Anda di halaman 1dari 43

BAB II

KOMUNIKASI PROSES KEPERAWATAN

Komunikasi merupakan faktor yang sangat penting dalam proses keperawatan.


Bahkan, komunikasi merupakan salah satu barometer sukses dan tidaknya proses
keperawatan. Seorang perawat mustahil bisa menempuh proses keperawatan apabila
tidak mampu membina dan menjalin komunikasi yang baik dengan pasien.
Lebih dari hal tersebut, perawat diharuskan mampu membina dan menjalin
komunikasi yang baik kepada keluarga pasien, orang terdekat atau yang berpengaruh
terhadap pasien, serta dengan tenaga kesehatan lainnya. Maka upaya guna menciptakan
komunikasi yang baik bagi perawat tidak hanya fokus dalam hal berbicara kepada
pasien, tetapi juga dengan keluarga atau orang terdekat dan berpengaruh bagi pasien.
Sederhanya, komunikasi yang baik akan menjadi faktor yang sangat penting bagi
keberhasilan proses keperawatan dimana dalam hal ini mencakup beberapa hal
tersebut:
1. Tahap pengkajian
2. Tahap perumusan diagnosis
3. Tahap perencanaan
4. Tahap realisasi
5. Tahap evaluasi
Beberapa tahapan proses keperawatan tersebut tidak bisa terlepas dari upaya
menciptakan komunikasi yang baik bagi seseorang perawat dalam menjalankan
tugasnya. Adapun penjelasan lebih lanjutnya dari beberapa tahapan tersebut adalah :
A. Tahapan pengkajian
Tahap pengkajian merupakan tahapan awal bagi seseorang perawat dalam
menjalankan tugas keperawatannya. Dalam tahap ini, perawat pengumpulkan data
yang terkait dengan pasien. Proses pengumpulan data tersebut melalaui beberapa
tahapan, diantaranya:
1. Wawancara (anamnesis)
2. Pemeriksaan fisik
3. Pemeriksaan diagnostik (laboratorium, foto dan lain sebainya)
4. Informasi atau catatan dari tenaga kesehatan lainnya
5. Informasi atau catatan dari keluarga atau orang terdekat bagi pasien.

2
Hampir bisa dipastikan bahwa dalam proses pengumpulan data yang dilakukan
oleh perawat terhadap pasien tidak bisa terlepas dari komunikasi, baik secara
langsung ( verbal atau tertulis) maupun tidak langsung (non verbal). Dalam hal ini,
kemampuan berkomunikasi yang dimiliki oleh perawat akan menjadi faktor yang
sangat menentukan dalam hal kelengkapan data yang bisa diperoleh.
Di sisi lain, perawat juga dituntut untuk cerdas dan cakap dalam mengenali
sekaligus memahami keberadaan pasien. Langkah pertama yang harus ditempuh
oleh seorang perawat adalah mempelajari keberadaan pasien, berkenaan dengan
kemampuan mereka dalam komunikasi sekaligus kendala yang dimiliki. Penting
bagi seorang perawat benar benar memperhatikan bahwa semua itu dilakukan
guna menciptakan kelancaran berkomunikasi dengan pasien.
Menurut beberapa pakar, disebutkan bahwa terdapat beberapa bentuk kendala
yang biasa dimiliki oleh pasien dalam hal berkomunikasi, yaitu :
1. Language deficits
2. Sensory defisits
3. Cognitive impairments
4. Structural deficits
5. Paralysis
Beberapa bentuk hambatan tersebut harus diperhatikan oleh seseorang perawat
dalam melakukan proses pengumpulan data. Berikut adalah pengertiannya.
1. Language deficits (keterbatasan bahasa)
Perawat harus memahami batasan kemampuan bahasa pasien. Kemudian, hasil
pemahaman yang diperoleh dijadikan pijakan guna menentukan penggunaan
bahasa yang bisa dipahami dan dicerna oleh pasien, karena bahasa sangat
mempengaruhi persepsi dan interpretasi.
2. Sensory defisits (keterbatasan kemampuan)
Perawat harus memahami kemampuan pasien dalsm hsl mendengarkan atau
menangkap pesan. Perawat harus benar benar memperhatikan beberapa hal
berikut:
a. Apakah pasien memiliki gangguan dalam hal mendengarkan?
b. Apakah pasien memiliki gangguan dalam hal melihat raut muka dan bibir
lawan bicaranya?

3
c. Apakah pasien menggunakan tangannya sebagai bentuk komunikasi non
verbal?
3. Cognitive impairments
Perawat harus memahami kerusakan yang dapat melemahkan fungsi kognitif
pasien. Semisal, seorang perawat sedang dihadapkan dengan seorang pasien
yang menderita tumor otak, dimana penyakit tersebut bisa mempengaruhi
kemampuan dalam hal memahami. Untuk itu, perawat harus memahami
beberapa hal berikut :
a. Apakah pasien memberikan respons saat diajukan pertanyaan, baik secara
verbal maupun nonverbal?
b. Apakah pasien bisa mengungkapkan kata atau kalimat secara tepat dan
benar?
c. Apakah pasien mampu mengingat dengan baik dan benar?
4. Structural deficits
Perawat harus memperhatikan mengenai kondisi organ pasien, seperti ada atau
tidaknya gangguan pada struktur tubuh pasien, utamanya yang berhubungan
dengan tempat keluarnya suara, semisal wilayah hidung atau bibir. Tentunya, hal
ini akan berpengaruh dalam hal komunikasi.
5. Paralysis
Gangguan ini berkenaan dengan kelemahan saraf. Untuk itu, perawat harus
memperhatikan kemampuan nonverbal yang dimiliki oleh pasien, yang dapat
ditunjukkan melalui pemberian informasi.
Tentunya, beberapa hambatan yang sudah disebutkan harus jadi pegangan
bagi seorang perawat dalam rangka pengumpulan data.

B. Tahap perumusan diagnosis


Perumusan diagnosis merupakan tindak lanjut dari tahap pengkajian atau
pengumpulan data. Penentuan diagnosis tanpa mengkomunikasikannya dengan
pasien bisa mengakibatkan kesalahan. Sesungguhnya, perumusan diagnosis
keperawatan adalah hasil dari penilaian yang dilakukan oleh perawat dengan
melibatkan pasien, keluarga pasien, atau orang terdekat dan berpengaruh bagi
pasien. Sederhananya, perawat yang komunikatif serta sikap pasien yang kooperatif
merupakan faktor yang cukup vital dalam penetapan diagnosis.

4
C. Tahap perencanaan
Dalam mengembangkan rencana tindakan keperawatan peran interaksi
sekaligus komunikasi dengan pasien sangatlah penting. Pada tahap perencanaan,
perawat dituntut untuk memilih prioritas masalah yang harus diselesaikan,
merumuskan tujuan, serta menentukan kriteria hasil yang hendak dicapai.
Dalam menentukan tujuan serta intervensi yang akan di ambil terhadap
pasien, perawat harus memperhatikan hal berikut:
1. Gangguan fisik atau anatomis. Gangguan ini relatif lebih mudah untuk ditangani
2. Perbedaan budaya. Perbedaan budaya relatif lebih sulit untuk ditangani dan
membutuhkan waktu yang lama.

D. Tahap realisasi
Tahap realisasi merupakan implementasi dari tahap perencanaan. Tahap ini
lebih menekankan pada kevakapan dan keterampilan yang dimiliki oleh perawat
dalam berkomunikasi dengan pasien. Umumnya, dalam konteks ini terdapat dua
aktivitas yang bisa dilakukan oleh perawat dalam berkomunikasi dengan pasien,
yaitu:
1. Mendekati pasien guna memenuhi kebutuhan fisik pasien.
2. Saat pasien mengalami masalah psikiologis
Adapun beberapa tindakan yang bisa dijadikan sebbagai pijakan oleh
perawat dalam melakukan komunikasi dengan pasien saat menghampiri antara
lain:
a. Pancarkan raut muka kejujuran. Hal itu akan berguna dalam menciptakan
suasana yang hangat serta penuh rasa saling mempercayai diantara pasien dan
perawat.
b. Lakukan kontak mata dengan pasien secara baik guna menunjukan kesungguhan
dan dan perhatian.
c. Fokus kepada pasien. Hal tersebut dilskuksn supaya komunikasi bisa berjalan
secara terarah serta bisa mencapai tujuan yang diinginkan.
d. Mempertahankan postur terbuka. Tujuan melakukan hal ini adalah untuk
menumbuhkan keberanian sekaligus kepercayaan diri pasien guna mengikuti
tindakan keperawatan yang dilaksanakan.

5
e. Jadilah pendengar yang baik, yaitu dengan mendengarkan secara sungguh-
sungguh sekaligus mengeksplorasi perasaan pasien. Tujuan hal ini adalah untuk
menunjukan rasa perahtian serta meningkatkan rasa percaya pasien terhadap
perawat.
f. Ciptakan suasana rileks dan hindari kondisi yang tegang saat bersama pasien.
Catatan, perawat jangan terlalu santai karena bisa merusak hubungan dengan
pasien.
Pada dasarnya, kecakapan dan keterampilan dalam membangun komunikasi
tidak hanya terletak pada komunikasi verbal atau kecakapan dalam menyusun
kalimat yang nyaman guna didengarkan oleh pasien. Berikut adalah beberapa
arahan yang disampaikan oleh beberapa pakar komunikasi kesehatan dalam
membangun komunikasi yang baik dengan pasien:
1. Saat sedang duduk di dekat pasien, pastikan menghadap kepadanya. Hal itu
bertujuan guna menunjukan bahwa keberadaan perawat sepenuhnya siap
mendengarkan apa yang hendak dikatakan oleh pasien
2. Hindari postur tertutup, dikarenakan bisa menghambat pasien dalam
menyampaikan perasaannya. Pastikan untuk menunjukan postur terbuka guna
menunjukan bahwa seorang perawat terbuka dengan semua hal yang hendak
diutarakan oleh pasien.
3. Pastikan postur untuk condong ke arah pasien. Tujuannya adalah menunjukan
bahwa seorang perawat terlibat dan tertarik dengan komunikasi yang sedang
berlangsung dengan pasien.
4. Pastikan untuk mempertahankan kontak mata, yang merupakan salah cara
efektif dalam menunjukan keterlibatan seorang perawat sekaligus kesediaannya
dalam mendengarkan pasien.
5. Ciptakan kondisi yang rileks guna membangun suasana yang hangat, nyaman,
serta dengan nuansa keharmonisan

E. Tahap Evaluasi
Ini merupakan tahap terakhir dalam suatu proses komunikasi antara
perawat dengan pasien, yang merupakan tahap melaksanakan koreksi ulang
terhadap tindakan yang sudah dilakukan, apakah mampu memberikan efek positif
atau justru sebaliknya?

