Fungsi
OJK mempunyai fungsi menyelenggarakan sistem pengaturan
dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan
kegiatan di sektor jasa
keuangan.
Gambar: Kantor OJK
Tugas dan Wewenang
OJK mempunyai tugas melakukan pengaturan dan
pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di
sektor Perbankan, sektor Pasar Modal, dan sektor IKNB
Wewenang OJK
Untuk melaksanakan tugas pengaturan, OJK mempunyai
wewenang:
1. menetapkan peraturan pelaksanaan Undang-Undang ini;
izin usaha;
izin orang perseorangan;
efektifnya pernyataan pendaftaran;
surat tanda terdaftar;
persetujuan melakukan kegiatan usaha;
pengesahan;
persetujuan atau penetapan pembubaran; dan
penetapan lain, sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-undangan di sektor jasa keuangan.
Pengertian Lembaga Keuangan
Lembaga keuanganadalah suatu badan usaha yang
mengumpulkan suatu asset dalam bentuk dana dari
masyarakat dan disalurkan untuk pendanaan suatu proyek
pembangunan serta untuk kegiatan ekonomi dengan
mendapatkan hasil dalam bentuk bunga sebesar presentase
tertentu dari besarnya dana yang disalurkan.
Pengertian Lembaga Keuangan Menurut Para Ahli
1. Pasal 1 UU No. 14/1967 dan diganti dengan UU No.
7/1992
Menurut Pasal 1 UU No. 14/1967 dan diganti dengan UU No.
7/1992 menyatakan bahwa lembaga keuangan
merupakan suatu badan ataupun lembaga yang
aktivitasnya untuk menarik hasil dana dari masyarakat yang
kemudian menyalurkannya kepada masyarakat kembali.
2. keputusan SK Menkeu RI no. 792 Th 1990
Menurut keputusan SK Menkeu RI no. 792 Th 1990
mengungkapkan bahwa lembaga keuangan merupakan semua
badan usaha yang berada di suatu bidang keuangan yang
melakukan suatu penghimpunan dana, menyalurkan dana
kepada masyarakat yang paling utama dalam memberikan
biaya investasi pembangunan.
3. kasmir (2005:9)
Menurut kasmir mengungkapkan bahwa Lembaga keuangan
merupakan untuk semua perusahaan yang berada dibidang
keuangan yang dimana suatu kegiatannya, ataukah hanya
menghimpun dana atau hanya untuk menyalurkan dana atau
mungkin kedua-duanya.
4. Dahlan Siamat
Menurut Dahlan Siamat mengungkapkan bahwa lembaga
keuangan merupakan suatu badan usaha yang kekayaannya
terutama yakni dalam berbentuk suatu aset keuangan yang
dibandingkan dengan suatu aset nonfinansial atau aset Riil.
5. Ahmad Rodoni
Menurut Ahmad Rodoni mengungkapkan bahwa Lembaga
keuangan merupakan suatu badan usaha yang kekayaannya
terutama didalam suatu bentuk-bentuk aset keuangan (
Financial assets) maupun non-finansial asset.
1. Pengertian Bank
Kata bank berasal dari bahasa Italia, yaitu banco. Banco
pada masa lalu berarti bangku atau meja. Meja dalam sejarah
bank pertama kali digunakan sebagai tempat menukar uang.
Oleh karena itu, bank pertama kalinya adalah tempat
penukaran uang.
Prof.G.M Verryl Stuart dalam bukunya yang berjudul
Bank Politics, mendefinisikan bahwa bank adalah suatu badan
usaha yang bertujuan untuk memberi kredit, baik dengan uang
sendiri maupun uang yang dipinjam dari orang lain, dan
mengedarkan alat penukar berupa uang kertas serta uang giral.
Dalam Undang-undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan
Undang-undang Perbankan No.10 tahun 1998 tentang
perubahna atas Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang
perbankan, dijelaskan bahwa bank adalah badan usaha yang
menghiimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
2. Fungsi Bank
Berdasarkan pasal 3UU No. 7 tahun 1992 jo UU No. 10
1998 tentang perbankan, Fungsi utama perbankan Indonesia
adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat.
