudah masuk pada kriteria Corrective
Maintenance, Overhaul atauProactive. Pelaksanaan Preventive
Maintenance dilakukan tanpa harus melakukan shutdown unit
pembangkit, namun dimungkinkan bila hanya
membutuhkan shutdown peralatan.
3. Predictive Maintenance (PD)
Predictive Maintenance merupakan pemeliharaan yang dilakukan
atas dasar proses condition monitoring dimana kondisi peralatan diukur
untuk memastikan kondisi sebenarnya. Atas dasar informasi tersebut
tindakan pemeliharaan dapat dilakukan pada waktu yang paling sesuai
dengan kondisi dilapangan.
4. Corrective Maintenance (CM)
Corrective Maintenance adalah kegiatan pemeliharaan atau
perbaikan peralatan yang tidak terjadwal atau suatu pemeliharaan yang
dilakukan untuk mengembalikan (termasuk memperbaiki dan
adjusment) peralatan yang tidak bekerja atau berfungsi sebagaimana
mestinya. Corrective Maintenance dapat dilakukan saat peralatan
sedang beroperasi maupun stand by ataupun peralatan sedang tidak
beroperasi.
39
5. Emergency Maintenance (EM)
Emergency Maintenance adalah kegiatan pemeliharaan yang
harus segera dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan atau
akibat lain yang lebih serius. Kasus emergency terjadi di mana Unit
Pembangkit mengalami Force Outage sehingga penanganan kerusakan
atau kelainan pada Emergency Maintenance harus dilakukan segera
pada prioritas tinggi. Perbedaan utama Emergency Maintenance dengan
Corrective Maintenance terletak pada tingginya dampak terhadap
operasional Unit maupun Lingkungan dan keselamatan kerja atau
instalasi (Safety), dimana Corrective Maintenance dilakukan saat Unit
Pembangkit sedang beroperasi, sedangkan Emergency Maintenance
dilakukan karena Unit mengalami Force Outage dan dituntut segera
beroperasi kembali atau berpotensi mengakibatkan Unit Trip.
40
3. Engineering/Project/Modification (EJ)
Engineering/Project/Modification adalah suatu kegiatan yang
dilakukan untuk memodifikasi peralatan atau unit, baik untuk
mengembalikan atau menambah kemampuan dan keandalan peralatan
atau unit.
No.Dokume : IKN-
PT PJB UBJ O&M PLTU PACITAN
n 17.2.5.188
I. DESKRIPSI
1.1 Fungsi System / Equipment
Dry Ash Conveyor berfungsi sebagai tempat penampungan sementara
sisa hasil pembakaran segitiga api pada boiler (bottom ash) yang di tranfer ke
bottom ash silo.
41
Gambar 4.1 Dry Ash Conveyor
42
Gambar 4.3 Guide Roller Pada Steel Belt
Guide roller berfungsi sebagai support steel belt agar berjalan sesuai
dengan jalurnya secara continue. Pada steel belt terinstal 137 (seratus tiga
puluh tujuh) guide roller pada sisi kanan dan kiri Dry Ash Conveyor.
43
Gambar 4.5 Drive Pulley Steel Belt
Drive pulley steel belt berfungsi mentrasmisikan daya motor untuk
rotation steel belt dalam proses transfer bottom ash. Head or drive pulley
biasa diposisikan dekat dengan motor penggerak.
1.2.2.4 Tail Pulley Steel Belt
44
Gambar 4.7 Tension Hydrolic Steel Belt
Tension steel belt berfungsi untuk menjaga kekecangan dari steel belt
dengan menggunakan sistem hydrolik dengan pressure 3 4 Mpa. Bila terjadi
pengurangan pressure, secara spontan pada sistem hidrolic tension stell belt
akumulator akan berkerja untuk menormalkan pressure pada sistem hidrolic.
1.2.2.6 Motor Singel Roll Crusser
45
Gambar 4.9 Cleaning Chain Dry Ash Conveyor
46
all guide roller pada cleaning chain terinsatal 100 (seratus) guide roller pada
sisi kanan dan kiri.
1.2.4.2 Scrapper
47
Motor penggerak berfungsi penggerak mula gear box lalu di
transmisikan ke roda gigi sporket scrapper cleaning chain untuk menggerakan
scrapper cleaning chain.
1.2.4.4 Tail Pulley Scrapper Cleaning Chain
2 TUJUAN IK
Instruksi kerja disusun sebagai pedoman maintenance bidang mekanik
dalam upaya mempertahankan unjuk kerja / performance yang optimal dari
DRY ASH CONVEYOR pada Unit pembangkit PLTU Pacitan sehingga
dapat terlaksana secara aman efisien, handal dan tepat.
3 SPESIFIKASI TEKNIK :
Spesifikasi Motor Steel Belt Conveyor
TYPE : GPZ 08
48
Maximum conveying capability of steel belt conveyer : 5 t/h
Date : 31 - 10 2008
Manufactured : Beijing
Guodian Futong
Manufactured : Beijing
Guodian And Technology
49
4 ALAT PELINDUNG DIRI (APD) :
4.1 Safety helmet
4.2 Sarung tangan
4.3 Safety shoes
4.4 Masker
4.5 Wear pack
4.6 Ear plug
4.7 Safety goggles
50
8 DETAIL AKTIVITAS
Peralatan yang digunakan
NO Detail Aktivitas /Pekerjaan
dan Pelaksana
1 Persiapan
1.1. Siapkan Safety, working Permit (LK3) dan PTW Bidang LK3
1.2. Siapkan tool set
1.3. Lakukan koordinasi dengan bagian terkait Safety dan
Operator dan
operator untuk:
Pemeliharaan Listrik
1.3.1 Safety line
1.3.2 Isolasi Power Supply Emergency Stop
1.3.3 Isolasi Breaker Off isolasi area (boundry
1.3.4 Pelaksanaan Isolasi Instrument line)
1.3.5 Untuk kebutuhan material Pemeliharaan
Listrik/Operator
Pemeliharaan I&C
Koordinasikan dengan
Rendal Har
Scrapper DAC
51
mengisolasi area pekerjaan agar tidak membahayakan operator
teknisi.
