PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Untuk memenuhi standar kecukupan gizi, maka dalam Widyakarya Pangan
dan Gizi Tahun 1983 telah ditargetkan kebutuhan protein hewani asal ternak
sebanyak 4 gram/kapita/hari . Dengan mempertimbangkan produksi hasil ternak,
maka kebutuhan tersebut disesuaikan dengan setara konsumsi daging 6,5 kg, telur
4,2 kg dan susu 3,0 kg/kapita/tahun. Ternyata kebutuhan tersebut baru tercapai kira-
kira 45%. Keadaan ini sebenarnya dapat menjadi tantangan positif bagi peternak
untuk lebih berusaha meningkatkan produksinya. Namun dalam kenyataannya,
walaupun produksi hasil ternak masih jauh dari target kebutuhan, tidaklah
merupakan jaminan bahwa peningkatan produksi akan secara langsung terserap
oleh konsumen.
Kejadian susu "dibuang" adalah merupakan suatu kasus yang
menggambarkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi kelancaran
penyampaian susu ke konsumen dengan baik. Sebab susu yang bernilai gizi tinggi
dan mahal harganya itu, juga mempunyai sifat mudah rusak (highly perishable) dan
menjadi tidak bernilai sama sekali, jika susu tersebut mengalami kerusakan . Dari
laporan koperasi susu diungkapkan bahwa angka kerusakan susu masih tinggi, yaitu
sekitar 5 - 12% (1). Hal ini sering terjadi karena susu segar tersebut tidak dapat
terjual semua dalam waktu yang tepat. Sebagai contoh dapat dikemukakan data
pada Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) di Pangalengan bahwa selama
enam bulan pertama tahun 1983, ada 36 .825 liter susu yang tidak terjual, atau kira-
kira 200 liter per hari (1 ). Dari sini dapat dilihat, berapa rupiah kerugian koperasi
setiap harinya. Oleh karena itu, keadaan ini perlu mendapat perhatian yang serius,
sebab kuranglah berarti segala usaha yang diberikan untuk peningkatan produksi,
kalau dalam pemanfaatan hasilnya tidak dilaksanakan secara maksimal dan baik.
Pada akhirnya, peternak jugalah yang menanggung risikonya. Susu fermentasi
adalah salah satu bentuk diversifikasi minuman berbahan baku susu dan sudah
dikenal sejak ribuan tahun lalu, merupakan produk tradisional yang terus
berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi. Konsumsi produk
fermentasi susu terus meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa produk fermentasi
1
susu merupakan bagian yang penting dalam konsumsi makanan bagi manusia dari
berbagai bangsa di seluruh dunia. Susu fermentasi karena cita rasa khas yang
menyegarkan, merupakan minuman menyehatkan disebabkan mikroorganisme
yang terkandung didalamnya dan ini adalah suatu cara pengawetan susu.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui mikroorganisme yang dapat membantu pembuatan
yoghurt
2. Untuk mengetahui cara pembuatan yoghurt.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Yoghurt
Yoghurt atau yogurt adalah produk yang dihasilkan melalui fermentasi
bakteri pada susu. Berbagai jenis susu dapat digunakan untuk membuat yoghurt,
tapi produksi yoghurt yang modern kini didominasi oleh susu sapi. Pembuatan
yoghurt merupakan proses fermentasi dari gula susu (laktosa) menjadi asam laktat
yang menyebabkan tekstur yoghurt menjadi kental. Biasanya yaghurt dijual dengan
rasa buah, vanila, atau coklat, tapi ada juga tanpa penambahan rasa (plain).
Yoghurt dibuat dengan menambahkan bakteri yang menguntungkan ke
dalam susu yang tidak dipasteurisasi (untuk mengatur keseimbangan antara bakteri
dan enzim dari susu) pada suhu dan kondisi lingkungan yang dikontrol. Bakteri
akan mengubah gula susu alami menjadi asam laktat. Hal itu akan meningkatkan
keasaman sehingga menyebabkan protein susu menyusut menjadi masa yang padat
atau kental.
Peningkatan keasaman (pH 4-5) juga mencegah proliferasi (perbanyakan
sel). Umumnya kultur yoghurt melibatkan dua atau lebih bakteri yang berbeda
untuk proses fermentasi, biasanya yaitu Streptococcus salivarius dan thermophilus
dan genus Lactobacillus, seperti L.acidophilus, bulgaricus, casei dan bifidus.
