LP Dan Askep Pasien Gastritis
LP Dan Askep Pasien Gastritis
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN GASTRITIS
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh diet yang tidak benar, atau
makanan yang berbumbu atau mengandung mikroorganisme penyebab penyakit. (Brunner
and Suddarth, 2001). Sedangkan menurut Mansjoer tahun 2001, gastritis akut adalah lesi
mukosa akut berupa erosi atau perdarahan akibat faktor-faktor agresif atau akibat gangguan
sirkulasi akut mukosa lambung. Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan
submukosa lambung, secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel
radang pada daerah tersebut. (Suyono Slamet, 2001). Gastritis adalah episode berulang nyeri
epigastrium, gejala sementara atau cepat hilang, dapat berhubungan dengan diet, memiliki
respon yang baik dengan antasid atau supresi asam. (Grace, Pierce A,dkk, 2006).
Dari beberapa pengertian tentang gastritis menurut para ahli, penulis dapat menyimpulkan
bahwa gastritis adalah inflamasi yang terjadi pada mukosa lambung ditandai dengan adanya
radang pada daerah tersebut yang disebabkan karena mengkonsumsi makanan yang dapat
meningkatkan asam lambung (seperti makanan yang asam atau pedas) atau bisa disebabkan
oleh kebiasaan merokok dan minum alkohol. Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu gastritis akut
dan gastritis kronik. Gastritis akut adalah kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan
tanda dan gejala yang khas, biasanya ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil. Sedangkan
gastritis kronik merupakan suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung yang
menahun, yang disebabkan oleh ulkus dan berhubungan dengan Helicobacter pylori.
(Mansjoer, 2001).
B. Etiologi
Menurut Mansjoer, 2001 penyebab gastritis adalah :
1. Gastritis Akut
a. Penggunaan obat-obatan
Penggunaan obat-obatan seperti aspirin dan obat anti inflamasi nonsteroid dalam dosis rendah
sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung.
b. Alkohol
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding
lambung lebih rentan terhadap asam lambung walaupun pada kondisi normal.
c. Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung : trauma, luka bakar
d. Stress
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau infeksi berat dapat
menyebabkan gastritis dan perdarahan pada lambung.
2. Gastritis Kronik
Pada gastritis kronik penyebab tidak jelas, tetapi berhubungan dengan Helicobacter pylori,
apalagi ditemukan ulkus pada pemeriksaan penunjang.
Sedangkan menurut Brunner & Suddarth, 2001 penyebab gastritis adalah :
1. Gastritis Akut
Gastritis akut sering disebabkan akibat diet yang tidak benar. Penyebab lain dari gastritis akut
mencakup alcohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi.
2. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari
lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylori.
C. Patofisiologi
1. Proses Perjalanan Penyakit
Menurut Priyanto, 2008 proses terjadinya gastritis yaitu awalanya karena obat-obatan,
alkohol, empedu atau enzim-enzim pankreas dapat merusak mukosa lambung (gastritis
erosif), mengganggu pertahanan mukosa lambung dan memungkinkan difusi kembali asam
dan pepsin ke dalam jaringan lambung, hal ini menimbulkan peradangan. Respon mukosa
lambung terhadap kebanyakan penyebab iritasi tersebut adalah dengan regenerasi mukosa,
karena itu gangguan-gangguan tersebut seringkali menghilang dengan sendirinya. Dengan
iritasi yang terus menerus, jaringan menjadi meradang dan dapat terjadi perdarahan.
Masuknya zat-zat seperti asam dan basa kuat yang bersifat korosif dapat mengakibatkan
peradangan dan nekrosis pada dinding lambung (gastritis korosif). Nekrosis dapat
mengakibatkan perforasi dinding lambung dengan akibat berikutnya perdarahan dan
peritonitis.
2. Manifestasi Klinis
Menurut Mansjoer, 2001 tanda dan gejala pada gastritis adalah :
a. Gastritis akut
1) Nyeri epigastrium, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada mukosa lambung.
2) Mual, kembung, muntah merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Hal ini
dikarenakan adanya regenerasi mukosa lambung sehinggs terjadi peningkatan asam lambung
yang mengakibatkan mual hingga muntah.
3) Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena, kemudian
disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan.
b. Gastritis kronis
Pada pasien gastritis kronis umumnya tidak mempunyai keluhan. Hanya sebagian kecil
mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea dan pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan
kelainan.
3. Komplikasi
Menurut Mansjoer, 2001 komplikasi yang terjadi dari gastritis adalah :
a. Gastritis Akut
Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan
kerusakan-kerusakan erosi.
1) Perdarahan saluran cerna bagian atas yang berupa hematemesis dan melena. Kadang-
kadang perdarahannya cukup banyak sehingga dapat menyebabkan syok hemoragik yang bisa
mengakibatkan kematian.
2) Terjadi ulkus, kalau prosesnya hebat. Ulkus ini diperlihatkan hamper sama dengan
perdarahan saluran cerna bagian atas. Namun pada tukak peptic penyebab utamanya adalah
infeksi Helicobacter pylori, sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60-90% pada tukak
lambung. Hal ini dapat ditegakkan dengan pemeriksaan endoskopi.
b. Gastritis Kronis
Gastritis kronis adalah inflamasi lambung yang lama yang disebabkan oleh ulkus benigna
atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri H. Pylori.
1) Atrofi lambung dapat menyebabkan gangguan penyerapan terhadap vitamin.
2) Anemia Pernisiosa yang mempunyai antibody terhadap faktor intrinsik dalam serum atau
cairan gasternya akibat gangguan penyerapan terhadap vitamin B12.
3) Gangguan penyerapan zat besi.
D. Penatalaksanaan
1. Gastritis Akut
Menurut Brunner dan Suddarth, 2001 penatalaksanaan medis pada pasien gastritis akut
diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alcohol dan makanan samapi
gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet mengandung gizi dianjurkan.
Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka
penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragi saluran
gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan yang sangat asam,
pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian agen penyebab. Untuk menetralisir
asam digunakan antacid umum. Dan bila korosi luas atau berat dihindari karena bahaya
perforasi.
Sedangkan menurut Sjamsuhidajat, 2004 penatalaksanaannya jika terjadi perdarahan,
tindakan pertama adalah tindakan konservatif berupa pembilasan air es disertai pemberian
antacid dan antagonis reseptor H2. Pemberian obat yang berlanjut memerlukan tindakan
bedah.
2. Gastritis Kronik
Menurut Brunner dan Suddarth, 2001 penatalaksanaan medis pada pasien gastritis kronik
diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi stress dan
memuli farmakoterapi. Helicobacter pylori dapat diatasi dengan antibiotic dan bismuth.
Sedangkan menurut Mansjoer, 2001 penatalaksanaan yang dilakukan pertama kali adalah jika
tidak dapat dilakukan endoskopi caranya yaitu dengan mengatasi dan menghindari penyebab
pada gastritis akut, kemudian diberikan pengobatan empiris berupa antacid. Tetapi jika
endoskopi dapat dilakukan berikan terapi eradikasi.
E. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah langkah awal dari proses keperawatan yang meliputi aspek bio, psiko,
sosio dan spiritual secara komprehensif. Maksud dari pengkajian adalah untuk mendapatkan
informasi atau data tentang pasien. Data tersebut berasal dari pasien (data primer), dari
keluarga (data sekunder) dan data dari catatan yang ada (data tersier). Pengkajian dilakukan
dengan pendekatan proses keperawatan melalui wawancara, observasi langsung, dan melihat
catatan medis, adapun data yang diperlukan pada klien Gastritis adalah sebagai berikut :
1. Data dasar
Adapun data dasar yang dikumpulkan meliputi :
a. Identitas klien
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit dan diagnose medis.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi perjalanan penyakitnya, awal dari gejala yang dirasakan klien, keluhan timbul
secara mendadak atau bertahap, factor pencetus, upaya yang dilakukan untuk mengatasi
masalah tersebut.
c. Riwayat kesehatan masa lalu
Meliputi penyakit yang berhubungan dengan penyakit sekarang, riwayat kecelakaan, riwayat
dirawat dirumah sakit dan riwayat pemakaian obat.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi adakah keluarga yang mempunyai penyakit keturunan seperti hipertensi, jantung,
DM, dan lain-lain.
e. Riwayat psikososial
Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien untuk mengatasi masalah dan bagaimana
motivasi kesembuhan dan cara klien menerima keadaannya.
f. Pola kebiasaan sehari-hari
Meliputi cairan, nutrisi, eliminasi, personal hygiene, istirahat tidur, aktivitas dan latihan serta
kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan yang dilakukan mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan
menggunakan 4 teknik yaitu palpasi, inspeksi, auskultasi dan perkusi. Menurut Doengoes,
2000 adapun hasil pengkajiannya yaitu :
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : lemah, lemas, gangguan pola tidur dan istirahat, kram abdomen, nyeri ulu hati.
