Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekosistem dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara suatu
komunitas yang berupa kumpulan spesies atau organisme yang mendiami suatu
tempat dengan lingkungan abiotiknya. Ekosistem merupakan suatu unit ekologi
yang di dalamnya terdapat hubungan antara struktur dan fungsi. Struktur yang
dimaksudkan dalam definisi ekosistem tersebut adalah berhubungan dengan
keanekaragaman spesies (species diversity). Ekosistem yang mempunyai struktur
yang kompleks, memiliki keanekaragaman spesies yang tinggi. Sedangkan istilah
fungsi dalam definisi ekosistem menurut A.G. Tansley berhubungan dengan
siklus materi dan arus energi melalui komponen komponen ekosistem.
Menurut UU Lingkungan Hidup Tahun 1997, Ekosistem merupakan
tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup
yang saling memengaruhi. Unsur-unsur lingkungan hidup baik unsur biotik
maupun abiotik, baik makhluk hidup maupun benda mati, semuanya tersusun
sebagai satu kesatuan dalam ekosistem yang masing-masing tidak bisa berdiri
sendiri, tidak bisa hidup sendiri, melainkan saling berhubungan, saling
mempengaruhi, saling berinteraksi, sehingga tidak dapat dipisah-pisahkan.
Ekosistem perairan payau merupakan suatu zona peralihan air tawar
dengan air laut, dimana organisme yang tumbuh didominasi oleh vegetasi hutan
bakau atau mangrove. Estuaria (aestus, air pasang) menurut definisi Pritchard
(1967) adalah suatu badan air setengah tertutup yang berhubungan langsung
dengan laut terbuka, dipengaruhi oleh gerakan pasang surut, dimana air laut
bercampur dengan air tawar dari buangan air daratan. Contohnya, muara sungai,
teluk pantai, rawa pasang surut, dan badan air di balik pantai. Ciri-ciri ekosistem
perairan estuari adalah arus yang tenang, residence time yang lama, adanya
stratifikasi suhu, oksigen terlarut lebih rendah dari perairan mengalir, dan tidak
ada adaptasi khusus dari organisme penghuninya. Dari hal tersebut terlihat bahwa
suhu adalah faktor pengontrol yang mempengaruhi aktifitas metabolisme dalam
rantai makanan. Cahaya merupakan faktor abiotik yang sangat menentukan laju
2

produktifitas primer perairan. Cahaya matahari ini merupakan faktor pembatas


yang cepat memudar karena kedalaman dan kekeruhan (Boyd 1982).
Mangrove merupakan salah satu ekosistem langka, karena luasnya hanya
2% permukaan bumi. Indonesia merupakan kawasan ekosistem mangrove terluas
di dunia. Ekosistem ini memiliki peranan ekologi, sosial-ekonomi, dan sosia-
budaya yang sangat penting; misalnya menjaga stabilitas pantai dari abrasi,
sumber ikan, udang dan keanekaragaman hayati lainnya, sumber kayu bakar dan
kayu bangunan, serta memiliki fungsi konservasi, pendidikan, ekoturisme dan
identitas budaya. Tingkat kerusakan ekosistem mangrove dunia, termasuk
Indonesia sangat cepat akibat pembukaan tambak, penebangan hutan mangrove,
pencemaran lingkungan, reklamasi dan sedimentasi, pertambangan, sebab-sebab
alam seperti badai/tsunami, dan lain-lain. Restorasi mangrove mendapat perhatian
luas mengingat tingginya nilai sosial-ekonomi dan ekologi ekosistem ini.
Restorasi dapat menaikkan nilai sumber daya hayati mangrove, memberi mata
pencaharian penduduk, mencegah kerusakan pantai, menjaga biodiversitas,
produksi perikanan, dan lain-lain.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu Ekosistem Air Payau?
2. Apa saja jenis organisme yang hidup di air payau?
3. Apa saja sifat kimia diperairan air payau?
4. Apa pengaruh oksigen terlarut (DO) pada perairan air payau?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui tentang Ekosistem Air Payau
2. Untuk mengetahui organisme apa saja yang hidup di air payau
3. Untuk mengetahui sifat-sifat kimia yang ada diperairan payau
4. Untuk mengetahui pengaruh oksigen terlarut (DO) pada perairan payau
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekosistem Air Payau


