Anda di halaman 1dari 38

PENGANTAR EKONOMI MAKRO

A. Ruang Lingkup Ekonomi Makro


Makro ekonomi dan Mikro ekonomi adalah dua cabang utama ekonomi.
Mikroekonomi adalah cabang yang berfokus pada bagaimana individu, rumah
tangga, dan organisasi membuat keputusan mereka untuk mendistribusikan
sumber daya yang terbatas, biasanya di pasar yang melihat perdagangan barang
atau jasa. Ekonomi mikro mempelajari bagaimana keputusan-keputusan ini
mempengaruhi umum pasokan dan permintaan untuk komoditas dan jasa. Seperti
kita ketahui, pasokan adalah salah faktor yang menentukan harga, yang pada
gilirannya, menentukan penawaran dan permintaan barang dan jasa. Mikro
ekonomi biasa juga disebut sebagai pandangan bottom-up economy (bawah ke
atas), atau bagaimana orang berurusan dengan uang, waktu, dan sumber daya
yang tersedia.
Makroekonomi adalah cabang yang mempelajari jumlah total kegiatan
ekonomi, berhubungan dengan masalah pertumbuhan, inflasi, pengangguran,
kebijakan nasional ekonomi yang berasal dari inisiatif pemerintah (misalnya
perubahan tingkat pajak, dll). Sebagai contoh, makroekonomi akan melihat
bagaimana peningkatan / penurunan ekspor bersih akan mempengaruhi jumlah
devisa suatu bangsa atau bagaimana GDP akan dipengaruhi oleh tingkat
pengangguran. Ilmu ekonomi yang mempelajari persoalan ekonomi secara
keseluruhan atau nasional, seperti: pertumbuhan, deflasi, inflasi, pengangguran
atau kesempatan kerja. Hal-hal yang dianalisis dalam ekonomi makro;
1. Factor-faktor yang menentukan kegiatan ekonomi suatu Negara
2. Masalah-masalah yang dihadapi setiap perekonomian suatu Negara
3. Peranan pemerintah dalam mengatasi masalah-masalah ekonomi.
Hal ini cukup jelas bahwa manajemen yang berskala organisasi global harus
selalu mengambil kedua aspek mikroekonomi dan makroekonomi menjadi
pertimbangan sebelum mereka memutuskan kebijakan manajemen mereka.
Makroekonomi cukup akan banyak tergantung pada pemerintah daerah yang akan
berbeda dari satu negara ke Negara lain dan dalam beberapa kasus bahkan satu
negara yang lain. Hal ini disebabkan berbagai bentuk pemerintahan dan kebijakan
di berbagai belahan dunia. Maka ini akan menjadi area utama fokus untuk
kelancaran sebuah organisasi global. Ekonomi mikro di sisi lain, tergantung pada
terutama perilaku orang-orang di berbagai belahan dunia. Oleh karena itu untuk
sebuah organisasi global, sangat penting untuk melakukan kajian menyeluruh dari
kedua mempertimbangkan aspek daerah sebelum menerapkan suatu kebijakan
manajemen.
Sementara kedua studi ekonomi tersebut terlihat seperti tampil berbeda,
mereka sebenarnya saling bergantung dan melengkapi satu sama lain. Karena ada
isu yang berkaitan antara kedua bidang. Sebagai contoh, peningkatan inflasi (efek
makro) akan menyebabkan harga bahan baku untuk meningkatkan bagi
perusahaan dan pada gilirannya mempengaruhi harga produk akhir yang
dibebankan kepada publik. Intinya adalah bahwa ekonomi mikro mengambil
pendekatan bottom-up(bawah ke atas) untuk menganalisis ekonomi, sementara
makroekonomi mengambil pendekatan top-down (atas ke bawah). Apapun itu,
baik mikro dan makroekonomi keduanya adalah faktor fundamental untuk
mengelola setiap lembaga keuangan profesional dalam rangka memahami
bagaimana perusahaan-perusahaan beroperasi dan mendapatkan pendapatan.
Dengan demikian, ekonomi bisa dikelola secara baik dan berkelanjutan.
1. Perbedaan ekonomi mikro dan makro