6
Evaluasi yang dilakukan oleh perawat harus mencakup aspek kognitif, yaitu
sikap sekaligus ketrampilan yang bisa di ungkapkan oleh pasien secara verbal
maupun non verbal. Tanpa berkomunikasi dengan pasien, perawat tidak bisa
melakukan penilaian mengenai tindakan yang dilakukan berhasil atau tidak. Selain
itu, tahap evaluasi memberikan kesempatan bagi seorang perawat dalam
mengoreksi kembali mengenai efektifitas rencana tindakan yang sudah dilakukan.

7
BAB III
FAKTOR-FAKTOR KOMUNIKASI PELAYANAN KEPERAWATAN

Saat melakukan komunikasi dengan pasien, seorang perawat harus memperhatikan


beberapa faktor komunikasi keperawatan, yang merupakan bagian dari komponen
penting guna menciptakan komunikasi yang efektif. Beberapa faktor komunikasi
tersebut adalah:
1. Faktor faktor yang berhubungan dengan komunikasi
2. Faktor faktor yang mempengaruhi komunikasi
3. Faktor faktor yang menghambat komunikasi
Ketiga komponen tersebut harus diperhatikan oleh seorang perawat, utamanya
saat melaksanakan pelayanan terhadap pasien.
A. Faktor faktor yang berhubungan dengan komunikasi
Faktor faktor yang berhubungan dengna komunikasi dapat dipetakan menjadi
1. Faktor sumber pesan (source)
2. Faktor komunikator (communicator)
3. Faktor pesan (message)
4. Faktor media atau saluran (channel)
5. Faktor umpan balik (feedback)
6. Faktor komunikan
7. Faktor efek (effect)
Berikut adalah penjelasan mengenai faktor-faktor tersebut:
1. Faktor sumber pesan (source)
bagi seorang perawat, keberadaan sumber pesan atau informasi sangatlah
penting dalam melakukan komunikasi pelayanan terhadap pasien. Selain itu,
dalam konteks komunikasi, kualitas komunikasi seseorang bisa diperhatikan
dari sumber pesan atau informasi yang disampaikannya.
Adapun sumber atau faktor yang mempengaruhi proses komunikasi adalah:
a. Bahasa yang digunakan
b. Faktor teknis
c. Ketersediaan dan keterjangkauan sumber

8
2. Faktor Komunikator (communicator)
Komunikator dalam suatu komunikasi memiliki peranan yang sangat vital.
Suatu komunikasi dapat berjalan dengan efektif dan lancar dikarenakan
terdapat faktor komunikator. Adapun faktor ideal dari seseorang komunikator
adalah:
a. Penampilan
Dalam hal ini, penampilan komunikator mencakup:
1) Sikap
2) Ekspresi verbal maupun non verbal
3) Pakaian dan kerapian
Sederhananya, saat melakukan pelayanan terhadap pasien, perawat harus
memperhatikan sikap, pakaian, dan kerapian dalam berpenampilan. Hal
tersebut berguna untuk meningkatkan rasa percaya diri komunikator
(perawat) dalam merspon komunikan (pasien). Adapun beberapa sikap
yang bisa menjadi penunjang keberhasilan komunikator dalam
berkomunikasi adalah:
1. Senyum
2. Terbuka
3. Rendah hati
4. Cakap
5. Tidak menampakan kesombongan maupun keangkuhan
6. Saling percaya
7. Menjadi pendengar yang baik dan aktif
b. Menguasaan masalah
Seorang komunikator bisa tampil tegas da mantap saat menyampaikan
pesan atau informasi apabila menguasai materi yang hendak disampaikan.
Di sisi lain, penguasaan masalah juga berfungsi untuk meretas keraguan
komunikan saat memperoleh pesan atau informasi dengan benar dari
perawat (komunikator).
c. Penguasaan bahasa
Penguasaan bahasa akan sangat membantu bagi komunikator guna
memperoleh sumber yang berkualitas. Di sisi lain, penguasaan bahasa

9
berfungsi untuk menciptakan komunikasi yang sistematis, terarah,
sekaligus mudah diserap dan dipahami oleh komunikan.
d. Kesempatan
Kesempatan yang dimaksud adalah waktu, tempat, serta suasana
psikologis, sehingga memungkinkan terlaksananya komunikasi yang
dinamis.
e. Saluran
Dalam hal ini, saluran adalah mencangkup penglihatan, pendengaran,
pembauan, rasa, dan wicara.kelima saluran tersebut merupakan alat indra
yang digunakan oleh komunikator atau perawat dalam menyampaikan
sekaligus menerima pesan atau informasi.
3. Faktor pesan (message)
Faktor pesan mencangkup:
a. Teknik Penyampaian Pesan Yang Digunakan
Terkadang, teknik penyampaian pesan yang digunakan oleh perawat kerap
terganggu oleh dua faktor, yaitu:
1) Faktor bahasa (language factor)
Selama komunikasi berlangsung, penggunaan bahasa yang tidak atau
kurang tepat dapat menimbulkan persepsi berbeda. Akibatnya, pesan
yang hendak disampaikan oleh komunikator tidak tersampaikan dengna
tepat kepada komunikan
2) Faktor teknis
Umumnya, apabila komunikasi dilakukan menggunakan media,
hambatan yang kerap terjadi disebabkan oleh faktor teknis. Misalnya,
ketika melakukan komunikasi menggunakan pengeras suara, namun
pasien tidak bisa mendengar karena suasana disekelilingnya gaduh,
alatnya rusak, dan sebainya.
b. Bentuk Pesan
Bentuk pesan yang disampaikan bisa bersifat informatif, persuasif, dan
koersif. Berikut adalah penjelasannya:
1) Informatif
Pengertiannya adalah bentuk pesan yang memberikan keterangan
mengenai fakta-fakta atau bermuatan pengetahuan, sehingga komunikan

10
bisa mengambil kesimpulan. Bentuk semacam ini bisa berhasil apabila
dilakukan kepada komunikan yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
2) Persuasif
Maksudnya ialah bentuk penyampaian pesan dengan tujuan
mempengaruhi pasien guna menerima maksud dari pesan yang
disampaikan oleh komunikator. Bentuk pesan persuasif bertujuan untuk
membuat perubahan atas kesadaran sendiri (bukan paksaan)
3) Koersif
Bentuk pesan koersif lebih bersifat memaksa, dengan menggunakan
konsekuensi berupa sanksi-sanksi apabila komunikan tidak mengikuti
pesan yang disampaikan oleh komunikator. Sederhananya, bentuk pesa
koertif dapat berupa perintah, instruksi, atau larangan.
c. Pesan sesuai kebutuhan
Pesan atau informasi akan diminati apabila sesuai dengan kebutuhan atau
keinginan komunikan. Lain halnya apabila pesan atau informasi yang
disampaikan tidak sesuai dengan kebutuhan komunikan, maka komunikasi
yang berlangsung akan cenderung menjadi pasif dan tidak berkembang.
d. Jelas
Dalam penyampaian pesan, sebaiknya dilakukan dengan jelas, sehingga
mudah diserap oleh komunikan. Tentunya, proses yang dilakukan bisa
diperlihatkan hasil karena komunikasi yang terjadi jauh lebij efektif.faktor
jelas dalam hal ini adalah:
1. Bahasa yang digunakan jelas
2. Maksud yang hendak disampaikan jelas.
3. Bentuk pesannya jelas
Kejelasan yang dimaksud adalah pesan yang disampaikan harus
dilakukan dengna jujur, terbuka, dan tidak ada maksud atau tujuan
yangdisampaikan.
e. Simpel
Umumnya, komunikan merasa tidak nyaman dan bosan pada bentuk pesan
yang disampaikan secara panjang lebar. Di sisi lain, saat pesan disampaikan
secara melebar, yang kerap trerjadi justru akan jauh dari tujuan pesan
semula, sehingga komunikasi yang berlangsung menjadi tidak efektif.