Tanda : nyeri ulu hati saat istirahat.
b. Sirkulasi
Gejala : keringat dingin (menunjukkan status syok, nyeri akut, respon psikologik)
c. Eliminasi
Gejala : bising usus hiperperaktif atau hipoaktif, abdomen teraba keras. Distensi perubahan
pola BAB.
Tanda : feses encer atau bercampur darah (melena), bau busuk, konstipasi.
d. Integritas ego
Gejala : stress (keuangan, hubungan kerja). Perasaan tidak berdaya.
Tanda : ansietas, misalnya : gelisah, pucat, berkeringat, perhatian menyempit, gemetar.
e. Makanan dan cairan
Gejala : anoreksia, mual dan muntah, nyeri ulu hati, kram pada abdomen, sendawa bau busa,
penurunan berat badan.
Tanda : membrane mukosa kering, muntah berupa cairan yang berwarna kekuning-kuningan,
distensi abdomen, kram pada abdomen.
f. Neurosensori
Gejala : pusing, pandangan berkunang-kunang, kelemahan pada otot
Tanda : lethargi, disorientasi (mengantuk)
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : nyeri epigastrium kiri samping tengah atau ulu hati, nyeri yang digambarkan sampai
tajam, dangkal, rasa terbakar, perih.
Tanda : meringis, ekspresi wajah tegang.
h. Pernafasan
Gejala : sedikit sesak
i. Penyuluhan
Gejala : faktor makanan, pola makan yang tidak teratur, diet yang salah, gaya hidup yang
salah.
3. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut priyanto, 2006 pemeriksaan diagnostik yang dianjurkan untuk pasien gastritis
adalah:
a. Pemeriksaan darah seperti Hb, Ht, Leukosit, Trombosit.
b. Pemeriksaan endoskopi.
c. Pemeriksaan hispatologi biopsy segmen lambung.
F. Diagnosa Keperawatan
Sebelum membuat diagnosa keperawatan maka data yang terkumpul diidentifikasi untuk
menentukan masalah melalui analisa data, pengelompokkan data dan menentukan diagnosa
keperawatan. Diagnosa keperawatan adalah keputusan atau kesimpulan yang terjadi akibat
dari hasil pengkajian keperawatan.
Menurut Doengoes, 2000 diagnosa keperawatan pada klien dengan Gastritis adalah :
1. Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang kurang dan pengeluaran yang berlebihan.
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan mukosa lambung yang teriritasi.
3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
4. Gangguan personal hygiene rambut, kulit kotor berhubungan dengan kelemahan fisik.
5. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya insersi IVFD yang
menyebabkan masuknya mikroorganisme pathogen.
6. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi.
G. Perencanaan Keperawatan
1. Gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang kurang dan pengeluaran yang berlebihan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan intake klien terpenuhi.
Kriteria Hasil :
a. Intake terpenuhi
b. TTV dalam batas normal (TD : 120/80 mmHg, N : 60-80 x/mnt, S : 36-370 C)
c. Turgor kulit elastis
Rencana tindakan :
a. Kaji turgor kulit
Rasional : indikator dehidrasi atau hipovolemia, keadekuatan penggantian cairan.
b. Catat intake dan output cairan
Rasional : mengganti cairan untuk masukan kalori yang berdampak pada keseimbangan
elektrolit.
c. Pertahankan intake oral dan tingkatkan sesuai toleransi.
Rasional : mengurangi terjadinya dehidrasi.
d. Hindari cairan yang bersifat asam yang dapat meningkatkan asam lambung
Rasional : makanan atau minuman yang dapat merangsang asam lambung dapat
mengakibatkan mual dan muntah.
e. Observasi TTV
Rasional : indikator keadekuatan volume sirkulasi.
f. Kolaborasi dalam pemberian antiemetic
Rasional : mengurangi mual dan muntah.
2. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan mukosa lambung yang teriritasi.
Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah gangguan rasa nyaman :
nyeri teratasi.
Kriteria Hasil :
a. Rasa nyeri berkurang
b. Keadaan klien tampak rileks
c. Skala nyeri : 0
d. TTV dalam batas normal (TD : 120/80 mmHg, N : 60-80 x/mnt, RR : 16-20 x/mnt,
S : 36-370 C)
Rencana tindakan :
a. Catat lokasi, lama, intensitas nyeri
Rasional : identifikasi karakteristik nyeri dan factor yang berhubungan untuk memilih
intervensi.
b. Kompres hangat pada daerah nyeri
Rasional : meningkatkan relaksasi otot.
c. Observasi TTV
Rasional : indikator keadekuatan volume sirkulasi.
d. Berikan posisi yang nyaman
Rasional : menurunkan rasa nyeri.
e. Ajarkan teknik manajemen nyeri
Rasional : menurunkan stimulasi yang berlebihan yang dapat mengurangi rasa nyeri
f. Kolaborasi dalam pemberian analgetik
Rasional : menghilangkan nyeri sedang sampai berat.
Kriteria Hasil :
a. Nafsu makan bertambah
b. Mual dan muntah berkurang
c. Makan habis 1 porsi
d. Berat badan bertambah secara bertahap
Rencana tindakan :
a. Kaji faktor penyebab klien tidak nafsu makan
Rasional : menentukan intervensi selanjutnya.
b. Berikan makanan yang hangat dalam porsi sedikit tapi sering
Rasional : dilatasi gaster dapat terjadi bila pemberian makanan terlalu cepat
c. Hindari pemberian makanan yang dapat merangsang peningkatan asam lambung
Rasional : mengurangi pemberian asam lambung yang dapat menyebabkan mual dan muntah.
d. Hilangkan bau-bau yang menusuk dari lingkungan
Rasional : menurunkan stimulasi gejala mual dan muntah.
e. Tanyakan pada klien tentang makanan yang disukai atau tidak disukai. Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian antiemetik dan antibiotik
Rasional : menghilangkan mual.
f. Kolaborasi dengan dokter ahli gizi
Rasional : Menentukan diit makanan yang tepat.
4. Gangguan personal hygiene rambut, kulit kotor berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan personal hygiene klien
terpenuhi.
Kriteria Hasil :
a. Klien merasa segar
b. Klien tampak tenang
c. Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
Rencana tindakan :
a. Dorong perawatan diri
Rasional : meningkatkan perasaan harga diri
b. Bantu pasien untuk merawat dirinya
Rasional : meringankan beban klien
c. Kaji kemampuan pasien untuk memenuhi personal hygiene
Rasional : mengetahui tingkat kemampuan klien dalam memenuhi personal hygiene
d. Libatkan keluarga dan klien saat memandikan
Rasional : meningkatkan kerja sama dan perkembangan kemandirian.
e. Gunakan perlengkapan khusus sesuai kebuutuhan seperti handuk dan baju
Rasional : meningkatkan kemampuan untuk memindahkan dan menurunkan aktivitas dengan
aman.
5. Resiko tinggi terjadinya infeksi berhubungan dengan adanya insersi IVFD yang
menyebabkan masuknya mikroorganisme pathogen.
Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tanda-tanda infeksi tidak ada.
Kriteria hasil :
a. Tanda-tanda infeksi tidak terjadi.
b. TTV dalam batas normal (TD : 120/80 mmHg, N : 60-80 x/mnt, RR : 16-20 x/mnt,
S : 36-370 C)
c. Klien tampak tenang
Rencana Tindakan :
a. Berikan perawatan infus setiap hari
Rasional : mengurangi terjadinya plebitis
b. Kaji tanda-tanda infeksi
Rasional : mencegah terjadinya komplikasi dari pemasangan infus.
c. Kaji TTV
Rasional : melihat keadaan umum klien.
d. Gunakan teknik aseptik
Rasional : teknik aseptik menurunkan resiko penyebaran bakteri dan kontaminasi silang.
