Anda di halaman 1dari 14

Home Sedekah KISAH SUKSES DENGAN SEDEKAH

KISAH SUKSES DENGAN SEDEKAH


Sedekah

Berawal dari karyawan biasa, lalu pindah-pindah kerja karena bangkrut, kini ia sukses
menjalankan usaha Konveksi miliknya sendiri.

Lulus dari STM di Ciamis, Jawa Barat, Dede Achmad Mugiono mencoba mengadu nasib ke
Kota Bandung. Di kota kembang ini ia diterima di sebuah pabrik garmen sebagai teknisi listrik.
Pekerjaan ini ia lakoni selama 12 tahun, mulai dari karyawan biasa hingga kepala bagian.
Karena pabriknya bangkrut, Dede terpaksa berpindah-pindah kerja. Di perusahaan terakhir, Dede
juga melihat akan mengalami hal yang sama. Hingga suatu hari bosnya berkata, Dede, kamu ini
sebenarnya orang pintar dan tidak pantas jadi karyawan.
Ketika tempat kerjanya bangkrut, Dede mendapat pesangon Rp 1 juta dan tambahan dari bosnya
Rp 1 juta. Saya sadar jika uang segitu jika dibelanjakan akan habis dalam hitungan hari,
kenang Dede. Ia kemudian berfikir, uang Rp 1 juta itu ia gunakan untuk membayar uang muka
motor sebagai modal usaha.
Dengan motor itu ia menawarkan jasa servis ke perusahaan-perusahaan garmen. Karena
kegigihan dan layanan yang memuaskan, dalam waktu tidak lama ia sudah mempunyai 6
pelanggan pabrik garmen dengan total jumlah mesin jahit sekitar 200 biji. Penghasilan dari jasa
servis itu cukup lumayan dan bisa untuk menopang hidupnya di Jakarta.
Suatu hari rekan kerjanya menawari kerja sama membuka usaha konveksi. Kerjasama ini
sifatnya barter, si rekan ingin memanfaatkan ilmu dan pengalaman Dede dalam bisnis garmen.
Dede menyambut suka cita tawaran itu dan menaruh harapan besar dari usaha baru ini. Dengan
modal Rp 50 juta, ia mulai membuka usaha konveksi dengan membeli mesin jahit dan bahan
produksi. Mesin jahit tersebut tidak semua dijadikan alat produksi. Jika ada yang butuh, mesin
itu dijual kembali.
Tidak lama, usaha Dede menuai sukses. Produknya mampu menembus Amerika. Namun di saat
ia menikmati kesuksesan, sesuai kesepakatan awal, temannya akan menarik modal tersebut.
Saya sudah siap mandiri, bagaimana dengan Pak Dede? Kapan kira-kira Pak Dede siap?
ungkap sang rekan kala itu.
Tentu saja itu menjadi pukulan berat bagi Dede. Apalagi saat itu pesanannya mulai ada tanda-
tanda menurun setelah tragedi runtuhnya menara WTC di Amerika tahun 2001. Tragedi itu
secara langsung berimbas pada kegiatan perekonomian negeri Paman Sam, tidak terkecuali
produk garmen.
Namun sang rekan masih berbaik hati dengan memberi kesempatan Dede selama tiga bulan lagi.
Kesempatan tersebut ia manfaatkan untuk mencari keuntungan sebanyak-banyak sebagai modal
ketika sang rekan betul-betul memutus kerjasama.
Kerja keras Dede membuahkan hasil. Ia berhasil memperoleh keuntungan Rp 7 juta. Uang
tersebut ia gunakan membeli mesin jahit sebanyak 10 buah. Ia pun dengan berani mengontrak
rumah sebagai tempat usaha sebesar Rp 5 juta pertahun. Alhamdulillah, kontraknya tidak
dibayar dimuka, kenangnya.
Seiring dengan waktu, usaha konveksi dan jual beli mesin jahit Dede mulai berkembang. Karena
merasa cukup modal, akhirnya tahun 2005 ia mendirikan CV Tunas Utama Mesin sebagai
payung usaha. Dengan bendera ini, ia mulai bermain pada skala yang lebih besar.
Tahun 2007, ada sebuah pabrik garmen mengalami pailit. Pabrik tersebut banyak masalah dan