11
4. Faktor Media Atau Saluran (Channel)
Menurut beberapa pakar, media atau saluran yang keberadaannya bisa terlibat
langsung dalam suatu proses komunikasi adalah mata (penglihatan), hidung
(penciuman), otak, tangan, dan telinga. Apabila salah satu dari kelima indra
tersebut terjadi kerusakan, maka bisa berpengaruh pada efektivitas komunikasi
yang terjadi.
5. Faktor Umpan Balik (Feedback)
Salah satu penanda berjalannya komunikasi aktif adalah terjadi proses umpan
balik dalam komunikasi yang terjadi. Adapun faktor umpan balik yang bisa
mempengaruhi berlangsungnya suatu komunikasi adalah:
a. Relevansi umpan balik
Apabila umpan balik yang dilakukan tidak sesuai dengan topik pesan yang di
sampaikan, maka bisa mengakibatkan terjadinya pembiasan atau kekacauan
dalam mencapai tujuan komunikasi.dengan demikian, penting bagi
komunikator atau perawat agar memperhatikan bahwa feedback harus
dilakukan sesuai dengan arah sekaligus tujuan komunikasi.
b. Sifat umpan balik
Sebaiknya, hindari umpan balik yang besifat penilaian. Sebab, hal itu dapat
mengakibatkan proses komunikasi yang sedang berlangsung berjalan
dengan tidak efektif. Umpan balik yang dilakukan harus lebih bersifat
evaluatif.
c. Waktu (timing)
Dalam melakukan umpan, komunikator atau perawat harus memperhatikan
waktu dan tempat. Sebab, pada dasarnya, waktu dan tempat sangat
mempengaruhi proses berlansungnya suatu komunikasi.
6. Faktor Komunikan
Tentunya, keberhasilan dari diberlangsungkannya suatu proses
komunikasi tidak terlepas dari peran sekaligus pengaruh komunikan, selaku
penerima pesan. Maka dalam konteks komunikan, komunikasi bisa berjalan
dengan lancar dan efektif apabila dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:
a. Penampilan dan sikap
Penampilan dan sikap dari komunikan saat menerima pesan merupakan
bagian dari representasi kesiapan dan ketidaksiapan komunikan dalam

12
menerima pesan dari komunikator. Adapun penampilan dan sikap
komunikan dalam konteks ini meliputi ekspresi verbal, non verbal, serta
kerapian berbusana.
b. Pengetahuan
Seseorang yang memiliki pengetahuan terbatas akan mengalami kesulitan
dalam menerima atau mengikuti arah pembicaraan orang lain. Selain itu,
pengetahuan yang dimiliki juga mempengaruhi komunikan dalam
mempersepsikan atau menyerap informasi secara tepat dan benar
c. Sistem Sosial
Pola dan norma yang berlaku dalam suatu masyarakat harus diperhatikan
serta dipahami keberadaannya oleh perawat saat hendak melangsungkan
suatu komunikasi.
d. Saluran
Dalam hal ini, saluran merupakan alat indra yang meliputi penglihatan,
pendengaran, pembauan, rasa, dan wicara. Kelimanya merupakan alat
indra yang dimiliki oleh komunikan dan menerima sekaligus
mempersepsikan.
7. Faktor Efek (Effect)
Hasil atau efek dari berlangsungkannya suatu komunikasi juga berpengaruh
bagi keberlanjutan komunikasi yang terjadi. Semisal, seorang komunikator
melangsungkan komunikasi dengan komunikan dalam rentang yang cukup
lama, tetapi tidak membuahkan hasil yang diharapkan. Akibatnya, komunikator
akan bosan dalam mengulangi komunikasi tersebut karena merasa tidak ada
gunanya.
B. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi
Tentunya, masing-masing orang memiliki sifat yang unik, termasuk dalam
penafsiran pesan. Hal itu juga berlangsung dalam komunikasi keperawatan. Maka,
penting bagi seorang perawat guna memahami beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi komunikasi pelayanan keperawatan, di mana dapat dipetakan
sebagaimana berikut:
1. Fisik, yang mencakup cuaca, iklim, suhu udara, bentuk ruangan, warna dinding,
penataan tempat duduk, serta alat-alat yang lain yang tersedia.
2. Waktu, yang mencangkup hari, dan waktu (pagi,siang,sore)

13
3. Psikologi, yang mencangkup stereotip, prasangka, dan emosi.
4. Sosial, yang mencangkup nilai, sikap, dan keyakinan yang meliputi agama,
budaya, serta status.
5. Biologis, yang mencangkup jenis kelamin dan usia perkembangan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi komunikasi, utamanya dalam pelayanan
terhadap pasien oleh perawat,/ beberapa faktor tersebut adalah:
1. Persepsi
Persepsi merupakan faktor yang cukup dominan dalam suatu
komunikasi. Bagi masing-masing individu, persepsi merupakan cara guna
menyerap segala sesuatu yang sedang terjadi di sekelilingnya. Umumnya
mekanisme penyerapan yang terjadi bertalian dengan fungsi panca indra
seorang. Penyerapan rangsangan yang di organisasikan dan
diinterpretasikan di dalam otak akan bermetamorfosis menjadi persepsi.
Selain itu, persepsi masing-masing individu juga di tentukan oleh
ragam pengalaman yang dimiliki. Persepsi yang dimiliki oleh perawat
maupun pasien dapat mempengaryhi jalannya komunikasi. Pada dasarnya,
proses komunikasi yang terjadi harus memliki persepsi dan pengertian yang
sama.
2. Nilai
Komunikasi antar perawat dengan pasien tidak bisa lepas dari berbagai
macam nilai yang di anut oleh masing-masing. Tentunya, nilai-nilai yang di
anut oleh seorang perawat dalam melaksanakan tugasnya tidak sama yang di
anut dan dipahami oleh pasien. Misalnya, ketika terjadi komunikasi antar
perawat maka topik yang tercipta adalah upaya untuk memberikan
pertolongan terhadap pasien. Tentunya, hal ini berbeda dengan komunikasi
yang terjadi antara perawat dengan pasien. Dengan demikian, penting bagi
seseorang perawat untuk senantiasa berpegang teguh pada nilai-nilai
profesional yang dianutnya dalam berkomunikasi dengan pasien. Sebaliknya,
seorang perawat tidak marah-marah saat mendapati pasien yang tidak
kooperatif terhadap perencanaan tindakan yang hendak dilakukan.
Dalam hal ini, seorang perawat atau petugas kesehatan harus berupaya
menggali secara lebih mendalam mengenai semangat yang melekat dalam

14
diri pasien. Hal tersebut bertujuan untuk mempercepat penyembuhan
pasien.
3. Emosi
Keberadaan emosi dalam masing-masing individu orang berbeda. Di
sini, perawat berkewajiban untuk selalu menjalin komunikasi dengan pasien
guna menyelami apa yang dirasakan oleh pasien.
Apabila sedang memiliki konflik, maka perawat harus menekannya
agar dapat memberikan pelayanan yang terbaik pada pasien. Sederhananya
perawat harus bisa membedakan sekaligus menempatkan emosi personal
dengan emosi profesional di tempatnya masing-masing.
4. Latar Belakang
Tentunya, masing-masing individu tidak bisa lepas dari latar belakang
sosio-kultural yang melatari keberadaan mereka. Misalnya, ketika seorang
mendapati salah satu anggota keluarganya meninggal, maka ia akan
mengekspresikan kesedihannya dengan cara menangis. Tentunya, masing-
masing orang memiliki budaya dan kebiasaan sendiri dalam
mengekspresikan kesedihannya.
5. Pengetahuan
Tidak bisa dipungkiri bahwa perbedaan tingkat pengetahuan dari
pelaku komunikasi dapat mengakibatkan komunikasi yang terjalin menjadi
tersendat. Tentunya seorang perawat akan mudah dalam memberikan
penjelasan tentang penyebab tingginya kadar gula darah apabila sipasien
penderita diabetes memiliki pengetahuan mengenai penyakitnya ketimbang
memberikan penjelasan terhadap pasien yang awam.
6. Peran dan Hubungan
Dalam konteksa keperawatan, kesamaan peran akan membuat
komunikasi yang terjadi diantara dua orang maupun lebih akan terasa
hangat, nyaman, rileks, dan terbuka sehingga bisa mengeluarkan berbagai
gagasan yang kerap mengendap dalam diri.
Mencoba mengenali keberadaan pasien secara lebih mendalam adalah
bagian dari langkah progresif guna mencari kesamaan dalam perbedaan
yang dimiliki. Tentunya, hal itu ditujukan guna mengoptimalkan hubungan
simbiosis mutualisme antara perawat dan pasien

15
7. Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan yang nyaman merupakan bagian dari faktor
penentu dalam upaya menciptakan komunikasi yang baik dengan pasien.
Maka cukup beralasan jika seorang perawat diberikan wewenang penuh
guna mengontrol pasien yang datang agar kenyamanan kondisi lingkungan
tetap terjaga secara optimal.

C. Faktor Faktor yang Menghambat Komunikasi


Selain memahami beberapa faktor pendukung komunikasi pelayanan keperawatan,
perawat juga harus mengetahui sekaligus meretas beberapa faktor penghambat
komunikasi. Tentunya, hal itu ditujukan guna terciptanya sebuah komunikasi yang
efektif antara perawat dan pasien agar pelayanan keperawatan bisa optimal.
Berikut adalah beberapa faktor penghambatr komunikasi:
1. Tidak Mengenali atau Memahami Pasien
Pepatah lama mengatakan bahwa tidak kenal maka tidak sayang. Dalam ranah
komunikasi, pepatah tersebut juga berlaku. Banyak orang yang gagal dalam
melakukan komunikasi lantaran tidak mengenali keberadaan lawan bicaranya.
Begitu pula dalam konteks komunikasi keperawatan, apabila perawat tidak
mampu mengenali dan menyelami pasien, kemungkinan untuk sukses dalam
berkomunikasi sangant kecil.
2. Tidak Mengetahui Latar Budaya
Tidak mengetahui latar kebudayaan lawan bicara saat berkomunikasi bisa
menjadi persoalan tersendiri. Dalam konteks ini yang terpenting adalah pandai
menempatkan diri saat melakukan komunikasi, tentunya harus mengenali latar
budaya lawan bicaranya terlebih dahulu.
3. Jarang Melakukan Evaluasi Terhadap Respon Komunikasi
Evaluasi merupakan hal yang sangat penting guna meningkatkan kemampuan
serta ketrampilan dalam berkomunikasi. Selain melakukan evaluasi terhadap
kemampuan serta ketrampilan, dalam berkomunikasi perawat juga harus cepat
dalam merespons lawan bicaranya guna memahami dirinya termasuk dalam
kategori mudah berkomunikasi atau sebaliknya.

