BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Calvin-Benson). Kandungan CO2 yang baik untuk budidaya ikan tidak lebih dari
15 ppm. Pengukuran CO2 umumnya menggunakan metoda titrasi.
d. Amonia (NH3)
Amonia di perairan payau berasal dari hasil pemecahan nitrogen organik
(protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah dan air;
dapat pula berasal dari dekomposisi bahan organik (tumbuhandan biota akuatik
yang telah mati) yang dilakukan oleh mikroba dan jamur. Kadar amonia di
perairan payau juga dipengaruhi oleh kadar pH dan suhu. Makin tinggi suhu dan
pH air maka makin tinggi pula konsentrasi NH3. Kadar amonia dapat diukur
secara kolorimetri, yakni membandingkan warna air contoh dengan warna larutan
standar setelah diberi pereaksi tertentu. Biasanya menggunakan alat bantu
spectrofotometer.
e. Asam Sulfida (H2S)
Asam sulfida yang merupakan salah satu asam belerang; terdapat perairan
payau sebagai hasil proses dekomposisi bahan organik dan air laut yang banyak
mengandung sulfat. Kandungan H2S di perairan payau dapat diukur secara
kolorimetri, yakni membandingkan warna air contoh dengan warna larutan
standar setelah diberi pereaksi tertentu.
karena air tawar cenderung terapung di atas air laut yang lebih berat oleh
kandungan garam. Kondisi ini disebut estuaria positif atau estuaria baji garam.
Akan tetapi ada pula estuaria yang memiliki kondisi berkebalikan, dan karenanya
dinamai estuaria negatif. Misalnya pada estuaria-estuaria yang aliran air
tawarnya sangat rendah, seperti di daerah gurun pada musim kemarau..
2. Laju penguapan air di permukaan, lebih tinggi daripada laju masuknya air tawar
ke estuaria, menjadikan air permukaan dekat mulut sungai lebih tinggi kadar
garamnya. Air yang hipersalin itu kemudian tenggelam dan mengalir kearah laut
di bawah permukaan. Dengan demikian gradient salinitas air nya berbentuk
kebalikan daripada estuaria positif.
3. Dinamika pasang surut air laut sangat mempengaruhi perubahan-perubahan
salinitas dan pola persebarannya di estuaria. Pola ini juga ditentukan oleh
geomorfologi dasar estuaria.
4. Perubahan-perubahan salinitas di kolom air dapat berlangsung cepat dan
dinamis, salinitas substrat di dasar estuaria berubah dengan sangat lambat.
5. Substrat estuaria umumnya berupa lumpur atau pasir berlumpur, yang berasal
dari sedimen yang terbawa aliran air, baik dari darat maupun dari laut. Sebabnya
adalah karena pertukaran partikel garam dan air yang terjebak di antara partikel-
partikel sedimen, dengan yang berada pada kolom air di atasnya berlangsung
dengan lamban.
BAB III
PEMBAHASAN
Perairan payau adalah suatu badan air setengah tertutup yang berhubungan
langsung dengan laut terbuka, dipengaruhi oleh gerakan pasang surut, dimana air
laut bercampur dengan air tawar dari buangan air daratan, perairan terbuka yang
memiliki arus, serta masih terpengaruh oleh proses-proses yang terjadi di darat.
Faktor yang mempengaruhi kehidupan organisme di perairan payau antara lain
sebagai berikut.
3.1 Faktor Kimia
DO (Dissolved Oxygen)
Oksigen masuk dalam air payau melalui difusi langsung dari udara, aliran
air, termasuk hujan, dan proses fotosintesa tanaman berhijau daun. Kandungan
oksigen dapat menurun akibat pernafasan organisme dalam air dan perombakan
bahan organik. DO atau oksigen terlarut dipengaruhi oleh suhu saat suhu tinggi
maka DO akan rendah saat DO rendah maka metabolisme organisme air payau
akan terganggu yang akan mengakibatkan kematian pada organisme sebalikanya
saat DO tinggi maka metabolisme pada organisme akan terjadi lebih cepat.
Derajat Keasaman (pH)
pH air payau sangat dipengaruhi pH tanahnya. Penurunan pH dapat terjadi
selama proses produksi yang disebabkan oleh terbentuknya asam yang kuat,
adanya gas-gas dalam proses perombakan bahan organik, proses metabolisme
perairan dan lain-lain.Organisme yang hidup di air payau biasanya hidup di kadar
pH 6,5-9. Maka dari itu apabila lebih atau kurang maka akan mengganggu
kehidupan organisme.
Konsentrasi Karbondioksida
Konsentrasi karbondioksida yang terlalu tinggi di suatu perairan akan berbahaya
bagi makhluk hidup yang terdapat di perairan tersebut. Bahaya ini meliputi :
Gangguan pelepasan CO2 waktu ikan bernafas
Gangguan pengambilan O2 waktu ikan bernafas
Penurunan pH
9
Ikan salmon
Kepiting(Eriocheir Sinensis)
Udang(gammarus locusta)
Mytilus edulis
dll
Flora
Contoh Flora Perairan Payau diantaranya:
Tumbuhan Lamun (sea grass) di daerah hilir estuaria
Contoh: Zostrea, Thalassia, Cymodocea
Algae hijau yang tumbuh di dasar perairan.
Contoh: Ulva,, Enteromorpha, Cladophora
Algae mikro dan diatom yang hidup sebagai plankton nabati atau hidup
melekat pada daun lamun.
Contoh: Nitzchia, Asterionella, Skeletonema.
12
BAB IV
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapat dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Perairan payau adalah suatu badan air setengah tertutup yang berhubungan
langsung dengan laut terbuka, dipengaruhi oleh gerakan pasang surut,
dimana air laut bercampur dengan air tawar dari buangan air daratan,
perairan terbuka yang memiliki arus, serta masih terpengaruh oleh proses-
proses yang terjadi di darat.
2. Kelompok organisme yang hidup di air payau
polikaeta Nereisdiversicolor, berbagai tiram (crassostrea),
kerang(Macomabalthica), siput kecil (hydrobia), dan udang
(palaemonetes). Contohnya, ikan sidat, ikan salmon, kepiting dan udang,
sedangkan flaura Zostrea, Thalassia, Cymodocea dari kelompok lamun
(see grass).
3. Sifat kimia di perairan payau adalah oksigen (O2), ion hidrogen (pH),
karbon dioksida (CO2), amonia (NH3), asam sulfida (H2S), nitrogen
dalam bentuk nitrit (NO2-N).
4. Oksigen masuk dalam air payau melalui difusi langsung dari udara, aliran
air, termasuk hujan, dan proses fotosintesa tanaman berhijau daun.
Kandungan oksigen dapat menurun akibat pernafasan organisme dalam air
dan perombakan bahan organik. DO atau oksigen terlarut dipengaruhi oleh
suhu saat suhu tinggi maka DO akan rendah saat DO rendah maka
metabolisme organisme air payau akan terganggu yang akan
mengakibatkan kematian pada organisme sebalikanya saat DO tinggi maka
metabolisme pada organisme akan terjadi lebih cepat.
13
DAFTAR PUSTAKA