Probolinggo - Dimas Kanjeng mengaku sebagai anak seorang mantan pejabat tingkat
kecamatan yang bukan dari keturunan raja. Namun melalui Padepokan Dimas Kanjeng yang
mengambil model mirip pesantren namun nyeleneh yang ia dirikan sejak 2010 di Dusun Sumber
Cengkelek RT-22/RW-08 Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Kabupaten Probolinggo,
mengajarkan hal-hal yang oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Probolinggo dinilai
sebagai musrik di tengah-tengah prosesi ritual yang tidak masuk akal.
Salah satu hal yang aneh itu antara lain, para pengikutnya ("santri") diminta membayar uang
mahar sebagai pancingan untuk digandakan secara gaib menjadi 1.000 kali. Padepokan yang ia
dirikan selain dijadikan sebagai bank gaib juga tempat pengajian. Namun demikian ada
perintah yang nyeleneh dari Dimas Kanjeng yang memerintahkan santrinya untuk berburu ayam
hutan di Gunung Semeru tanpa memakai alat. Menangkap sedikitnya 200 ekor udang di petilasan
Gajahmada, juga wajib membeli seutas benang sepanjang 15 sentimeter yang disebut sebagai
Tali Ali Baba seharga Rp 200.000.
Menurut Dimas Kanjeng, hal-hal tersebut merupakan bagian dari ritual untuk nantinya akan
mendapatkan kantong gaib dari Yang Maha Kuasa dan mampu mengeluarkan uang dalam
jumlah tak terbatas. Runyamnya lagi, Dimas Kanjeng juga mewajibkan santrinya ikut pengajian
pada setiap Kamis malam di rumah para Sultan (koodinator pengepul mahar) agar menjadi
sosok santri yang sabar, nrimo dan ikhlas.
Kebohongan demi kebohongan yang ditebar Dimas Kanjeng sejak Padepokan Dimas
Kanjeng di Probolinggo yang dibangun tahun 2010 itulah, oleh dua orang Sultan (Hidayah
Ismail dan Abdul Gani) yang gerah karena terus-menerus ditagih santri yang mereka koordinir
dengan uang mahar bernilai puluhan miliar, tidak juga berhasil digandakan dan bahkan uang
mahar itu tidak juga dikembalikan utuh. Mereka kemudian mengancam akan membongkar aksi
Dimas Kanjeng yang berkedok sebagai Pimpinan Padepokan Bank Gaib Dimas Kanjeng ke
polisi.
Harus dilenyapkan
Mereka harus dilenyapkan karena membahayakan kelangsungan padepokan, ujar Dimas
Kanjeng Taat Pribadi ketika memerintahkan kesembilan orang pengawal pribadinya
(centengnya) untuk menghabisi dua orang koordinator pengepul pemasang uang mahar (disebut
santri) untuk dilipatgandakan menjadi 1.000 kali dari uang mahar yang diserahkan para
santri-nya. Kedua koordinator itu bernama Hidayah Ismail asal Situbondo dan Abdul Gani asal
Probolinggo, harus dihabisi karena mengancam akan membongkar kedok tipu-tipu Dimas
Kanjeng Taat Pribadi ke Polisi.
Mulanya kedua korban bersedia menjadi koordinator pengepul para santri karena selain
dijanjikan akan dibantu dana miliaran rupiah untuk memajukan usaha atau bisnisnya, juga
sekaligus dijanjikan akan diangkat sebagai Sultan. Sebab, Dimas Kanjeng sendiri (baru saja)
dinobatkan oleh Koordinator Raja-raja se-Nusantara dalam prosesi Jumenengan (penobatan)
yang meriah dan fantastis sebagai Raja Probolinggo dan sekitarnya, dengan gelar Sri Raja Prabu
Rajasa Nagara, 11 Januari 2016 baru lalu.
Dimas Kanjeng melalui kaki tangannya, pada Februari 2016 kemudian membujuk korban
datang ke padepokan yang berada di areal seluas dua kali lapangan sepakbola, guna menerima
dana bantuan sebesar Rp 20 miliar. Karena menolak datang ke padepokan, sembilan centeng
Dimas Kanjeng menculik Hidayah Ismail dan dibunuh secara keji oleh para tersangka. Leher
korban dijerat tali dan kedua tangan terikat kebelakang dengan kepala dibungkus tas plastik
kresek.