Perairan payau adalah suatu badan air setengah tertutup yang berhubungan
langsung dengan laut terbuka, dipengaruhi oleh gerakan pasang surut, dimana air
laut bercampur dengan air tawar dari buangan air daratan, perairan terbuka yang
memiliki arus, serta masih terpengaruh oleh proses-proses yang terjadi di darat.
Ekosistem perairan payau memiliki salinitas yang berada di antara salinitas air
laut dan salinitas air tawar dan tidak mantap. Dari musim ke musim, dari bulan ke
bulan dari hari ke hari, bahkan mungkin dari jam ke jam dapat saja terjadi
perubahan. Perubahan ini disebabkan proses biologis yang terjadi di dalam
perairan tersebut serta adanya interaksi antara perairan tambak dengan lingkungan
sekitarnya. Misalnya ketika hari hujan, air tawar masuk kedalam petakan tambak
menyebabkan kadar garam air tambak menurun. Atau ketika populasi fitoplankton
berkembang pesat akibat pemupukan, kandungan oksigen dalam air tambak pada
malam hari menyusut drastis.

2.2 Parameter Penyusun Perairan Ekosistem Air Payau


Secara umum komponen penyusun perairan payau terdiri dari komponen
abiotik yang meliputi parameter fisik dan kimia sedangkan komponen biotik
meliputi parameter biologi. Semua karakteristik tersebut merupakan faktor
pembatas yang mempengaruhi kelangsungan hidup organisme ekosistem payau.

2.3 Parameter Kimia


Parameter kimia air payau mencakup konsentrasi zat-zat terlarut seperti
oksigen (O2), ion hidrogen (pH), karbon dioksida (CO2), amonia (NH3), asam
sulfida (H2S), nitrogen dalam bentuk nitrit (NO2-N), dan lain-lain. Beberapa d)
ziantara yang penting dijelaskan seperti di bawah ini.
a. DO (Dissolved Oxygen)
Oksigen terlarut ( Dissolved Oxygen) merupakan salah satu parameter
penting dalam analisi kualitas air. Nilai Do yang hiasanya diukur dalam bentuk
konsentrasi menunjukan jumlah oksigen (O2) yang tersedia dalam suatu badan air,
4

mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus sebaliknya jika DO


rendah dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar.
Oksigen masuk dalam air payau melalui difusi langsung dari udara, aliran
air, termasuk hujan, dan proses fotosintesa tanaman berhijau daun. Kandungan
oksigen dapat menurun akibat pernafasan organisme dalam air dan perombakan
bahan organik. Cuaca mendung dan tanpa angin dapat menurunkan kandungan
oksigen di dalam air. Untuk kehidupan ikan bandeng dengan nyaman diperlukan
kadar oksigen minimum 3 mg per liter. Oksigen terlarut di dalam air (Dissolved
Oxygen = DO). Dapat diukur dengan titrasi di laboratorium serta dengan metode
elektrometri menggunakan Dissolved Oxygen Meter (DO meter).
b. Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman air payau dinyatakan dengan nilai negatif logaritma ion
hidrogen atau nilai yang dikenal dengan istilah pH.
Kalau konsentrasi ion hidrogen (H+) tinggi, pH akan rendah, reaksi lebih
asam. Sebaliknya kalau konsentrasi ion hidrogen rendah pH akan tinggi dan reaksi
lebih alkalis. pH air payau sangat dipengaruhi pH tanahnya. Penurunan pH dapat
terjadi selama proses produksi yang disebabkan oleh terbentuknya asam yang
kuat, adanya gas-gas dalam proses perombakan bahan organik, proses
metabolisme perairan dan lain-lain.
c. Konsentrasi Karbondioksida
Karbondioksida di dalam air dapat berasal dari:
Hasil pernafasan organisme dalam air sendiri
Difusi dari udara
Terbawa oleh air hujan
Terbawa oleh air.
Konsentrasi karbondioksida yang terlalu tinggi di suatu perairan akan berbahaya
bagi makhluk hidup yang terdapat di perairan tersebut. Bahaya ini meliputi :
Gangguan pelepasan CO2 waktu ikan bernafas
Gangguan pengambilan O2 waktu ikan bernafas
Penurunan pH
Sebaliknya CO2 yang terlalu sedikit akan berpengaruh negatif kepada
fotosintesis karena gas ini merupakan bahan baku pembentukan glukosa (siklus
5