sang pemilik kabur sebelum menyelesaikan urusan dengan karyawannya. Tidak ada perusahaan
atau pemilik modal yang mau mengambil alih.
Padahal sebenarnya pabrik tersebut masih punya aset ratusan mesin jahit senilai Rp 200 juta,
jelas Dede. Pihak menejemen sendiri ingin menjual mesin jahit tersebut secara borongan. Lagi-
lagi tidak ada pihak yang berani atau tertarik untuk membelinya.
Dengan niat ingin menolong, Dede menawarkan diri untuk membelinya. Meskipun ia sendiri
tidak mempunyai uang sebanyak itu. Ia hanya mempunyai uang Rp 25 juta dan sisanya dibayar
dengan cara mencicil.
Di luar dugaan tawaran Dede disetujui oleh pihak menejemen. Dan hebatnya, dalam tempo satu
bulan pembayaran bisa lunas.
Kini, usaha Dede terus berkembang. Jumlah karyawannya 8 orang. Omsetnya sudah mencapai
ratusan juta rupiah tiap bulannya.
Ketika ditanya, ia enggan menyebutkan secara pasti. Tapi yang jelas setiap bulannya Dede
mampu mengangsur ratusan juta. Nggak tahu ya berapa omsetnya, yang jelas tiap bulan saya
membayar kewajiban kepada rekan bisnis Rp 400 juta, jelasnya.
Sedekah Kulkas ...
Keberhasilan Dede dalam berbisnis ternyata dilandasi oleh semangatnya yang merasa tidak
pernah rugi dalam berbisnis. Menurutnya, perkataan rugi berarti tidak yakin bahwa rezeki
datangnya dari Allah atau ber-suuzhan (berburuk sangka) kepada Allah. Baginya, berbisnis atau
berdagang harus berprinsip selalu untung.
Untung tidak diartikan secara materi (uang) semata, namun karena berdagang adalah diniatkan
sebagai ibadah maka keuntungan tersebut bisa berupa pahala, hubungan silaturahim maupun
kemudahan lainnya, jelasnya.
Selain itu, Dede juga punya keyakinan bahwa dalam menjalankan bisnis tidak boleh melupakan
zakat dan sedekah. Ini yang ia buktikan.
Suatu saat pada bulan Ramadhan, ia membaca di koran ada panti asuhan anak membutuhkan alat
rumah tangga. Dede langsung teringat pada kulkasnya. Ia kemudian mensedekahkan kulkas
tersebut kepada panti asuhan itu.
Setelah kejadian tersebut Dede banyak mendapat kemudahan dalam bisnisnya. Antara lain, ia
mendapat order yang tidak terduga sebelumnya. Beberapa relasinya yang mempunyai hutang
kepadanya, membayar dengan tunai. Padahal saya sudah lupa utang mereka, terangnya.
Sejak itu ia semakin yakin bahwa zakat, infak, dan sedekah pasti akan diganti oleh Allah dengan
yang lebih banyak lagi.
Setelah kejadian itu, ia pun dengan senang hati meminjamkan rumahnya ke sebuah panti asuhan
untuk beberapa tahun. Kita harus yakin dengan janji Allah, bukan sekedar di akhirat, di dunia
kita sudah bisa merasakan. Apalagi dengan menyantuni anak yatim, doa-doa mereka akan
menjadi kekuatan bagi kita. Jadi jangan ragu untuk berbagi, saran bapak empat anak ini.
Kedermawanan Dede tidak sekedar menjadi donatur sebuah panti asuhan saja, namun sudah
beberapa tahun ini dirinya beserta istri juga tengah mengasuh beberapa anak yatim dan dhuafa.
Setidaknya ada 40 anak asuh yang mereka santuni. Sebagian besar mereka masih tinggal
bersama keluarganya. Supaya mereka tidak terpisah atau tercabut dari kasih sayang
keluarganya, jelas Dede.
Selain itu, ia pun selalu berusaha melaksanakan ibadah sebaik mungkin. Dari hasil usahanya itu,
ia bersama istrinya bisa menunaikan haji ke Baitullah. Dengan banyak bersedekah, insya Allah
usaha kita akan dilancarkan oleh Allah, pungkasnya.

