PENDAHULUAN
( ) ( )
Dengan,
Q = kecepatan perpindahan panas secara konduksi (Btu/jam)
A = luas perpindahan panas (ft2)
K = konduktivitas (Btu/ft.hr.oF)
T = beda suhu antara permukaan panas dan dingin (oF)
x = tebal bahan yang dilalui panas (ft)
Berdasarkan hukum Fourier, besarnya Q tergantung pada :
Besar kecilnya konduktivitas (k)
Berbanding lurus dengan beda suhu (T)
2. Konveksi
Merupakan perpindahan panas disebabkan adanya gerakan atom/molekul suatu
gas/cairan yang bersinggungan dengan permukaan.
Persamaannya : ( )
Dengan
Qc = laju perpindahan panas konveksi (Btu/hr)
h = koefisien perpindahan panas konveksi (Btu/ft.hr.oF)
A = luas perpindahan panas (ft2)
Ts = suhu permukaan batang (oF)
Tv = suhu solubility (oF)
3. Radiasi
Merupakan gelombang perpindahan panas karena adanya perbedaan suhu dan
berlangsung secara gelombang elektromagnetik tanpa perantara.
Persamaannya :
( ) [( ) ( ) ]
Dengan
Qr = energi perpindahan panas reaksi (Btu/hr)
c = konstanta Stefan Boltzman
F = faktor panas (emisifitas bahan)
A = luas bidang (ft2)
T1 = suhu mutlak
T2 = suhu mutlak
( )
Dengan dan
Dimana :
Uc = koefisien perpindahan panas menyeluruh bersih
Ud = koefisien perpindahan panas menyeluruh (design)
hio = koefisien perpindahan panas pada permukaan luar tube
ho = koefisien perpindahan panas fluida diluar tube
2.6. Pemilihan Fluida pada Shell dan Tube
Fluida bertekanan tinggi dialirkan di dalam tube karena tube standar cukup kuat
menahan tekanan yang tinggi.
Fluida berpotensi fouling dialirkan di dalam tube agar pembersihan lebih mudah
dilakukan.
Fluida korosif dialirkan di dalam tube karena pengaliran di dalam shell
membutuhkan bahan konstruksi yang mahal yang lebih banyak.
Fluida bertemperatur tinggi dan diinginkan untuk memanfaatkan panasnya dialirkan
di dalam tube karena dengan ini kehilangan panas dapat dihindarkan.
Fluida dengan viskositas yang lebih rendah dialirkan di dalam tube karena
pengaliran
fluida dengan viskositas tinggi di dalam penampang alir yang kecil membutuhkan
energi yang lebih besar.
Fluida dengan viskositas tinggi ditempatkan di shell karena dapat digunakan baffle
untuk menambah laju perpindahan.
Fluida dengan laju alir rendah dialirkan di dalam tube. Diameter tube yang kecil
menyebabkan kecepatan linier fluida (velocity) masih cukup tinggi, sehingga
menghambat fouling dan mempercepat perpindahan panas.
Fluida yang mempunyai volume besar dilewatkan melalui tube, karena adanya
cukup
ruangan.
dimana
Perpindahan panas melalui luasan dA dapat dinyatakan sebagai :
dimana
( )
Maka ( ) ( )
( ) ( )
( ) ( )
( )
( )
( )
( )
( )
Substitusi dan
( )
( )
( )
( )
[( ) ( )]
( )
Dimana T1 = Thi Tci dan T2 = Tho - Tco
Maka didapat
( )
Sehingga
=
( ) ( )
Perpindahan panas dari fluida panas ke fluida dingin tergantung pada beda suhu
ratarata logaritma (LMTD), luas permukaan perpindahan panas (A), dan overall heat
transfer coefficient (U). Persamaan ini hanya berlaku untuk
keadaan:
1. Cairan dalam keadaan steady state dan kecepatan aliran konstan
2. U dan A konstan
3. Cp konstan walau suhu berubah
4. Panas yang hilang di sekeliling di abaikan
5. Berlaku untuk co-current dan counter current
6. Tidak berlaku untuk aliran silang
7. Dalam sistem tidak ada perbedaan fase.
METODE PERCOBAAN
3.2. Variabel
3.2.1. Variabel tetap
1. Skala cold fluid
3.2.2. Variabel berubah
1. Suhu awal hot fluid :
2. Skala hot fluid :
3. Jenis aliran :
Brown, G. G. 1976. Unit Operations, Moderns Asia Edition. John Willey and Sons Inc. New
York.
Holman, J.D.1997. Perpindahan Kalor, edisi ke-6, Jakarta: Erlangga.
Kern, D. G. 1980. Process Heat Transfer. McGraw Hill Book Co. Ltd. Kogakusha, Tokyo.
Marsoem, Modul Alat Penukar Panas, Jurusan Teknik Kimia UNDIP, hal 9 dan 17.
McAdam, William H. 1959. Heat Transmittion. McGraw Hill Book Co. Ltd. Kogakusha,
Tokyo.
Perry, R.H and Chilson, Chemical Engineering Handbook,5thed, Mc Graw Hill Book.