Calvin-Benson). Kandungan CO2 yang baik untuk budidaya ikan tidak lebih dari
15 ppm. Pengukuran CO2 umumnya menggunakan metoda titrasi.
d. Amonia (NH3)
Amonia di perairan payau berasal dari hasil pemecahan nitrogen organik
(protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam tanah dan air;
dapat pula berasal dari dekomposisi bahan organik (tumbuhandan biota akuatik
yang telah mati) yang dilakukan oleh mikroba dan jamur. Kadar amonia di
perairan payau juga dipengaruhi oleh kadar pH dan suhu. Makin tinggi suhu dan
pH air maka makin tinggi pula konsentrasi NH3. Kadar amonia dapat diukur
secara kolorimetri, yakni membandingkan warna air contoh dengan warna larutan
standar setelah diberi pereaksi tertentu. Biasanya menggunakan alat bantu
spectrofotometer.
e. Asam Sulfida (H2S)
Asam sulfida yang merupakan salah satu asam belerang; terdapat perairan
payau sebagai hasil proses dekomposisi bahan organik dan air laut yang banyak
mengandung sulfat. Kandungan H2S di perairan payau dapat diukur secara
kolorimetri, yakni membandingkan warna air contoh dengan warna larutan
standar setelah diberi pereaksi tertentu.

2.4 Parameter Fisika


a. Salinitas
Salinitas atau kadar garam adalah konsentrasi dari total ion yang terdapat
di perairan dan menggambarkan padatan total di air setelah semua karbonat
dikonversi menjadi oksida, bromida dan iodida dikonversi menjadi klorida dan
semua bahan organik telah dioksidasi. Salinitas ini dinyatakan dalam satuan
gram/kg air atau permil (0/00). Nilai salinitas sangat menentukan jenis perairan
tersebut, di alam dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
Perairan tawar, salinitas <0,50/00
Perairan payau, salinitas >0,50/00 300/00
Perairan laut, salinitas >300/00
Pada perairan payau dapat dikelompokkan lagi berdasarkan kisaran salinitas yang
ada yaitu:
6

Oligohalin, salinitas 0,50/00 3,00/00


Mesohalin, salinitas>3,00/00 160/00
Polyhalin, salinitas >16,00/00 300/00
Perubahan salinitas bisa terjadi sewaktu-waktu. Ketika hujan lebat air
tawar masuk ke dalam tambak. Keadaan ini dapat menyebabkan penurunan
salinitas. Peningkatan salinitas terjadi dikala musim kemarau, pada saat
penguapan air tinggi dan pergantian air terbatas.
b. Suhu air
Suhu air sangat berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan
organisme di dalam air, termasuk ikan. Secara umum peningkatan suhu hingga
nilai tertentu diikuti dengan peningkatan pertumbuhan ikan. Di atas nilai tersebut
pertumbuhan mulai terganggu, bahkan pada suhu tertentu ikan mati. Suhu ini
berkaitan dengan kelarutan gas di dalam air, khususnya oksigen. Pada keadaan
suhu perairan payau tinggi, maka kelarutan oksigen terlarut akan rendah.
Sebaliknya, proses metabolisme organisme malah semakin cepat, yang berarti
memerlukan oksigen makin tinggi.
c. Kecerahan
Kecerahan perairan payau sangat bergantung kepada banyak sedikitnya
partikel (anorganik) tersuspensi atau kekeruhan dan kepadatan fitoplankton.
Kecerahan menggambarkan transparansi perairan, dapat diukur dengan alat secchi
disk. Nilai kecerahan (yang satuannya meter) sangat dipengaruhi oleh keadaan
cuaca, waktu pengukuran, serta ketelitian orang yang melakukan pengukuran.
Pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah.