Rencana tindakan :
a. Beri penkes tentang penyakitnya
Rasional : membantu individu dan keluarga untuk menggunakan gaya hidup yang baik.
b. Berikan kesempatan pada klien untuk menanyakan hal yang ingin diketahui berhubungan
dengan penyakit yang dideritanya.
Rasional : memberikan pengetahuan dasar dimana klien dapat mengontrol masalah
kesehatan.
c. Berikan kesempatan pada klien untuk mengulangi kembali penjelasan yang diberikan
perawat
Rasional : mengidentifikasi keberhasilan penkes.
d. Lakukan evaluasi
Rasional : melihat apakah penkes berhasil atau tidak.
H. Pelaksanaan Keperawatan
Menurut Doengoes, 2000 implementasi adalah tindakan pemberian keperawatan yang
dilaksanakan untuk membantu mencapai tujuan pada rencana tindakan keperawatan yang
telah disusun. Setiap tindakan keperawatan yang dilaksanakan dicatat dalam catatan
keperawatan yaitu cara pendekatan pada klien efektif, teknik komunikasi terapeutik serta
penjelasan untuk setiap tindakan yang diberikan kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.search-document.com/pdf/1/2/pengertian-penyakit-gastritis.html. Diunduh
tanggal 31 Oktober 2013.
Dermawan, Deden, Tutik Rahayuningsih. Keperawatan Medikal Bedah (Sistem Pencernaan).
2010. Penerbit Gosyen Publishing. Yogyakarta
http://nurseenynopilestari.blogspot.co.id/2014/04/lp-dan-askep-pasien-gastritis.html
http://dumdumstory.blogspot.co.id/2014/12/laporan-pendahuluan-dan-konsep-
dasar.html#.V__t5eCLTIU
http://nandatornando.blogspot.co.id/2013/07/laporan-pendahuluan-gastritis.html
http://www.tersemangat.com/2014/02/laporan-pendahuluan-gastritis.html
M erupakan organ oto t berongga yan g besar dan berbentuk seperti kandangk
eledai.Terdiri dari 3 bagian, yaitu : Kardia. Fundus. Antrum.Makanan masuk ke
dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter , yang bisa
membuka dan menutup. !alam keadaan normal, sfinter meng"alangi masuknya kembali isi
lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi
sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan
dengan en#im$en#im. %el$sel yang melapisi lambungmeng"asilkan 3 #at penting :
Lendir
As am kl ori d a m en cipt aka n suasan a yang san gat asam , yan g di perl ukan ol e"
pepsin guna memeca" protein. Keasaman lambung yang tinggi 'uga berperans e b a g a i p e n
g " a l a n g t e r " a d a p i n f e k s i d e n g a n c a r a m e m b u n u " b e r b a g a i bakteri.
Prekursor pepsin
( e n # i m ya n g m e m e c a " k a n p r o t e i n
Gastritis
adal a" peradangan pada m ukosa l am bung yan g dapat bersi fat akut
Gastritis
Gastritis
Gastritis
merupakan suatu keadaan peradangan atau perdara"an mukosa lambungyang dapat bersifat
akut, kronis, difus atau lokal ( atofisiologi, %yl-ia A rice "al // 0erdasarkan pengertian
di atas penulis menyimpulkan ba"1a 2astritis merupakaninflamasi mukosalambung yang
dapat bersifat akut, kronik, difus atau lokal.
(. !TIOLOGI
a. Gastritis A)ut
yang simple, disebabkan ole" :4 Makanan dan minuman panas yang dapat merusak
mukosa lambung, sepertirempa"$rempa", alco"ol dan sebagainya.4 5bat$obatan seperti,
digitalis, iodium, %F, kortison, dsb.
, disebabkan ole":4 5bat$obatan seperti : Analgetik, Anti inflamasi, antibiotik dsb.4 0a"an
kimia dan minuman yang bersifat korosif, ba"an alkali yang kuat seperti,soda, kaustik,
(non$"ydro6ide korosif sublimat.ii .
dalam dara" dan masuk ke 'antung, misalnya morbili, dipteri , -ariola dsb./.
, di sebabkan ole" in-asi langsung dari bakteri pirogen pada dinding lambung, seperti
streptococcus, stpilacoccus dsb.
