Ubi kayu berasal dari Brazilia. Ilmuwan yang pertama kali melaporkan hal ini
adalah Johann Baptist Emanuel Pohl, seorang ahli botani asal Austria pada tahun
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Famili : Euphorbiaceae
Subfamili : Crotonoideae
Bangsa : Manihoteae
Genus : Manihot
bervariasi, tergantung kulit luar tetapi batang yang masih muda pada umumnya
berwarna hijau dan setelah tua berubah menjadi keputih-putihan, kelabu, hijau
10
kelabu, atau coklat kelabu. Empulur berwarna putih, lunak, dan strukturnya lunak
seperti gabus. Daun ubi kayu mempunyai susunan berurat menjari dengan cangap
bentuknya agak bulat, di dalamnya berisi 3 butir biji. Pada dataran rendah
jika bunga jantan dan betina dari tangkai bunga berbeda (dalam satu tanaman)
Ubi yang terbentuk merupakan akar yang berubah bentuk dan fungsinya sebagai
daging ubi mengandung zat pati, berwarna putih gelap atau kuning gelap. Proses
pengisian pati di dalam ubi meliputi dua tahap penting yaitu, tahap inisiasi dan
tahap pertumbuhan.
ubi antara lain: (a) cahaya berhubungan dengan proses fotosintesis pada tanaman;
(b) aerasi tanah yang mendukung respirasi akar; (c) ketersediaan unsur hara; (d)
aktivitas hormon IAA oksidase di dalam akar; (e) kandungan air tanah; (f)
kepadatan tanah yang berhubungan dengan struktur tanah bagi pertumbuhan dan
Ubi kayu merupakan tanaman tropis. Wilayah pengembangan ubi kayu berada
pada 300 LU dan 300 LS. Namun demikian, untuk dapat tumbuh, berkembang dan
ubi kayu menghendaki suhu antara 180 C - 350 C. Pada suhu di bawah 100 C
dibutuhkan ubi kayu adalah 65% (Suharno et al., 1999 dalam Prihandana et al.,
2007). Namun demikian, untuk berproduksi secara maksimum tanaman ubi kayu
ketinggian 150 m di atas permukaan laut (dpl), dengan suhu rata-rata antara
250 C - 270 C, tetapi beberapa varietas dapat tumbuh pada ketinggian di atas
Tanaman ubi kayu dapat tumbuh dengan baik apabila curah hujan cukup, tetapi
tanaman ini juga dapat tumbuh pada curah hujan rendah (< 500 mm), ataupun
tinggi (5.000 mm). Curah hujan optimum untuk ubi kayu berkisar antara
terjadinya serangan jamur dan bakteri pada batang, daun dan umbi apabila
Ubi kayu dapat tumbuh di berbagai jenis tanah dan masih dapat tumbuh dengan
baik dan mampu berproduksi tinggi apabila ditanam dan dipupuk tepat pada
waktunya. Sebagian besar pertanaman ubi kayu terdapat di daerah dengan jenis
tanah Aluvial, Latosol, Podsolik dan sebagian kecil terdapat di daerah dengan
jenis tanah Mediteran, Grumusol dan Andosol. Tingkat kemasaman tanah (pH)
12
untuk tanaman ubi kayu minimum 5. Tanaman ubi kayu memerlukan struktur
tanah yang gembur untuk pembentukan dan perkembangan umbi. Pada tanah
yang berat, perlu ditambahkan pupuk organik (Wargiono, 1979 dalam Prihandana
et al., 2007)
Di Indonesia, pemanfaatan ubi kayu berbeda, terutama untuk bahan makanan dan
industri. Hal ini membedakan pula macam varietas yang diperlukan. Untuk
bahan makanan dibutuhkan ubi kayu yang manis, sedangkan untuk industri lebih
disukai yang pahit. Sifat manis dan pahit ini dikendalikan oleh faktor genetik,
persilangan, dilanjutkan uji daya hasil pendahuluan, uji daya hasil lanjutan, dan
uji multi lokasi (regional trial) (CIAT, 2005; Ojulong et al., 2008). Upaya
yang dapat meningkatkan hasil per tanaman. Penggunaan klon-klon ubi kayu
dengan kombinasi antar klon yang mempunyai sumber besar yang dapat
dengan menggunakan seleksi klon unggul dan perakitan varietas. Cara yang lain
adalah seperti pemilihan tetua yang unggul, seleksi, dan pengujian daya hasil.
