Anda di halaman 1dari 12

ISSN 0215 - 8250 103

PENDIDIKAN KEPENDUDUKAN DAN LINGKUNGAN HIDUP (PKLH)


IMPLEMENTASI DAN PERMASALAHANNYA

oleh
Ida Bagus Made Astawa
Jurusan Pendidikan Geografi
Fakultas Pendidikan IPS, IKIP Negeri Singaraja

ABSTRAK

Masalah lingkungan yang dihadapi akhir-akhir ini telah mengusik


eksistensi bumi sebagai dunia dengan lingkungannnya yang lestari. Terusiknya
eksistensi bumi tersebut bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri. Keberadaannya
berhubungan erat dengan masalah kependudukan dalam konteks penduduk dan
pembangunan. PKLH merupakan program pendidikan yang ditujukan untuk
mengubah sikap dan perilaku manusia agar bereproduksi secara rasional,
memelihara lingkungan hidup, dan bertanggung jawab terhadap kualitas
kehidupan sekarang dan masa mendatang melalui proses pendidikan. Melalui
PKLH, diharapkan eksistensi bumi sebagai dunia dengan lingkungan hidup yang
lestari dapat dipertahankan. Namun, dengan tidak menjadikan PKLH sebagai mata
kuliah wajib di LPTK, pembelajarannya di sekolah yang diintegrasikan dengan
mata pelajaran lainnya menjumpai berbagai kesulitan. Hal tersebut, pada akhirnya
berpengaruh pada pencapaian tujuan kurikuler PKLH. Jika PKLH masih dijadikan
sebagai program dalam pembentukan sikap dan perilaku yang berwawasan
kependudukan dan lingkungan hidup, maka penting untuk dilakukan
penyempurnaan pada Program PKLH secara menyeluruh.
Kata kunci : pendekatan integratif, bumi sebagai dunia, PKLH, masalah
lingkungan.

ABSTRACT

Environmental problems occured recently have affected the existence of


the earth as a world with its nature. However, they do not stand alone as they are
related to other causes, namely population problems i.e population and
development. PKLH-Population and Environmental Education is a program
aiming at changing mans behaviour and attitudes to reproduce rationally, preserve
the environment, and to be responsible with the quality of both todays life and
that of the future through education. Thus, it is expected that the existence of the
Earth as the world and its environment can be preserved. Yet, since PKLH is not a
compulsary subject at LPTK, there are problems emerged in the integrated
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1
TH. XXXVII Januari 2004
ISSN 0215 - 8250 104

teaching of PKLH with other subjects at schools. If PKLH is still employed to


form a Population-and-environmental-based-behaviour and attitudes, it is hence
important to improve the PKLH program thoroughly.

Key Words : integrated approach, earth as a world, PKLH, environment problems.

1. Pendahuluan
Manusia, sejak permulaan keberadaannya di bumi, sudah hidup dari dan
dengan lingkungannya. Semasih segala kebutuhan manusia dapat dipenuhi dengan
memanfaatkan sumber daya alam di sekitarnya, dan semasih bumi mampu
memproses secara alamiah buangan/sisa yang diperlukan manusia, tidak ada
masalah yang perlu dikhawatirkan pada lingkungan. Namun, sejalan dengan
peningkatan kebutuhan dan perkembangan teknologi manusia, tampak masalah
lingkungan menjadi semakin memprihatinkan. Masalah lingkungan bukanlah
sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan sangat erat hubungannya dengan masalah
kependudukan dalam konteks penduduk dan pembangunan (Ananta, 1992;
Mantra,2001; Moertopo, 1992). Dalam hal ini, kerusakan lingkungan tidak hanya
sebagai akibat dari bertambahnya penduduk serta meningkatnya kebutuhan hidup.
Terdapat proses lain yang menyertai yang menyebabkan menipisnya sumber daya
alam menjadi jauh lebih parah.
Semakin meluasnya masalah lingkungan menyebabkan isu, perhatian, dan
aktivitas lingkungan mulai diperkenalkan secara meluas sejak dasa warsa 1960-an.
Puncaknya adalah pada dasa warsa 1970-an, yaitu dengan digelarnya The United
Nation Conference on Human Environment di Stockholm oleh PBB pada tanggal 5
s/d 16 Juni 1972 (Sumaatmadja, 2001). Implementasi dari resolusi Stockholm
adalah dibentuknya badan khusus yang membidangi permasalahan lingkungan
oleh PBB yang dikenal dengan United Nations Environmental Programs (UNEP)
yang bermarkas di Nairobi, Kenya (Soemarwoto, 1982).
Namun demikian, satu setengah dasa warsa setelah dicetuskannya resolusi
Stockholm (tahun 1987), Komisi Dunia untuk Lingkungan Hidup dan
Pembangunan PBB dalam laporannya (Our Common Future) mengidentifikasi
sejumlah gejala global yang mengancam eksistensi bumi (Astawa, 1999), di
antaranya yang sangat dikhawatirkan adalah rusaknya lapisan ozon, pemanasan
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1
TH. XXXVII Januari 2004
ISSN 0215 - 8250 105

