Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING 2

BLOK SISTEM NEFRO-URINARIUS

Tutor : dr. Yeni Nila Fristiani

Kelompok 12
Paramita Ardiyanti G1A012122
Inez Ann Marie G1A012123
S.Liyaturrihanna Putri G1A012124
Wilson Wibisono G1A012125
Eda Hartini G1A012126
Irma Wijayaningtyas G1A012127
Fillia Kristyawati H G1A012128
Muthia Kamal Putri G1A012129
Wulan Zumaroh Azmi G1A012130
Ardhila Aida Nirmala G1A012131
Andika B W G1A012132

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN KEDOKTERAN

2014

1
BAB I
PENDAHULUAN

Nyeri Pinggangku !
Informasi 1
Ny. Roso seorang wanita berusia 27 tahun datang dengan keluhan nyeri
pada pinggang atas bagian kanan sejak 3 hari yang lalu. Pasien juga mengeluh
mual dan muntah. Selain itu terdapat demam sejak satu minggu yang lalu hingga
pasien menggigil.
Awalnya dua minggu yang lalu pasien mengeluh merasa nyeri saat buang
air kecil, demam, dan anyang-anyangan sehingga pasien sering BAK namun
dengan volume sedikit-sedikit. Namun setelah membeli obat dari warung, demam
dan nyeri berkurang sehingga tidak datang berobat ke pelayanan kesehatan
setempat.

Informasi 2
A. Riwayat Penyakit Dahulu
1. Keluhan yang sama disangkal
2. Riwayat batu saluran kencing disangkal
3. Riwayat kencing manis disangkal
B. Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan seperti ini
C. Riwayt Sosial, Ekonomi, Lingkungan
Ny. Roso bekerja sebagai karyawan Bank Perkreditan Rakyat. Pasien memiliki
kebiasaan jarang minum air putih karena tidak ingin buang air kecil saat
bekerja serta sering menunda BAK terutama saat jam kantor.

Informasi 3
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : tampak sakit ringan
2. Kesadaran : GCS : E4M5V6, compos mentis

2
3. Tanda vital :
a. Tekanan darah :120/70 mmHg
b. Suhu : 38,50C (axilla)
c. Nadi : 92x/menit, isi dan tegangan cukup, reguler
d. Respirasi : 28x/menit
4. Kepala : mesosepal
5. Thorax : jantung dan paru dalam batas normal
6. Abdomen :
a. Inspeksi : jejas (-), bekas operasi (-), penonjolan bagian suprapubik
b. Auskultasi : peristaltik (+) (2x/menit)
c. Perkusi : timpani (+), nyeri ketok CVA (+/-), pekak alih (-), pekak sisi (-)
d. Palpasi : supel (+), nyeri tekan (+) suprasimpisis, massa (-), ballottement
ginjal (-/-), hepar dan lien tidak teraba.
7. Inguinal : tidak terdapat benjolan dan tidak teraba pembesaran KGB
8. Extremitas :
a. Extremitas superior : oedem -/-, akral dingin -/-, sianosis -/-, capillary
refill < 2 detik/< 2 detik
b. Extremitas inferior : oedem -/-, akral dingin -/-, sianosis -/-, capillary
refill < 2 detik/< 2 detik
9. Genitalia eksterna : TAK

Informasi 4
Pemeriksaan penunjang
1. Darah rutin
a. Hb 11g/dl
b. Leukosit 12.000
c. Trombosit 200.000
d. Ht 38%
2. Fungsi ginjal
a. Ureum darah 35 mg/dl
b. Kreatinin darah 0,9 mg/dl

3
3. Urinalisis
a. Makroskopis : kuning tua, agak keruh
b. Berat jenis : 1.020
c. Tes carik celup : protein (+), nitrit (+), pH 7
d. Mikroskopis : leukosit 15-20/LPB, eritrosit 6-10/LPB, silinder leukosit
(+)
4. Radiologis
Pemeriksaan X-Ray abdomen dan USG tidak didapatkan kelainan anatomis
maupun struktur ginjal.