Berasa Bedanya Sedekah Dengan Ilmu dan Tanpa Ilmu

Ada orang yang bersedekah Rp 1.000 saat shalat Jumat.


Usai shalat jumat dia makan di warung dekat masjid. Ketika akan bayar,
makanannya dibayarin teman. Jumlahnya katakanlah Rp. 10.000. Tapi orang
ini tidak menyadari dengan ilmunya bahwa peristiwa ini ada kaitannya
dengan sedekahnya yang Rp. 1.000 saat shalat jumat. Orang ini tetap
bersyukur kepada Allah ada yang bayarin makanaannya. Tapi orang ini
bersyukur biasa, bersyukur bukan karena ilmunya. Bedanya ada, yakni di
peningkatan amaliyahnya kemudian.

Terus kita ambil contoh yang berbeda. Sebut saja ada yang bersedekah Rp
1.000. Sama peristiwanya. Setelah sedekah, dia kemudian makan dan ada
yang bayarin. Berbeda dengan orang yang satu. Ia bersedekah yang sama,
sama-sama Rp 1.000. Tapi yang satu ini memahami satu hal. Memangnya
ada apa? Apa hubungannya makan siang dengan sedekah yang Rp 1.000?

Ada! Bukankah Allah telah menjanjikan balasan 10 kali lipat bagi mereka
yang mau bersedekah. Dan di beberapa hadits kita menemukan bahwa
Allah berkehendak juga membayar sedekah seseorang dengan tunai, ajjaltu
lahu fil aajil. Dibayar kontan. Nah,itulah bayaran kontannya. Cuma kalo gak
tahu, dianggapnya peristiwa biasa. Bukan hadiah dari Allah sebab amalnya.
Menarik nggak? Tergantung. Harusnya ini menjadi brosur yang tidak terlihat
untuk percaya lebih lagi akan janji-Nya dan memperbaiki dan meningkatkan
amalnya. Tapi sayang, kebanyakan orang tidak berilmu. Sekalinya ada
orang yang berilmu, tidak berani menyandarkan ilmunya ini menjadi sebuah
keyakinan, bahwa peristiwa itu terjadi pastilah ada hubungannya dengan
sedekah saat shalat jumat.

Tampaklah di sini bedanya antara orang yang beramal dengan ilmu dan
tanpa ilmu. Insya Allah saya meyakini, mengapa pula berbeda pula
derajatnya, sebab memang amalannya berbeda. Seseorang yang berilmu
akan beramal dengan ilmunya itu. Sehingga ada keyakinan dan harapan.
Bukankah keyakinan dan harapan juga adalah sebuah kelezatan ibadah
tersendiri?

Di dalam kehidupan nyata,katakanlah kita bekerja, maka akan terasa beda


bila kita tahu hasilnya. Ketika kita tahu bahwa pekerjaan kita
menguntungkan, kita bersemangat. Dan bukanlah kesalahan memotivasi diri
dengan hal-hal yang halal yang menjadi hak kita.Membuat kita lebih
bersemangat dan berkreasi.
Mengetahui fadhilah/keutamaan ibadah juga merupakan suatu ilmu.
Mengetahuinya saja sudah merupakan ibadah. Dan mencari ilmu juga suatu
ibadah. Lekas ia akan berpengaruh buat langkah dan hasil langkah kita.

Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang


tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran. (QS Az-Zumar:9)
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (QS Al-
Mujaadilah:11)

Keistimewaan Sedekah
Desember 7, 2011 Sedekah Do'a

Segala puji (hanya) bagi Allah, kita memuji-Nya baik dalam


keadaan senang maupun susah. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah
kepada Rasulullah shallallahualaihi wasalla, seorang yang pernah
mengalami sakit dan tertimpa cobaan. Shalawat dan salam juga semoga
tercurah bagi keluarga dan sahabat beliau yang penyabar lagi ridha
terhadap taqdir Allah subhanahu wataala.