global, hujan asam, dan pencemaran air laut oleh bahan berbahaya beracun (B3).
Menurut Chiras (seorang ahli lingkungan PBB) ancaman terhadap existensi bumi
itu bisa terjadi karena gejolak filsafat manusia yang diterapkan hingga dewasa ini
pada kehidupan nyata (dalam Astawa, 1999), di antaranya : (a) filsafat biological
imprialism dan ajaran relegi yang menganjurkan beranak pinak tanpa batas; (b)
filsafat I Versus not I dan tumbuhnya frontier mentality; (c) falsafah membangun
dengan mengembangkan ilmu dan teknologi yang makin besar dan canggih; (d)
falsafah bahwa manusia ada di atas alam dengan kemampuan berfikirnya dan
anggapan bahwa sumber alam di bumi tidak terbatas, berlimpah; (e) falsafah
ekonomi (bermodal minimal untuk meraih keuntungan maksimal dalam tempo
yang sesingkat mungkin).
Menyadari paparan di atas dan memperhatikan hakikat pendidikan (Salam,
1997), maka dalam rangka menumbuhkembangkan sikap dan perilaku masyarakat
yang berwawasan kependudukan dan lingkungan hidup, peran pedidikan menjadi
sangat penting. Dicanangkannya PKLH dalam pendidikan formal ataupun
nonformal menunjukkan komitmen pemerintah Indonesia untuk berperan serta
dalam mewujudkan eksistensi bumi sebagai dunia yang lestari melalui pendidikan.
Namun demikian, memperhatikan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK) yang tidak lagi menjadikan PKLH sebagai mata kuliah
wajib, sementara di sekolah PKLH dituntut diintegrasikan pada mata pelajaran
yang ada, maka implementasi PKLH di sekolah perlu dipertanyakan. Tulisan ini
bertujuan untuk membahas implementasi PKLH di sekolah beserta
permasalahannya, dengan menggunakan beberapa sumber dan pengalaman selama
menjadi instruktur pada pelatihan PKLH bagi guru-guru sekolah (TK - SLTA) se
Bali. Dengan pembahasan tersebut diharapkan lebih terungkap berbagai
permasalahan dalam mengimplementasikan PKLH di sekolah, sehingga solusi
dapat diberikan sebagai suatu alternatif.
PKLH bukanlah sekadar menyajikan kepada murid contoh-contoh
kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh perilaku manusia, yang bahan-
bahannya dapat diambil dari guntingan-guntingan koran atau yang sejenisnya.
Pembelajaran PKLH harus mengandung etika lingkungan dengan mengajak anak
didik menyadari makna lingkungan baginya dan keterkaitannya dengan penduduk
(Sumaatmadja, 2001; Kastama, 1996). Dengan demikian, secara mendasar guru
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1
TH. XXXVII Januari 2004
ISSN 0215 - 8250 106

dituntut memahami PKLH, di samping kewajibannya memiliki kemampuan untuk


mengintegrasikan PKLH ke dalam mata pelajaran pokoknya (Kastama, 1996).