2.5 Sifat-Sifat Ekosistem Air Payau


Sebagai tempat pertemuan air laut dan air tawar, salinitas di estuaria
sangat bervariasi. Baik menurut lokasinya di estuaria, ataupun menurut waktu.
Berikut adalah sifat-sifat ekologis estuaria secara umum:
1. Salinitas yang tertinggi berada pada bagian luar, yakni pada batas wilayah
estuaria dengan laut, sementara yang terendah berada pada tempat-tempat di mana
air tawar masuk ke estuaria. Pada garis vertikal, umumnya salinitas di lapisan atas
kolom air lebih rendah daripada salinitas air di lapisan bawahnya. Ini disebabkan
7

karena air tawar cenderung terapung di atas air laut yang lebih berat oleh
kandungan garam. Kondisi ini disebut estuaria positif atau estuaria baji garam.
Akan tetapi ada pula estuaria yang memiliki kondisi berkebalikan, dan karenanya
dinamai estuaria negatif. Misalnya pada estuaria-estuaria yang aliran air
tawarnya sangat rendah, seperti di daerah gurun pada musim kemarau..
2. Laju penguapan air di permukaan, lebih tinggi daripada laju masuknya air tawar
ke estuaria, menjadikan air permukaan dekat mulut sungai lebih tinggi kadar
garamnya. Air yang hipersalin itu kemudian tenggelam dan mengalir kearah laut
di bawah permukaan. Dengan demikian gradient salinitas air nya berbentuk
kebalikan daripada estuaria positif.
3. Dinamika pasang surut air laut sangat mempengaruhi perubahan-perubahan
salinitas dan pola persebarannya di estuaria. Pola ini juga ditentukan oleh
geomorfologi dasar estuaria.
4. Perubahan-perubahan salinitas di kolom air dapat berlangsung cepat dan
dinamis, salinitas substrat di dasar estuaria berubah dengan sangat lambat.
5. Substrat estuaria umumnya berupa lumpur atau pasir berlumpur, yang berasal
dari sedimen yang terbawa aliran air, baik dari darat maupun dari laut. Sebabnya
adalah karena pertukaran partikel garam dan air yang terjebak di antara partikel-
partikel sedimen, dengan yang berada pada kolom air di atasnya berlangsung
dengan lamban.

2.6 Biota Dan Produktivitas Ekosistem Air Payau


Biota-biota yang hidup di daerah estuaria harus mampu beradaptasi
dengan habitat disana. Seperti salinitas yang berubah-ubah. kadang-kadang tinggi,
kadang-kadang rendah, sehingga menyebabkan minimnya populasi yang mampu
hidup disana. Populasi disana juga mengadakan migrasi dari air tawar ke air laut,
sehingga hal itu merupakan alasan ekonomi yang utama untuk melestarikan
habitat estuaria.
8

BAB III
PEMBAHASAN

Perairan payau adalah suatu badan air setengah tertutup yang berhubungan
langsung dengan laut terbuka, dipengaruhi oleh gerakan pasang surut, dimana air
laut bercampur dengan air tawar dari buangan air daratan, perairan terbuka yang
memiliki arus, serta masih terpengaruh oleh proses-proses yang terjadi di darat.
Faktor yang mempengaruhi kehidupan organisme di perairan payau antara lain
sebagai berikut.
3.1 Faktor Kimia
DO (Dissolved Oxygen)
Oksigen masuk dalam air payau melalui difusi langsung dari udara, aliran
air, termasuk hujan, dan proses fotosintesa tanaman berhijau daun. Kandungan
oksigen dapat menurun akibat pernafasan organisme dalam air dan perombakan
bahan organik. DO atau oksigen terlarut dipengaruhi oleh suhu saat suhu tinggi
maka DO akan rendah saat DO rendah maka metabolisme organisme air payau
akan terganggu yang akan mengakibatkan kematian pada organisme sebalikanya
saat DO tinggi maka metabolisme pada organisme akan terjadi lebih cepat.
Derajat Keasaman (pH)
pH air payau sangat dipengaruhi pH tanahnya. Penurunan pH dapat terjadi
selama proses produksi yang disebabkan oleh terbentuknya asam yang kuat,
adanya gas-gas dalam proses perombakan bahan organik, proses metabolisme
perairan dan lain-lain.Organisme yang hidup di air payau biasanya hidup di kadar
pH 6,5-9. Maka dari itu apabila lebih atau kurang maka akan mengganggu
kehidupan organisme.
Konsentrasi Karbondioksida
Konsentrasi karbondioksida yang terlalu tinggi di suatu perairan akan berbahaya
bagi makhluk hidup yang terdapat di perairan tersebut. Bahaya ini meliputi :
Gangguan pelepasan CO2 waktu ikan bernafas
Gangguan pengambilan O2 waktu ikan bernafas
Penurunan pH
9