Pada era ini berbagai penyakit semakin menyebar dan bermacam-macam.


Bahkan beberapa penyakit tidak bisa ditangani oleh dokter dan tidak
ditemukan obatnya, seperti kanker dan semisalnya, meskipun sebenarnya
obat penyakit tersebut ada. Allah subhanahu wataala tidak menciptakan
suatu penyakit, melainkan ada obatnya. Namun obat tersebut belum
diketahui, karena suatu hikmah tertentu yang dikehendaki oleh Allah
subhanahu wataala.

Mungkin penyebab utama banyaknya penyakit adalah timbulnya


kemaksiatan dan menceritakan maksiat yang telah diperbuat pada orang
lain. Oleh karena itu penyakit tersebut menyebar di tengah masyarakat dan
mencelakakan mereka. Allah subhanahu wataala berfirman, artinya, Dan
apa saja musibah yang menimpa kamu, adalah disebabkan oleh perbuatan
tanganmu sendiri. (Q.S asy-Syura: 30)

Di antara penyakit tersebut ada yang berupa ujian dari Allah yang
ditimpahkan kepada hamba-Nya di dunia hamba tersebut merasakan penuh
dengan musibah dan kesedihan, penuh dengan penyakit dan bahaya.

Ketika saya melihat orang sakit bergulat dengan rasa sakitnya dan
menyaksikan orang yang membutuhkan pertolongan dengan menahan rasa
perihnya, mereka telah mengetuk semua pintu dan melakukan semua
sebab, namun mereka tidak menemukan pintu (hidayah) Allah subhanahu
wataala dan sebab yang dapat menyembuhkan penyakitnya. maka saya
tergerak menulis untuk semua orang yang sedang sakit, agar rasa dukanya
lenyap, kesedihan, dan penyakitnya dapat terobati.

Wahai orang sakit yang kepayahan, orang yang gelisah lagi kecewa, orang
yang tertimpa ujian lagi sabar! Semoga keselamatan selalu tercurah
kepadamu, sebanyak kesedihan yang menimpamu. Keselamatan selalu
tercurah padamu, sebanyak duka nestapa, dan rintihan yang keluar dari
bibirmu.

Penyakitmu telah memutuskan hubunganmu dengan manusia,


menggantikan kesehatanmu dengan penderitaan. Orang lain tertawa,
sedangkan engkau menangis. Sakitmu tidak pernah reda, tidurmu tidak
nyenyak, engkau berharap kesembuhan walau harus membayar dengan
semua yang engkau punya.

Saudaraku yang sedang sakit! Saya tidak ingin memperparah lukamu,


namun saya akan memberimu obat mujarab, dan membuatmu terlepas dari
apa yang engkau derita bertahun-tahun. Obat itu terdapat pada sabda
Rasulullah subhanahu wataala, Obatilah orang yang sakit di antara kalian
dengan sedekah. (Dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihul Ja-mi).

Benar saudaraku, obatnya adalah sedekah dengan niat mencari


kesembuhan. Mungkin engkau telah banyak bersedekah, namun tidak
engkau niatkan agar Allah subhanahu wataala menyembuhkanmu dari
penyakit yang engkau derita. Cobalah sekarang, dan hendaknya engkau
percaya bahwasanya Allah subhanahu wataala akan menyembuhkanmu.
Berilah makan orang fakir, atau tanggunglah beban anak yatim, atau
wakafkanlah hartamu, atau keluarkanlah sedekah jariahmu. Sungguh
sedekah dapat menghilangkan penyakit dan rintangan, baik berupa musibah
maupun cobaan. Mereka dari golongan Allah subhanahu wataala yang diberi
taufiq oleh Allah telah mencoba resep ini. Akhirnya mereka mendapatkan
obat ruhiyyah yang lebih mujarab dari obat jasmani. Rasulullah
shallallahualaihi wasallam juga mengobati dengan obat ruhiyyah dan obat
ilahiyyah. Para Salafus Shalih juga mengeluarkan sedekah yang sepadan
dengan penyakit dan musibah yang menimpa mereka. Mereka
mengeluarkan harta mereka yang paling mereka cintai. Jangan kikir untuk
dirimu sendiri, jika engkau memang memiliki harta dan kemudahan. Inilah
kesempatannya telah datang!!