2. Pembahasan
2.1 PKLH dan Implementasinya
Terkait dengan PKLH, sebelum tahun 1984, dikenal dua program, yaitu
Pendidikan Kependudukan (Population Education) dan Pendidikan Lingkungan
Hidup (Environmental Education). Pendidikan Kependudukan dicanangkan oleh
Depdikbud mulai tahun 1970, dengan latar belakang kekhawatiran dunia akan
adanya pertumbuhan penduduk yang tidak dapat diimbangi oleh pertumbuhan
bahan-bahan kebutuhan hidup. Sebagai suatu proses pendidikan, Pendidikan
Kependudukan ditekankan pada informasi masalah kependudukan dengan tujuan
mengubah sikap mental masyarakat ke arah hal-hal yang positif dalam
menanggulangi masalah kependudukan (Sumaatmadja, 2001). Dalam hal ini,
sasaran utama Pendidikan Kependudukan adalah perubahan sikap dan perilaku
terhadap masalah reproduksi dan persebaran penduduk secara rasional dan
bertanggung jawab.
Pendidikan Lingkungan Hidup merupakan program yang dicanangkan oleh
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mulai tahun 1981. International
Union for Conservation of Nature and Nature Resources (IUCN) memberikan
batasan Pendidikan Lingkungan Hidup (dalam Sumaatmadja, 2001) sebagai
berikut.
Environmental education is a process of recogniting values and clarifying
concepts in order to develop the skills and attitudes that are necessary to
understand and appreciate the interrelations among man, his culture and his
biophysical surrounding. Environment education is also entails practise in
dicision-making, and the self-formulation of code of behaviour about the
issues concerning environmental quality

Dalam batasan itu tersirat bahwa sasaran utama dari Pendidikan


Lingkungan Hidup diletakkan pada upaya mengembangkan sikap dan perilaku
yang bermakna (rasional dan bertanggung jawab) terhadap masalah pengelolaan
sumber daya alam.
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1
TH. XXXVII Januari 2004
ISSN 0215 - 8250 107

Tujuan utama dari dua program tersebut memang tampak berbeda, namun,
secara implisit pada dasarnya kedua program tersebut adalah sama, yaitu ditujukan
untuk menunjang terbinanya kualitas hidup penduduk secara lebih baik. Kedua
program tersebut juga memiliki objek kajian yang sama, yaitu dinamika penduduk
dan integrasi perilakunya (manusia) terhadap lingkungan sosial, ekonomi dan
fisiknya. Persamaan lainnya juga tampak dari pendekatan pelaksanaannya, yaitu
sama-sama menggunakan pendekatan multidisiplin dengan mengintegrasikan
fakta, konsep, prinsip dan teori kependudukan dan lingkungan hidup ke dalam
berbagai studi yang relevan.
Karena adanya persamaan itulah kemudian Depdikbud, LIPI dan Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) memprakarsai seminar-
lokakarya (semiloka) yang pelaksanaannya dilakukan pada bulan Juli dan Oktober
1983 serta bulan Januari 1984. Hasil tiga kali semiloka tersebut adalah disepakati
penyatuan kedua program menjadi satu program, yaitu Pendidikan Kependudukan
dan Lingkungan Hidup yang kemudian lebih dikenal dengan PKLH.
Menurut hasil semiloka tersebut, PKLH adalah suatu program
kependidikan untuk membina anak didik agar memiliki pengertian, kesadaran,
sikap dan perilaku yang rasional serta bertanggung jawab tentang pengaruh timbal
balik antara penduduk dan lingkungan hidup dalam berbagai aspek kehidupan.
Sasaran akhir dari PKLH adalah terbentuknya Warga Negara Indonesia yang
berwawasan kependudukan dan lingkungan hidup, yaitu yang dalam tingkah laku
sosial, ekonomi, politik dan budayanya berpandangan progresif terhadap masalah-
masalah kependudukan dan lingkungan hidup menuju kehidupan keluarga dan
masyarakat yang serasi seimbang dalam hubungannya dengan Tuhan, lingkungan
sosial dan lingkungan hidupnya (Kastama,1996). Dengan demikian, dapat
dikemukakan bahwa PKLH sebagai program pendidikan, pada dasarnya bertujuan
membentuk sikap dan perilaku manusia agar bereproduksi secara rasional,
memelihara lingkungan hidup, dan bertanggung jawab terhadap kualitas
kehidupan sekarang dan masa mendatang melalui proses pendidikan.
Untuk mencapai tujuan tersebut PKLH diajarkan di semua jenjang
pendidikan baik formal maupun nonformal, mulai dari sekolah dasar hingga ke
perguruan tinggi. Pendekatan yang digunakan dalam mengimplementasikan PKLH
di perguruan tinggi cukup bervariasi. Ada yang menggunakan pendekatan
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1
TH. XXXVII Januari 2004
ISSN 0215 - 8250 108