16
4. Tidak Memahami Kebiasaan Dalam Komunikasi Lisan
Tidak memahami kebiasaan dalam berkomunikasi lisan akan menjadi faktor
penghambat dalam berkomunikasi. Saat berbicara dengan pasien, perawat harus
memahami kebiasaan dalam berkomunikasi secara lisan. Adapun beberapa
langkah guna memahami kebiasaan berkomunikasi lisan meliputi:
a. Pahami keberadaan pengaruh senioritas dalam diri pasien.
b. Perhatikan dan pahami apa saja yang boleh dan yang tidak boleh dikatakan
secara lisan.
c. Pelajari dan pahami cara pengucapan yang baik dan benar, sesuai dengan
kebiasaan yang melekat dalam diri pasien
d. Perhatikan dan pahami keberadaan lawan bicara secara sungguh-sungguh,
termasuk memahami latar budayanya.
5. Tidak Memiliki Keterampilan Dalam Mendengarkan
Seorang pendengar yang baik bisa membuat lawan bicaranya antusias serta
merasa nyaman dan terbuka dalam melakukan komunikasi. Beberapa langkah
bagi perawat agar senantiasa tampil sebagai seorang pendengar yang baik saat
berkomunikasi dengan pasien yaitu:
a. Beri kesempatan kepada lawan bicara guna menyampaikan segala yang
hendak disampaikan atau keluhan. Jangan pernah memotong pembicaraan
karena bisa mengakibatkan komunikasi berjalan dengan tidak efektif.
b. Hindari kebiasaan mengungguli lawan bicara karena akan membuat
komunikasi menjadi tidak efektif.
c. Pastikan bahwa topik perbincangannya disukai dan dibutuhkan lawan
bicaranya.
d. Gunakan sedikit humor atau kalimat yang menghibur sebagai bumbu
perbincangan.
e. Tunjukan sikap antusias saat mendengarkan lawan bicara.
f. Berikan senyum yang ramah saat mendengarkan lawan bicara guna
menciptakan suasana yang hangat dalam perbincangan yang sedang
berlangsung.
g. Pastikan untuk senantiasa memperluas wawasan melalui membaca dan
mengumpulkan informasi.

17
6. Tidak Memahami Strategi Penggunaan Media
Ketika seorang tidak memahami strategi penggunaan media, maka dapat
bermetamorfosis menjadi penghambat berkomunikasi. Hal penting yang harus
dipahami oleh seorang perawat dalam berkomunikasi antarpersonal adalah
lebih banyak menggunakan media sensori atau pesan nonverbal ketimbang
penggunaan tutur kata, suara, efektivitas ruang.
Selain itu, beberapa penghambat lain dalam melakukan komunikasi yang
harus diperhatikan oleh perawat adalah:
a. Kurangnya penggunaan sumber berkomunikasi yang tepat
b. Kurangnya perencanaan dalam berkomunikasi
c. Penampilan, sikap, sekaligus pecakapan yang tidak sesuai dengan apa yang
hendak dituju atau diinginkan selama berkomunikasi
d. Lemah dalam bidang pengetahuan
e. Perbedaan persepsi
f. Perbedaan harapan
g. Kondisi fisik dan mental yang kurang baik
h. Pesan yang tidak jelas
i. Prasangka yang buruk
j. Penilaian yang prematur
k. Minimnya kepercayaan diantara kedua belah pihak
l. Terdapat ancaman
m. Perbedaan pengetahuan maupun status sosial
n. Informasi yang salah

18
BAB IV
Komunikasi Terapeutik Perawat

A. Memahami Komunikasi Terapeutik


Pada prinsipnya keberlangsunya komunikasi dalam bidang keperawatan dapat
memperlancar usaha seorang perawat dalam menentukan rencana tindakan guna
menyehatkan pasien. Berpijak pada pemahaman tersebut, dapat dipahami bahwa
komunikasi terapeutik memegang peranan penting guna memecahkan masalah
yang dihadapi oleh pasien
Persoalan mendasar dari komunikasi terapeutik adalah adanya hubungan
simbiosis mutualisme antara pasien dengan perawat, sehingga dikategorikan
sebagai komunikasi interpersonal atau komunikasi pribadi antara perawat dengan
pasien
1. Unsur-Unsur Komunikasi Terapeutik
Menurut potter dan perry (2010), unsur-unsur yang terkandung dalam
komunikasi terapeutik meliputi:
a. Keramahan
Keramahan seorang perawat dalam melangsungkan komunikasi kepada
pasien meripakan langkah pertama guna memberikan kesan yang bermakna
dalam hal perencanaan perawatan yang hendak dilaksanakan.
b. Penggunaan nama
Dalam komunikasi terapeutik, penggunaan nama merupakan bagian dari
unsur yang cukup fundamental dimana pengenalan diri akan berfungsi
meretas keraguan yang kerap bisa hadir dipikiran pasien. Saat perawat
memanggil nama asli pasien, saat tersebut seorang perawat telah
memberikan penghargaan yangcukup bermakna bagi pasien, yang tentunya
semakin memberikan ruang guna melangsungkan komunikasi secara lebih
efektif.
c. Dapat dipercaya
Dapat dipercaya merupakan bagian dari kelancaran berkomunikasi.
Tentunya, hal ini harus diperhatikan oleh seorang perawat dalam
melangsungkan komunikasi terapeutik. Penting bagi seorang perawat untuk
senantiasa menunjukan kehangatan, konsistensi, kejujuran, kompetensi, dan

19
rasa hormat terhadap lawan bicara atau pasien saat melangsungkan
komunikasi terapeutik.
d. Otonomi dan tanggung jawab
Hal yang dimaksud dari otonomi dan tanggung jawab adalah keberanian
yang harus dimiliki oleh seorang perawat dalam membuat pilihan atau
menentukan keputusan sekaligus mempertangungjawabkannya.
e. Asertif (tegas)
Komunikasi asertif dapat memberikan ruang bagi seseorang guna
mengekspresikan perasaan dan pikirannya tampa harus menghakimi,
menuduh, maupun menyakiti orang lain. Di dunia keperawatan, sikap asertif
juga berfungsi guna meningkatkan rasa percaya diri seseorang sekaligus
menunjukan rasa penghormatan terhadap orang lain.
2. Tujuan Komunikasi Terapeutik
Berdasarkan pendapat yang diutarakan oleh purwanto terdapat beberapa
tujuan terapeutik antara lain:
a. Membantu pasien guna memperjelas sekaligus mengurangi beban perasaan
dan pikiran yang menggelayuti.
b. Membantu mengambil tindakan yang efektif bagi pasien guna mengubah
situasi yang sedang terjadi keperubahan positif.
c. Membantu dalam mengambil tindakan efektif sekaligus mempengaruhi
orang lain, termasuk dirinya sendiri
3. Kendala yang kerap Terjadi
Terdapat beberapa kendala yang kerap terjadi saat hendak mencapai tujuan
dari diberlangsungkannya komunikasi terapeutik, diantaranya adalah:
a. Tingkah laku perawat
b. Perawat yang berorientasi rumah sakit
c. Kurang tanggap terhadap kebutuhan pasien
4. Fungsi komunikasi Terapeutik
a. Mendorong sekaligus mengajarkan kepada pasien mengenai kerja sama
melalui hubungan keperawatan.
b. Membantu pasien guna meringankan beban pikiran sekaligus
mempengaruhi pasien tentang pentingnya kesehatan.

20
5. Manfaat Komunikasi Terapeutik
Berikut adalah beberapa manfaat komunikasi terapeutik
a. Mendorong sekaligus menganjurkan kerja sama amtara perawat dengan
pasien
b. Melakukan identifikasi guna mengungkap perasaan pasien sekaligus
mengevaluasi tindakan yang dilakukan.
c. Memberikan pengertian mengenai gangguan kesehatan yang dihadapi oleh
pasien sekaligus membantu mengatasinya
d. Mencegah tindakan negatif pasien akibat gangguan kesehatan yang
dideritanya.
B. Fase-fase Hubungan Terapeutik
Terdapat beberapa fase dalam hubungan terapeutik, yaitu:
1. Tahap persiapan (pra interaksi)
Pada tahap ini, perawat berkewajiban mengidebtifikasi pasien mengenai
kelebihan serta kekurangannya. Adapun tugas yang harus dilakukan oleh
seorang perawat dalam tahap pra interaksi
a. Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan pasien.
b. Melakukan analisis terhadap kekuatan sekaligus kelemahan yang terdapat
dalam diri sendiri.
c. Mengumpulkan data berkenaan dengan pasien
d. Merencanakan pertemuan pertama dengan pasien.
2. Tahap perkenalan
Berikut adalah tugas yang harus dilakukan oleh seorang perawat dalam tahap
perkenalan:
a. Membina saling percaya
b. Merumuskan kontrak dengan pasien
c. Menggali pikiran dan perasaan pasien
d. Merumuskan metode keperawatan bersama pasien
3. Tahap kerja
Tahap kerja merupakan tahap inti dati keseluruhan proses komunikasi
terapeutik. Dalam tahap ini, seorang perawat dan pasien bekerja sama guna
mengatasi masalah yang ada.

21
4. Tahap terminasi
Tahap terminasi adalah tahap akhir dari pertemuan antar perawat dengna
pasien. Tahap terminasi dipetakan menjadi dua, yaitu:
a. Terminasi sementara, yaitu dilakukan saat akhir dari setiap proses
pertemuan dengna pasien.
b. Terminasi akhir, dilakukan saat perawat menyelesaikan proses keperawatan
secara keseluruhan
C. Sikap Perawat dalam komunikasi teraputik
Dalam berkomunikasi, seorang perawat harus tampil secara utuh saat
berhadapan dengan seorang pasien. Yang dimaksud hadir secara utuh adalah
penampilan secara fisik maupun psikoligis saat menjalin komunikasi dengan
pasien.
Berukut adalah pemahaman mengenai kehadiran secara fisik dan psikologis.
1. Kehadiran secara fisik
Berpijak pada pendapat evans (1975), terdapat 4 sikap sekaligus cara bagi
seorang perawat dalam berkomunikasi dengan pasien, yaitu:
a. Berhadapan
Posisi berhadapan dengan pasien yang dimaksud bertujuan menunjukan
sikap bahwa seorang perawat secara implisit sudah menegaskan siap
melayani pasien.
b. Mempertahankan kontak mata
Hal ini ditujukan sebagai bentuk upaya yang dilakukan oleh seorang
perawat guna menunjukan bahwa dirinya sangat menghrgai keberadaan
paien sekaligus menyatakan keinginan untuk tetap melangsungkan
komunikasi
c. Membungkuk kearah pasien
Posisi membungkuk merupakan bagian darip pengejawantahan upaya
yang dilakukan oleh seorang perawat untuk denantiasa mendengarkan
sesuatu yang hendak dikomunikasikan oleh pasien
d. Tetap rileks
Hal itu ditujukan sebagai salah satu upaya guna mengontrol
keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi yang datang dari pasien
saat komunikasi sedang dilangsungkan.

