METODE SPEKTROFLUOROMETRI
NIA KRISTININGRUM, M.Farm., Apt.
PENDAHULUAN
Penyerapan energi oleh
molekul
EKSITASI FOTOLUMINESENSI
FLUORESENSI
FOSFORESENSI
Tingkat energi molekuler terkait dengan
peristiwa Fluoresensi dan Fosforesensi
Keadaan elektron dalam keadaan dasar,
tereksitasi singlet dan tereksitasi triplet
Hubungan antara Intensitas
fluoresensi dan konsentrasi
Intensitas fluoresensi dapat dijelaskan dari
hukum Lambert-Beer :
A=abc
dimana:
A = absorbansi
a = konstanta disebut absortivitas
b = tebal larutan
c = konsentrasi larutan
Intensitas fluoresensi (F) sebanding dengan banyaknya sinar yang
diserap oleh molekul analit.
F = (Io It)
konsentrasi analit
efisiensi kuantum
intensitas sumber sinar radiasi yang
mengenai molekul sampel
absorptivitas analit
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
FLUORESENSI
SUHU
PELARUT
pH
OKSIGEN TERLARUT
KEKAKUAN STRUKTUR
SUHU
Kelebihan energi
Tabrakan antar
Kenaikan molekul yg
molekul atau
tereksitasi
suhu dengan molekul
dilepaskan ke
pelarut
molekul pelarut
Efisiensi
Konversi
Fluoresensi
keluar
berkurang
PELARUT
Jika pelarut mengandung
Intensitas fluoresensi atom-atom yang berat (Br, I,
makin besar jika pelarut dll) maka interaksi antara
makin polar. Semakin gerakan spin dengan gerakan
polar pelarut akan orbital elektron-elektron
menurunkan energi ikatan lebih banyak terjadi
proses transisi * sehingga akan memperbesar
sehingga energi transisi ini laju lintasan antar sistem atau
lebih kecil dibandingkan mempermudah pembentukan
energi transisi n* triplet dan kebolehjadian
akibatnya intensitas fluoresensi lebih kecil serta
fluoresensi semakin besar. kebolehjadian fosforesensi
menjadi lebih besar.
pH
pH berpengaruh pada letak keseimbangan antara bentuk
terionisasi dan bentuk tak terionisasi. Sifat fluoresensi dari
kedua bentuk itu berbeda.
Contoh:
Fenol dalam suasana asam akan berada dalam bentuk
molekul utuh dengan antara 285-365 nm, =18 M-1cm-1.
Dalam suasana basa fenol akan terionisasi membentuk ion
fenolat dengan antara 310-400 nm, =10 M-1cm-1
Anilin yang bersifat basa lemah dalam larutan basa berada
dalam bentuk molekul utuh dan dalam larutan asam
mengalami protonasi sehingga tidak memiliki auksokrom.
OKSIGEN TERLARUT
Intensitas fluoresensi akan diperkecil jika ada gas
oksigen. Ini terjadi karena adanya proses oksidasi
yang timbul yang disebabkan oleh pengaruh cahaya
(fotochemically induced oxidation). Pengurangan
intensitas fluoresensi disebut pemadaman sendiri
(quenching).
Molekul oksigen bersifat paramagnetik yang dapat
mempengaruhi dan mempermudah lintasan antar
sistem sehingga kecil kemungkinan fluoresensi dan
besar keboleh jadian fosforesensi.
KEKAKUAN STRUKTUR
Fluoresensi dapat terjadi dengan baik jika molekul-molekul
memiliki struktur yang kaku (rigid)
Contoh: fluoren dan bifenil berbeda pada adanya gugus
metilen yang menghubungkan dua gugus fenil (pada
fluoren) sehingga fluoren memiliki efisiensi kuantum yang
besar mendekati 1 dibandingkan dengan bifenil dengan
efisiensi kuantum yang lebih kecil (sekitar 0,2).
Fluoren Bifenil
SENYAWA YANG BERFLUORESENSI
Senyawa yang berfluoresensi umumnya
mempunyai gugus aromatis dengan energi
yang rendah
Kebanyakan hidrokarbon aromatis yang tidak
tersubstitusi dapat berfluoresensi
fluoresensi meningkat dg meningkatnya
jumlah cincin dan derajat kondensasi
EDG (OH-, -NH2, OCH3) yang terikat pada
sistem dapatmenaikkan intensitas
fluoresensi
Sampel cell
Excitation Transmitted
filter Light
Light Excitation
Fluorecent
source (prymary)
(emitted)
filter
light
Fluorecence
(secondary)
filter
Phototube
Photomultiplier tube
Komponen-Komponen
Spektrofluorometer
Spektrofotometer
Dari gambar dapat dilihat bahwa komponen
spektrofluorometer hampir sama dengan
komponen spektrofotometer.
Perbedaan antara keduanya yakni
Spektrofluorometer memiliki dua
monokromator dimana salah satu digunakan
untuk panjang gelombang eksitasi dan yang
lainnya digunakan untuk panjang gelombang
emisi.
Komponen Utama Spektrofluoresen
1) Source of light
2) Excitation filter
3) Sample holder
4) Emission filter
5) Detector
Source of light
SENSITIF
SPESIFIK
RENTANG KONSENTRASI YANG LEBAR
SEDERHANA DAN CEPAT
MURAH
Keuntungan dari analisis fluoresensi
H3C
H3C
Metode spektrofluorometri
Spektrofotometri fluoresensi merupakan suatu proseduryang
menggunakan pengukuran intensitas cahaya fluoresensi yang
dipancarkan oleh zat uji dibandingkan dengan yang
dipancarkan oleh suatu baku tertentu.
Pada umumnya cahaya yang diemisikan oleh
larutan berfluoresensi mempunyai intensitas maksimum pada
panjang gelombang yang biasanya 20 nm hingga 30 nm lebih
panjang dari panjang gelombang radiasi eksitasi(gelombang
pita penyerapan sinar yang membangkitkannya).
TAHAPAN ANALISIS