Dilihat dari Ekonomi Mikro Ekonomi Makro


Harga ialah nilai dari suatu Harga adalah nilai dari komoditas
Harga
komoditas (barang tertentu saja) secara agregat (keseluruhan)
Pembahasan tentang kegiatan Pembahasan tentang kegiatan
ekonomi secara individual. ekonomisecara keseluruhan.
Contohnya permintaan dan dan Contohnya pendapatan nasional,
Unit analisis penawaran, perilaku konsumen, pertumbu8han ekonomi, inflasi,
perilaku produsen, pasar, pengangguran, investasi dan
penerimaan, biaya dan laba atau kebijakan ekonomi.
rugi perusahaan
Lebih memfokuskan pada Lebih memfokuskan pada
analisis tentang cara analisis tentang pengaruh
Tujuan
mengalokasikan sumber daya kegiatan ekonomi terhadap
analisis
agar dapat dicapai kombinasi perekonomian secara keseluruhan
yang tepat.

Ekonomi makro adalah sistem yang mempelajari variabel-variabel total


seperti pendapatan nasional, konsumsi, tabungan masyarakat, investasi
total. Kelahiran teori ekonomi makro ditandai dengan dirilisnya sebuah
buku yang berjudul The General Theory of Employment, Interest and
money pada tahun 1937 yang ditulis oleh J. M. Keynes, seorang ahli
ekonomi dari universitas Cambridge, Inggris. Di dalam buku tersebut
tertulis sebuah teori yang mengatakan bahwa pengangguran dapat terjadi
dan bahkan untuk jangka waktu yang tidak terbatas. Banyak ahli
ekonomi yang menerima teori ini dan kelompok ahli ini
disebut Keynesian Economist.
2. Masalah Ekonomi Makro Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Masalah ekonomi makro jangka pendek, yaitu :
a. Inflasi
Adalah suatu kondisi dimana terdapat kecenderungan kenaikan harga
secara terus menerus. Dan perlu diketahui juga bahwa Inflasi
merupakan masalah karena tiga 3 alasan, yaitu :
Mengakibatkan redistribusi pendapatan di antara anggota
masyarakat
Menyebabkan penurunan efisiensi
Menyebabkan perubahan output dan kesempatan kerja dalam
masyarakat
b. Pengangguran
terjadi karena jumlah angkatan kerja melebihi tingkat peluang kerja
yang tersedia. Berdasarkan tingkat pengangguran, dapat diketahui
apakah perekonomian berada pada tingkat kesempatan kerja penuh
(full employment) atau tidak.
c. Ketimpangan neraca pembayaran
Neraca pembayaran adalah neraca yang memuat ikhtisar dari segala
transaksi yang terjadi antara penduduk suatu negara dengan penduduk
negara lain selama jangka waktu tertentu. Transaksi dalam neraca
pembayaran:
Ekspor impor barang dan jasa
Transaksi financial
Transaksi yang bersifat uniteral
Jika jumlah pembayaran tidak sama dengan penerimaan dari luar negeri
maka terjadi surplus atau defisit. Ketidakseimbangan ini menjadi
masalah jika ketidakseimbangannya cukup besar.
Tidak seperti ekonomi mikro, Ekonomi makro juga memiliki
permasalahan jangka panjang menyangkut persoalan pertumbuhan di
bidang ekonomi. Pada dasarnya menyangkut :
a. keserasian antara pertumbuhan penduduk,
b. pertambahan kapasitas produksi,
c. tersedianya dana untuk investasi