monolitik, baik sebagai mata kuliah wajib maupun sebagai mata kuliah
kekhususan di program studi. Ada juga yang menggunakan pendekatan integratif,
di samping juga ada yang tidak mencanangkannya sebagai mata kuliah.
Di LPTK, dengan pemberlakukaan SK Mendikbud RI Nomor
0193/U/1976, PKLH menjadi mata kuliah wajib yang berdiri sendiri (monolitik)
dan termasuk dalam kelompok Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU).
Perrtimbangan yang melandasinya adalah, sebagai lembaga yang menghasilkan
tenaga kependidikan (calon guru), seorang lulusan LPTK harus memiliki
kemampuan untuk mengajarkan PKLH secara terintegrasi di sekolah pada mata
pelajaran yang dijarkan.
Namun, dengan pemberlakukaan SK Mendikbud RI Nomor 0212/DJ/Kep/
1983 tentang Kurikulum Inti Program Sarjana dan Program Diploma Bidang
Kependidikan, yang tidak menjadikan PKLH mata kuliah wajib yang berdiri
sendiri di LPTK, berbagai variasi muncul dalam mengimplementasikan materi
PKLH di LPTK. Ada yang menjadikan PKLH sebagai mata kuliah yang diajarkan
secara monolitik dengan memasukkannya ke dalam kelompok MKDU. Ada yang
memasukkan PKLH kedalam Mata Kuliah Kekhususan Program Studi, seperti
terlihat di IKIP Negeri Singaraja (namun, hanya di Jurusan Pendidikan Biologi,
Pendidikan Geografi, dan PPKn). Di samping itu, ada juga LPTK yang tidak
mengajarkannya secara monolitik, tetapi menyajikannya secara integratif, dengan
mengintegrasikan PKLH ke dalam mata kuliah Ilmu Sosial Dasar (dalam
kelompok MKDU).
Terlepas dari variasi pengimpelementasian PKLH tersebut, keberadaan
PKLH secara monolitik di perguruan tinggi perlu dipertahankan, khususnya di
LPTK (Kastama,1996). Sebagai calon guru, mahasiswa LPTK dituntut
mempunyai persepsi yang mantap tentang kemungkinan adanya dampak negatif
dari pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali atau tentang adanya interaksi
negatif dengan lingkungan hidupnya, di samping karena kependudukan dan
lingkungan hidup menjadi hal yang mendasar sebagai penjabaran ketentuan
GBHN, terutama dalam membentuk sikap dan perilaku generasi muda
berwawasan kependudukan dan lingkungan hidup.
Di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah (SM), PKLH
diimplementasikan secara integratif ke dalam sejumlah mata pelajaran yang
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1
TH. XXXVII Januari 2004
ISSN 0215 - 8250 109

