Prostatic Hyperplasia Sebenarnya Merupakan Istilah Histopatologis, Yaitu Terdapat
Prostatic Hyperplasia Sebenarnya Merupakan Istilah Histopatologis, Yaitu Terdapat
2. Pemeriksaan fisik
Colok dubur atau digital rectal examina-tion (DRE) merupakan
pemeriksaan yang penting pada pasien BPH. Dilakukan juga pemeriksaan fisik
regio supra pubik untuk menemukan adanya retensi urin. Dari pemeriksaan
colok dubur ini dapat diperkirakan:
Adanya pembesaran prostat
Konsistensi prostat
Adanya nodul yang merupakan salah satu tanda dari keganasan
prostat
Gambar 1.2: Digital rectal examina-tion (DRE)
3. Pemeriksaan penunjang
Faal ginjalsebagai petunjuk perlu tidaknya melakukan
pemeriksaan pencitraan pada saluran kemih bagian atas akibat dari
obstruksi infravesika
Pemeriksaan PSA (Prostate Specific Antigen)disintesis oleh sel
epitel prostat dan bersifat organ specific tetapi bukan cancer
specific. kadar PSA tinggi berarti:
(a) pertumbuhan volume prostat lebih cepat
(b) laju pancaran urine lebih jelek (N:10-12 ml/detik)
(c) lebih mudah terjadinya retensi urine akut
makin tinggi kadar PSA makin cepat laju pertumbuhan prostat.
Rentang kadar PSA yang dianggap normal berdasarkan usia adalah
40-49 tahun: 0-2,5 ng/ml
50-59 tahun:0-3,5 ng/ml
60-69 tahun:0-4,5 ng/ml
70-79 tahun: 0-6,5 ng/ml
Catatan harian miksi (voiding diaries) mencatat kapan dan
berapa jumlah asupan cairan yang dikonsumsi serta kapan dan
berapa jumlah urine yang dikemihkan. Sebaiknya pencatatan
dikerjakan 7 hari berturut-turut untuk mendapatkan hasil yang baik
Uroflometripencatatan tentang pancaran urine selama proses
miksi secara elektronik
Pemeriksaan residual urineResidual urine atau post voiding
residual urine (PVR) adalah sisa urine yang tertinggal di dalam
buli-buli setelah miksi. Jumlah residual urine ini pada orang normal
adalah 0,09-2,24 mL
USG prostatuntuk menilai bentuk, besar prostat, dan mencari
kemungkinan adanya karsinoma prostat
f. Terapi
i. Watchful waiting
ii. Medikamentosa mengurasi resistensi otot polos prostat dan
mengurangi volume prostat
1. Antagonis adrenergik reseptor yang dapat berupa:
a. preparat non selektif: fenoksibenzamin
b. preparat selektif masa kerja pendek:
prazosin, afluzosin, dan indoramin
c. preparat selektif dengan masa kerja lama: doksazosin,
terazosin, dan tamsulosin
2. Inhibitor 5 redukstase, yaitu finasteride dan dutasteride
iii. Pembedahan: TUR-P
Gambar 1.3: Skema Pengelolaan BPH di Indonesia oleh Dokter Umum