Informasi 5
Diagnosis : Uncomplicated acute pyelonephritis DD ISK

Informasi 6
Pentalaksanaan
1. Farmakoterapi
a. Levofloxacin 750 mg / 24 jam
b. Paracetamol 500 mg / 8 jam
c. Domperidon 10 mg / 8 jam
Dalam 48 jam pemberian terapi memberikan respon klinis baik dengan
berkurangnya gejala dan pemberian antibiotik diteruskan hingga 1 minggu
untuk monitoring selanjutnya.
2. Edukasi : menghilangkan faktor resiko, cukup minum, jangan menahan
kencing

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Klarifikasi Istilah
1. Anyang-anyangan / Urgensi
Urgensi adalah rasa sangat ingin kencing sehingga terasa sakit. Keadaan
ini adalah akibat hiperiritabilitas dan hiperaktivitas vesica urinaria karena
inflamasi, terdapat benda asing di dalam vesica urinaria, adanya obstruksi
infravesika, atau karena kelainan vesica urinaria nerogen (Purnomo, 2007).
2. Nyeri saat BAK / Disuria
Disuria adalah nyeri pada saat miksi/buang air kecil dan terutama
disebabkan karena inflamasi pada vesica urinaria atau uretra. Seringkali
nyeri ini dirasakan paling sakit di sekitar meatus uretra eksternus. Disuria
yang terjadi pada awal miksi biasanya berasal dari kelainan pada uretra, dan
jika terjadi pada akhir miksi adalah kelainan pada vesica urinaria (Purnomo,
2007).

B. Batasan Masalah
1. Identitas
a. Nama : Ny. Roso
b. Jenis kelamin : wanita
c. Umur : 27 tahun
2. Keluhan utama : Nyeri pinggang
3. Riwayat penyakit sekarang
a. Lokasi : Kanan atas
b. Onset : 3 hari yang lalu
c. Kualitas :-
d. Kuantitas :-
e. Faktor memperingan
dan memperberat :-
f. Kronologi : dua minggu yang lalu pasien mengeluh merasa
nyeri saat buang air kecil, demam, dan anyang-

5
anyangan sehingga pasien sering BAK namun
dengan volume sedikit-sedikit. Namun setelah
membeli obat dari warung, demam dan nyeri
berkurang sehingga tidak datang berobat ke
pelayanan kesehatan setempat.
g. Gejala penyerta : mual, muntah, demam sejak satu minggu lalu
sampai dengan menggigil.

C. Analisis Masalah
1. Apakah etiologi nyeri pinggang dan organ apakah yang terkait?
2. Bagaimana mekanisme terjadinya demam?
3. Apakah etiologi anyang-anyangan?
4. Bagaimana hubungan anyang-anyangan dengan demam, mual, muntah dan
nyeri buang air kecil?
5. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan?
6. Bagaimana hubungan riwayat penyakit sosial ekonomi dengan keluhan?
7. Apakah diagnosis banding yang sesuai dengan kasus?
8. Apakah diagnosis kerja dari kasus PBL 2?
a. Definisi
b. Etiologi
c. Faktor risiko
d. Penegakan diagnosis
e. Patogenesis
f. Patofisiologi
g. Penatalaksanaan
h. Komplikasi
i. Prognosis

6
D. Pembahasan Analisis Masalah
1. Mekanisme demam
Bakteri/Virus

Masuk Tubuh Ditangkap makrofag

Pirogen Eksogen Pirogen Eksogen (seperti: IL-2; IL-6, IL-8)


Masuk Darah

Area Preoptik; organ vaskulosa lamina terminalis
(Neuron pengatur demam / set point hipotalamus)

Suhu meningkat

Mengubah Asam Arakidonat menjadi Prostaglandin Saraf Aferen

Sinyal pirogen
Aktifkan enzim SikloOxigenase (COX)

Melepaskan Noradrenalin Traktus Noradrenergik Nukleus


Solitarius
(Silbernagl, 2006).