Selain itu, bank juga berfungsi sebagai pelayan.
1) Penghimpun dana dari masyarakat
Bank berfungsi penghimpun dana dari masyarakat karena
bank dipercaya oleh masyarakat sebagai tempat yang aman
untuk menyimpan dana. Selain untuk rasa aman, tujuan
lainnya adalah sebagai tempat untuk melakukan investasi.
Dengan menyimpan uangnya di bank, masyarakat juga akan
memperoleh keuntungan atas simpanannya.
2) Penyalur dana dari masyarakat
Menyalurkan dana merupakan kegiatan bank yang terpenting.
Sebaguian besar penyaluran dana kepada masyarakat terdiri
dalam bentuk kredit untuk bank konvesional dan dalam
bentuk pembiayaan untuk Bank Syariah. Dengan penyeluran
dana, bank akan memperoleh pendapatan, baik dalam bentuk
bunga untuk bank konvesional maupun dalam bentuk bagi
hasil atau lainnya untuk Bank Syariah. Pendapatan dari
kegiatan ini merupakan pendapatan yang terbesar hampir di
setiap bank.
3) Pelayan masyarakat
Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, bank juga
memberikan beberapa fungsi pelayanan jasa kepada nasabah.
Dia nataranya adalah jasa pengiriman uang (transfer),
pemindahbukuan, penagihan surat-surat berharga,
kliring, letter of credit, inkaso, safe defosit boxdan garansi
bank. Dalam hal ini bank berfungsi sebagai agent of services.
3. Prinsip Kegiatan Usaha
1) Prinsip Kehati-hatian (prudential principel)
Suatu prinsip yang menyatakan bahwa bank dalam
menjalankan fungsi dan kegiatan usahanya wajib menerapkan
prinsip kehati-hatian dalam rangka melindungi dana
masyarakat yang dipercayakan padanya. Prinsip kehati-hatian
diberlakukan agar bank selalu dalam keadaan sehat dan kadar
kepercayaan masyarakat terhadap perbankan tetap tinggi.
2) Prinsip Kepercayaan
Suatu prinsip yang mengatakan bahwa usaha bank dilandasi
oleh hubungan kepercayaan antara bank dan nasabahnya, baik
itu nasabah yang menyimpan dana di bank tersebut maupun
nasabah debitor.
3) Prinsip Kerahasiaan (confidential principle)
Prinsip yang mengharuskan atau mewajibkan bank
merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan
keuangan dan lain-lain dari nasabah bank yang menurut
kelaziman dunia perbankan (wajib) dirahasiakan.
4. Jenis Bank
Bank dapat kita kelompokkan atas jenis kegiatannya, bentuk
badan hukum, dan kepemilikan.
3) Bank Syariah
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21
tahun 2008 tentang perbankan Syariah , Bank Syariah adalah
bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
Prinsip Syaiah. Prinsip Syariah adalah prinsip hukum islam
dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang
dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam
penetapan fatwa di bidang Syariah.
Ada dua jenis Bank Syariah, yaitu sebagai berikut.
a) Bank Umum Syariah yaitu Bank Syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
b) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah yaitu Bnak Syariah
yang dalam kegiatan tidak memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
Kegiatan usaha Bank Umum Syariah meliputi hal-hal berikut.
Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa giro,
tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan akad wadiah atau akad lain yang tidak
betentantangan Prinsip Syariah .
Menghimpunn dana dalam bentuk investasi berupa
deposito , tabungan , atau bentuk yang dipersembahkanb
dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang
tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.
Menyalurkan pembiayaan berdasarkan Akad murabahah,
Akad salam , Akad istishna, atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah.
Menyalurkan pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau
Akad lain yang tidak bertentengan dengan Prinsip Syariah.
Menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerek
atau tidak bergerak kepada nasabah berdasarkan Akad ijarah
dan/ atau sewa beli dalam bentuk ijarah mentahiya bittamlik
atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip
Syariah.
Melakukan pengambilalihan utang berdasarkan Akad
Hawalah atau Akad lain yang tidak bertentangan berdasarkan
Prinsip Suyariah .
Melakuakn usaha kartu debit dan/ atau kartu pembayaran
berdasarkan Prinsip Syariah.
Membeli, menjual, atau menjual atas resiko sendiri surat
berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi
nyata berdasarkan Prinsip Syariah, antara lain, seperti ijarah,
musyarakah, mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah.
Membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah
yang diterbitkan oleh pemerintah dan/ atau Bank Indonesia.
Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga
dan melakukan perhitungan dengan pihak ketiga atau antar
pihak ketiga berdasarkan Prinsip Syariah.
Melakukan penitipan untuk kepentingan pihak lain
berdasarkan suatu akad yang berdasarkan Prinsip Syariah.
Menyediakan tempat untuk menyimpan uang barang dan
surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah.
Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri
maupun untuk kepentingan nasabah berdasarkan Prinsip
Syariah.
Melakuakan fungsi sebagai Wali Amanat berdasarkan
Akad Wakalah.
Memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi
berdasarkan Prinsip Syariah.
Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang
perbankan dan di bidang sosial sepanjang tidak bertentangan
dengan Prinsip Syariah dan sesuai dengan ketentuan
perundang undangan-undangan yang berlaku
Selain Bank Umum Syariah, kita juga mengenal unit usaha
Syariah (UUS).
Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit dari karya kantor pusat
bank umum konvensiopnal yang berfungsi sebagai
kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan
kegiatan usaha berdasarkan prinsip Syariah,atau unit kerja di
kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar
negeri yang melaksanakan kegiatan usaha, secara konvesional
yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor
cabangpembantu Syariah dan/ atau unit syariah. Kegiatan unit
Usaha Syariah (UUS) hampir sama dengan usaha bank umum
syariah.
Kegiatan usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah meliputi :
Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
- Simpanan berupa Tabungan atau yang dipersamakan
dengan itu berdasarkan Akad Wadiah atau Akad lain yang
tidak bertentangan dengan prinsip Syariah
- Investasi berupa Deposito atau Tabungan atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan dengan
Akad Mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan
dengan Prinsip syariah.
Menyalurkan dana kepada Masyarakat dalam bentuk
- Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad Mudharabah
atau Musyarakah
- Pembiayaan berdasarkan Akad Murabahah, salam atau
istishna
- Pembiayaan berdasarkan Akad Qardh
- Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak
bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad ijirah atau sewa
beli dalam bentuk ijirah muntahiya bittamlik
- Pengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah
Menetapkan dana pada bank Syariah lain dalam bentuk
titipan berdasarkan Akad wadiah atau investasi berdasarkan
akad mudharabah dan/atau akad lain yang tidak bertentangan
dengan Prinsip syariah
Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri
maupun untuk kepentingan Nasabah melalui rekening Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah yang ada di Bank Umum syariah,
Bank Umum Konvensional dan Uus
Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha
Bank Syariah lainnya yang sesuai dengan prinsip syariah
berdasarkan persetujuan BI.
Hal-hal yang dilarang untuk Bank Umum Syariah dan Unit
Usaha syariah adalah sebagai berikut :
Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan
prinsip Syariah
Melakukan kegiatan jual-beli saham secara langsung
dipasar modal
Melakukan penyertaan modal kecuali pada Bank Umum
Syariah atau lembaga keuangan yang melakukan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah dan penyertaan modal
sementara untuk mengatasi akibat kegagalan Pembiayaan
berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik
kembali penyertaannya
Melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecuali
sebgaia agen pemasaran produk asuransi syaraih.
Hal-hal yang dilarang untuk Bank Pembiayaan rakyat syariah
adalah sebagia berikut :
Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan denga
prinsip syariah.
Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam
lalu lintas pembayaran.
Melkuakn kegiatan usaha perasuransian, kecuali sebagai
agen pemasaran produk asuransi syariah
Melkukan kegiatan usaha valuta asing, kecuali
penukaran uang asing dengan izin Bank Indonesia
b. Emiten
c. Perusahaan Efek
a. Bank Kustodian
c. Wali Amanat
d. Penasihat Investasi
e. Pemeringkat Efek
f. Penjamin Emisi
a. Akuntan
b. Konsultan Hukum
c. Penilai (Appraiser)
d. Notaris
c. PT Danareksa
c. Obligasi (Bonds)
Program Pensiun
Menurut Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan No. 18
tentang Akuntansi Dana Pensiun, Program Pensiun adalah
setiap program yang mengupayakan manfaat pensiun bagi
peserta.
Kepuasan Pensiunan
Menurut Philip Kolter (2004:42) Kepuasan adalah perasaan
senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah
membandingkan antara persepsi/kesannya terhadap kinerja
atau hasil suatu produk dan harapan-harapannya. Dalam
konteks kepuasan pensiunan, dapat diartikan sebagai perasaan
senang atau kecewa pensiunan yang muncul setelah
membandingkan antara persepsinya terhadap penerimaan
manfaat pensiun dan harapannya. Menurut Ike Janita Dewi
(2006:46), penyebab rasa tidak puas pada dasarnya terdiri
dari berbagai hal seperti upah, keuntungan tambahan,
kebijakan dan adaministrasi perusahaan, perilaku
pengawasan, kondisi kerja, dan beberapa faktor lain yang
tidak langsung berkaitan dengan tugas.
LEMBAGA PEMBIAYAAN
Lembaga Pembiayaan
1. Pengertian Lembaga Pembiayaan
2) Anjak Piutang
3) Pembiayaan Konsumen
2. Fungsi Pegadaian
3. Peran Pegadaian
a. Bagi Nasabah
4. Jenis Pegadaian
a. Pegadaian Konvensional
perusahaan tersebut;
Pegadaian konvensional juga masih menggunakan
system pencatatan manual.
b. Pegadaian Syariah
Secara umum pegadaian syaraiah adalah suatu lembaga
keuangan atau devisi dari form pegadaian dengan
memberikan uang pinjaman kepada nasabah yang sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah Islam.
6. Produk Pegadaian
B. Manfaat Asuransi
Pada dasarnya asuransi memberikan manfaat bagi pihak
tertanggung, antara lain:
1. Rasa aman dan perlindungan
Polis asuransi yang dimiliki oleh tertanggung akan
memberikan rasa aman dari risiko atau kerugian yang
mungkin timbul. Kalau risiko atau kerugian tersebut benar-
benar terjadi, pihak tertanggung (insured) berhak atas nilai
kerugian sebesar nilai polis atau ditentukan berdasarkan
perjanjian antara tertanggung dan penanggung.
2. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil
Prinsip keadilan diperhitungkan dengan matang untuk
menentukannilai pertanggungan dan premi yang harus
ditanggung oleh pemegang polis secara periodik dengan
memperhatikan secara cermat faktor-faktor yang berpengaruh
besar dalam asuransi tersebut. Untuk mendapatkan nilai
pertanggungan, pihak penanggung sudah membuat kalkulasi
yang tidak merugikan kedua belah pihak. Semakin besar nilai
pertangguangan, semakin besar pula premi periodik yang
harus dibayar oleh tertanggung.
3. Polis asuransi dapat dijadikan sebagai jaminan untuk
memperoleh kredit.
4. Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan
Premi yang dibayarkan setiap periode memiliki substansi
yang sama dengan tabungan. Pihak penanggung juga
memperhitungkan bunga atas premi yang dibayarkan dan juga
bonus (sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak).