Mayat korban kemudian dimasukkan ke dalam mobil dan dikubur secara terburu-buru di
kawasan hutan Tegalsiwalan, Situbondo dan kedalaman liang lahat kurang dari setengah meter.
Oleh karenanya, mayat korban yang sejak semula dipastikan polisi sebagai korban pembunuhan
itu kemudian dibongkar sekelompok anjing dan ditemukan penduduk setempat.Namun karena
tidak ada yang mengenalinya, maka korban diidentifikasi sebagai Mr X.
Korban kedua Abul Gani, yang dalam kesehariannya dikenal sebagai pedagang perhiasan
emas dan batu permata asal Desa Semampir, Kraksaan, Kabupaten Probolinggo dihabisi
kesembilan orang (tersangka) centeng Dimas Kanjeng Taat Pribadi pada awal Juli 2016 dengan
modus operandi yang sama dengan korban Hidayah Ismail. Hanya saja untuk menghilangkan
jejak kejahatan mereka, mayat korban justru diangkut mobil dan dibuang begitu saja di bawah
jembatan Waduk Gajahmungkur, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengan (Jateng).
Modusnya sama dengan korban Hidayah Ismail. Leher korban dijerat tali, kedua tangannya
diikat ke belakang dan kepalanya dibungkus tas plastik kresek. Identitas korban tidak ditemukan,
sehingga diidentifikasi sebagai Mr X, ujar Kapolda Jatim Irjen Pol Drs Anton Setiadi dalam
percakapan dengan wartawan, Kamis (28/9) sore.Kedua kasus penemuan mayat Mr X itu
berhasil dikenali setelah diusut dengan teliti oleh Subdit Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim
melalui tes DNA.
Dari penelusuran modus operandi dan ciri-ciri yang ada, penemuan mayat di
Gajahmungkur, Wonogiri akhirnya identik pula dengan penemuan mayat di hutan Tegalsiwalan,
Situbondo.Setelah melalui tes DNA, kedua korban diketahui identitasnya, ujar Kapolda Jatim
lagi sambil menambahkan, petugas Jantaras Ditreskrimum Polda Jatim kemudian langsung
menangkap enam orang (tiga orang masih buron) centeng Dimas Kanjeng Taat Pribadi.Dalam
pemeriksaan, mereka mengaku sebagai tersangka pelaku yang taat atas perintah majikannya
selaku pimpinan padepokan.
Untuk indikasi korban lain yang mungkin terkait dengan Dimas Kanjeng, menurut Irjen Pol
Anton Setiadai hal itu masih dalam penyelidikan. Memang, di Jatim sering kita temukan mayat
tak dikenal. Juga akan kita gali sekitar pedepokan yang mungkin dijadikan tempat penguburan
para korban lainnya. Ada banyak bungker di kawasan padepokan itu, termasuk dijadikan sebagai
tempat penyimpanan uang, ujar Anton Setiadi.
Pada bagian lain Kapolda Jatim membenarkan, pihaknya kini meminta bantuan tim ahli dari
Bank Indonesia (BI) guna meneliti uang yang tersimpan di bungker-bungker padepokan, apakah
asli atau palsu. Dalam pemeriksaan terungkap, ada indikasi uang yang notabene digandakan
disimpan tersangka ke salah seorang di Jakarta.Jumlah uang yang ada itu diakui Irjen Pol Anton
Setiadi cukup fantastis yakni mencapai angka Rp 1 triliun.
Tersangka yang mengaku sebagai otak pembunuhan, bakal dijerat pelanggaran Pasal 340
KUHP tentang pembunuhan yang direncanakan (moord) dengan ancaman hukuman mati, atau
seumur hidup atau paling lama 20 tahun penjara.