2. Sering buang air kecil


a. Normal rata-rata berkemih dalam sehari 5-6 kali dengan volume
kurang lebih 300 ml/miksi. Frekuensi atau polakisuria adalah
frekuensi berkemih >8 kali dalam sehari (Purnomo, 2012).
b. Frekuensi adalah berkemih berulang-ulang lebih dari 8 kali per hari.
Setiap kali berkemih volume yang dikeluarkan 200 ml sampai 300 ml.

7
Polakisuria dapat disebabkan oleh produksi urin yang berlebihan atau
kapasitas vesica urinaria yang menurun (Purnomo, 2011).

3. Mekanisme mual

Iritasi lambung
permeabilitas
(alkohol aspirin, Vas aktif
pmbuluh darah
steroid, HCL)

Aktivasi neuron
Reseptor
di Medula Edema lambung
tegangan
Oblongata

Refleks mual

Gambar 1. Mekanisme mual


4. Diagnosis banding yang sesuai dengan kasus
a. Sistitis Akut
Sisititis akut adalah inflamasi akut pada mukosa vesica urinaria
disebabkan oleh infeksi bakteri tertentu. Mikroorganisme penyebab
infeksi ini terutama adalah E. coli, Enterocicci, Proteus, dan
Stafilokokus aureus yang masuk ke vesica urinaria terutama melalui
uretra. Wanita lebih sering mengalami serangan sistitis daripada pria
karena uretra wanita lebih pendek daripada pria (Purnomo, 2007).
Reaksi inflamasi menyebabkan mukosa vesica urinaria
menjadi kemerahan (eritema), edema dan hipersensitif sehingga jika
vesica urinaria terisi urin, akan mudah terangsang untuk segera
mengeluarkan isinya, hal ini menimbulkan gejala frekuensi. Kontraksi
vesica urinaria akan menyebabkan rasa sakit/nyeri di daerah
suprapubik dan eritema mukosa vesica urinaria mudah berdarah dan
menimbulkan hematuria. Sistitis jarang disertai demam, mual, muntah,

8
badan lemah dan kondisi umum yang menurun. Jika disertai dengan
demam dan nyeri pinggang perlu difikirkan adanya penjalaran infeksi
ke saluran kemih sebelah atas. Pemeriksaan urin berwarna keruh,
berbau dan pada urinalisis terdapat piuria, hematuria, dan bakteriuria
(Purnomo, 2007).
b. Glomerulonefritis pasca streptococcus (GNAPS)
Glomerulonefritis akut terutama terjadi pada anak usia sekolah.
Penyakit ini secara khas terjadi 7-14 hari setelah infeksi tenggorokan
oleh kuman stretptokokus beta hemolitikus grup A, tetapi terdapat
peningkatan presentase kejadian karena penyebab lain, misalnya virus.
Sebagian besar anak dengan penyakit ini tidak menunjukkan gejala.
Gejala yang khas berupa malaise, sakit kepala, dan rasa tidak enak di
daerah pinggang yang tidak jelas. Namun, urin yang keruh mungkin
merupakan gejala pertama yang dikeluhkan. Edema cenderung tampak
di sekitar mata, punggung tangan, dan punggung kaki. Pada
pemeriksaan mikroskopik urin, tampak hematuria makroskopik dengan
silinder granuler dan silinder sel darah merah. Dapat juga ditemukan
proteinuria. Oliguria biasanya ringan di sebagian besar kasus, tetapi
retensi cairan yang berat kadang-kadang dapat menimbulkan hipertensi
akut, disertai ensefalopati dan kejang, atau gagal jantung (Hull &
Johnston, 2008).
1) Tanda dan gejala :
a) Didahului infeksi saluran nafas atau kulit oleh kuman
streptokokus dari strain nefritogenik. Masa laten antara
faringitis dan timbulnya glomerulonefritis pascastreptokokus
biasanya 10 hari dan pada penyakit kulit dalam waktu 21 hari.
b) Sembab mata atau sembab anasarka
c) Hematuria nyata
d) Gejala sakit kepala, muntah, letargi, disorientasi, dan kejang.
e) Oliguria serta anuria
f) Tampak gejala anemia (Rauf, 2002).