22
2. Kehadiran Psikologis
Mengacu pada pendapat truax, carkkhfof, dan benerso(1987), kehadiran
psikologis terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Dimensi respon
Dimensi respon yang dimaksud terdiri dari di sikap ikhlas, menghargai,
empati, dan konkret.
b. Dimensi tindakan
Berpijak pada pendapat stuart dan sundeen (1995), yang dimaksud
dengan dimensi tindakan adalah meliputi konfrontasi, kesegaran,
pengungkapan diri perawat, katarsis emosional, dan bermain peran
D. Teknik Komunikasi Terapeutik
Dalam menanggapi pesan yang disampaikan klien, perawat dapat menggunakan
berbagai teknik komunikasi terapeutik sebagai berikut :
1. PENERIMAAN (Acceptance)
Penerimaan adalah mendukung dan menerima informasi dengan tingkah
laku yang menunjukan ketertarikan dan tidak menilai. Penerimaan bukan
berarti persetujuan. Menunjukan penerimaan berarti kesediaan mendengar
tanpa menunjukan keraguan atau ketidak setujuan.
Adapun cara menunjukan penerimaan diantaranya :
Mendengar tanpa memotong tanpa pembicaraan
Menyediakan umpan balik
2. MENDENGARKAN DENGAN AKTIF
Mendengar adalah teknik komunikasi yang paling penting pada komunikasi
efektif. Mendengarkan akan menciptakan situasi iterpersonal dari
keterlibatan maksimal yang mungkin aman dan membuat klien merasa
bebas. Mendengar merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan
mendengar perawat mengetahui perasaan klien, memberi kesempatan lebih
banyak pada klien untuk bicara. Perawat harus menjadi pendengar yang
aktif dengan tetap kritis dan korektif, bila apa yang disampaikan klien perlu
diluruskan. Tujuan teknik ini adalah memberi rasa aman klien dalam
mengungkap perasaan emosi/psikologis klien.

23
Adapun cara pendengar yang aktif adalah sebagai berikut :
a. Berfokus pada perkataan pasien
b. Melakukan kontak mata
c. Memberikan gerakan badan yang menunjukan penghormatan atau
kesantunan.
d. Memposisikan sama dengan klien jika memungkinkan
3. KLASIFIKASI
Teknik yang digunakan apabila perawat ragu, tidak jelas, tidak mendengar
atau klien malu mengemukakan informasi dan perawat mencoba memahami
situasi yang digambarkan klien.
Contoh : dapatkah anda dapat menjelaskan kembali tentang.....???
Fungsinya untuk kejelasan dan kesamaan ide, perasaan, dan persepsi antara
perawat dan klien
4. UMPAN BALIK
Pesan disampaikan kepada sasaran dan sasaran memberikan umpan balik.
Biasanya komunikasi kelompok atau perorangan merupakan komunikasi
timbal balik
5. FOKUS
Memilih topik yang penting atau yang telah dipilih dengan menjaga
pembicaraan tetap menuju tujuan yang lebih spesifik, lebih jelas dan
berfokus pada realitas.
Contoh : petugas kesehatan yang ada di rumah sakit inikurang perhatian
kepada pasiennya
6. PERTANYAAN TERBUKA (Broad Opening)
Teknik ini memberikan kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaan
sesuai kehendak klien tanpa membatasi.
Contoh : apa yang sedang saudara pikirkan?, apa yang akan bicarakan hari
ini ?
Agar klien merasa aman dalam mengungkapkan perasaannya, perawat dapat
memberi dorongan dengan cara mendengar atau mengatakan : saya
mengerti apa yang saudara katakan

24
7. REFLEKSI
Refleksi merupakan reaksi antara perawat dan klien selama berlangsungnya
komunikasi. Refleksi ini dapat di bedakan menjadi dua, yaitu :
1) Refleksi isi
Bertujuan memvalidasi apa yang didengar
2) Refleksi perasaan
Bertujuan memberi respon pada perasaan klien terhadap isi
pembicaraan agar klien mengetahui dan menerima perasaannya.
Teknik refleksi ini berguna untuk :
a) Mengetahui dan menerima ide dan perasaan.
b) Mengoreksi
c) Memberi keterangan lebih jelas
Sedangkan kerugiannya :
a) Mengulang terlalu sering tema yang sama
b) Dapat menimbulkan marah, sakit hati, dan frustasi
8. PENGULANGAN (Restating)
Teknik yang dilaksanakan dengan cara mengulang pokok pikiran yang
diungkapkan klien, yang berguna untuk menguatkan ungkapan klien dan
memberi indikasi perawat untuk mengikuti pembicaraan.
Contoh ; oh...jadi saudara tadi malam tidak bisa tidur karena......
9. VALIDASI
Validasi yaitu menanyakan pada klien apa yang tidak dimengerti perawat
terhadap situasi yang ada.
10. TEKNIK KOMUNIKASI LISAN/TULISAN
1) Komunikasi lisan secara langsung adalah komunikasi yang dilakukan oleh
dua orang atau lebih yang saling bertataap muka secara langsung dan
tidak ada jarak ataupun peralatan yang membatasi mereka. Komunikasi
lisan terjadi pada saat berbicara / berdialog, wawancara, rapat dan
berpidato.
2) Komunikasi tulisan
Komunikasi tulisan adalah komunikasi yang dilakukan dengan
perantaraan tulisan tanpa adanya pembicaraan secara langsung, dengan

25
menggunakan bahasa yang singkat, jelas dan dapat dimengerti oleh
penerima. Komunikasi tulisan dapat berupa surat menyurat, sms.
Komunikasi tulisan juga dapat melalui naskah naskah yang
menyampaikan informasi untuk masyarakat umum dengan isi naskah
yang lengkap, seperti : surat kabar, majalah dan buku buku.
3) Telpon
Komunikasi melalui telpon adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua
orang secara tidak langsung dan tidak saling bertatap muka secara
langsung. Komunikasi memlalui telpon biasanya dipisahkan oleh njarak
ataupun peralatan yang membatasi mereka.

26
BAB V
TEKNIK DAN APLIKASI KOMUNIKASI BERDASARKAN USIA

A. Komunikasi Dalam Perawatan Anak


mengawali pembahasan mengenai komunikasi dalam keperawatan anak, yang
penting untuk dilakukan oleh seorang perawat adalah menentukan cara
berkomunikasi. poin penting yang harus diperhatikan secara sungguh sungguh
dalam melakukan wawancaara adalah tergantung keadaan fisik dan psikologis
peraawat itu sendiri.
sebelum melangkah memasuki kommunikasi dengan seorang anak, perawat
harus mengawalinya dengan melakukan komuniksi dengan keluarga.
1. Petunjuk Berkomunikasi Dengan Anak
a. Pilihlah waktu yang tepat supaya anak merasa senang dengan keberadaan
perawat
b. Berikan senuman yang lembut serta pandangan mata yang memancarkan
persahabatan kepada anak
c. berkomunikasi melalui transisi objek, semisal menggunakan boneka
d. berikan kesempatan kepada anak guna berbicara tanpa harus mengikut
sertakan keluarga
e. atur posisi, supaya saat berkomunikasi perawat bisa bertatapan dengan anak
f. bicara jelas dan spesifik menggunakan kata kata yang sederhana atau
mudah dicerna oleh anak
g. berikan pujian sekaligus motivaasi terhadap anak supaya berani berbicara
h. harus jujur kepada anak dan pastikan untuk menghiondari memberikan janji
yang tidak mungkin bisa ditepaati atau dilaksanakan
2. Pendekatan Umum Padaa Anak Sebelum Melakukan Pemeriksaan
a. Ajak berbicara orangtua terlebih dahulu sebelum melangsungkan komunikasi
dengan anak
b. Lakukan komunikasi dengan metode cerita atau teknik lainnya supaya anak
mau berkomunikasi
c. Berikan mainan kepada anak sebelum masuk kedalam inti pembicaraan
d. Berikan kesempatan terhadap anak guna memilih tempat pemeriksaan yang
diinginkan

27
e. Lakukan pemeriksaan dari yang sederhana ke kompleks serrta pastikan bahw
apemeriksaan yang dilakukan tidak menyebabkan anak menjadi trauma
hindari pemeriksaaan yang berpotensi mkenimbulkan ketakutan pada diri
anak. Selain itu, berikan kesempatan kepada anak guna memegang alat
periksa
3. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Dengan Anak
a. Pendidikan
b. Pengetahuan
c. Sikap
d. Usia pertumbuhan
e. Status kesehatan anak
f. ]system social
g. Saluran
h. Lingkungan
4. teknik berkomunikasi dengan anak
anak merupakan individu yang unik. dalam menjalin komunikasi dengan
anak, tentunya dibutuhkan pendekatan dan teknik tertentu, seiring dengan
tumbuh berkembangnya anak tersebut. adapun teknik berkomunikasi denjgan
anak meliputi :
a. Teknik Orang Ketiga
teknik semacam ini mengungkapkanekspresi perasaan orang ketiga,
semisal ia atau mereka. teknik tersebut sangat membantu guna
mengurangi perasaan terancam pada diri anak dibandingkan bertnya secara
langsung pada diri mereka. cara semacam ini sangat efektif guna memberikan
kesempatan kepada anak guna memilih setuju tanpa ada keinginan untuk
bertahan
b. NLP (Neuro Linguistik Programiming)
menurut beberapa pakar, teknik pendekatan ini masih dikategorikan baru.
meski demikian , pendekatan tersebut merupakan salah satu tknik yang cukup
efektif guna berkomunikasi dengan anak. pendekatan ini dilakukan untuk
mengerti proses suatu komunikasi, yaitu dengan memperhatikan cara, gaya,
atau kelakuan individu.