relevan. Di tingkat SD PKLH diintegrasikan pada bidang studi IPS, IPA, PPKn,
Agama, Pendidikan Jasmani/Olahraga, dan Bahasa. Di SM, PKLH diintegrasikan
pada mata pelajaran Geografi, Sejarah, Ekonomi, Sosiologi dan Antropologi,
PPKn, Biologi, dan mata pelajaran Kimia (Depdikbud, 1990) Digunakannya
pendekatan integratif dalam pembelajaran PKLH di sekolah dilandasi
pertimbangan bahwa kurikulum yang ada sudah terlalu sarat, sehingga tidak
memungkinkan lagi PKLH dijadikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan secara
monolitik.
Dalam mengintegrasikan PKLH pada bidang studi atau mata pelajaran
yang telah disebutkan di atas, Depdikbud pada tahun 1990 menerbitkan Buku
Pegangan Guru PKLH pada semua jenjang pendidikan. Buku itu memuat Garis-
Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) PKLH yang dipadukan dengan mata
pelajaran yang diintegrasikan. Dengan buku tersebut guru mata pelajaran yang
dintegrasikan diharapkan menjadi lebih terarah dalam mengembangkan PKLH ke
dalam mata pelajaran yang diasuhnya. Untuk itu, dalam pengembangannya
diperlukan suatu koordinasi di antara sesama guru mata pelajaran di mana PKLH
diintegrasikan, sehingga tujuan PKLH dapat diterima secara utuh oleh peserta
didik.
Di samping itu, dari sisi pedagogis, Munir (1996) mengemukakan, yang
perlu diperhatikan guru dalam mengimplementasikan PKLH adalah tiga daya
yang terdapat dalam diri sasaran didik yang secara resultan akan menimbulkan
perilaku (yang dapat diamati), yaitu a) daya individual yang sudah ada dalam diri
seseorang atau individu (perhatikan Gestalt Theory dari W.Kohler), b) daya
rangsangan terhadap seseorang yang ditanggapi (perhatikan Stimulus-Respons the
Theory dari B.F.Skinner), c) daya pengulangan pengalaman yang enak/baik, dan
menghindari pengalaman yang tidak enak/baik (perhatikan Conditioning Theory
dari James W).
Berarti, secara pedagogis, implementasi PKLH dalam pembelajaran
menuntut guru tidak hanya sekadar mampu menyajikan kepada murid contoh-
contoh kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh perilaku manusia, yang
bahan-bahannya dapat diambil dari guntingan-guntingan koran atau yang
sejenisnya. Dalam hal ini, seorang guru dituntut mampu menyadari keberadaan
siswanya terkait dengan lingkungan tempat mereka berada dan mampu
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1
TH. XXXVII Januari 2004
ISSN 0215 - 8250 110

menstimulasi sasaran didik untuk menumbuhkan sikap dan perilaku yang


mengandung etika lingkungan (Sumaatmadja, 2001). Sikap dan perilaku tersebut
ditumbuhkan dengan mengajak anak didik menyadari makna lingkungan baginya
dan memahami keterkaitannya dengan penduduk. Di samping itu, sikap dan
perilaku yang berwawasan kependudukan dan lingkungan hidup juga perlu
dimiliki dan ditunjukkan oleh seorang guru untuk dapat diteladani oleh siswanya.
Berarti, untuk dapat melakukan pengintegrasian PKLH ke dalam mata
pelajarannya, pemahaman seorang guru tentang PLKH menjadi mutlak, di
samping kemampuan merespon dan keteladanannya sebagai pencinta dan pelestari
lingkungan.

2.2 Permasalahan Pembelajaran PKLH di Sekolah


Telah dikemukakan di atas bahwa PKLH di sekolah diimplementasikan
menggunakan pendekatan integratif. Hasil monitoring dan supervisi Depdikbud
terhadap Pendidikan Kependudukan yang diimplementasikan secara integratif di
sekolah memperlihatkan adanya beberapa hambatan (Kastama, 1996). Salah
satunya adalah sulitnya guru mengintegrasikan materi Pendidikan Kependudukan
ke dalam bidang studi atau mata pelajarannya, walaupun GBPP sudah disiapkan.
Hal yang sama juga dijumpai oleh Rideng (1997) dalam penelitiannya tentang
Pelaksanaan PKLH di SMU di kabupaten Buleleng.
Terkait dengan PKLH, pada kurun waktu 1996-1999, penulis ditugaskan
sebagai instruktur/nara sumber dalam Pelatihan PKLH yang diselenggarakan oleh
Dinas Pendidikans Profinsi Bali. Peserta pelatihannya adalah guru-guru TK, SD,
SLTP dan SMU/K pengajar mata pelajaran di mana PKLH diintegrasikan.
Kesempatan itu juga digunakan melakukan wawancara dengan peserta pelatihan.
Hasil wawancara mengidentifikasi permasalahan dalam implementasi PKLH di
sekolah, seperti diuraikan berikut ini.

2.2.1 Masalah Guru sebagai Tenaga Pengajar PKLH


Implementasi PKLH secara integratif di sekolah terlihat memudahkan dan
memperlancar pelaksanaan PKLH karena jumlah guru yang dipandang turut
mengambil bagian tanggung jawab dalam melaksanakan program PKLH menjadi
cukup banyak. Namun, tanggung jawab yang diemban oleh guru bersangkutan
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1
TH. XXXVII Januari 2004
ISSN 0215 - 8250 111