Dikisahkan bahwa Abdullah bin Mubarak pernah ditanya oleh seorang laki-
laki tentang penyakit yang menimpa lututnya semenjak tujuh tahun. Ia telah
mengobati lututnya dengan berbagai macam obat. Ia telah bertanya pada
para tabib, namun tidak menghasilkan apa-apa. Ibnul Mubarak pun berkata
kepadanya, Pergilah dan galilah sumur, karena manusia sedang
membutuhkan air. Saya berharap akan ada mata air di dalam sumur yang
engkau gali dan menahan aliran darah di lututmu. Laki-laki itu lalu menggali
sumur dan ia pun sembuh. (Kisah ini terdapat dalam Shahihut Targhib).

Barter
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Hukum Barter
Barter adalah kegiatan tukar-menukar barang yang terjadi tanpa perantaraan uang.
Tahap selanjutnya menghadapkan manusia pada kenyataan bahwa apa yang
diproduksi sendiri tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Untuk memperoleh
barang-barang yang tidak dapat dihasilkan sendiri mereka mencari dari orang yang
mau menukarkan barang yang dimilikinya dengan barang lain yang dibutuhkannya.
Akibatnya barter, yaitu barang ditukar dengan barang. Pada masa ini timbul benda-
benda yang selalu dipakai dalam pertukaran. Kesulitan yang dialami oleh manusia
dalam barter adalah kesulitan mempertemukan orang-orang yang saling membutuhkan
dalam waktu bersamaan. Kesulitan itu telah mendorong manusia untuk menciptakan
kemudahan dalam hal pertukaran, dengan menetapkan benda-benda tertentu sebagai
alat tukar. Sampai sekarang barter masih dipergunakaan pada saat terjadi krisis
ekonomi di mana nilai mata uang mengalami devaluasi akibat hiperinflasi.

Sejarah[sunting | sunting sumber]


Barter merupakan salah satu bentuk awal perdagangan. Sistem ini memfasilitasi
pertukaran barang dan jasa saat manusia belum menemukan uang. Sejarah barter
dapat ditelusuri kembali hingga tahun 6000 SM. Diyakini bahwa sistem barter
diperkenalkan oleh suku-suku Mesopotamia. Sistem ini kemudian diadopsi oleh orang
Fenisia yang menukarkan barang-barang mereka kepada orang-orang di kota-kota lain
yang terletak di seberang lautan. Sebuah sistem yang lebih baik dari barter
dikembangkan di Babilonia. Berbagai barang pernah digunakan sebagai standar barter
semisal tengkorak manusia. Item lain yang populer digunakan untuk pertukaran adalah
garam

Sedekahnya MR. X
Oktober 4, 2011 Sedekah Do'a
Cerita ini saya ambil dari pengakuan sesorang yang tidak mau disebutkan
identitasnya, sebut saja MR.X.dengan alasan yang sangat simple..yaitu
jangan sampai penulisan kisah sedekahnya menghilangkan pahala
sedekahnyaBismillah
semoga kisah ini tidak menghilangkan pahala sedekah saya dan semoga
siapapun yang membacanya dapat melakukan yang lebih baik lagi
Saya adalah seorang pengajar di salah satu STMIK di Bekasi saya yakin dan
tidak pernah ragu dengan keutamaan sedekah. hanya saja saya baru bisa
melakukannya di pertengahan bulan Januari 2010.
suatu hari saya melihat kalung di leher istri saya yang sama sekali tidak ada
manfaatnya kecuali hanya sebatas
hiasan saja, hingga akhirnya saya menyarankan agar kalung itu dijual dan
uangnya disedekahkan saja.

Awalnya istri saya menolak saran saya karena bulan itu keuangan keluarga
kami sangat tipis, tapi alhamdulillah saya bisa meyakinkan istri saya tentang
keutamaan sedekah. Besoknya dijualah kalung itu seharga Rp 1.4 jt. yang
Rp.400.000 digunakan untuk keperluan keluarga sampai akhir bulan Januari
2010, sisanya yang Rp.1 jt akan kami sedekahkan. pagi hari kami sudah
siap-siap berangkat berjalan-jalan sambil membagikan uang sedekah itu
kepada siapapun yang kami temukan di jalanan yang kira-kira
membutuhkannya.