9
2) Gambaran laboratorium:
a) Proteinuria ( + 1 sampai +4)
b) Hematuria
c) Kelainan sedimen urin dengan eritrosis dismorfik, leukosituria,
serta torak selular, granular dan eritrosit
d) Kadang-kadang ureum dan kreatinin serum meningkat dengan
tanda gagal ginjal seperti hiperkalemia, asidosis,
hiperfosfatemia, dan hipokalsemia.
e) Tampak adanya proteinuria masif dengan gejala sindrom
nefrotik
f) Rendahnya kadar komplemen C3 mendukung bukti untuk
menegakkan diagnosis. Normal C3 : 50 140 mg/dl (Rauf,
2002).
5. Diagnosis kerja kasus PBL 2
a. Definisi
Pielonefritis akut merupakan suatu peradangan supuratif yang
umum terjadi di ginjal dan pelvis ginjal, disebabkan oleh infeksi
bakteri. Peradangan ini merupakan manifestasi penting infeksi saluran
kemih (UTI), yang mengisyaratkan keterlibatan saluran kemih bawah
(sistitis, prostatitis, uretritis atau atas (pielonefritis) atau keduanya.
Pielonefritis hampir selalu berkaitan dengan infeksi saluran kemih
bawah (Kumar, et al., 2007).
b. Etiologi
Etiologi: mikroorganisme (MO) bakteriuria tunggal (Enday, 2009).:
1) Escherichia coli merupakan MO yang paling sering diisolasi dari
pasien dengan infeksi simtomatik maupun asimtomatik.
2) Mikroorganisme lainnya yang sering ditemukan seperti Proteus spp
(33% ISK anak laki-laki berusia 5 tahun), Klebsiella spp, dan
Stafilokokus dengan koagulase negatif.
3) Infeksi yang disebabkan Pseudomonas spp dan MO lainnya seperti
Stafilokokus jarang dijumpai, kecuali pasca kateterisasi

10
c. Faktor risiko
Faktor risiko (Borley & Grace, 2007; Mitchell, 2008):
1) Obstruksi saluran keluar
2) Refluks vesikoureter
3) Batu ginjal atau kandung kemih
4) Diabetes melitus
5) Disfungsi neuropati kandung kemih
6) Bakterisasi jangka panjang
7) Kehamilan
8) Imunosupresi
9) Hipertrofi prostat jinak (BPH; benign prostate hypertrophy)
10) Tumor atau batu
11) Pemasangan instrumen pada saluran kemih (misalnya kateter)
d. Penegakan diagnosis
1. Anamnesis
Gambaran klasik dari pielonefritis akut, antara lain (Purnomo,
2012) :
1) Demam tinggi dengan disertai menggigil.
2) Nyeri di daerah perut dan pinggang.
3) Mual
4) Muntah.
5) Disuria
6) Frekuensi, peningkatan signifikan frekuensi buang air kecil
karena iritasi vesika urinaria.
7) Urgensi, rasa sangat ingin buang air kecil akibat hiperaktivitas
atau iritasi vesika.
2. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan tanda vital. Biasanya ditemukan demam
(Elder, 2004)
2) Pemeriksaan abdomen pada auskultasi ditemukan suara
usus melemah seperti ileus paralitik (Purnomo,2012).