Sebaliknya CO2 yang terlalu sedikit akan berpengaruh negatif kepada


fotosintesis karena gas ini merupakan bahan baku pembentukan glukosa (siklus
Calvin-Benson). Kandungan CO2 yang baik untuk budidaya ikan tidak lebih dari
15 ppm. Pengukuran CO2 umumnya menggunakan metoda titrasi.
Amonia (NH3)
Kadar amonia di perairan payau juga dipengaruhi oleh kadar pH dan suhu.
Makin tinggi suhu dan pH air maka makin tinggi pula konsentrasi NH3. Tentu
saja hal itu juga akan mempengaruhi kehidupan organisme payau karena saat suhu
tinggi akan mempengaruhi DO menjadi rendah dan akan mengganggu
metabolisme organisme dan saat pH tidak sesuai kadar hidup organisme juga akan
menggangu bahkan mengakibatkan kematian pada orgnisme.

3.2 Faktor Fisika


Salinitas
Pada perairan payau dapat dikelompokkan lagi berdasarkan kisaran salinitas yang
ada yaitu:
Oligohalin, salinitas 0,50/00 3,00/00
Mesohalin, salinitas>3,00/00 160/00
Polyhalin, salinitas >16,00/00 300/00
Perubahan salinitas bisa terjadi sewaktu-waktu. Ketika hujan lebat air
tawar masuk ke dalam tambak. Keadaan ini dapat menyebabkan penurunan
salinitas. Peningkatan salinitas terjadi dikala musim kemarau, pada saat
penguapan air tinggi dan pergantian air terbatas.
Suhu air
Suhu ini berkaitan dengan kelarutan gas di dalam air, khususnya oksigen.
Pada keadaan suhu perairan payau tinggi, maka kelarutan oksigen terlarut akan
rendah. Sebaliknya, proses metabolisme organisme malah semakin cepat, yang
berarti memerlukan oksigen makin tinggi.
10

3.3 Organisme Air Payau


Diantara organisme kecil yang menjadi dasar rantai makanan yaitu:
haloplankton yang terdiri dari sedikit species, meroplankton yang cenderung lebih
banyak spesiesnya, hal tersebut mencerminkan keseragaman habitat estuaria.
Alasan-alasan mengapa estuaria memiliki produktivitas yang tinggi adalah :
1. Estueria mendapat keuntungan dari keragaman jenis produsen yang terprogram
untuk berfotosintesis sepanjang tahun.
2. Peranan penting dalam pasang surut dalam menimbulkan suatu ekosistem
dengan permukan air berfluktuasi.
3. Estuaria adalah suatu perangkat nutrient yang tinggi, yang berstratifikasi dan
sebagai penyimpanan dan pendaurulangan nutrient oleh bentos.
Ada tiga komponen fauna di estuaria yaitu komponen lautan, air tawar,
dan air payau. Binatang laut stenohalin merupakan tipe yang tidak mampu
mentolerir perubahan salinitas. Komponen ini terbatas pada mulut estuaria.
Binatang laut eurihalin membentuk sub kelompok kedua. Spesies ini mampu
menembus hulu estuaria. Komponen air payau terdiri atas
polikaeta Nereisdiversicolor, berbagai tiram (crassostrea),
kerang(Macomabalthica), siput kecil (hydrobia), dan udang (palaemonetes).
Komponen terakhir berasal dari air tawar. Organisme ini tidak dapat mentolerir
salinitas di atas 5 dan terbatas hulu estuaria.
Spesies yang tinggal di estuaria untuk sementara seperti larva, beberapa
spesies udang dan ikan yang setelah dewasa berimigrasi ke laut. Spesies ikan yang
menggunakan estuaria sebagai jalur imigrasi dari laut kesungai dan sebaliknya
seperti sidat dan ikan salmon.
Jumlah spesies yang mendiami estuaria sebagaimana yang dikemukakan
Barnes (1974), pada umumnya jauh lebih sedikit daripada yang mendiami habitat
air tawar atau air asin di sekitarnya. Hal ini Karena ketidakmampuan organisme
air tawar mentolerir kenaikan salinitas dan organisme air laut mentolerir
penurunan salinitas estuaria.
Fauna
Spesies ikan yang menggunakan estuaria sebagai jalur imigrasi dari laut ke
sungai antara lain sebagai berikut :
Ikan sidat
11