3. Ruang Lingkup Ekonomi Makro


Analisis-analisis dalam teori makroekonomi lebih global atau lebih
menyeluruh sifatnya, dalam makroekonomi yang diperhatikan adalah
tindakan konsumen secara keseluruhan, kegiatan-kegiatan keseluruhan
pengusaha dan perubahan-perubahan keseluruhan bagian ekonomi.
Secara rinci analisis-analisis dalam makroekonomi menerangkan tentang:
a. Bagaimanakah segi permintaaan dan penawaran menetukan tingkat
kegiatan dalam perekonomian,
b. Masalah-masalah utama yang selalu dihadapi perekonomian.
c. Peranan kebijakan dan campur tangan perintah untuk mengatasi
masalah ekonomi yang dihadapi.
Makroekonomi membahasa isu-isu penting yang selalu dihadapi dalam
suatu perekonomian. Analisis ini berusaha memberikan jawaban kepada
pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan yaitu:
a. Faktor-faktor apakah yang menentukan tingkat kegiatan suatu
perekonomian?
b. Mengapa pertumbuhan ekonomi tidak selalu teguh?
c. Mengapa kegiatan ekonomi tidak berkembang dengan stabil?
d. Mengapa pengangguran dan kenaikan harga-harga selalu berlaku?
Disamping pertanyaan yang dikemukan diatas , makroekonomi juga
menerangkan pula langkah-langkah yang dapat digunakan pemerintah
untuk mengatasi masala-masalahtersebut. Salah satu aspek penting dari
ciri kegiatan perekonomian yang menjadi titik tolak analisis dalam teori
makroekonomi adalah pandangan bahwa sistem pasar bebas tidak selalu
dapat mewujudkan:
a. penggunaan tenaga kerja penuh,
b. kestabilan harga-harga
c. pertumbuhan ekonomi yang teguh (konsisten).
Masalah masalah ini mengakibatkan dampak buruk bagi mastarakat dan
harus dhindari atau dapat dikurangi. Aspek-aspek penting yang dapat
dipelajari dalam makroekonomi adalah kebijakan fiscal (kebijakan
pemerintah dalam perpajakan dan penggunaannya), kebiakan moneter
(kebijakan pemerintah dalam mengatur penawaran uang dan suku
bunga), dan kebijakan ekonomi terbuka.
Dari uraian secara ringkas diatas diterangkan masalah makroekonomi
utama yang selalu dihadapi oleh suatu negara dapat dirincikan sebagai
berikut:
a. Masalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dapat
didefinisikan sebagai ; perkembangan kegiatan dalam perekonomian
yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam
masyarakat bertambah. Kemampuan yang meningkat ini disebabkan
karena factor-faktor produksi akan selalu mengalami pertambahan
dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan menambah jumlah
barang modal, teknologi yang digunakan, tenaga kerja bertambah
akibat perkembanagn penduduk dan perkembanagan tingkat
pendidikan.
b. Masalah ketidakstabilan kegiatan ekonomi. Ahli-ahli ekonomi
berkeyakinan bahwa dalam suatu perekonomian yang sepenuhnya
diatur oleh mekanisme pasar, siklus kegiatan ekonomi sangat labil,
siklus kegiatan ekonomi seperti ini dapat menyebabkan akibat buruk
kepada perekonomian dan masyarakat.
c. Masalah pengangguran. Pengangguran adalah suatu keadaan dimana
seorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan
pekerjaaan tetapi belum dapat memperolehnya.
d. Masalah kenaikan harga-harga (inflasi). Inflasi dapat didefisikan
sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam
perekonomian
e. Masalah neraca perdagangan dan neraca pembayaran. Istilah
perekonomian terbuka berarti suatu perekonomian dengan
