Anda di halaman 1dari 5

Pengertian Lembaga Legislatif

Lembaga Legislatif adalah sebuah lembaga yang memiliki kewenangan untuk membuat
kebijakan, peraturan, dan undang-undang.

Contoh Lembaga Legislatif

Dewan Perwakilan Daerah (DPD)


Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

Pengertian Lembaga Eksekutif

Lembaga eksekutif adalah lembaga yang bertugas untuk melaksanakan kebijakan, peraturan,
dan undang-undang yang dibuat oleh lembaga legislatif.

Contoh Lembaga Eksekutif

Presiden
Menteri dan seluruh staffnya

Pengertian Lembaga Yudikatif

Lembaga yudikatif adalah lembaga yang memiliki kewenangan untuk mengadili para
pelanggar yang melanggar kebijakan yang dibuat oleh lembaga legislatif.

Contoh Lembaga Yudikatif

Mahkamah Agung (MA)


Mahkamah Konstitusi (MK)

Baca juga : Pengertian Literasi Menurut Para Ahli

Fungsi Lembaga Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif

Fungsi dari ketiga lembaga negara tersebut sangat krusial karena memegang peranan penting
dalam sistem tata negara.

Fungsi Lembaga Legislatif

Lembaga legislatif memiliki fungsi membuat sebuah kebijakan, peraturan dan juga Undang-
Undang.

Fungsi Lembaga Eksekutif

Fungsi dari lembaga yang satu ini adalah sebagai sebuah pelaksana dari peraturan serta
kebijakan yang ditetapkan oleh Lembaga Legislatif.

Fungsi Lembaga Yudikatif


Lembaga Yudikatif berfungsi sebagai pengontrol dari pelaksanaan sistem
pemerintahan. Lembaga ini berhak untuk mengadili pelanggar kebijakan yang telah dibuat.

Pembagian kekuasaan pemerintahan seperti didapat garis-garis besarnya dalam


susunan ketatanegaraan menurut Undang-Undang Dasar 1945 adalah bersumber kepada
susunan ketatanegaraan Indonesia asli, yang dipengaruhi besar oleh pikiran-pikiran falsafah
negara Inggris, Perancis, Arab, Amerika Serikat dan Soviet Rusia. Aliran pikiran itu oleh
Indonesia dan yang datang dari luar, diperhatikan sungguh-sungguh dalam pengupasan
ketatanegaraan ini, semata-mata untuk menjelaskan pembagian kekuasaan pemerintahan
menurut konstitusi proklamasi.

Pembagian kekuasaan pemerintah Republik Indonesia 1945 berdasarkan ajaran


pembagian kekuasaan yang dikenal garis-garis besarnya dalam sejarah ketatanegaraan
Indonesia; tetapi pengaruh dari luar; diambil tindakan atas tiga kekuasaan, yang dinamai
Trias Politica, seperti dikenal dalam sejarah kontitusi di Eropa Barat dan amerika Serikat.

Ajaran Trias Politica diluar negeri pada hakikatnya mendahulukan dasar pembagian
kekuasaan, dan pembagian atas tiga cabang kekuasaan (Trias Politica) adalah hanya akibat
dari pemikiran ketatanegaraan untuk memberantas tindakan sewenang-wenang pemerintah
dan untuk menjamin kebebasan rakyat yang terperintah.

Ajaran Trias Politika dilahirkan oleh pemikir Inggris Jhon Locke dan oleh pemikir
Perancis de Montesquieu dijabarkan dalam bukunya LEspris des Lois, yang mengandung
maksud bahwa kekuasaan masing-masing alat perlengkapan negara atau lembaga negara
yang menurut ajaran tersebut adalah :

a. Badan legislatif, yaitu badan yang bertugas membentuk Undang-undang

b. Badan eksekutif yaitu badan yang bertugas melaksanakan undang-undang

c. Badan judikatif, yaitu badan yang bertugas mengawasi pelaksanaan Undang-


undang, memeriksa dan megadilinya.
Dalam penyelenggaraan negara, terdapat lembaga-lembaga non-kementerian yang memiliki tugas
untuk membantu presiden dalam melaksanakan tugas pemerintahan tertentu. Dulu namanya adalah
Lembaga Pemerintah Non-Departemen saat ini menjadi Lembaga Pemerintah Non-Kementerian
(LPNK). Lembaga Pemerintah Non-Kementerian berada di bawah presiden dan bertanggung jawab
langsung kepada presiden melalui menteri atau pejabat setingkat menteri terkait.