5. Alat penyebaran risiko
Risiko yang seharusnya ditanggung oleh tertanggung ikut
dibebankan juga pada penanggung dengan imbalan sejumlah
premi tertentu yang didasarkan atas nilai pertanggungan.
6. Membantu meningkatkan kegiatan usaha
Investasi yang dilakukan oleh para investor dibebani dengan
risikokerugian yang bisa diakibatkan oleh berbagai macam
sebab (pencurian, kebakaran, kecelakaan, dan lain-lain).
3. Indemnity
Konsep indemnity adalah mekanisme penanggung untuk
mengompensasi risiko yang menimpa tertanggung dengan
ganti rugi finansial. Konsep ini tidak dapat mengganti nyawa
yang hilang atau anggota tubuh yang rusak atau cacat karena
indemnity berkaitan dengan ganti rugi finansial.
4. Proximate Cause
Adalah suatu sebab aktif, efisien yang mengakibatkan
terjadinya suatu persitiwa secara berantai atau berurutan tanpa
intervensi suatu ketentuan lain, diawali dan bekerja dengan
aktif dari suatu sumber baru dan independent.
5. Subrogation
Pada prinsipnya merupakan hak penanggung yang telah
memberikan ganti rugi kepada tertanggung untuk menuntut
pihak lain yang mengakibatkan kepentingan asuransinya
mengalami suatu peristiwa kerugian.
6. Contribution
Bahwa penanggung berhak mengajak penanggung-
penanggung yang lain yang memiliki kepentingan yang sama
untuk ikut bersama membayar ganti rugi kepada seorang
tertanggung meskipun jumlah tanggungan masing-masing
belum tentu sama besar.
E. Polis Asuransi
Polis asuransi adalah bukti tertulis atau surat perjanjian antara
pihak-pihak yang mengadakan perjanjian asuransi. Dengan
adanya polis asuransi perjanjian antara edua belah pihak
mendapatkan kekuatan secara hukum. Polis asuransi memuat
hal-hal sebagai berikut:
1. Nomor polis
2. Nama dan alamat tertanggung
3. Uraian risiko
4. Jumlah pertanggungan
5. Jangka waktu pertanggungan
6. Besar premi, bea materai, dan lain-lain
7. Bahaya-bahaya yang dijaminkan
8. Khusus untuk polis pertanggungan kendaraan bermotor
ditambah dengan nomor polisi, nomor rangka, dan nomor
mesin kendaraan.
F. Premi Asuransi
Premi asuransi adalah kewajiban pihak tertanggung kepada
pihak penanggung yang berupa pembayaran uang dalam
jumlah tertentu secara periodik. Jumlah premi tergantung pada
faktor-faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya tingkaat
risiko dan jumlah nilai pertanggungan. Jangka waktu
pembayaran premi sangat tergantung pada perjanjian yang
sudah dituangkan dalam polis asuransi.
G. Penggolongan Asuransi
1. Menurut Sifat Pelaksanaannya
a. Asuransi sukarela
Pada prinsipnya pertanggungan dilakukan dengan cara
sukarela, dan semata-mata dilakukan atas kesadaran seseorang
akan kemungkinan terjadinya risiko kerugian atas sesuatu
yang dipertanggungkan.
b. Asuransi wajib
Merupakan asuransi yang sifatnya wajib dilakukan oleh
pihak-pihak terkait yang pelakasanaannya dilakukan
berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang ditetapkan
oleh pemerintah.
2. Menurut Jenis Usaha Perasuransian
Menurut UU No. 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian
jenis usaha perasuransian dibagi menjadi beberapa jenis :
a. Usaha Asuransi
> Asuransi kerugian
Yaitu usaha yang memberikan jasa-jasa dalam
penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat dn
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul dari
peristiwa yag tidak pasti. Usaha asuransi kerugian ini dapat
dipilah sebagai berikut:
2. Izin usaha
Adalah izin yang diberikan untuk melakukan usaha setelah
perisiapan pendirian selesai, dimana izin usaha diberikan
setelah persyaratan izin usaha telah dipenuhi.