menjalankan kegiatan ekspor dan import dengan negara-negara lain. K
etidakseimbanagan diantara ekspor dan impor dalam aliran
keluar/masuk modal dapat menimbulkan masalah serius dalam
kestabilan suatu perekonomian.
Kebijakan-kebijakan makroekonomi yang akan dilakukan suatu
negara tergantung kepada tujuan-tujuan yang ingin dicapai, tujuan-
tujuan kebijakan makroekonomi dapat dibedakan kepada lima aspek
berikut:
a. Menstabilkan kegiatan ekonomi
b. Mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja (kesempatan kerja)
penuh tanpa inflasi
c. Menghindari masalah inflasi
d. Menciptakan pertumbuhan yang teguh
e. Mewujudkan kekukuhan neraca pembayaran dan kurs valuta asing
B. PENDAPATAN NASIONAL
Untuk mendapatkan gambaran tentang struktur dan fungsi perekonomian
secara menyeluruh, analisis makroekonomi dalam keberhasilan suatu
perekonomian akan cenderung memandang konsumen atau rumah tangga sebagai
unit dan perusahaan sebagai sektor bisnis, pelaku di sektor publik, baik di tingkat
lokal maupun pusat. Besaran-besaran yang di perhatikan pun meliputi output
nasional, pengeluaran konsumsi dan investasi agregat, tabungan nasional, tingkat
harga umum dan inflasi, pengangguran dan kesempatan kerja, nilai tukar mata
uang, neraca pembayaran, anggaran pemerintah, tingkat bunga, permintaan uang,
uang beredar, dan lain sebagainya. Kesempatan kerja, stabilitas harga, dan
pertumbuhan ekonomi sering direncanakan sebagai tujuan pembangunan nasional
untuk mencegah terjadinya inflasi dan berusaha mendorong pertumbuhan
perekonomian. Keberhasilan perekonomian dari suatu bangsa pun dapat dilihat
dari hasil perhitungan pendapatan nasional dan produk nasionalnya. Pendapatan
nasional merupakan ukuran penting kinerja ekonomi baik jangka pendek maupun
panjang.
Produk nasional seperti banyaknya penelitian dan inovasi baru yang
ditemukan dan dikembangkan. Inovasi inovasi ini memungkinkan untuk
munculnya industri industri baru yang dapat mempengaruhi percepatan
pertumbuhan ekonomi, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Negara yang mempunyai kekuatan ekonomi adalah negara yang mempunyai
keunggulan, terutama keunggulan di bidang teknologi. Karena, dengan memiliki
keunggulan teknologi, sebuah negara akan menghasilkan sebuah inovasi-inovasi
baru, mulai dari produk, proses, desain dan juga kemampuan untuk
mengaplikasikan serta memasarkan inovasi tersebut.
Neraca perdagangan ekspor impor dari negara tersebut akan menjadi salah satu
cerminan kekuatan perekonomiannya. Kekuatan ekonomi suatu negara tidak
hanya tergantung pada besar kecil sumberdaya alam yang dimiliki, tetapi juga
ditentukan oleh kemampuan mengelola sumberdaya alam secara berkelanjutan
dengan penguasaan teknologi. Pada umumnya, penguasaan teknologi akan
menghasilkan inovasi yang dapat diindustrikan.
Dampak dari sosialisasi inovasi sebenarnya akan meningkatkan
pendapatan suatu negara dengan menekan dana ke luar negeri, dalam arti
pembayaran royalti atas pelisensian teknologi yang diindustrikan. Aset aset
kekayaan intelektual itu seperti hak paten untuk penemu / inventor, hak untuk
menggandakan bagi penulis, composer atau sumberdaya mineral ( minyak, gas,
bahan logan dan tambang lainnya ). Untuk itulah diperlukan adanya upaya untuk
mendukung percepatan pembangunan melalui pengembangan inovasi-inovasi
baru di berbagai bidang.