2.2 Check kondisi scrapper dengan cara memberi tanda pada
2 salah satu sisi scrapper dengan membuat tanggal
pengecheckan untuk informasi perbaikan.
(lebelin :2/2/2016 M2)
Operator
HT
52
Pelepasan scrapper dari chain (rantai)
53
Kunci pas ring 8
Kunci shock (1 set)
Palu karet
Rubber baru
Sarung tangan
WD 40
3.3 Lakukan koordinasi pada operator untuk running cleaning Sarung tangan
54
Posisi Cleaning Chain Yang Akan dipotong operator
3.4 Buka lock tension
3.5 Kendorkan chain dengan adjuster tail pulley hydraulic
tension (sampai limit pada adjuster bolt).
Marker
operator
HT
Adjuster Tail Pulley Hydroulic Tension
3.6 Install shackle lalu kaitkan pada hock level block chain
lalu adjust level block agar cleaning chain menjadi kedor
(streng).
55
level block
sling
Proses Pemasangan Level Block
shackle
3.7 Lepas scrapper dengan cara membuka bolt dan nut
Scrapper dari chain lock cleaning chain.
56
Kunci pas ring 18
Kunci pas ring 19
Kunci shock (1 set)
WD 40
Sarung tangan
Level block
Palu
Sling
Shackle
Kaca mata
57
3.10 Potong link Hitung berapa panjang hasil dari pemotongan
link cleaning chain agar panjang chain kiri dan kanan
sama. (maximum pemotongan 6 link)
Kaca mata
Gerinda 5 in
Sarung tangan
Level block
Hasil Proses Pemotongan Chain
Kabel lisrtik
3.11 Install chain dengan pasang kembali chain lock pada
cleaning chain dan pasang scrapper dengan
mengencangkan bolt dan nut pada sisi kanan dan kiri
chain lock.
58
Proses Penyambungan Chain Gerinda
Kaca mata
3.12 Lepas shackle dan level block.
3.13 Adjust kembali tail pulley hydraulic tension agar cleaning Sarung tangan
59
sudar benar dalam keadaan tertutup. Supaya proses
pekerjaan tidak menggangu pembakaran dalam boiler dan
untuk isolasi area pekerjaan agar tidak membahayakan
teknisi.
60
Proses Pemasangan Level Block Pada Steel Belt
Operator
HT
61
Mesin welding
Cap welding
Kawat welding
Masker
Level block
tang
4.8 Gerinda kedua ujung string lock (kawat) setelah itu putar
secara perlahan dan tarik keluar ke sisi manhole.
62
Hasil Gerinda string lock (kawat) Steel Belt Pipa besi
Linggis
4.9 Potong steel belt semaximal mungkin dengan ukuran
yang telah di perhitungkan agar steel belt tidak Sarung tangan
63
Gerinda 5 in
Kunci L 5 mm
64
4.12 Lakukan koordinasikan dengan operasi test no load dan
lakukan check di sisi tail pulley bila ada ketidaknormalan
berupa noise atau ketidak sesuaian kecepatan antara
pulley dengan steel belt lakukan adjust ulang pada
hidrolic tensin.
4.13 Lalu lepaskan level block dan plate pengait pada steel
belt.
65
Level block
Mesin welding
Cap welding
Tang
Palu karet
operator
operator
Mesin welding
Cap welding
Tang
Palu
66
10 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA :
10.2 Pencegahan bahaya pada aktifitas dengan memakai APD (safety shoes,
sarung tangan, helmet dan kaca mata)
10.3 Lakukan pertolongan pertama jika ada kecelakan menggunkan Kotak
P3K (hubungi CCR)
10.4 Jika terjadi kecelakaan evakuasi dengan mobil ambulance, segara
dibawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat
11 LAMPIRAN
11.1 Manual book Submerged Scrapper Conveyor
11.2 Scrapper Cleaning Chain Conveyor
11.3 Steel chain
11.4 Equiment Motor-Motor Penggerak Mula
11.5 P I&D Submerged Scrapper Conveyor
67
4.3.2 Corrective dan Preventive Maintenance pada PLTU Pacitan
1. Contoh CM yang terjadi pada coal handling system
Yaitu pengelasan pada salah satu bagian pipa pemadaman di
conveyer C4. Pengelasan ini dilakukan untuk menutup lubang pada
pipa.
68
Gambar 4.16 Men-center-kan belt
Maintenance yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan
yang terjadi. Pertama pengelasan terlebih dahulu untuk menutup
lubang pada pipa. Pengelasan menggunakan dua tahap pertama
menutup lubang dengan menggunakan las, setelah lubang benar-
benar tertutup hasil lasan di rapihkan menggunakan gerinda setelah
itu hasil lasan ditutup dengan plat berbentuk setengah pipa. Kedua
me-center-kan belt pada pulley dengan meluruskan arahnya dengan
menyeting stearing pada conveyer yang berfungsi sebagai pengarah
belt.
69
2. Contoh PM yang terjadi pada coal handling system
1. Mengganti oli pada kompresor
70
2. Pengecekan pulley pada conveyer belt di coal yard
71