J. Asuransi Kredit
Asuransi kredit mempunyai kaitan erat dengan jasa perbankan
terutama di bidang perkreditan yang selalu dikaitkan dengan
jaminan kredit berupa barang bergerak dan tidak bergerak
yang sewaktu-waktu dapat tertimpa risiko yang dapat
mengakibatkan kerugian bagi pemilik barang dan bank
sebagai pemberi kredit.
1. Akad (Perjanjian)
Setiap perjanjian transaksi bisnis di antara pihak-pihak yang
melakukannya harus jelas secara hukum ataupun non-hukum
untuk mempermudah jalannya kegiatan bisnis tersebut saat ini
dan masa mendatang. Akad dalam praktek muamalah menjadi
dasar yang menentukan sah atau tidaknya suatu kegiatan
transaksi secara syariah. Hal tersebut menjadi sangat
menentukan di dalam praktek asuransi syariah. Akad antara
perusahaan dengan peserta harus jelas, menggunakan akad
jual beli (tadabuli) atau tolong menolong (takaful).
2. Gharar (Ketidakjelasan)
Definisi gharar menurut Madzhab Syafii adalah apa-apa yang
akibatnya tersembunyi dalam pandangan kita dan akibat yang
paling kita takuti.
Gharar/ketidakjelasan itu terjadi pada asuransi konvensional,
dikarenakan tidak adanya batas waktu pembayaran premi
yang didasarkan atas usia tertanggung, sementara kita sepakat
bahwa usia seseorang berada di tangan Yang Mahakuasa. Jika
baru sekali seorang tertanggung membayar premi ditakdirkan
meninggal, perusahaan akan rugi sementara pihak tertanggung
merasa untung secara materi. Jika tertanggung dipanjangkan
usianya, perusahaan akan untung dan tertanggung merasa rugi
secara financial. Dengan kata lain kedua belah pihak tidak
mengetahui seberapa lama masing-masing pihak menjalankan
transaksi tersebut. Ketidakjelasan jangka waktu pembayaran
dan jumlah pembayaran mengakibatkan ketidaklengkapan
suatu rukun akad, yang kita kenal sebagai gharar. Para ulama
berpendapat bahwa perjanjian jual beli/akad tadabuli tersebut
cacat secara hukum.
4. Maisir (Judi)
Allah SWT berfirman dalam surat al-Maidah ayat 90,"Hai
orang-orang yang beriman sesungguhnya khamar, maisir,
berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji,
termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapatkan keberuntungan."
5. Riba
Dalam hal riba, semua asuransi konvensional
menginvestasikan dananya dengan bunga, yang berarti selalu
melibatkan diri dalam riba. Hal demikian juga dilakukan saat
perhitungan kepada peserta, dilakukan dengan menghitung
keuntungan di depan. Investasi asuransi konvensional
mengacu pada peraturan pemerintah yaitu investasi wajib
dilakukan pada jenis investasi yang aman dan menguntungkan
serta memiliki likuiditas yang sesuai dengan kewajiban yang
harus dipenuhi. Begitu pula dengan Keputusan Menteri
Keuangan No. 424/KMK.6/2003 Tentang Kesehatan
Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.
Semua jenis investasi yang diatur dalam peraturan pemerintah
dan KMK dilakukan berdasarkan sistem bunga.
6. Dana Hangus
Ketidakadilan yang terjadi pada asuransi konvensional ketika
seorang peserta karena suatu sebab tertentu terpaksa
mengundurkan diri sebelum masa reversing period. Sementara
ia telah beberapa kali membayar premi atau telah membayar
sejumlah uang premi. Karena kondisi tersebut maka dana
yang telah dibayarkan tersebut menjadi hangus. Demikian
juga pada asuransi non-saving atau asuransi kerugian jika
habis masa kontrak dan tidak terjadi klaim, maka premi yang
dibayarkan akan hangus dan menjadi milik perusahaan.