1. Perhitungan Pendapatan Nasional dan Produk Nasional


Perhitungan pendapatan nasional menunjuk kepada seperangkat aturan
dan teknik untuk mengukur aliran seluruh output barang dan jasa yang
dihasilkan dan aliran seluruh input (faktor-faktor produksi) yang digunakan
oleh suatu perekonomian untuk menghasilkan output barang dan jasa itu
sendiri. Dapat disimpulkan bahwa perhitungan pendapatan nasional
merupakan suatu kerangka perhitungan yang digunakan untuk mengukur
aktivitas ekonomi yang terjadi dan berlangsung dalam suatu perekonomian.
Perhitungan pendapatan dan produk nasional mulai dikembangkan sekitar
tahun 1930, tepatnya tahun 1932 saat Departemen Perdagangan Amerika
Serikat mencoba mengumpulkan data, dan diterbitkan tahun 1934 berupa
hasil perhitungannya. Simon Kuznets dari Universitas Harvard yang pada
waktu itu menjabat sebagai Direktur Biro Penelitian Ekonomi Nasional
USA merupakan perintis dan orang yang berjasa dalam upaya perhitungan
pendapatan nasional Amerika serikat. Kuznets pun dianugrahi penghargaan
nobel pada tahun 1971 untuk bidang ekonomi.
Perhitungan pendapatan dan produk nasional yang dikembangkan sekitar
tahun 1930 ini dimaksudkan sebagai alat bantu dalam melakukan
kuantifikasi terhadap berbagai peristiwa ekonomi riil yang terjadi dalam
masyarakat. Dalam perkembangannya lebih lanjut, perhitungan pendapatan
nasional ini bahkan telah menjadi bagian yang amat penting di dalam
makroekonomi, kususnya dalam upaya untuk mengemban suatu analisis
tentang perekonomian. Data hasil perhitungan pendapatan nasional sangat
penting bagi banyak pihak, baik bagi para ekonom, pemerintah, maupun
bagi dunia usaha atau sektor bisnis.
Pengukuran atau perhitungan output nasioanl sangat diperlukan dalam
teori maupun kebijakan makroekonomi. Pengukuran ini mempersiapakan
kita menghadapi berbagai masalah sentral yang berkaitan dengan
pertumbuhan ekonomi, siklus bisnis, hubungan antara kegiatan ekonomi dan
pengangguran, serta ukuran dan faktor-faktor penentu tingkat inflasi.
Sebelum konsep GNP ditemukan, kondisi suatu perekonomian sulit
dipastikan.
Arus perputaran output atau pengeluaran atau biasa disebut dengan arus
perputaran kegiatan ekonomi adalah suatu diagram yang menggambarkan
keterkaitan antara berbagai pelaku ekonomi seperti sektor rumah tangga
yaitu salah satu unit pengambil keputusan yang menyediakan dalam arti
menjual atau menyewakan faktor-faktor produksi kepada perusahaan, sektor
perusahaan yaitu organisasi yang terdiri dari produsen yang menghasilkan
atau menawarkan barang dan jasa melalui pasar prosuk, sektor pemerintah
yaitu organisasi yang memiliki 2 fungsi utama yaitu menyediakan barang
dan jasa kepada rumah tangga dan perusahaan dan melakukan redistribusi
pendapatan dan kekayaan, sektor yang terakhir adalah luar negeri yang
direpresentasikan oleh kegiatan ekspor dan impor.
Selain itu ada berbagai pasar yang ada di dalam perekonomian seperti
faktor produksi yaitu pasar yang dimana faktor produksi diperdagangkan,
pasar barang atau produk yaitu pasar dimana barang dan jasa
diperdagangkan, dan pasar keuangan atau kredit yaitu pasar dimana
penawaran kredit atau dana oleh rumah tangga dan permintaan kredit atau
dana oleh perusahaan terjadi atau berlangsung.
a. Pendekatan Perhitungan Pendapatan Nasional
1. Pendekatan Produksi (Product Approach)
Perhitungan pendapatan nasional dengan pendekatan produksi
adalah dengan menjumlahkan nilai tambah (value added) semua
barang dan jasa yang diproduksi tiap proses produksi di suatu
negara dalam satu tahun
Dimana :
Y = PendapatanNasional
Y = Pi Qi
Pi = Harga Jual Produk (Output)
Qi = Faktor Produksi (Input)

2. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)

Dari sisi pengeluaran, pendapatan nasional dihitung dengan


menjumlahkan pengeluaran atau expenditure dari masing masing
sektor perekonomian, yaitu:

Pengeluaran konsumsi (C), meliputi semua pengeluaran rumah


tangga keluarga dan perseorangan serta lembaga swasta bukan
perusahaan untuk membeli barang dan jasa dalam memenuhi
kebutuhan.