Aries Sudiono/FMB
Suara Pembaruan
Sumber : Sudiono, Aries. 2016.Kronologi Kasus Dimas Kanjeng, Pimpinan Padepokan "Bank
Gaib" yang Menghabisi Santrinya.http://www.beritasatu.com/nasional/389281-
kronologi-kasus-dimas-kanjeng-pimpinan-padepokan-bank-gaib-yang-
menghabisi-santrinya.html.[31 Desember 2016]
ANALISIS
Makalah yang berjudul Kronologi Kasus Dimas Kanjeng, Pimpinan Padepokan "Bank
Gaib" yang Menghabisi Santrinya, menjelaskan tentang bagaimana kronologi pembunuhan
yang dilakukan oleh anak buah Dimas Kanjeng atas perintahnya sendiri. Pada makalah ini
dijelaskan bahwa kedua korban (Hidayah Ismail dan Abdul Gani) merupakan anak buah Dimas
Kanjeng yang bertugas untuk mengumpulkan uang dari para calon korban.
Dimas Kanjeng sendiri beralasan bahwa alasan ia memerintahkan kesembilan anak buahnya
untuk membunuh kedua korban adalah karena kedua korban mengancam akan membeberkan
rahasia Dimas Kanjeng yang ternyata selama ini telah menipu orang-orang. Dimana, Dimas
Kanjeng selama ini berpura-pura bisa menggandakan uang kepada para client-nya.
Kedua korban dibunuh dengan sadis. Keduanya dibunuh dengan cara yang sama, yaitu
dengan cara dijerat lehernya dengan tali, tangan yang diikat, dan kepala yang ditutupi dengan
kantung plastik. Namun waktu pembunuhan dan tempatnya pun berbeda.
Hingga saat ini, Dimas Kanjeng dan 5 orang tersangka sudah ditangkap dan ditahan. Tetapi,
masih ada 4 orang tersangka lagi yang masih menjadi buronan.
Dimas kanjeng sendiri merupakan kepala dari sebuah padepokan di Probolinggo, Jawa
Timur.Diketahui, bahwa kegiatan keagamaan yang dilakukan oleh Dimas kanjeng adalah
sesat.Banyak ajaran dari Dimas kanjeng yang berbeda dengan ajaran Islam yang benar.Adapula
fakta bahwa Dimas Kanjeng suka menyewa seorang kakek berjenggot putih untuk dijadikan
sebagai guru besar abal-abal.Kakek tersebut bernama ratim.Ratim diperintahkan untuk
memimpin murid-murid dalam doa-doa tertentu.Ratim juga sering disebut sebagai turunan Wali
Songo oleh Dimas kanjeng.Di Makassar, Ratim kerap diperkenalkan sebagai keturunan Wali
Songo; Sunan Kalijaga. Sedangkan untuk wilayah Probolinggo, Dimas Kanjeng
memperkenalkan Ratim sebagai keturunan Sunan Ampel.(http://www.suratkabar.id/)
Selain mengajarkan ajaran sesat, Dimas Kanjeng juga sering dianggap mempunyai
kekuasaan untuk menggandakan uang.Sudah banyak yang menjadi korban dari Dimas Kanjeng.
Berdasarkan Polda Jawa Timur, sejak 2015 hingga 2016 sudah ada tiga pelapor yang datang dan
mengaku bahwa telah ditipu oleh Dimas kanjeng dengan jumlah uang sebesar 800 juta, 900 juta,
hinggga 1,5 miliar rupiah. Bahkan ada pula yang mengaku bahwa ia telah ditipu dengan jumlah
uang sebesar 2,5 miliar (nasional.kompas.com)
Indonesia adalah negara dengan ideologi Pancasila.Maka dari itu, Pancasila merupakan
pedoman bagi masyarakat Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Dalam kasus
diatas, Dimas Kanjeng telah melakukan hal-hal yang menyimpang dari sila-sila yang ada di
Pancasila.Berikut ini, adalah penjabaran sila yang telah dilanggar oleh Dimas Kanjeng Taat
Pribadi beserta solusi yang dapat dilakukan oleh pemerintah, aparat, dan masyarakat.Pemerintah
dimasukkan ke dalam solusi karena pemerintah merupakan pihak yang dianggap dapat sangat
berpengaruh pada jalannya pemerintahan.Aparat dimasukkan ke dalam peran solusi karena
aparat dianggap sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah.Aparat melaksanakan yang
ditugaskan oleh oemerintah untuk mempermudah pengawasan terhadap jalannya
pemerintahan.Sedangkan masyarakat dimasukkan ke dalam peran solusi karena masyarakat
adalah salah satu unsur penting dari terbentuknya suatu negara, dan merupakan elemen yang
terlibat dan berhadapan langsung dengan kejadian yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat.