menjadi berkurang. Sementara, guru dituntut perhatian dan kemampuannya secara


konprehensif menyeluruh, di samping kemampuan dasar yang dapat menjamin
pelaksanaan tugasnya sesuai dengan tujuan pendidikan (Sumaatmadja, 2001).
Berkurangnya tanggung jawab guru merupakan konsekuensi logis dari penerapan
pendekatan integratif karena PKLH hanyalah materi titipan pada mata pelajaran
yang menjadi tugas pokok guru yang bersangkutan.
Di samping itu, implementasi PKLH dengan pendekatan integratifnya
terlihat tidak akan menambah beban waktu efektif suatu mata pelajaran. Namun,
guru akan kesulitan mengalokasikan waktu pada PKLH karena untuk mata
pelajaran pokoknya saja waktu yang disediakan sudah sedemikian ketat, sehingga
sulit untuk menambahkan pokok bahasan yang dititipkan dari PKLH. Kenyataan
tersebut tentu berimplikasi pada pencapaian tujuan kurikuler PKLH itu sendiri.

2.2.2 Masalah Bahan Pelajaran


Pengintegrasian bahan pelajaran PKLH ke dalam mata pelajaran lain,
dalam penyajiannya jelas akan memperoleh fokus bahasan dari guru yang dibebani
tanggung jawab tersebut. Bisa terjadi seorang guru yang mengintegrasikan PKLH
berkurang perhatiannya terhadap bahan pelajaran pokok yang seharusnya menjadi
tanggung jawab profesinya, atau sebaliknya pokok bahasan PKLH menjadi sangat
berkurang, bahkan mungkin terlupakan. Hal itu akan berdampak pada pencapaian
tujuan kurikuler PKLH itu sendiri dan pada pencapaian kurikuler secara
menyeluruh.
Di samping itu, pengintegrasian tersebut juga dapat menimbulkan terpisah-
pisahnya pokok bahasan PKLH. Hal ini akan mengganggu kesatuan program
PKLH, sementara keutuhan program sebagai satu kesatuan menjadi tututan dasar
dalam pencapaian kurikulum (Nasution,1982). Dampaknya adalah pada sasaran
didik dalam menerima PKLH sebagai program. Pemahaman siswa pada PKLH
akan menjadi terkotak-kotak, tidak secara utuh dalam suatu kebulatan program
yang menyeluruh. Kenyataan tersebut tentu akan menggangu pula keberhasilan
tujuan kurikuler PKLH.

______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1


TH. XXXVII Januari 2004
ISSN 0215 - 8250 112

2.2.3 Metode dan Teknik Penyajian


Setiap pokok bahasan membutuhkan metode dan teknik penyajian tertentu
yang dirasakan efektif (Salam,1997). Dengan pengimplementasian PKLH secara
integratif, persoalannya terletak pada bagaimana para pengajar terampil
menggunakan dan mentransfer metode yang digunakannya untuk mata pelajaran
pokoknya sebagai metode untuk menyajikan pokok bahasan PKLH. Pada saat
pokok bahasan PKLH memperlihatkan corak atau ciri yang khas untuk
menerapkan metode tertentu, maka tidak mustahil akan timbul kesulitan dalam
menghadapi metode tersebut untuk dintegrasikan dengan pokok bahasan pada
mata pelajaran pokoknya. Permasalahan yang timbul pada penerapan metode dan
teknik penyajian PKLH, maka akan berimplikasi pada tujuan kurikuler secara
keseluruhan, baik mata pelajaran yang dititipkan maupun tujuan kurikuler PKLH
itu sendiri. Dalam hal ini, guru akan lebih mengutamakan pencapaian tujuan
kurikuler dari mata pelajaran yang menjadi tugas pokoknya.

2.2.4 Evaluasi
Tercapainya tujuan pendidikan baru dapat diketahui bila telah dilakukan
evaluasi terhadap tindakan dan kegiatan pendidikan tersebut (Salam, 1997).
Dengan pendekatan integratif yang digunakan dalam mengimplementasikan
PKLH sudah dapat dibayangkan bagaimana sulitnya melaksanakan evaluasi
sekaligus dalam bentuk mata pelajaran yang sudah diintegrasikan. Hal tersebut
akan berdampak juga pada pencapaian tujuan kurikuler.