11
3) Pemeriksaan nyeri ketok kostovertebra atau nyeri tekan
supra simfisis (Elder, 2004).
4) Pemeriksaan genitalia eksterna yaitu inspeksi pada
orifisium uretra (Elder, 2004).
5) Pemeriksaan darah menunjukkan adanya leukositosis
disertai peningkatan laju endap darah (Purnomo, 2012).
6) Pemeriksaan urinalisis terdapat piuria, bakteriuria, dan
hematuria (Purnomo, 2012).
7) Pemeriksaan kultur urin biasanya terdapat bakteriuria
(Purnomo, 2012).
3. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan urinalisis
Diagnosis ISK ditegakkan dengan biakan urin yang
sampelnya diambil dengan urine porsi tengah dan
ditemukan pertumbuhan bakteri > 100.000 koloni.ml dari
satu jenis bakteri, atau bila ditemukan > 10.000 koloni
tetapi dengan gejala yang jelas (Zorc, 2005).
2) Pemeriksaan darah rutin melihat leukosit, LED. Jika
terdapat kenaikan berarti terdapat infeksi bakteri (Zorc,
2005).
3) Ultrasonografi bertujuan untuk melihat adanya kelainan
struktural dan fungsional speerti obstruksi, RVU, atau
gangguan pengosongan kandungan kemih (Zorc, 2005).
4) Pemeriksaan foto polos abdomen.
Pada pemeriksaan foto polos abdomen menunjukkan
adanya kekaburan dari bayangan otot psoas dan mungkin
terdapat bayangan radio-opak dari batu saluran
kemih(Purnomo, 2012).
5) Pemeriksaan PIV
Pada PIV terdapat bayangan ginjal membesar dan terdapat
keterlambatan fase nefogram (Purnomo, 2012).
e. Patogenesis
Hampir seluruh ISK terjadi secara asenden. Bakteri berasal dari
flora feses, berkolonisasi didaerah perineum dan memasuki kandung
kemih melalui uretra. Pada bayi, septikemia karena bakteri gramnegatif
relatif lebih sering, hal ini mungkin disebabkan imaturitas dinding
saluran pencernaan pada saat kolonisasi oleh Escherichia coli atau

12
karena imaturitas sistem pertahanan. Penyebaran secara hematogen
lebih sering terjadi pada neonatus. Infeksi nosokomial juga dapat
terjadi, biasanya disebabkan operasi atau intrumentasi pada saluran
kemih. Bakteri penyebab ISK yang paling sering ditemukan di praktek
umum adalah E. coli (lebih dari 90%), sedangkan yang disebabkan
infeksi nosokomial (hospital acquired) sekitar 47% (Elder, 2004).
Awal terjadinya ISK adalah bakteri berkolonisasi di perineum
pada anak perempuan atau di preputium pada anak laki-laki. Kemudian
bakteri masuk kedalam saluran kemih mulai dari uretra secara
asending. Setelah sampai di kandung kemih, bakteri bermultiplikasi
dalam urin dan melewati mekanisme pertahanan antibakteri dari
kandung kemih dan urin. Pada keadaan normal papila ginjal memiliki
sebuah mekanisme anti refluks yang dapat mencegah urin mengalir
secara retrograd menuju collecting tubulus. Akhirnya bakteri bereaksi
dengan urotelium atau ginjal sehingga menimbulkan respons inflamasi
dan timbul gejala ISK. Mekanisme tubuh terhadap invasi bakteri terdiri
dari mekanisme fungsional, anatomis dan imunologis (Elder, 2004).
Pada keadaan anatomi normal, pengosongan kendung kemih
terjadi reguler, drainase urin baik dan pada saat setiap miksi, urin dan
bakteri dieliminasi secara efektif. Pada tingkat seluler, bakteri
dihancurkan oleh lekosit polimorfonuklear dan komplemen. Maka
setiap keadaan yang mengganggu mekanisme pertahanan normal
tersebut dapat menyebabkan risiko terjadinya infeksi (Elder, 2004).