28
berpijak pada teknik tersebut, umunya disebutkan bahwa masing masing
individu berkomuniaksi menggunakan satu dari tiga sensorik, yaitu
penglihatan, pendengaran, dan kinestetis.
sensorik yang spesifik adalah mengidentifikasi melalui observasi tipe dari
kata kerja, kata sifat, dan kata ketergantungan yang digunakan oleh seseorang.
dalam hal ini seorang perawat bisa menggunakan sensoris yang sama guna
meningkatkan hubungan sekaligus mengomunikasikan informasi yang
lebihefektif, seperti ke jenis orang :

Sensorik yang spesifik adalah mengidentifikasi melalui observasi tipe dari


kata kerja, kata sifat, dan kata ketergantungan yang digunakan oleh
seseorang

1. Tipe visual (penglihatan)yaitu orang yang biasa memanfaatkan alat bantu


visual, seperti diagram dan ilustrasi. berikut adalah contoh kalimat dalam
berkomuniaksi:
saya dapat melihat bahwa saya tidak sehat
dalam merespons, perawat juga harus menggunakan sensoris yang sama,
semisal dengan menjawab, ceritakan kepada saya tentang apa yang anda
lihat
2. Tipe mendengar (pendengaran), yaitu orang yang biasa menggunakan
kata kata atau suara. berikut adalah contohnya :
dari apa yang saya dengar, dokter mengatakan bahwa anak saya akan
sembuh
disaat bersamaan , perawat harus menggunakan sensoris yang sama,
dengan berkata apa yang anda dengar, sehingga bisa berkata seperti itu
3. Tipe kinestetis, yaitu orang yang memilki kecenderungan belajar dari
memanipulasi objek. berikut adalah contoh kalimatnya dalam
berkomunikasi :
saya merasa bahwa prognosis saya menurun
dosaat bersamaan perawat juga harus menggunakan sensoris yang sama,
semisal ceritakan tentang perasaan anda mengenai penyebab
menurunnya prognosis

29
c. Facilitative Responding
fasilitative responding yang dimaksud adsalah mendengarkan secara seksama
nsekaligus membayangkan kembali nperasaan pasien dan isi pernyataan
anak.
adapun rumus yang digunakan dalam fasilitative responding adalah :
engkau merasa.karena.
contoh : apabila seorang anak berkata , saya benci pergi ke rumah sakit
karena sering mendapatkan suntikan.
dalam hal ini, fasilitative responding-nya adaalah :
kamu merasa tidak bahagia karena semua dilakukan guna kebaikanmu
d. Story Telling (bercerita)
fungsi bercerita tidak hanya membantun membuka pikiran anak, tetapi
berguna untuk mengubah menghilangkan rasa takut dan persepsi anak. dalam
hal ini, bahasa bercerita yang digunakan adalah bahasa anak.
pada dasarnya respons anak terhadap teknik teknik bercerita
beraneka ragam. guna menghindari hambatan yang disengaja maupun tidaak
disengaja, perawat bisa meminta kepada anak yang bersangkutan untuk
menceritakan kejadian atau peristiwa Yang spesifik mengenai berada di
rumah sakit
e. Bibliotherapy.
pelaksanaan bibliotherapy melibatkan penggunaan buka- buka dala rangka
proses terapeutik guna membantu anak dalam rangka proses terapeutik guna
membantu anak dalam mengungkapkan perasaaannya. pemberian buku atau
majalah dapat digunakan untuk mengeskpresikan perasaan anak.
adapun petunjuk umum bagi seorang perawat dalam menggunakan
bibliotherapy adalah :
1). jajaki perkembangan emosi serta pengetahuan anak
2). hayati isi buku serta sesuaikan dengan tingkat usia anak
3). menikmatio buku tersebut bersama anak
4). menyisir secara lebih mendalam mengenaai isi yang terkandung dalam
buku tersebut. kemudian, ceritakan kembali carita yang terdapat dalam
buku itu kepada anak

30
f. Fantasi
bentuk khusus daari biblioteraphyadalah menggunakan dongeng fantasi,
semisal abu nawas, bawang putih, dan bawang merah, malin kundang, dan
sebagainya. selanjutnya ilustrasikan tokoh serta kejadian yang terdapat dalam
cerita mengenai adanya suatu konflik, seperti kasih saying, takut meninggal,
takut menjadi tidak berharga, pentingnya kejujuran, dan sebagainya. penting
bagi perawat unrtuk memberikan penjelasan terhadap anak mengenai arti
dari cerita tersebut.
g. Mimpi
Mimpi kerab diartikan sebagai ungkapan sesuatu secara tidak sadar, sehingga
terkadang bisa menekan perasaan dan pikiran seseorang. salah satu cara pada
ilmu psikoterapy guna mengatasi penafsiran mimpi adalah dengan
menanyakan kepada anak atau orangtua mengenai mimpi yang dialaminya.
setelah itu, masuki dimensi perasaan bersalah yang mengganggu pada anak
atau seseorang tersebut.
h. Pertanyaan Bagaimana Apabila
pertanyaan bagaiman apabila sangat berguna untuk memberikan dorongan
terhadap anak guna menjelajahi situasi dan menentukan berbagai pemecahan
terhadap masaalah yang menimpanya.
i. Three Wishe
three wishes atau tiga permuntaan merupakan salah satu teknik yang sangat
efektif serta merupakan salah satu trategis guna mengundang anak anak ke
dalam suatu komunikasi
j. Rating Game
ketimbang menanyakan secara langsung kepada anak mengenai perasaannya,
lebih baik perawat menyakan pengalaman anak dari hari ke hari, dalam skala
1-10 hari. hal itu merupakan salah satu cara guna melihat penyebab gangguan
pada anak, sehingga perawat bisa menyimpulkan tindakn apa yang bisa
diambil.
k. Word Association Game
word association game yang dimaksud adalah pendekatan dengan
menggunakan permainan asosiasi kata. dalam hal ini, perawat bisa
memulainya dengan menggunakan sejumlah kata kunci dan meminta kepada

31
anak untuk menyebutkan kata pertama yang ia kenal. akan lebih baik apabila
diawali menggunakan kata kata yang bersifat netral, seperti menggambar,
menulis, berdoa, dan lainnya
tahap berikutnya perkenalkan dengan kata kata yang bisa
mengundang kecemasan, seperti penyakit, jarum suntik, rumah sakit,
pembedahan, dan sebagainya
l. Sentence Ccompletion (Melengkapi Kalimat)
secara khusus pendekatan ini digunakan bagi anak praremaja dan remaja,
yaitu dengan menanyakan mengenai keadaanya, mnulanya pertanyaan
diawali dengan yang netral, kemudian diakhiri dengan yang focus pada
perasaan remaja atau praremaja.
m. Pros And Cons (Pro Dan Kontra)
pros and cons atau pro dan kotra merupakan suatu pendekatan yang agak
berbeda dari lazimnya guna mendorong anak menjelajahi perasaannya
sendiri, semisal dengan meminta anak membuat daftar yang berkenaan
dengan 5 hal baik dan 5 hal buruk mengenai rumah sakit
n. Komunikasi Pada Anak Sesuai Tahap Perkembangan Pikirannya
1. Masa Bayi
a) Belum bisa berkomunikasi menggunakan kata kata. komunikasi yang
dipergunakan adalah komunikasi nonverbal
b) Mengungkapkan kebutuhan dengan tingkah laku dan suara yang bisa
diinterpretasikan oleh orang orang di sekitarnya, seperti menangis,
yang bisa jadi menunjukkan lapar, sakit, pembatasan gerak, atau
kesepian. adapun tindakan yang bisa dilakukan adalah dengan
mengusap, berbicara halus, menggendong, atau dipangku.
c) Ketika bayi berumur 6 bulan, perilaku yang biasa dilakukan adalah
mengerak- gerakkan tangan dan kaki. gerakan itu biasanya dialkukan
guna menarik perhatian orang orang di sekitarnya. adapun menepuk
tubuhnya dengan penuh perasaan
d) Ketika bayi berumur diatas 6 bulan, biasanya selalu berpusat pada diri
dan ibunya. saat itu, bayi merasa takut pada orang asing
2. Anak usia kurang dari 5 tahun

32
a. Sangat egosentris. melihat sesuatu hanya dengan sudut pandaangnya
sendiri (komunikasi yang berpusat pada dirinya sendiri)
b. Takut pada ketidaktahuan. guna mengatasinya, beritahukan apa yang
akan terjadi pada dirinya, bagaimana merasakannya, serta beri
kesempatan guna menyentuh dan memegangi alat yang menarik
perhatiannya
c. Belum lancer dalm berbicara. pergunakan kata kata yang simpel,
singkat dan dikenal oleh anak dalam berkomunikasi serta berikan
pujian mengenai hal hal yang sudah dicapainya
d. Sering seringlah berpandangan dengan mata sejajar kepada anak
3. Usia Sekolah
usia sekolah dipetakan menjadi 2 yaitu anak usia 5-8 tahun dan anak usia
8-12 tahun. berikut adalah penjelasan mengenai anak usia 5 tahun hingga 8
tahun
a. Pada umumnya, saat menemui masalah mereka hanya percaya pada
apa yang dilihat dan diketahui tanpa membutuhkan penjelasan lebih
lanjut
b. Anak usia ini sangat memperhatikan keberadaan tubuhnya. mereka
sangat peka terhadap segala sesuatu yang diasumsikan bisa
mengancam atau manyakiti tubuhnya
c. Sedangkan anak usia 8 tahun hingga 12 tahun sudah memiliki
kemampuan berfikir secara konkret, seperti mudah berkomunikasi
4. Anak Usia Remaja
a. Mulai memiliki pola piker dan tingkah laku, sebagai penanda peralihan
dari masa kanak kanak menuju dewasa
b. Apabila sedang mengalami stress, biasanya akan mendiskusikan
masalah tersebut dengan teman sebaya atau orang dewasa di luar
keluarganya
c. Menolak seseorang yang diasumsikan dapat menjatuhkan harga
dirinya. untuk hal ini berikan mereka support dan pengertian agar
jangan melakukan interupsi. selain itu hindari ragam bentuk
pertanyaan yang berpotensi menimbulkan rasa malu.
5. Teknik berkomunikasi dengan keluarga anak