Karena kultur yoghurt mengandung enzim-enzim yang dapat memecah laktosa,
beberapa individu yang menderita lactose intolerant dapat menikmati yoghurt tanpa
efek yang merugikan. Secara nutrisi, yoghurt memang kaya akan protein dan
beberapa vitamin B serta mineral penting lainnya.
Mikroorganisme yang dibiakkan untuk protein dan digunakan sebagai
sumber protein untuk hewan atau pangan harus mendapat perhatian secara khusus.
Mikroorganisme yang cocok antara lain memiliki sifat tidak menyebabkan penyakit
terhadap tanaman, hewan, dan manusia.
Pada proses fermentasi akan terjadi hidrolisis enzimatis laktosa menjadi
glukosa dan galaktosa. Selanjutnya glukosa akan diuraikan melalui beberapa tahap
dekomposisi menghasilkan asam laktat. Pada tahap ini belum terjadi perubahan
struktur fisik yang nyata pada susu, disebut prefermentasi. Galaktosa tidak akan
digunakan selama glukosa dan laktosa masih tersedia untuk fermentasi. Oleh karena
3
itu, pada produk yoghurt masih terdapat residu galaktosa dan laktosa. Setelah terjadi
penurunan pH maka mulai terbentuk secara bertahap sampai mencapai titik
isoelektrik pada pH 4,65, proses ini disebut fermentasi utama. Pembentukan gel
diikuti dengan perubahan viskositas, pada tahap ini juga dihasilkan flavor
4
menghasilkan karakteristik tertentu yang lebih mudah dikendalikan sehingga
menghasilkan produk fermentasi yang diinginkan
Secara umum, fungsi utama dari kultur ini adalah untuk memproduksi asam
laktat (lactic acid) dari gula yang ada dalam susu (laktosa). Selain itu, Kultur dapat
digunakan juga untuk mengatur antara lain: rasa, aroma, tingkat produksi alkohol,
aktivitas proteolitik dan lipolitik, penghambat mikroba yang bersifat patogen yang
tidak diinginkan
Kultur starter merupakan mikroba yang aman digunakan untuk produksi
makanan, baik kultur tunggal maupun multi kultur. Kultur starter harus memenuhi
kriteria sebagai berikut: bisa diproduksi dalam skala besar, mudah diproduksi,
viabilitas kultur selama masa simpan tinggi, cepat menghasilkan asam selama
fermentasi, dapat membentuk flavor dan tekstur yang diinginkan. Kriteria yang
diperhatikan dalam menyeleksi strain kultur starter adalah laju pertumbuhan dan
produksi asam laktat, produksi aroma dan gas CO2, kemampuan membentuk
viskositas
5
Bakteri Yang digunakan Pada Pembuatan Biakan Awal Yoghurt :
2.3.1 Lactobacillus bulgaricus
Lactobacillus bulgaricus merupakan bakteri yang pertama kali
diidentifikasikan oleh seorang dokter asal Bulgaria bernama Stamen Grigorov, pada
tahun 1905. Bakteri ini hidup dari memakan laktosa (gula susu) dan
mengeluarkan asam laktat. Asam ini sekaligus mengawetkan susu dan
mendegradasi laktosa (gula susu) sehingga orang yang tidak toleran terhadap susu
murni dapat mengonsumsi yogurt tanpa mendapat masalah kesehatan
Bakteri Lactobacillus bulgaricus bermanfaat untuk kesehatan manusia,
manfaatnya adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kemampuan usus besar menyerap zat beracun dan mencegah
kanker.
3. Alternatif untuk diet sehat karena memiliki kandungan gizi sangat tinggi,
sedangkan kandungan lemaknya justru rendah.
4. Mencegah osteoporosis.
6
2.3.2 Streptococcus thermophilus
Streptococcus thermophilus adalah bakteri anaerob fakultatif gram positif.
Bakteri ini tidak membentuk spora dan homofermentatif. S. thermophilus
ditemukan di susu dan produk susu.