13
Flora normal disekitar uretra bagian distal

Faktor host (daya tahan tubuh rendah,


obstruksi saluran kemih, dll)

Bakteri berkembang biak


dalam uretra

Infeksi melebar sampai


kandung kemih

Retensi kandung kemih turun

Infeksi berulang

Dinding rapuh

Terjadi inkompetensi
katup vesikoureter

Terjadi refluks urin ke ureter pada


saat vesika kontraksi

Infeksi pelvis renalis

Calyx

Parenkim ginjal

Terjadi ISK

Gambar 2. Patogenesis ISK (Alantas, 2002)

14
f. Patofisiologi ISK

Invasi kuman ke
VU

Bakteri berkembang
biak dan koloni

Eritema (In
flamasi)

Leukosit bermigrasi Edema Lapisan dan sel-


sel rusak
Hipersensitif
Hasilkan enzym leukocyte
Eritrosit, epitel
esterase
masuk traktus
Penekanan pada
urinarius
saraf aferen
Masuk dalam urin

Hematuria dan
Sensasi Peregangan Kontraksi V ditemukan epitel
U dalam urin

Keinginan
Keinginan Nyeri di supra
Berkemih
mendesak pubis
berkemih
Frekuensi
Urgensi
Polakisuria

15
Eritema (Inflamasi)

Pengeluaran zat vasoaktif

Merangsang ujung Spasme otot


saraf vaskuler polos V.U

Diterima dan Otot refleks


serabut C terganggu

Dialirkan dalam elektrokimia dari radiks Sulit relaksasi


ke dorsalis di medula spinalis talamus

Kontraksi spasme otot


polos terus menerus
Korteks cerebri

Distensi kandung
disuria
kemih

Tegang tenderness

V.U tdk kuat menampung


Purnomo, 2011
urin
Corwin, 2009

Gangguan pola
berkemih

16
Gambar 3. Patofisiologi Pyelonefritis
g. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Non Medikamentosa (Mansjoer, 2007):
1) Minum air putih dalam jumlah yang banyak agar urine yang keluar
juga meningkat (merangsang diuresis).
2) Buang air kecil sesuai kebutuhan untuk membilas mikroorganisme
yang mungkin naik ke uretra.
3) Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran
kencing agar bakteri tidak mudah berkembang biak.
4) Diet rendah garam untuk membantu menurunkan tekanan darah.
5) Mengkonsumsi makanan yang kaya akan zat besi, misalnya buah-
buahan, daging tanpa lemak dan kacang-kacangan.
6) Tidak menahan bila ingin berkemih.
Medikamentosa
Pada pielonefritis cukup diberikan terapi dengan antimikroba
dosis tunggal atau jangka pendek (1-3 hari). Tetapi akan lebiha baik
jika menghilangkan keluahan keluhan yang ada. Golongan antibiotik
yang sensitif terhadap kuman E. Coli, antara lain: nitrofurantion,
trimetoprim-sulfametoksazol, atau ampisillin. (Purnomo, 2011).
1) Trimetoprim-sulfametoksazol (Djuanda et al, 2011):
a) Indikasi
Infeksi saluran kemih, infeksi saluran nafas, infeksi
telinga, infeksi sinus oleh haemofilus influenza dan moraxella
Catarrhalis
b) Dosis:
Trimetoprim 160 mg + Sulfametoksazol 800 mg
c) Sediaan
Tab 120 mg, tab 480 mg, tab 960 mg, syr 240 mg
d) ESO
Pada penderita AIDS dapat menimbulkan demam, diare
dan leukopenia.