Jika dikaitkan dengan ideologi Indonesia, Pancasila, Dimas Kanjeng telah melanggar 3 sila,
yaitu:
1. Sila pertama, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Dimas Kanjeng telah dianggap
melanggar sila ini karena telah mengajarkan ajaran sesat. Dalam sila pertama
menggambarkan jati diri masyarakat bangsa Indonesia yang taat pada Tuhannya. Hal-hal
yang membuat seseorang dianggap taat pada Tuhannya tentunya dengan melaksanakan
kewajiban dan menjauhi larangan yang sudah ditentukan oleh Tuhan. Namun, Dimas
Kanjeng sudah melenceng dari ajaran agama yang ada. Dalam konteks Agama Islam,
tidak ada pemberian kantung yang diberi oleh Tuhan kepada makhluknya dengan cara
melakukan hal-hal yang diangap tidak wajar. Hal tersebut tentu sudah melanggar ajaran
agama. Solusi :
Pemerintah
Dalam kasus ini, pemerintah dapat membuat aturan tentang ajaran sesat.Salah
satunya dengan melarang adanya forum masyarakat yang fanatik dan
mengatasnamakan agama.Hal tersebut dapat mencegah tersebarnya ajaran sesat di
Indonesia.
Aparat
Dalam kasus ini, aparat dapat melakukan pengawasan yang lebih ketat
terhadap forum masyarakat yang dianggap mencurigakan.Aparat juga perlu
melakukan perhatian lebih terhadap daerah yang berada di daerah perbatasan atau
daerah tertinggal.Kurangnya teknologi dan informasi membuat para penduduk
tersebut kekurangan pengetahuan tentang ajaran sesat.Terkadang ada daerah yang
langsung saja menerima kebudayaan baru tanpa menyaringnya terlebih
dahulu.Aparat dapat melakukan pendekatan pada masyarakat dengan acara
penyuluhan.
Masyarakat
Dalam kasus ini, masyarakat bisa melakukan pencegahan terhadap adanya
ajaran sesat, salah satunya adalah dengan melakukan acara keagamaan
bersama.Di Indonesia, ajaran sesat biasanya berkaitan dengan Agama Islam. Hal
tersebut dapat disebabkan karena mayoritas masyarakat Indonesia adalah
beragama Islam.Maka, masyarakat bisa melakukan acara keagamaan seperti
mengaji bersama, acara santunan bersama, dll. Selain itu, masyarakat juga bisa
bekerja sama dengan aparat. Jika ada suatu perkumpulan atau forum yang terlihat
mencurigakan, masyarakat perlu melakukan tindakan tepat dengan segera
melaporkan kepada aparat setempat.
2. Sila kedua, yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Sebagai manusia yang beradab,
seharusnya sesama manusia bisa saling menghormati. Salah satu maksud dari
menghormati sesama manusia adalah dengan menghormati HAM sesama manusia. Salah
satu hak yang dimiliki manusia yang diatur dalam UUD pasal 28A dan 28I, yaitu hak
untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, dan hak untuk terhindar dari tindakan diskriminatif.
Dalam kasus ini, Kanjeng Dimas telah melakukan tindakan membatasi HAM kedua
korbannya, yaitu Hidayah Ismail dan Abdul Gani. Ia telah melakukan pembunuhan
terhadap keduanya. Hal tersebut tentu telah melanggar HAM, dimana sekaligus telah
melanggar sila kedua Pancasila. Solusi:
Pemerintah
Pemerintah sebenarnya sudah membuat aturan yang tepat.Hukuman yang
diberikan pada tiap kasus pembunuhan pun sudah baik.Tinggal dilakukan
pengawasan terhadap pelaksanaan hukum yang ada.Keadilan pada tiap warga
negara perlu dijaga dan diawasi.
Aparat
Aparat dapat bertindak dengan memberi perhatian lebih pada titik-titik
tertentu yang dianggap sebagai daerah rawan pembunuhan.Selain itu, aparat juga
perlu mengawasi tentang peredaran senjata tajam dan senjata api. Agar tidak ada
pihak yang menggunakannya dengan sewenang-wenang.