%. Gastritis Kronis
Merupakan suatu inflamasi kronik yang ter'adi pada 1aktu lama pada permukaanmukosa
lambung, penyebabnya belum diketa"ui secara langsung, namun didugadisebabkan
ole" : .0akteri, infeksi
stapilococcus (akute mungkin pada ak"irnya akan men'adikronis./ .7 nfeksi l ok al , i
n feksi pada si nus, gigi dan post nasal dapa t m en im bulk an gastritis.3.Alko"ol
dapat menyebabkan kelainan pada mukosa lambung. .Faktor, psikologis dapat menimbulkan
"ipersekresi asam lambung.
+. PATOFISIOLOGI
1. luan GASTRITIS
Laporan Pendahuluan
GASTRITIS
Oleh :
2011
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung, sering akibat diet yang sembarangan.
Biasanya individu ini makan terlalu banyak atau terlalu cepat atau makan-
Gastritis adalah peradangan pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut
Gastritis merupakn peradangan mukosa lambung yang bersifat akut, kronis, difusi
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung, seiring terjadi akibat diid sembrono,
makan terlalu banyak atau terlalu cepat atau makan makanan yang terlalu
itu penyebab lain meliputi alcohol, aspirasi, refluks empedu, terapi radiasi ( KMB
& vol 2 :1062 )
2. ETIOLOGI
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai
berikut :
Gastritis Akut
Penyebabnya adalah obat analgetik, anti inflamasi terutama aspirin (aspirin
yang dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung).
Bahan kimia misal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada, steroid dan
digitalis.
Gastritis Kronik
Penyebab dan patogenesis pada umumnya belum diketahui.
Gastritis ini merupakan kejadian biasa pada orang tua, tapi di duga pada
menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak
HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan
mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel
dan muncullah respon radang kronis pada gaster yaitu: destruksi kelenjar
dengan sel desquamosa yang lebih kuat. Karena sel desquamosa lebih kuat
tidak elastis maka akan timbul kekakuan yang pada akhirnya menimbulkan
rasa nyeri. Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa pada
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik ialah gastritis akut
erosif. Gastritis akut erosif adalah suatu peradangan mukosa lambung yang akut
yang menahun (Soeparman, 1999, hal: 101). Gastritis kronis adalah suatu
disebabkan baik oleh ulkus lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri
kembali bila perut kosong. Saat nyeri penderita berkeringat, gelisah, sakit perut
dan mungkin disertai peningkatan suhu tubuh, tachicardi, sianosis, persaan seperti
b. Gastritis kronis
Tanda dan gejala hanpir sam dengan gastrritis akut, hanya disertai dengan
penurunan berat badan, nyeri dada, enemia nyeri, seperti ulkus peptikum dan
perforasi.
Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan
vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia
pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum
pylorus.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Biodata
Pada biodata diperoleh data tentang nama, umur, jenis kelamin, tempat
tinggal, pekerjaan, pendidikan dan status perkawinan.
Keluhan utama
Selama mengumpulkan riwayat, perawat menanyakan tentang tanda dan
gejala pada pasien. Kaji apakah pasien mengalami nyeri ulu hati, tidak
luka peptik / gaster, gastritis, bedah gaster, iradiasi area gaster. Perubahan
Tanda : muntah : warna kopi gelap atau merah cerah, dengan atau tanpa
bekuan darah.
(perdarahan kronis).
Neurosensi
Gejala : rasa berdenyut, pusing / sakit kepala karena sinar, kelemahan.
Status mental : tingkat kesadaran dapat terganggu, rentang dari agak
punggung terjadi 1-2 jam setelah makan dan hilang dengan antasida (ulus
kurang lebih 4 jam setelah makan bila lambung kosong dan hilang dengan
makanan atau antasida (ulkus duodenal). Tak ada nyeri (varises esofegeal
atau gastritis).
ini dapat diterima karena (misal : anemia) atau diagnosa yang tak
berhubungan (misal : trauma kepala), flu usus, atau episode muntah berat.