17
2) Paracetamol (Bpom ri , 2008):
a) Indikasi
Sebagai antipiretik/analgesik, termasuk bagi pasien
yang tidak tahan asetosal. Sebagai analgesik, misalnya untuk
mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, sakit waktu
haid dan sakit pada otot.menurunkan demam pada influenza
dan setelah vaksinasi.
b) Dosis:
Jangan menggunakan obat ini lebih dari yang
direkomendasikan. Overdosis parasetamol dapat menyebabkan
kerusakan yang serius. Jumlah maksimum parasetamol untuk
orang dewasa adalah 1 gram (1000 mg) per dosis dan 4 gram
(4000 mg) per hari. Mengonsumsi parasetamol yang
berlebihan dapat menyebabkan kerusakan hati.
c) Sediaan
Tab 500 mg, Syrup 120 / 5 ml
d) ESO
Demam yang disertai menggigil atau sakit tenggorokan
yang tidak terkait dengan penyakit sebelumnya menjadi tanda
dari reaksi alergi terhadap parasetamol. Luka, bintik-bintik
putih di mulut dan bibir, dan luka pada mulut juga merupakan
efek samping lain yang bisa terjadi. Selain itu, ruam kulit atau
gatal-gatal dicatat pula sebagai efek samping yang lebih
umum, dan dalam beberapa kasus, terjadi perdarahan atau
memar yang tidak biasa.
3) Domperidon (BPOM ri, 2008):
a) Indikasi
Untuk pengobatan gejala dispepsia fungsional, untuk
mual dan muntah akut, dan untuk mual dan muntah yang
disebabkan oleh pemberian levodopa dan bromokriptin lebih
dari 12 minggu.

18
b) Dosis:
i. Dewasa dan usia lanjut : 10-20 mg, 3 kali sehari dan jika
perlu 1020 mg, sekali sebelum tidur malam tergantung
respon klinik. Pengobatan jangan melebihi 12 minggu.
ii. Mual dan muntah (termasuk yang disebabkan oleh
levodopa dan bromokriptin): Dewasa (termasuk usia
lanjut) : 1020 mg, dengan interval waktu 48 jam.
iii. Anak-anak (sehubungan kemoterapi kanker dan
radioterapi) : 0,20,4 mg/Kg BB sehari, dengan interval
waktu 48 jam.
iv. Obat diminum 1530 menit sebelum makan dan sebelum
tidur malam.
c) Sediaan
Tablet salut selaput 10 mg dan syr 5 mg/5 mL.
d) ESO
Efek ekstrapiramidal jarang terjadi, hal ini segera hilang
secara menyeluruh, segera setelah pemberian obat dihentikan.
Domperidone dapat merangsang peningkatan kadar prolaktin
plasma (hyperproiactinemia) yang dalam jangka panjang dapat
menyebabkan galaktorea dan ginekomastia. Reaksi alergi yang
jarang terjadi, seperti rash dan urtikaria
h. Komplikasi
Komplikasi infeksi saluran kemih atas terdiri atas komplikasi jangka
pendek dan komplikasi jangka panjang, yaitu (Fulop, 2014):
1) Jangka pendek
a) Kateterisasi
Pria, wanita tua, dan pasien dengan diabetes butuh kateter uretra
untuk meningkatkan pengeluaran urin
b) Gagal ginjal akut
Jarang pada anak-anak, orang usia lanjut sehat, dan wanita
hamil

19
c) Gagal terapi (antibiotik)
i) Resistensi terhadap antibiotik atau infeksi sekunder terjadi
ii) Benda asing internal dapat mencegah klirens bakteri
d) Alergi antibiotik
i) Adanya pruritus dan kemerahan kulit
ii) Reaksi ringan tidak perlu pengobatan, antihistamin untuk
gatal
iii) Reaksi parah : kortikosteroid, adrenalin
e) Sepsis
i) Faktor host: masalah kesehatan, malnutrisi, indwelling
catheter
ii) Faktor organisme: faktor virulensi, pengobatan antibiotik
sebelumnya
iii) Sepsis butuh pengobatan di ICU
f) Abses ginjal
Destruksi jaringan dari bakteri dan host
g) Pielonefritis emfisematosus
Infeksi nekrosis berat parenkim ginjal, menyebabkan
terbentuknya udara dalam sistem kolektifus, parenkim ginjal dan
jarignan perirenal. Umum pada pasien diabetes. Gambaran mirip
pielonefritis akut. Udara dalam pelvis tanpa parenkim disebut
pielitis emfisematosa
2) Jangka panjang
a) Renalscarring
i) terjadi pada wanita sebesar 46%
ii) akibat penundaan pengobatan, isk rekuren, obstruksi saluran
kemih
b) Isk rekuren
i) Hasil kolonisasi bakteri resisten atau uropatogenik
j) Tergantung antibiotik yang dipakai, jumlah infeksi rekuren,
pola resistensi