Streptococcus dikenal sebagai salah satu bakteri asam laktat yang cukup
penting. Saat ini, banyak sekali produk olahan susu yang bergantung pada
Streptococcus dan probiotik lain dalam pembuatannya (Fardiaz, 1992). Bakteri ini
ditambahkan pada susu dan menghasilkan asam laktat yang juga membantu
mengawetkan susu. Bakteri ini memecah laktosa sehingga sangat membantu untuk
penderita intoleransi laktosa.Selama fermentasi, bakteri ini menghasilkan
asetaldehid yang membentuk aroma pada yoghurt (Ali, 2009).
Untuk memperoleh hasil yang baik, starter harus terdapat dalam biakan
dengan perbandingan jumlah yang sama. Starter setiap kali harus diperbarui karena
penggunaan berulang-ulang berakibat pada ketidak seimbangan jumlah bakteri.
Apabila tidak diperbarui L. bulgaricus akan menjadi lebih dominan (Gilliland,
1985).
Bakteri S. thermophilus dan L. bulgaricus hidup bersama secara simbiosis.
Dalam beberapa kasus, Lactobactilus jugurtisi dapat digunakan untuk
menggantikan Lactobactilus bulgaricus. Bakteri tersebut terdapat dalam gumpalan
susu didaerah tropis atau dapat pula diisolasi dari perut anak sapi.
(Suriawiria,1983).
7
induk (mother culture) kira-kira sebanyak 100 ml, untuk ditransfer tiap hari ke
dalam 3 botol atau lebih kemudian dipilih satu botol terbaik untuk diinokulasikan
sebanyak 1% ke dalam media starter yang lebih besar jumlahnya atau intermediate
dan kemudian diinokulasikan ke dalam media fermentasi (Surono, 2004).
Susu biasa digunakan untuk media persiapan inokulasi ke dalam media
fermentasi. Selain susu, digunakan juga susu skim yang diperkaya dengan garam
fosfat, dekstrosa, dekstrin, pankreatin, dan bisa juga ditambahkan natrium sitrat,
tepung khamir, laktosa dan sukrosa. Beberapa senyawa yang menyerupai peptida
diketahui dapat menstimulir pertumbuhan bakteri (McKay, 1983; Davidson et al.,
1995).
Hal yang penting diperhatikan dalam mentransfer kultur starter, sub kultur,
yaitu transfer kultur berkali-kali bisa memicu terbentuknya strain yang termutasi,
yang akan mengubah sifat starter. Terlalu sering transfer akan mengakibatkan 13
hilangnya fungsi plasmid tertentu seperti Lac+, suatu plasmid yang berperan dalam
produksi asam laktat (McKay, 1983; Davidson et al., 1995).
8
BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum pembuatan yoghurt dilakukan pada tanggal 10 April 2017 di
Laboratorium Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
3.2 Alat dan Bahan
1. Susu 1 liter
2. Botol
3. Batang pengaduk
4. Sendok
5. Lemari Pendingin
6. Starter
7. Kompor
8. Panci
9. Lampu penerangan
10. Toping
3.3 Cara kerja
1. Sterilkan botol yang akan digunakan
2. Dipanaskan susu 1 liter sampai suhu 40oC + 15 menit
3. Turunkan suhu susu sampai + 35-40 oC
4. Tambahkan starter + 50-60 ml/l
5. Fermentasi atau inkubasi pada suhu 37oC selama 2-3 x 24jam
6. Tambahkan toping + 10% sesuai selera
7. Yoghurt siap dimakan
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
10
terkoagulasi dan padatan tersebutlah yang disebut yoghurt Pembentukan asam
laktat ini menyebabkan peningkatan keasaman dan penurunan nilai pH, hal inilah
yang menyebabkan rasa dari susu yang sebelumnya hambar menjadi asam.
Fermentasi asam laktat ini sendiri banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Selain kerja enzim, proses ini juga dipengaruhi oleh temperature. Temperature
memegang peranan penting dalam fermentasi ini karena enzim yang terkandung
dalam bakteri membutuhkan temperature yang sesuai atau optimum untuk
aktifitasnya. Dalam praktikum ini temperature atau suhu yang dipergunakan adalah
suhu ruang yaitu 28 C. Sebagaimana yang ditemukan oleh Sunarlim dan Usmiati
(dalam Hidayat, 2013) dalam penelitiannya bahwa penambahan starter S.
thermophilus, L. bulgaricus dan L. acidophilus menunjukkan nilai pH lebih baik
pada suhu inkubasi 370C,
11
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
12
Daftar Pustaka
13
Lampiran
14