Awalnya kami bertemu tukang sol sepatu yang sudah sangat tua, saya tidak
tahu istri saya memberi uang berapa kepada tukang sol sepatu itu yang
jelas uang Rp.1 jt itu harus habis disedekahkan.
Kemudian kami datangi tukang pijat yang langganan kami di dekat rumah
dia adalah seorang janda tua yang hidup dalam kesederhanaan. kemudia
kami datangi juga paman (masih di dekat rumah) yang beberapa bulan lalu
telah ditinggal oleh istrinya (meningal karena sakit). saya tidak tahu berapa
uang yang diberikan oleh istri saya kepada anak paman.yang jelas waktu itu
dia bilang uang masih ada Rp.800 rb lagi. tiba-tiba pamanku itu telp (karena
dia ga ada di rumah) dan dia pinjam uang Rp.1.5 jt untuk modal usaha.
saya bilang bahwa uang hanya ada Rp.800.000 dan akhirnya uang tersebut
kami pinjamkan buat paman.

Demi keagungan Alloh, tidak lebih dari satu bulan, tepatnya tanggal 17
Pebruari 2010, saya cek uang di ATM ada transferan masuk Rp. 9.813.369.
uang tersebut ternyata dari peberbit buku sebagai uang pembayaran royalti
untuk periode juli des 2009 padahal waktu itu sisa uang di ATM tinggal
Rp.52.000.
Saya berfikir mengapa alloh menggantinya tidak Rp.10 jt? lalu saya
tanya pada istri saya ternyata sebelum kami pergi menyedekahkan uang itu
istri saya sempat menggunakan uang Rp 20.000 entah untuk keperluan apa
dia juga lupa.
Alloh kariiiim., Engkau tidak pernah mengingkari janji-Mu. hitungannya
tepat sekali. uang Rp.200.000 itu ternyata hilang gara-gara istri saya
menggunakan Rp. 20.000 untuk keperluan pribadinya. bukankah alloh
berjanji bahwa infaq 1 akan dilabalas 10? jadi infaq Rp.980.000 dibalas
Rp.9.813.369
Subhanallohu ..

Saatnya untuk Segera Menikah


November 21, 2012 Sedekah Do'a

Saya tidak tahu apakah ini merupakan hukum sejarah


yang digariskan Allah. Ketika orang mempersulit apa yang dimudahkan
Allah, mereka akhirnya benar-benar mendapati keadaan yang sulit dan
nyaris tak menemukan jalan keluarnya.

Banyak orang menunda-nunda pernikahan tanpa ada alasan syari dan


akhirnya mereka benar-benar takut melangkah di saat hati sudah sangat
menginginkannya. Atau ada yang sudah benar-benar gelisah tak kunjung
ada yang mau serius.

Lingkaran Ketakutan

Bila di usia dua puluh tahunan, umumnya para bujangan menunda


pernikahan karena takut dengan ekonominya yang belum mapan. Namun di
usia menjelang tiga puluh hingga tiga puluh lima sudah berubah lagi
masalahnya. Laki-laki mengalami sindrom kemapanan (meski wanita juga
banyak yang demikian, terutama mendekati usia 30). Mereka (laki-laki)
menginginkan pendamping dengan kriteria yang kadang sulit dipenuhi.

Seperti hukum kategori, semakin banyak kriteria semakin sedikit yang


masuk kategori. Begitu pula kriteria tentang jodoh, ketika menetapkan
kriteria yang terlalu banyak maka akhirnya tidak ada yang sesuai dengan
keinginan kita.

Sementara wanita yang sudah berusia sekitar 35 tahun, masalahnya bukan


kriteria tetapi soal apakah ada orang yang mau menikah dengannya? Ketika
usia sudah 40-an, ketakutan kaum laki-laki sudah berbeda lagi, kecuali bagi
mereka yang tetap terjaga hatinya. Jika sebelumnya banyak kriteria yang
dipasang pada usia 40-an muncul ketakutan apakah dapat mendampingi
isteri dengan baik.