Masyarakat
Sebagai manusia yang beradab kita perlu saling menghormati satu sama lain.
Hal tersebut dapat berupa tenggang rasa dan toleransi, sehingga terciptanya
kehidupan bermasyarakat yang harmonis. Jika kehidupan harmonis, gesekan yang
dapat menyebabkan perselisihan pun dapat berkurang. Kasus pembunuhan dapat
diatasi jika perselisihan antar masyarakat berkurang.Karena biasanya
pembunuhan dapat terjadi karena adanya dendam dan sebagainya.
3. Sila ketiga, yaitu Persatuan Indonesia. Sebagai negara yang memiliki banyak keragaman,
kita perlu meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan agar terciptnya integrasi dalam
bangsa. Contoh perilakunya adalah dengan mementingkan kepentingan bangsa daripada
kepentingan pribadi atau golongan. Dalam kasus ini, Dimas Kanjeng telah menipu para
korban penggandaan uangnya. Ia melakukan penipuan penggandaan kepada banyak
orang dengan nilai rupiah yang fantastis, hingga milyaran rupiah. Hal itu ia lakukan
hanya demi kepentingan dirinya sendiri. Ia hanya memikirkan nasibnya dan nasib para
pengikutnya tanpa memikirkan efek dari perbuatan yang ia lakukan terhadap orang lain.
Ketidakpedulian tersebut tentu bertolak belakang dengan rasa persatuan dan kesatuan
yang didalamnya terdapat unsur saling peduli terhadap sesama warga negara Indonesia.
Solusi:
Pemerintah
Dalam kasus penggandaan uang, biasanya para pelaku mempunyai pabrik
uang tersendiri.Maksudnya, mereka menggunakan uang palsu dalam
melancarkan aksinya, sehingga penggandaan uang terlihat benar-benar
terjadi.Pemerintah sudah melakukan tindakan dengan baik, yaitu dengan adanya
perumusan tindak pidana terhadap mata uang dalam KUHP diatur dalam Pasal
244 252 KUHP.Tindakan selanjutnya yang dapat dilakukan yaitu
dilaksanakannya pemberitahuan terhadap masyarakat tentang ciri-ciri uang
palsu.Penyebaran informasi tersebut dapat berupa poster pada jalan ataupun
berupa iklan layanan masyarakat pada media cetak maupun media elektronik.
Aparat
Tindakan yang dapat dilakukan oleh aparat tentang adanya kasus
penggandaan uang adalah menyelidiki jika ada temuan mencurigakan atau mulai
adanya laporan uang palsu yang diterima masyarakat.Penyuluhan tidak hanya
perlu dilakukan oleh pemerintah, tetapi juga dapat dilakukan aparat kepada
masyarakat.Hal tersebut dimaksudkan agar penyampaian pesan atau informasi
dapat diterima dengan baik oleh masyarakat.Aparat juga dapat melakukan
pengawasan pada titik-titik tertentu yang dianggap sebagai tempat
pertukaran/transaksi uang palsu.
Masyarakat
Masyarakat dapat mebantu pihak aparat dengan melakukan pengawasan skala
kecil di lingkungan rumahnya.Jika ada hal yang mencurigakan, segera melapor
pada pihak yang berwajib.Jika pergerakan cepat dan tepat dapat dilakukan,
kemungkinan berproduksi dan tersebarnya uang palsu pun dapat dicegah.Selain
itu, masyarakat juga harus sadar bahwa penggandaan uang itu tidak benar adanya.
Masyarakat yang menjadi korban penggandaan uang biasanya adalah orang yang
kurang mempunyai keahlian dalam berinvestasi ataupun orang yang ingin kaya
dengan cara mudah tanpa adanya usaha. Masyarakat perlu sadar bahwa rezeki
Tuhan tidak akan diberikan pada kita tanpa adanya usaha dari diri kita sendiri.
ANALISIS MAKALAH KASUS PIDANA DAN KRIMINALITAS DI INDONESIA
Oleh :
Dosen Pengampuh :
Wina Nurhayati Praja