Ikan salmon
Kepiting(Eriocheir Sinensis)
Udang(gammarus locusta)
Mytilus edulis
dll

Flora
Contoh Flora Perairan Payau diantaranya:
Tumbuhan Lamun (sea grass) di daerah hilir estuaria
Contoh: Zostrea, Thalassia, Cymodocea
Algae hijau yang tumbuh di dasar perairan.
Contoh: Ulva,, Enteromorpha, Cladophora
Algae mikro dan diatom yang hidup sebagai plankton nabati atau hidup
melekat pada daun lamun.
Contoh: Nitzchia, Asterionella, Skeletonema.
12

BAB IV
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapat dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Perairan payau adalah suatu badan air setengah tertutup yang berhubungan
langsung dengan laut terbuka, dipengaruhi oleh gerakan pasang surut,
dimana air laut bercampur dengan air tawar dari buangan air daratan,
perairan terbuka yang memiliki arus, serta masih terpengaruh oleh proses-
proses yang terjadi di darat.
2. Kelompok organisme yang hidup di air payau
polikaeta Nereisdiversicolor, berbagai tiram (crassostrea),
kerang(Macomabalthica), siput kecil (hydrobia), dan udang
(palaemonetes). Contohnya, ikan sidat, ikan salmon, kepiting dan udang,
sedangkan flaura Zostrea, Thalassia, Cymodocea dari kelompok lamun
(see grass).
3. Sifat kimia di perairan payau adalah oksigen (O2), ion hidrogen (pH),
karbon dioksida (CO2), amonia (NH3), asam sulfida (H2S), nitrogen
dalam bentuk nitrit (NO2-N).
4. Oksigen masuk dalam air payau melalui difusi langsung dari udara, aliran
air, termasuk hujan, dan proses fotosintesa tanaman berhijau daun.
Kandungan oksigen dapat menurun akibat pernafasan organisme dalam air
dan perombakan bahan organik. DO atau oksigen terlarut dipengaruhi oleh
suhu saat suhu tinggi maka DO akan rendah saat DO rendah maka
metabolisme organisme air payau akan terganggu yang akan
mengakibatkan kematian pada organisme sebalikanya saat DO tinggi maka
metabolisme pada organisme akan terjadi lebih cepat.
13

DAFTAR PUSTAKA

Setyawan, AD. 2006. Permasalahan Konservasi Ekosistem Mangrove di Pesisir


Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Biodiversitas 7 (2): 159-163
Raswin, muhammad. 2003. Pembesaran ikan Bandeng, Modul pengelolaan air
tambak. Pdf
Anonim. 2013. Makalah Mangrove; dalam
http://mineminecute.wordpress.com/2013/03/16/ makalah-mangrove/,
Anonim. 2009. Ekosistem Estuari; dalam http://geografibaru.blogspot.com/2009/
11/ekosistem-estuari.html
Sagita. 2012. Makalah Ekosistem Hutan Mangrove dan Pesisir Pantai; dalam
http://zezesagita .blogspot.com/2012/02/makalah-ekosistem-hutan-
mangrove-dan.html
Rahayau Asih. 2012. Ekosistem Mangroove dan Pantai; dalam
http://rahayuasih.wordpress .com/2012/02/22/ekosistem-mangrove-dan-
payau/
Prahastianto, Fajar. 2011. Karakteristik Ekosistem Perairan Payau; dalam
http://fajarprahasti anto.blogspot.com /2011/09/karakteristik-ekosistem-
perairan-payau.html
Kasim, MaRuf. 2005. Pola Percampuran Estuari; dalam fitrianiulfatus.files.
wordpress.com/.../mk-ekosistem-air
Jayarana, Arif. 2010. Menalangi Dampak Kerusakan Ekosistem Perairan Payau;
dalam http://arifjayarana.blogspot.com/2010/11/menalangi-dampak-
kerusakan-ekosistem.html
Pangesti, A. 2013. Ekosistem Air Payau dan Permasalahannya ; dalam
http://anapangesti.blogspot.co.id/2013/12 /ekosistem -air-payau- dan-
permasalahannya.html

Anda mungkin juga menyukai