Lebih-lebih lagi ketika usia beranjak 50 tahun, ada ketakutan lain yang
mencekam. Yakni kekhawatiran ketidakmampuan mencari nafkah sementara
anak masih kecil. Atau ketika masalah nafkah tak merisaukan khawatir
kematian lebih dahulu menjemput sementara anak-anak masih banyak perlu
dinasihati.

Abu Hurarirah radhiyallahu anhu dia berkata, Rasulullah shalallahu alaihi


wassalam bersabda: Apabila datang kepada kalian orang yang kalian ridha
akan agama dan akhlaknya maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan
terjadi fitnah dan kerusakan yang besar di permukaan bumi (HR. Tirmidzi)

Tiada Iman, Muncul Putus Asa

Jangan ditunda-tunda apa yang menghimpit saudara kita sehingga mereka


sanggup menitiskan air mata. Awalnya adalah karena mereka menunda apa
yang harus disegerakan, mempersulit apa yang seharusnya dimudahkan.
Padahal Rasulullah s.a.w. berpesan:

Wahai Ali, ada Tiga perkara jangan ditunda-tunda; apabila Solat telah tiba
waktunya, Jenazah apabila telah siap penguburannya, dan perempuan
apabila telah datang laki-laki yang sepadan meminangnya. (HR Ahmad)

Hadits ini menujukkan agar tidak boleh mempersulit pernikahan baik


langsung maupun tak langsung. Secara lansung adalah menuntut mahar
yang terlalu tinggi. Atau yang sejenis dengan itu. Ada lagi yang tidak secara
langsung.

Mereka membuat kebiasaan yang mempersulit, meski nyata-nyata menuntut


mahar yang tinggi atau resepsi yang mewah. Sebagian orang mengadakan
acara peminangan sebagai acara tersendiri yang tidak boleh kalah mewah
dari resepsi pernikahan sebahagian lainnya melazimkan acara penyerahan
hadiah atau wang belanja untuk biaya pernikahan secara tersendiri.

Bila seseorang tak kuat menahan beban, maka bisa saja melakukan
penundaan pernikahan semata-mata hanya karena masalah ini. Kita sangat
khawatir akan keruhnya niat dan bergesernya tujuan, sehingga pernikahan
itu kehilangan barokahnya. Naudzubillah!

Penyebab lain adalah lemahnya keyakinan kita bahwa Allah pasti akan
memberi rezeki atau boleh jadi cerminan dari sifat tidak qonaah
(mencukupkan diri dengan yang ada).

Pilihlah Yang Bertaqwa

Suatu saat ada yang datang menemui Al Hasan (cucu Rasulullah). Ia ingin
bertanya sebaiknya dengan siapa putrinya menikah? Maka Al Hasan r.a
berkata:
Kawinkanlah dia dengan orang yang bertakwa kepada Allah. Ini karena, jika
laki-laki mencintainya, ia memuliakannya, dan jika ia tidak menyenanginya,
ia tidak akan berbuat zalim kepadanya.

Nasihat Al- Hasan menuntun kita untuk menjernihkan fikiran. Jika kita
menikah dengan orang yang bertakwa, cinta yang semula tiada meski cuma
benihnya, dapat bersemi indah karena komitmen yang memenuhi
jiwa. Wallahu alam bi showwab.*

Keutamaan Cinta Akhirat dan Zuhud dalam Kehidupan Dunia


Maret 24, 2012 Sedekah Do'a

: : ((












)) . .

Dari Zaid bin Tsabit radhiallahu anhu beliau berkata, Kami mendengar
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa yang
(menjadikan) dunia tujuan utamanya, maka Allah akan mencerai-beraikan
urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu
ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda)
duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa
yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya, maka Allah akan
menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup
(ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam
keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya). (HR Ibnu Majah (no. 4105),
Ahmad (5/183), ad-Daarimi (no. 229), Ibnu Hibban (no. 680) dan lain-lain
dengan sanad yang shahih, dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, al-Bushiri
dan Syaikh al-Albani).