20
i. Prognosis
Prognosis infeksi saluran kemih atas adalah (Hooton, 2009):
1) Lihat ada tidaknya komplikasi terlebih dahulu
a) Infeksi tanpa komplikasi : Akan sembuh dalam waktu hari-
minggu dengan diagonosis dan pengobatan yang tepat (bonam)
b) Infeksi dengan komplikasi : kurang baik (malam) untuk orang
tua (>65 tahun), punya penyakit ginjal sebelumnya.
i) Pielonefritik emfisematosa
Angka kematian (MR) 60% ada udara dalam
parenkim ginjal
MR 80% udara menyebar ke ruang perinefrik dan
hanya mendapat antibiotik
j) Sindrom sepsis
MR 16,1%
: CRD 36,7%, disfungsi renal akut 38,2%, usia >
65tahun 25-42%
2) Wanita hamil akan melahirkan secara prematur
3) Morbiditas (waktu tinggal di rumah sakit) tergantung pada
perbedaan terapi awal, diabetes, lama pemakaian kateter
Sebagian besar infeksi saluran kemih dapat diobati dengan baik.
Gejala infeksi kandung kemih biasanya hilang dalam waktu 24 - 48
jam setelah pengobatan dimulai. Jika Anda memiliki infeksi ginjal,
mungkin diperlukan 1 minggu atau lebih gejala hilang (Hooton, 2009).

21
DAFTAR PUSATAKA

Alantas, Husein. 2002. Buku Ajar Nefrologi Anak. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Borley, N. R. & Grace, P. A., 2007. At a Glance Ilmu Bedah. 3th ed. Jakarta:
Penerbit Erlangga.Purnomo, Basuki B. 2007. Dasar-dasar Urologi. Edisi
kedua. Jakarta : Sagung Seto.
Elder, JS. 2004. Urinary Tract Infections. Dalam: Nelson textbook of pediatrics.
Edisi 17. Philadelphia: WB Saunders.
Enday, S., 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta:
InternaPublishing.
Fulop, Tibor. 2014. Acute Pyelonephritis Clinical Presentation. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/245559-clinical#aw2aab6b3b3
(Accessed 11 September 2014)
Hooton TM, Bradley SF, Cardenas DD, et al. Diagnosis, prevention, and
treatment of catheter-associated urinary tract infection in adults: 2009
International Clinical Practice Guidelines from the Infectious Diseases
Society of America. Clin Infect Dis. 2010 Mar 1;50(5):625-63.
Kumar, V., Cotran, R. S. & Robbins, S. L., 2007. Buku Ajar Patologi. 7th ed.
Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta:
Media Aesculapius FKUI.
Mitchell, R. N. e. a., 2008. Buku Saku Dasar Patologis Penyakit Robbins &
Cotran. 7th ed. Jakarta: EGC.
Djuanda, Ardhi., Azrul A., Sofyan I., Merdias A., Rianto S., Rudy F., et al. 2011.
MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi Edisi 2011/2012. Jakarta: PT.
Bhuana Ilmu Populer
Purnomo, Basuki. 2012. Dasar-Dasar Urologi Edisi 3. Jakarta: Sagung Seto
BPOM Ri. 2008. Informatorium obat nasional indonesia 2008. Jakarta Jilid 2.
Sagung seto

22

Anda mungkin juga menyukai