33
komunikasi dengan keluarga anak merupakan proses segtitiga antara
perawat, orangtua perawat, dan anak. dalam konteks ini, orangtua orangtua
merupakan focus terpenting dalm komunikasi segitiga.
beberapa langkah efektif yang bisa dilakukan seorang perawat dalam hal
ini adalah:
1. Memberikan dorongan kepada orang tua untuk berbicara
2. Mengarahkan pokok permasalahan
3. Mendengarkan
4. Diam sejenak
5. Empati
6. Meyakinkan
7. Menetukan masalah
8. Memecahkan masalah
9. Mengadaptasi bimbingan
10. Menghindari hambatan hambatan komunikasi
adapun hambatan yang dapat memperngaruhi proses hubungan dalam
berkomunikasi adalah memberikan nasihat yang tidak berkaitan dengan
kondisi pasien atau anak, seperti :
a. Memberikan dorongakn sepintas
b. Melindungi suatu opini atau situasi
c. Meberikan harapan semu atau keyakinan yang tidak sesuai
d. Memberikan pujian yang bersifat stereotip
e. Menhahan ekspresi emosi sesuai dengan pertanyaan yang tidak
sesuai
f. Menyela atau melakukan interupsi terhadap komunikasi orang lain
g. Lebih banyak berbicara ketimbang orang yang diinterview
h. Membuat kesimpulan yang bersifat menghakimi
i. Mengubah pokok materi atau pembicaraan dengan sengaja
B. Berkomunikasi Dengan Pasien Dewasa
Penting untuk diperhatikan oleh seorang perawat bahwa orang dewasa
memiliki sikap, pengetahuan, dan kerampilan, sehuingga untuk mengubah
perilakunya akan sangat sulit.

34
Saat melakukan komunikasi dengan pasien dewasa dibutuhkan model
komunikasi yang tepat supaya tujuan yang diinginkan bisa tercapai.
Biasanya, orang dewasa sudah memiliki sikap dan pengetahuan tertentu,
sehingga eorang perawat akan sulit mengubahnya, terlebih jika pengetahuan
tersebut sudah mereka yakini kebenaran dan manfaatnya.
Dillihat dari dimensi psikologis, dalam situasi komunikasi, orang dewasa
memiliki beberapa sikap tertentu, yaitu:
1. Komunikasi merupakan suatu pengetahuan yang dibutuhkan dan diinginkan
oleh pasien dewasa itu sendiri, dengan demikian, oraang dewasa tidak butuh
digurui atau diajari, tetapi dimotivasi guna mencari pengetahuan yang lenih
mutakhir
2. Komunikasi merupakan suatu proses emosional dan intelektual
3. Komunikasi merupakan hasil kerja sama antar manusia yang saling member dan
menerima.
1. Model model komunikasi dan penerapannya pada pasien dewasa
adapun model model komunikasi tersebut adalah :
a. Model shanon weaver
model shanon weaver lebih menyoroti pada problem penyampaian pesan
berdasarkan tingkat kecermatannya. model ini mengasumsikan bahwa
sumber informasi menghasilakn sesuatu pesan guna dikomunikasikan
me;lalui seperangkaat pesan
b. Model komunikasi leary
menurut penelitian leary, didapatkan hasil bahwa tingkah laku pasien
dipengaruhi oleh keberadaan lingkuangan yang melatarinya.
c. Model interaksi king
pada dasarnya model king menekankan bahwa interaksi antara petugas
kesehatan dengan pasien harus dilakukan secara simultan,sehingga nisa
membuat keputusan mengenai keberadaan diri mereka dan oranglain
berdasarkan persepsi yang dimiliki terhadap keberadaan latar masing
masing. berikut mengenai model ini :
1. Keputusan akan memberikan stimulasi guna melahirkan suatu reaksi

35
2. Interaksi adalah proses dinamis yang meliputi hubungan timbal balik
Antara persepsi , keputusan, dan tindakan petugas kesehatan dengan
pasien
3. Transaksi merupakan hubungan relationship yang bersifat timbal balik
antara petugas kesehatan dengan pasien selama keduanya masih berada
dalam posisi saling berpartisipasi
4. Feedback dalam model king lebih menunjukkan pada pentingnya makna
suatu hubungan antara petugas kesehatan (perawat) dengan pasien
d. Model komunikasi kesehatan
Dalam model komunikasi ini, terdapat tiga faktor utama dalam proses
komunikasi, yaitu:
1. Hubungan relationship dalam model ini dikondisikan untuk hubungan
interpersonal,yaitu bagaimana seorang professional kesehatan bisa
meyakinkan keberadaan pasien.
2. Transaksi adalah kesepakatan interaksi antar partisipan dalam proses
komunikasi yang dilangsungkan.
3. Konteks komunikasi kesehatan mengenai keberadaan kesehatan pasien
disesuaikan dengan tempat dan situasi.
Adapun konteks dari model komunikasi kesehatan disesuaikan dengan
tujuan dan jenis pelayanan yang diberikan. penting untuk diperhatikan oleh
seorang perawat, dalam berkomunikasi dengan orang dewasa membutuhkan
ragam aturan, yaitu:
1. Sopan santun
2. Dalam berbicara menyesuaikan dengan tingkat pendidikan pasien
3. Dalam berbicarra menyesuaikan dengan usia pasien
4. Dalam berbicara sesuaikan dengan factor budaaya yang melatari
keberadaan pasien
5. Memperhatikan nilai nilai yang dianut dan mengakar dalam diri pasien
2. Suasana Komunikasi
Adapun suasana komunikasi yang harus diciptakan dan diperhatikan secara
sungguh-sungguh oleh seorang perawat adalah :
a. Ciptakan Susana saling menghormati

36
b. Hargai segala bentuk pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, dan system nilai
yang dimiliki oleh pasien
c. Ciptakan suasana saling percaya
d. Ciptakan suasana penuh dengan keterbukaan dalam mengungkapkan diri
sekaligus mendengarkan orang lain
Dalam hal ini penting juga bagi seorang perawat untuk memperhatikan
beberapa hal berikut saat berhadapan dengan pasien orang dewasa
a. Merasa bahwa dirinya sudah tidak berdaya
b. Merasa tidak aman
c. Merasa tidak memiliki kemampuan ketika dikelilingi oleh tokoh tokoh
yang berwenang.
Merasa bahwa status kemandiriannya sudah berubah, dimana orang lain yang
memutuskan segala kebutuhannya.
C. Komunikasi Pada Pasien Lansia
Dalam berkomunikasi dengan pasien lansia, beberapa hal yang harus diperhatikan
oleh seorang perawat adalah factor fisik, psikologis, dan lingkungan pasien guna
menerapakan keterampilan komunikasi yang tepat.
umumnya usia lansia berkisar diatas usia 60 tahun.apabila berpijak pada
organisasi kesehatan dunia (who), disebutkan bahwa terdapat empat tahapan
mengenai lansia, yaitu:
1. Usia pertengahan (middle age), yaitu berkisar anatara 45-59 tahun
2. Lanjut usia (elderly), yaitu berkisar antara 60 70 tahun
3. Lanjut usia tua (old), yaitu berkisar antara 75-90 tahun
4. Usia tua (very old)yaitu di atas 90 tahun
Sedangkan dalam beberapa literature yang lain disebutkan:
1. Elderly, yaitu berkisar antara 60-65 thun
2. Junior old age, yaitu berkisar antara 65-75 tahun
3. Formal old age, yaitu berkisar antara 75-90 tahun
4. Longevity age, yaitu berkisar antara 90 120 tahun
Meskipun terdapat perbedaan dalam pemahaman lanjut usia, tetapi perubahan
perubahan yang disebabkan oleh usia tersebut bisa diidentifikasi, semisal
perubahan pada aspek fisik, seperti:
1. Perubahan neurologi dan sensoris

37
2. Perubahan visual
3. Perubahan pendengaran
Adapun perubahan emosi yang kerap terlihat pada pasien lansia adalah berupa
reaksi penolakan terhadap kondisi yang terjadi. gejala gejala penolakan ini
semisal berupa :
1. Tidak mempercayai diagnosis, gejala, perkembangan, sekaligus keterangan
yang diberikan oleh petugas kesehatan
2. Mengubah keterangan yang diberikan, sehingga diterima oleh petugas
kesehatan secara tidak benar
3. Melakukan penolakan berkomunikasi dengan perawat
4. Melakukan penolakan terhadap layanan perawatan
5. Melakukan penolakan atau tidak mematuhi berbagai nasihat, seperti
istirahaat, berbaring, berganti posisi tidur, terlebih apabila ditujukan bagi
kenyamanan pasien lansi
1. Pendekatan perawatan terhadap lansia dalam wilayah komunikasi
terdapat bebertapa pendekatan dalam wilayah komunikasi ynag bisa dilakukan
oleh perawat guna melakukan perawatan terhadap pasien lanjut usia, yaitu
meliputi:
a. Pendekatan fisik
Pendekatan fisiki yang dimaksud adalah mencsri informasi mengenai
kesehatan yang objektif, kenutuhan, kejadian kejadian yang sudah dialami,
perubahan fisikpada organ tubuh, tingkat kesehatan yang dimungkinkan bisa
dikembangkan, serta penyakit yang bisa dicegah tingkat kegansannya.
pendektan ini relative lebih mudaah dilakukan dan dicarikan solusinya,
karena riil dan gampang diobservasi
secara umum. perawatan fisik bagi pasien lansia dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:
1. Pasien lanjut usia yang masih aktif, yang fisiknya masih mampu bergerak
tanpa mebutuhkan bantuan dari oranglain, sehin gga bisa memenuhi
kebtuhan sehari sehari secara mandiri
2. Pasien lanjut usia yang pasif atau tidak bisa bangun, yang fisiknya sudah
mengalami kelumpuhan atau sakit. sehingga dalam memenuhi kebutuhan
sehari-harinya membutuhkan bantuan oranglain