No Diagnosa Evaluasi
yang diderita
kesehatan
O:
Keluarga tampak percaya
kepada petugas kesehatan
Keluarga merasa senang dengan
kedatangan petugas kesehatan
Keluarga tampak mau
mendengarkan perawat dalam
memberikan informasi
P : Lanjutkan Intervensi
tepat
tepat
S:
muntah
sedikit
O:
porsi
P : lanjutkan intervensi
Monitor intake nuntrisi
Berikan intake nutrisi yang tepat
Monitor adanya penurunan BB
dan gula darah
tindakan tidak selama jam makan
3 Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa
O:
tenang
P : lanjutkan intervensi
Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
Kurangi faktor presipitasi
nyeri
Ajarkan tentang teknik
non farmakologi: napas dala,
relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin
P: Lanjutkan intrvensi
15menit 1 jam
distensi gaster
S:
Pasien tidak mengeluh mual dan
muntah
Pasien mengatakan nafsu makan
pasien mulai meningkat
O:
Pasien tidak mual dan muntah
Pasien menghabiskan setengah
porsi makanannya
Pasein tampak minum air lebih
banyak dari sebelumnya
A : Tujuan tercapai seluruhnya
kesehatan, pengobatan
S:
pasien mengatakan cemas yang
dirasakan mulai berkurang
Pasien mengatakan sudah
merasa tenang
O:
pasien terlihat lebih tenang
pasien percaya dan mau
mendengarkan kata-kata perawat
keluarga pasien tampak
mendampingi pasien
A : tujuan tercapai sebagian
P : lanjutkan intervensi
Berikan lingkungan tenang untuk
istirahat
Kelola pemberian obat anti cemas
Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan, ketakutan,
persepsi
Bantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
Oleh :
MIFTAKHUR ROCHMA
NIM 10.074
LEMBAR PEGESAHAN
Laporan Pendahukuan dan ASKEP KMB pada Tn.M usia 65 tahun dg GASTRITIS di ruang
keperawatan (MAWAR) RS. BHAYANGKARA PUSDIK GASUM PORONG,telah
disahkan.
Hari :
Tanggal :
Oleh :
Mengetahui
Pembumbing Akademik Pembimbing Ruangan
Kapala Ruangan
TRI RETNO UTAMI
LAPORAN PENDAHULUAN
I. DEFINISI
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung.
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung. Gambaran klinis yg ditemukan berupa
dispepsia/indegesti.
Berdasarkan pemeriksaan endoskopi ditemukan eritema mukosa sedangkan hasil foto
memperlihatkan iregularitas mukosa.
gastritis dibagi menjadi 2 macam :
1. Gastritis akut
Merupkan lesi mukosa akut berupa erosi dan perdarahan akibat faktor-faktor agresik atau
akibat gangguan sirkulasi akut mukosa lambung.
2. Gastritis kronik
Penyebabnya tidak jelas, sering bersifat multi faktor dengan perjalanan klinik yang bervariasi
.
II. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya Gastritis tergantung dari typenya :
1. Gastritis Akut, penyebabnya yaitu :
Alkohol
Obat-obatan : aspirin, digitalis, yodium, obat anti inflamasi non steroid (AINS)
Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung seperti : trauma, luka bakar, sepsis
Jenis bahan makanan : (zat yang terkandung dalam kopi) bahan rempah-rempah seperti :
merica, cuka, asam)
Stress
2. Gastritis Kronik
Penyebabnya belum pasti mungkin berhubungan dengan faktor ras, heriditas psikis dan
makanan
III. PATOFISIOLOGI
Stress
korteks
hipotalamus medula
Refluk gaster
duodenum
lambung : flow menurun,
mikrosirkulasi menurun, radikal bebas
permebilitas meningkat
aliran darah
Ph intramukosal
Kecemasan jaringan kritis
cemass
Mual muntah, anoreksia
Defisit pengetahuan
Resiko terjadi kekambuhan
GEJALA KLINIS
a. Gatritis akut
a.i. Nyeri epigastrum
a.ii. Nausea, muntah-muntah, anorexia
a.iii. Cepat sembuh bila penyebab cepat dihilangkan
b. Gastritis kronik
b.i. Tampak pucat, Hb tidak normal
b.ii. Perut terasa panas
b.iii. Anorexia, epigstrum terasa tegang
b.iv. BAO/MAO ( Basal acid output/maximal acid output) rendah dapat diketahui dengan
biopsi
( Mansjoer Arief M, dkk, 2001 )
KOMPLIKASI
c. Gastritis Akut
Terdapat perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena,
dapat berakhir sebagai syok hemoragik, khusus untuk perdarahan SCBA perlu dibedakan
dengan tukan peptik. Gambaran klinis yang diperlihatkan hampir sama, namun pada tukak
peptik penyebab utamanya adalah infeksi. Helicobakteri pulori sebesar 100% pada tukak
lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan endoskopi
d. Gastritis Kronik
Perdarahan saluran cerna bagian atas, ulkus, periforasi, dan anemia karena gangguan absorbsi
vitamin B12
( Mansjoer Arief M, dkk, 2001 )
PENATALAKSANAAN
e. Faktor utama adalah dg menghilangkan etiologinya.