LPNK diatur dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia, yaitu Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 103 Tahun 2001 tentang kedudukan, tugas, fungsi, kewenangan, susunan
organisasi, dan tata kerja Lembaga Pemerintah Non-Kementrian. Kali ini kita akan mengupas tujuan
dan fungsi dari Lembaga Pemerintah Non-Kementerian yang dibagi menjadi empat bagian (Bagian I,
Bagian II, Bagian III, dan Bagian IV). Berikut penjelasaannya.

Tugas dan Fungsi Lembaga Pemerintah Non-Kementrian Lengkap (Bagian


I)

Arsip Nasional Republik Indonesia

Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI)

Tugas

Melaksanakan tugas pemerintahan di bidang kearsipan sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan yang berlaku.

Fungsi

Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang kearsipan


Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas lembaga
Fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang kearsipan
Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan
umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan,
hukum, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.
Nilai-Nilai Pancasila dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara

Pengkajian Pancasila secara filosofis dimaksudkan untuk mencapai hakikat atau makna
terdalam dari Pancasila. Berdasarkan analisis makna nilai-nilai Pancasila diharapkan akan
diperoleh makna yang akurat dan mempunyai nilai filosofis.

Dengan demikian, penyelenggaraan negara harus berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila yang
terdapat dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 sebagai berikut :

a. Nilai Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

1) Pengakuan adanya kausa prima (sebab pertama) yaitu Tuhan Yang Maha Esa.
2) Menjamin penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut
agamanya.
3) Tidak memaksa warga negara untuk beragama, tetapi diwajibkan memeluk agama sesuai
hukum yang berlaku.
4) Atheisme dilarang hidup dan berkembang di Indonesia.
5) Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama, toleransi antarumat
dan dalam beragama.
6) Negara memfasilitasi bagi tumbuh kembangnya agama dan iman warga negara dan
menjadi mediator ketika terjadi konflik antar agama.

b. Nilai Sila Kemanusian yang Adil dan Beradab

1) Menempatkan manusia sesuai dengan hakikatnya sebagai makluk Tuhan. Karena manusia
mempunyai sifat universal.
2) Menjunjung tinggi kemerdekaan sebagai hak segala bangsa, hal ini juga bersifat universal.
3) Mewujudkan keadilan dan peradaban yang tidak lemah. Hal ini berarti bahwa yang dituju
masyarakat Indonesia adalah keadilan dan peradaban yang tidak pasif, yaitu perlu pelurusan
dan penegakan hukum yang kuat jika terjadi penyimpangan-penyimpangan, karena Keadilan
harus direalisasikan dalam kehidupan bermasyarakat.

c. Nilai Sila Persatuan Indonesia

1) Nasionalisme
2) Cinta bangsa dan tanah air
3) Menggalang persatuan dan kesatuan bangsa
4) Menghilangkan penonjolan kekuatan atau kekuasaan, keturunan dan perbedaan warna
kulit.
5) Menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggulangan.

d. Nilai Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan
1) Hakikat Sila ini adalah demokrasi. Demokrasi dalam arti umum, yaitu pemerintah dari
rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
2) Permusyawaratan, artinya mengusahakan putusan bersama secara bulat, baru sesudah itu
diadakan tindakan bersama. Di sini terjadi simpul yang penting yaitu mengusahakan putusan
bersama secara
bulat.
3) Dalam melakukan putusan diperlukan kejujuran bersama. Hal yang perlu diingat bahwa
keputusan bersama dilakukan secara bulat sebagai konsekuensi adanya kejujuran bersama.
4) Perbedaan secara umum demokrasi di negara barat dan di negara Indonesia, yaitu terletak
pada permusyawaratan rakyat.

e. Nilai Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

1) Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan berkelanjutan.
2) Seluruh kekayaan alam dan sebagainya dipergunakan bagi kebahagiaan bersama menurut
potensi masing-masing.
3) Melindungi yang lemah agar kelompok warga masyarakat dapat bekerja sesuai dengan
bidangnya.

Anda mungkin juga menyukai