38
b. Pendekatan Psikologis
pendekatan psikologis yang dimaksud adalah lebih bersifat abstrak dan
mengarah pad tingkah laku, biasanya akan membutuhkan rentang waktu
yang lebih lama dalam mengubah sikap pasien.
c. Pendekatan Sosial
pendekatan sosial adalah pendekatan yang dilakukan guna meningkatkan
keterampilan interaksi dengan lingkungan.
d. Pendekatan Spiritual
pendekatan spiritual adalah suatu pendekatan dimana seorang perawat
keharusan bisa memberikan kepuasan batin yang berhubungan dengan
kepercayaan
2. Teknik berkomunikasi menggunakan bahasa yang baik
dalam menggunakan teknik ini, terdapat beberapa langkah yang harus
diperhatikan perawat, yaitu:
a. Kecepatan dan tekanan suara yang tepat
b. Berikan pertanyaan yang tepat serta kurangi pertanayaan yang
mengakibatkan pasien menjawab ya atau tidak
c. Hindari untuk mendonasi pembicaraaan ketika berkomunikasi dengan
pasien lansia
d. Apabila pasien sudah interest, hendaknya lakukan maneuver, yaitu
mengubah topic pembicaraan yang sedang berlangsung dengan
memanfaatkan objek di sekitarnya
e. Pastikan menggunakan kata kata yang sesderhana dan konkret dalam
berkomunikasi dengan pasien lansia
f. Gunakan kaliamat yang sederhana dan pendek guna memudahkan pasien
lansia dalam mencerna pesan yang hendak disampaikan oleh petugas
kesehatan atau perawat
3. Teknik komunikasi nonverbal dengan pasien lansia
dalam teknik komunikasi nonverbal terdapat beberapa hal yang penting untuk
diperhatikan dan diaplikasikan oleh seorang perawat guna melngsungkan
komunikasi dengan pasien lansia, yaitu meliputi :
a. Perilaku,
b. Kontak mata

39
c. Ekspresi wajah
d. Postur dan tubuh
e. Sentuhan
4. Teknik meningkatkan komunikasi dengan pasien lansia
a. Mengawali komunikasi dengan saling memperkenalkan nama dan berjabat
tangan
b. Menyentuh tangan pasien saat menyampaikan pesan pesan verbal
c. Berikan penjelasan mengenai tujuan wawancara
d. Dalam berkomunikasi, awali dengan pertanyaan mengenai topic yang tidak
mengancam
e. Pergunakan pertanyaan yang bersifat terbuka dan belajar mendengarkan
keluh kesah pasien secara efektif
f. Lakukan klarifikasi terhadap pesan secara periodic
g. Pertahankan kontak mata dan berperanlahsebagai pendengar yang baik
h. Hindari respon yang lebih menunjukkan rasa simpati
i. Hindari pertanyaan yang berkenaan dengan mental, sebab pertanyaan
tersebut merupakan bagian dari pertanyaan mengancam]
j. Pastikan meminta ijin apabila pertanyaan secara formal
5. Suasana Wawancara
Berikut beberapa langkah guna menciptakan suasana dan lingkungan yang bisa
dilakukan perawat :
a. Pastikan utnuk mengambil posisi duduk berhadapan dengan pasien
b. Pastikan untuk menjaga hal hal yang bersifat privasi
c. Pastikan penerangan ruangan terang, cegah latar belakang kelam
d. Kurangi keramaian lingkungan
e. Saat melangsungkan komunikasi dengan lansia, pastikan untuk selalu
mengerti dan menjaga diri dalam mengekspresikan sesuatu yang didapat
dari proses komunikasi yang berlangsung
6. Keterampilan komunikasi terapeutik bagi lansia
adapun keterampilan komunikasi terapeutik yang harus dimiliki oleh perawat
adalah :
a. Membuka sesi wawancara dengan memperkenalkan nama sekaligus
memberikan penjelasan mengenai tujuanb wawancara

40
b. Memberikan wakltu yang cukup bagi pasien guna menjawab pertanyaan yang
berkaitan dengan topic
c. Gunakan kata kata yang tidak asing serta sesuaikan dengan latar belakang
sosiokultural pasiean
d. Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas
e. Perawat bisa memperlihatkan perhatian dan dukungan terhadap pasien
melalui respon nonverbal
f. Perawat harus cermat dalam melakuklan identifikasi mengenai tanda- tanda
kepribadian pasien
g. Perawat tidak dibenarkan untuk berasumsi bahwa pasien sudah memahami
tujuan wawancara pengkajian
h. Perawat berkehrusan untuk memperhatikan secara seksama mengenai
respons pasien dengan mendengarkandengan cermat dan terus melakukan
observasi
i. Lakukan wawancara di tempat yang sudah tidak asing bagi pasien
j. Lingkungan wawancara harus dibuat nyaman
k. Lingkungan wawancara harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi lansia yang
sensitive terhadap suara frekuensi tinggi
l. Perawat harus mengkonsultasikan hasil dari wawancaraa terhadap lansia
atau kepada keluarga atau orang terdekat
m. Perawat berkeharusan untuk memperhatikan kondisi fisik pasien saat
melangsungkan wawancara

41
BAB VI
Teknik komunikasi dengan pasien yang memiliki gangguan dalam
berkomunikasi

A. Pasien dengan gangguan sensorik pendengaran


Saat berhadapat dengan pasien yang memiliki gangguan pada sensoirs pendengar,
biasanya media komunikasi yang kerap digunakan adalah media visual
adapun teknik komunikasi yang bisa dilakukan atau digunakan oleh seorang
perawat ketika berhadapan dengan pasien yang mengalami gangguan sensoris
pendengaran, meliputi:
1. orientasikan kehadiran dengan caraa menyentuh pasien atau memposisikan
diri tepat didepan pasien
2. pastika, mneggunakan bahasa yang sederhana serta berbicara secara
perlahan gun amemudahkan pasien dalam membaca gerak bibir, sehingga
bisa menangkap pesan yang hendak disampaikan.
3. pastikan untuk tidak melakukan pembicaraan saat pasien sedang mengunyah
sesuatu
4. apabila memungkinkan, gunakan bahasa pantomin dengan gerakan
sederahana dan wajar
5. apabila dibutuhkan gunakan bahsa isyarat atau jari
6. apabila terdapat sesuatu yg dirasa cukup sulit untuk dikomunikasikan,
sebaiknya pesan tersebut disampaikan dalam bentuk tulisan atau gambar

B. Pasien Dengan Gangguan Penglihatan


Adapun beberaapa teknik yang bisa digunakan oleh seorang peraawat ketika
berkomunikasi dengan psien yang memiliki gangguan penglihatan adalah :
1. Apanbila berhadapan dengan pasien yang mengalami kebutaan p[arsial,
sebisa mgkin ambil posisi yang bisa dilihat pasien
2. Berikan identifikasi dirn kepada pasien dengan menyebutkan nama sekaligus
peran yang dimiliki oleh peraawat
3. Pastikan untuk berbicara menggunakan nada normal sebab pasien yang
memiliki gangguan penglihatan tidak mungkin bisa menangkap pesan verbal
secara visual

42
4. Berikan penjelasan atau kata kata sebelum melakukan sentuhan terhadap
pasien
5. Berikan informasi yang jelas kepada pasien saat hendak menyelesaikan
komunikasi ataau hendak meninggalkaannya
6. Orientasikan pasien mengenai lingkungannya apabila dipindahkan
kelingkungan atau ruangan yang baru

C. Pasien Dengan Gangguan Wicara


Adapun teknik yang bisaa dilakukan oleh seorang perawat ketika berkomunikasi
dengan pasien yang memiliki gangguan wicara adalah :
1. perhatikan mimic sekaligus gerakan bibir pasien
2. Perjelas pesan yang hendak disampaikan pasien dengan mengulangnya
kembali
3. Berikan batasan yang jelas terkait topic pembicaraan yang hendak
dikomunikasikan
4. Pastikan untuk menciptakan suasana yang rileks dan nyaman kepada pasien
saat melakukan komunikasi
5. Apabila dibutuhkan gunakan bahasa tulisan atau simbol

43
BAB VII
KESIMPULAN

KESIMPULAN

Kemampuan menerapkan tehnik komunikasi memerlukan latihan dan kepekaan


serta ketajaman perasaan, karena komunikasi terjadi tidak dalam kemampuan tetapi
dalam dimensi nilai, waktu dan ruang yang turut mempengaruhi keberhasilan
komunikasi yang terlihat melalui dampak terapeutiknya bagi klien dan juga kepuasan
bagi perawat.
Komunikasi juga akan memberikan dampak terapeutik bila dalam penggunaanya
diperhatikan sikap dan tehnik komunikasi terapeutik. Hal lain yang cukup penting
diperhatikan adalah dimensi hubungan. Dimensi ini merupakan faktor penunjang yang
sangat berpengaruh dalam mengembangkan kemampuan berhubungan terapeutik.

44

Anda mungkin juga menyukai