f. Diet lambung dg porsi kecil tapi sering
g. Berikan antasida
h. Bila rasa nyeri tidak hilang dg antasida berikan oksitosis tablet, 15 menit sebelym makan
i. Berikan obat anti koinergik bila sekresi asam berlebihan
]
Diagnosis dapat ditegakkan dengan DL, BJ Plasma, kultur
Analisa lambung sekresi : hambatan HCL / peningkatan HCL
Endoskopi : terdapat luka pada mukosa gaster
Sinar-sinar barium : terdapat luka pada gaster / intestinal.
Intervensi
1. Lakukan pendekatan therapeutik pada klien
R/ Agar lebih mudah melakukan tindakan keperawatan
2. Berikan penjelasan sebab-sebab dan akibat terjadinya nyeri
R/ Agar lebih mudah melakukan tindakan keperawatan
3. Beri motivasi klien untuk makan teratur
R/ Diet teratur bisa menghindari kerusakan mukosa lambung
4. Berikan teknik relaxasi pada klien
R/ Agar klien merasa lebih nyaman
5. Observasi TTV pada klien
R/ Untuk mengetahui perkembangan pasien
6. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi
R/ terapi memberikan rasa nyaman pada pasien dan mengurangi rasa nyeri
Diagnosa 2
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang adekuat.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi dalam waktu 3 hari
K.H : Mual menurun, tidak muntah
Turgor baik
Kulit lembab, wajah ceria
Porsi makan sesuai porsi
Intervensi :
1. Beri penjelasan terhadap pentingnya nutrisi bagi tubuh dan proses penyembuhan
R/ Pengetahuan yang meningkat dapat meningkatkan perilaku hidup sehat
2. Berikan makanan yang menarik dan merangsang selera makan.
R/ Makanan dalam porsi besar lebih sulit dikonsumsi pasien saat anorexia
3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian nutrisi parenteral.
R/ Dibutuhkan bila intake PO tidak mencukupi dan efek farmakologis roboransia untuk
meningkatkan nafsu makan
Diagnosa 3
Gangguan istirahat dan tidur berhubungan dengan nyeri pada daerah epigastrium.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan perawatan diharapkan tidur terpenuhi sesuai kebutuhan
Kriteria Hasil :
Klien mengatakan sudah dapat tidur.
Intervensi :
1. Berikan penjelasan terhadap klien pentingnya istirahat tidur.
R/ Lingkungan yang nyaman menstimulasi pengurangan nyeri.
2. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
R/ Dengan penjelasan diharapkan klien termotivasi untuk memenuhi kebutuhan istirahat
sesuai dengan kebutuhan.
3. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesic
R/ Analgesik bekerja mengurangi reseptor nyeri sehingga klien dapat istirahat.
VII. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan perwujudan dari rencana tindakan meliputi
beberapa bagian yaitu validasi, rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan
pengumpulan data (Nasrul Effendi, 1995).
VIII. EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dari rencana tindakan dari masalah kesehatan
klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. (Nasrul Effendi, 1995).
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer Arief. M, dkk. Kapita Selekta Kedikteran, edisi 3. media ausculapius FKUI 2001
: 492
2. Soeparman, Waspadji Sarwono, Buku Ilmu Penyakit Dalam edisi 3, Balai penerbit FKUI
Jakarta, 2001 :127
3. Diana (Bovahnam dan Johann C Hoevolly ) Keperawatan medikal bedah. EGC Jakarta
,1996
4. Doengos, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
5. Carpenito Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, EGC, Jakarta, 2001