Akan tetapi dalam melakukan proses kegiatan tersebut terdapat banyak kendala
Petani sering mengalami kendala dalam peningkatan produksi ubi kayu, karena:
(a) petani menggunakan varietas lokal dengan produktivitas yang masih rendah,
(b) penggunaan bibit yang kurang baik, (c) kondisi lahan yang kurang subur, dan
Penelitian ini telah mencapai tahap evaluasi dan seleksi klon. Seleksi dilakukan
dengan baik untuk mendapatkan klon unggul yang memiliki karakter vegetatif
yang baik dan diharapkan memiliki potensi hasil yang baik. Oleh karena itu,
perlu dilakukan evaluasi antar karakter vegetatif dan generatif untuk mengetahui
evaluasi antar karakter vegetatif dan generatif kekeliruan seleksi dapat diperkecil,
Pada umumnya varietas unggul ubi kayu ialah berupa klon yang diperbanyak
secara vegetatif menggunakan stek. Klon-klon ubi kayu secara genetik bersifat
vegetatif), dan
kecambah dan tanaman yang tumbuh dari biji botani, evaluasi dan seleksi klon, uji
daya hasil pendahuluan, dan uji daya hasil lanjutan (CIAT,2005; Perez et al.,
tanpa tahun).
dengan cara introduksi, persilangan, dan ras lokal. Cara introduksi dilakukan
dengan mendatangkan klon-klon ubi kayu dari negara atau daerah lain. Dengan
cara introduksi, perluasan keragaman genetik dapat dengan mudah dilakukan dan
Seleksi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung (Aina et al.,
2007). Indikator utama keunggulan varietas ubi kayu adalah daya hasil berupa
bobot ubi per tanaman atau per hektar. Karena pengukuran indikator utama tidak
pengamatan variabel lain yang berkorelasi positif dengan bobot ubi per hektar.
Korelasi genetik dapat dimanfaatkan untuk seleksi tidak langsung apabila karakter
utama yang diseleksi mempunyai heritabilitas tinggi. Seleksi tidak langsung telah
dilaporkan pada kedelai dan cabai. Pada tanaman kedelai polong isi dan jumlah
biji dapat digunakan untuk seleksi tidak langsung untuk mendapatkan genotipe
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam merakit suatu varietas atau
klon adalah :
a. Varietas atau klon harus mempunyai tingkat efisiensi produksi yang baik.
keluarannya (output).
b. Kebiasaan pola tanam di wilayah yang akan menggunakan varietas yang akan
(Mangoendidjojo, 2003).
Berkaitan dengan hal tersebut, saat ini upaya perbaikan varietas masih terus
diinginkan, seperti umur genjah, potensi hasil tinggi, tahan terhadap tekanan
biotik dan abiotik tertentu, sesuai dengan selera konsumen dan lain-lain
merespon kebutuhan petani. Akan tetapi klon-klon yang belum dilepas perlu
(Balitkabi, 2000). Hanya sedikit varietas ubi kayu yang berasal dari peneliti lain
dari pada peneliti di Balitkabi tersebut. Dari jumlah yang sedikit tersebut, varietas
ubi kayu yang dihasilkan di luar Balitkabi antara lain UJ 3, UJ 5, dan terakhir
Mulyo yang belum dilepas secara resmi oleh pemerintah (Sudjadi, 2008).
16
Penelitian ini juga merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya yang sudah
dilakukan oleh Suminar (2012) terhadap 3 klon (UJ 3, CMM 25-27, dan Malang
sehingga dapat dihasilkan klon unggul baru yang lebih baik daripada klon ubikayu
yang telah ada. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melanjutkan dan
keragaman yang luas pada ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) klon F1 tetua
betina UJ 3.