3. Penutup
Memperhatikan kendala-kendala yang muncul dalam
mengimplementasikan PKLH secara integratif di sekolah, dapat dikemukakan
bahwa hal tersebut secara umum akan berdampak pada pencapaian tujuan
kurikulernya. Jika tujuan kurikuler tidak tercapai, berati PKLH gagal dalam
membentuk insan-insan yang berwawasan kependudukan dan lingkungan hidup.
Jika itu terjadi, janganlah berharap banyak bahwa bumi sebagai dunia dengan
lingkungan yang lestari akan dapat diwujudkan. Yang perlu dipertanyakan
kemudian, mengapa kerusakan lingkungan di Indonesia semakin parah? Apakah
ini sebagai kegagalan PKLH diimplementasikan selama 30 tahun dalam
______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1
TH. XXXVII Januari 2004
ISSN 0215 - 8250 113

pendidikan formal dan nonformal? Untuk menjawab pertanyaan itu perlu


pembuktian secara empiris, yang sudah tentu menjadi tugas kita bersama.
Menyadari kendala yang ada, maka implementasi PKLH sebagai suatu
program pendidikan di LPTK maupun di sekolah memerlukan pengkajian kembali
dan penyempunaan. LPTK sebagai lembaga produsen guru yang nantinya akan
mengintegrasikan PKLH ke dalam mata pelajarannya semestinya membekali
lulusannya dengan PKLH. Sementara itu, implementasi PKLH di sekolah dengan
pendekatan integratif memerlukan penyempurnaan GBPP dan koordinasi
antarsesama guru pemegang mata pelajaran yang dititipkan. Dalam hal ini,
peranan Kepala Sekolah sebagai koordinator sangat diperlukan, sehingga
pengorganisasian pokok bahasan-pokok bahasan dalam PKLH benar-benar dapat
terintegrasikan dan saling melengkapi pada mata pelajaran yang dititipkan. Untuk
itu Kepala Sekolah juga perlu mahami PKLH.

DAFTAR PUSTAKA

Astawa, Ida Bagus Made. 1999. Pengertian Umum Kependudukan dan


Lingkungan Hidup. Makalah disampikan dalam Diklat PKLH untuk
Guru-Guru Sekolah (SD-SLTA) bulan Nopember 1999 di Kanwil
Depdikbud Provinsi Bali. Denpasar : Depdikbud Provinsi Bali

Ananta, Aris. 1992. Penduduk dan Pembangunan Berkelanjutan dalam Warta


Demografi Tahun XXII Nomor 9. September 1992. Jakarta : LD-FEUI.

Depdikbud RI. 1990. Buku Pegangan Guru Pendidikan Kependudukan dan


Lingkungan Hidup Untuk Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas. Jakarta :
Depdikbud.

Kastama, Emo.1996. Pengantar Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan


Hidup (PKLH). Jakarta : Depdikbud RI.

Mantra, Ida Bagoes, 2000. Demografi Umum. Yogyakarta : Putaka Pelajar.

______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1


TH. XXXVII Januari 2004
ISSN 0215 - 8250 114

Moertopo, Soegeng. 1992. Pembangunan Berlanjut Berwawasan Lingkungan


dalam Seminar Nasional Kualitas SDM dan Pembangunan Berwawasan
Lingkungan, 28-29 April 1992. Yogyakarta : PAU - UGM .

Munir, Rozy. 1996. Pengantar PKLH. Makalah disampaikan dalam Pelatihan


PKLH Tingkat Nasional di Jakarta.

Nasution, S.1982. Asas-Asas Kurikulum. Bandung : Penerbit Jemmars

Rideng, I Made. 1997. Pelaksanaan PKLH di SMU di Kabupaten Buleleng.


Dalam Aneka Widya No.1 TH.XXX Januari 1997. Singaraja : STKIP
Singaraja.

Salam, Burhanuddin. 1997. Pengantar Pedagogik (Dasar-Dasar Ilmu Mendidik).


Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Soemarwoto, Otto. 1982. Pengelolaan Lingkungan, Kertas Kerja dalam Kursus


AMDAL 2-17 Februari 1982. Kerjasama Kantor Menteri Negara
Pengawasan Lingkungan Hidup dengan Lembaga Ekologi UNPAD
Bandung,

Sumaatmadja, Nursid, 2001. Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta :


PT.Aksara.

______________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1


TH. XXXVII Januari 2004

Anda mungkin juga menyukai