Hadits yang mulia ini menunjukkan keutamaan cinta kepada akhirat dan
zuhud dalam kehidupan dunia, serta celaan dan ancaman besar bagi orang
yang terlalu berambisi mengejar harta benda duniawi (Lihat kitab at-Targib
wat Tarhiib, 4/55 karya Imam al-Mundziri).

Beberapa faidah penting yang terkandung dalam hadits ini:


Orang yang cinta kepada akhirat akan memperoleh rezeki yang telah Allah
tetapkan baginya di dunia tanpa bersusah payah, berbeda dengan orang
yang terlalu berambisi mengejar dunia, dia akan memperolehnya dengan
susah payah lahir dan batin (lihat keterangan Imam Ibnul Qayyim dalam
kitab Igaatsatul Lahfaan, 1/37). Salah seorang ulama salaf berkata,
Barangsiapa yang mencintai dunia (secara berlebihan), maka hendaknya
dia mempersiapkan dirinya untuk menanggung berbagai macam musibah
(penderitaan). (Dinukil oleh Imam Ibnul Qayyim dalam kitab Igaatsatul
Lahfaan, 1/37).

Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata (dalam kitab Igaatsatul Lahfaan,


1/37), Orang yang mencintai dunia (secara berlebihan) tidak akan lepas
dari tiga (macam penderitaan): Kekalutan (pikiran) yang selalu
menyertainya, kepayahan yang tiada henti, dan penyesalan yang tiada
berakhir. Hal ini dikarenakan orang yang mencintai dunia (secara
berlebihan) jika telah mendapatkan sebagian dari (harta benda) duniawi
maka nafsunya (tidak pernah puas dan) terus berambisi mengejar yang
lebih dari pada itu, sebagaimana dalam hadits yang shahih
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Seandainya seorang
manusia memiliki dua lembah (yang berisi) harta (emas), maka dia pasti
(berambisi) mencari lembah harta yang ketiga.' (HR. al-Bukhari, no. 6072
dan Muslim, no. 116).

Kekayaan yang hakiki adalah kekakayaan dalam hati/jiwa. Rasululah


shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Bukanlah kekayaan itu dengan
banyaknya harta benda, tetapi kekayaan (yang hakiki) adalah kekayaan
(dalam) jiwa. (HR. al-Bukhari, no. 6081 dan Muslim, no. 1051).

Kebahagiaan hidup dan keberuntungan di dunia dan akhirat hanyalah bagi


orang yang cinta kepada Allah dan hari akhirat, sebagaimana sabda
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Sungguh, sangat
beruntung seorang yang masuk Islam, kemudian mendapatkan rezeki yang
secukupnya dan Allah menganugerahkan kepadanya sifat qanaah (merasa
cukup dan puas) dengan rezeki yang Allah Subhanahu wa Taala berikan
kepadanya. (HR. Muslim, no. 1054).

Sifat yang mulia ini dimiliki dengan sempurna oleh para sahabat
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan inilah yang menjadikan mereka
lebih utama dan mulia di sisi Allah Subhanahu wa Taala dibandingkan
generasi yang datang setelah mereka. Ibnu Masud radhiallahu
anhu berkata, Kalian lebih banyak berpuasa, (mengerjakan) shalat, dan
lebih bersungguh-sungguh (dalam beribadah) dibandingkan para sahabat
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, tapi mereka lebih baik (lebih utama
di sisi Allah Subhanahu wa Taala) daripada kalian. Ada yang bertanya,
Kenapa (bisa demikian), wahai Abu Abdirrahman? Ibnu Masud radhiallahu
anhu berkata, Karena mereka lebih zuhud dalam (kehidupan) dunia dan
lebih cinta kepada akhirat. (Atsar riwayat Ibnu Abi Syaibah dalam al-
Mushannaf, no. 34550 dan Abu Nuaim dalam Hilyatul Auliyaa, 1/136
dengan sanad yang shahih, juga dinukil oleh Imam Ibnu Rajab dalam
kitab Lathaiful Maaarif, hal. 279).

Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, M.A.

Anda mungkin juga menyukai