Anda di halaman 1dari 3

1.

Kerusakan (Failure) adalah ketidakmampuan suatu komponen untuk berfungsi sesuai


dengan kebutuhan atau spesifikasi aslinya, failure atau kerusakan dapat diartikan juga
sebagai loss of function atau loss of service life.
Kondisi-kondisi umum dalam kerusakan material adalah sebagai berikut :
Komponen dapat beroperasi tetapi tidak berfungsi maksimal
Komponen tidak dapat beroperasi sama sekali
Kerusakan serius sehingga meyebabkan suatu system atau komponen tidak aman
untuk digunakan lagi.
2. Penyebab kerusakan secara umum yang terjadi pada material Teknik adalah sebagai
berikut :
Salah Desain
Salah dalam memilih material
Ketidasksempurnaan material
Salah dalam proses manufacture
Salah dalam perakitan
Kondisi operasi yang tidak terduga
Salah dalam perawatan
Quality control dan inspeksi yang tidak tepat.

3. Analisa pada jam tangan adalah sebagi berikut :


Jam tangan digunakan dipergelangan tangan sebagai penanda waktu. Pada saat memakai
jam tangan secara normal, tali jam akan mengalami pembebanan tarik. Lubang pengait di
tali jam tangan dapat menimbulkan konsentrasi tegangan . Hal itu dapat menyebabkan
kegagalan yang dimulai dari lubang pengait tersebut. Dengan adanya konsentrasi
tegangan yang terus terjadi pada lubang pengait jam tangan akan memungkin untuk
menginisiasi keretakan (putus) yang bisa menyebar selama jam tangan tersebut dipakai.

4. Pelajaran yang diperoleh dari teknik kerusakan (failure engineering) adlah sbb:
Dapat mengetahui permasalahan kerusakan (failure) pada suatu sistem atau
komponen yang gagal bekerja sesuai dengan fungsinya.
Mengetahui mekanisme kerusakan pada suatu komponen yang terjadi.
Dapat mencari solusi atau tindakan preventive supaya kedepanya,kerusakan yang
sama tidak terulang kembali atau kerusakan dapat diminimalisasi untuk ke
depannya.

5. Konsep Failure Modes and Effects Analysis (FMEA) yaitu pendekatan sistematik yang
menerapkan suatu metode pentabelan untuk membantu proses pemikiran yang digunakan
oleh engineers untuk mengidentifikasi mode kegagalan potensial dan efeknya. FMEA
merupakan teknik evaluasi tingkat keandalan dari sebuah sistem untuk menentukan efek
dari kegagalan dari sistem tersebut. Kegagalan digolongkan berdasarkan dampak yang
diberikan terhadap kesuksesan suatu misi dari sebuah sistem.

Ruang lingkup penggunaan FMEA digunakan untuk mengidentifikasi :


Penyebab kegagalan potensial dari sistem, desain produk, dan proses selama
siklusnya.
Efek dari kegagalan tersebut.
Tingkat kekritisan efek kegagalan terhadap fungsi sistem, desain produk, dan
proses.
Kegunaan dari FMEA adalah sebagai berikut :

Memperkirakan tindakan yang dapat mengurangi resiko.


Meningkatkan kualitas, keandalan, dan keamanan produk.
Membantu meningkatkan kepuasan pelanggan
Meningkatkan citra baik dan daya saing perusahaan.
Mengurangi waktu dan biaya pengembangan produk.
Metode FMEA menggunakan Risk Priority Number (RPN) yaitu suatu angka untuk
menggambarkan area yang menjadi prioritas yang di ukur berdasarkan
severity,Occurrence, dan detection
RPN= Rating severity x Rating Occurrence x Rating detection

Dengan metode tersebut akibatnya perlu diadakan tindakan koreksi apabila


Angka severity 9 atau 10,karena berdampak sangat serius dan merugikan
Severity x occurrence rating mendapatkan angka yang besar

6. Risk Based Inspection (RBI) adalah metode untuk menentukan rencana inspeksi
(equipment mana saja yang perlu diinspeksi, kapan diinspeksi, dan metode inspeksi apa
yang sesuai) berdasarkan resiko kegagalan suatu peralatan. Resiko (Risk) menurut
konsep RBI adalah probability of failure (PoF) dikalikan consequence of failure (CoF).
PoF adalah kemungkinan terjadinya kegagalan pada suatu periode tertentu. CoF adalah
konsekuensi apabila suatu equipment gagal. CoF ada 4 macam yaitu: konsekuensi safety
(jumlah personel yang cedera/meninggal), ekonomi (jumlah uang yang hilang akibat
berhentinya produski), lingkungan (polutan yang mencemari lingkungan), dan
hukum/politik. Tahap I dari RBI disebut screening atau qualitative RBI. Tujuan tahap I
ini adalah memilah-milah equipment mana saja yang diprioritaskan untuk diinspeksi.

Contohnnya kita menganalisa 210 Equipment. Kondisi resiko setelah dianalisa adalah :
26 alat medium high risk, 170 alat medium risk,14 alat low risk. Sehingga pada 6 tahun
mendatang, kemungkinan resiko yang terjadi adalah : 55 medium high risk, 143 alat
medium risk dan 12 low risk. Tetapi apabila dilakukan inspeksi sesuai dengan
rekomendasi RBI , maka kemungkinan resiko yang terjadi adalah : 27 alat medium high
risk, 160 medium risk dan 23 low risk.

Jadi memang ada kemungkinan alat yang memiliki resiko rendah, pada saat mendatang
resikonya akan naik karena PoFnya naik akibat penipisan material sesuai dengan
asumsi laju korosi. Tapi kalau kita melakukan inspeksi dan ternyata hasil
inspeksi tersebut menunjukkan laju korosi aktual sesuai dengan prediksi kita
dalam analisa RBI,maka PoF nya akan turun (teori Bayes) sehingga resiko masih
dapat kita pertahankan rendah.

Anda mungkin juga menyukai