Pengeluaran investasi (I), meliputi semua pengeluaran domestik


(dalam negeri) yang dilakukan oleh swasta untuk mendirikan
bangunan, mesin mesin, perlengkapan, dan jumlah persediaan
perusahaan.

Pengeluaran pembelian pemerintah (G), meliputi pembayaran


pensiun, bea siswa, subsidi dalam berbagai bentuk dan transfer
pemerintah.

Ekspor netto (X M), meliputi keseluruhan jumlah barang dan


jasa yang diekspor dan diimpor. Jika ekspor lebih besar dari
impor maka ekspor netto bertanda positif (+), juga sebaliknya.

Y = C + I + G + (X-M)
3. Pendekatan Pendapatan (Income Approach)
Dalam pendekatan ini, pendapatan nasional diperoleh dari
penjumlahan pendapatan yang diterima oleh faktor produksi yang
disumbangkan kepada rumah tangga produsen selama satu tahun,
yang terdiri dari :
Sewa tanah/alami (rent income) = r
Upah (wage and salary income) = w
Bunga (interest income) = i
Laba usaha (profit income) = p

Y=r+w+i+p

b. Konsep Perhitungan Pendapatan Nasional


Dalam perhitungan pendapatan nasional suatu negara dikenal lima
konsep pendapatan nasional yang perlu di bedakan secara tegas.
1. Produk Domestik Bruto
Produk domestik bruto (Gross Domestic Product, GDP) adalah
jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-
unit produksi dalam suatu negara (domestik) selama satu tahun.
Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang
dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan atau orang asing yang
beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang
yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum
diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan
dari GDP dianggap bersifat bruto atau kotor.
2. Produk Domestik Netto
Produk neto (net output) berarti nilai tambah yang diciptakan dalam
suatu proses produksi. Dengan demikian, cara kedua untuk
menghitung pendapatan nasional ini adalah cara menghitung
dengan menjumlahkan nilai tambah yang diwujudkan oleh
perusahaan-perusahaan. Penggunaan cara ini dalam menghitung
pendaatan nasional mempunyai dua tujuan penting :
Untuk mengetahui besarnya sumbangan berbagai
sekto rekonomi di dalam mewujudkan pendapatan
nasional
Sebagai salah satu cara menghindari perhitungan dua kali yaitu
dengan hanya menghitung nilai produksi neto yang diwujudkan
pada berbagai tahap proses produksi
3. Pendapatan Nasional
Pendapatan Nasional (National Income, NI) adalah pendapatan
agregat yang diperoleh oleh faktor faktor produksi. Pendapatan
nasional mengukur pendapatan agregat yang diterima oleh faktor-
faktor produksi sebelum pajak (direct taxes) dan pembayaran
transfer (transfer payments). Pendapatan nasional dapat diperoleh,
produk domestik netto dikurangi pajak tidak langsung dan
kewajiban bukan pajak, pembayaran transfer oleh perusahaan,
ditambah subsidi pemerintah dan dikurangi lagi dengan surplus
yang diperoleh perusahaan (BUMN).
4. Pendapatan Perorangan
Pendapatan perorangan (Personal Income, PI) adalah pendapatan
agregat yang secara aktual diterima oleh seseorang atau rumah
tangga (house hold). Menghitung pendapatan perorangan dengan
pendapatan nasional dikurangi laba perusahaan (corporate profit
takes), kontribusi asuransi sosial (social insurance contributions),
dan bunga netto (undistributed corporate profits), kemudian
ditambah pembayaran transfer (transfer payment) dan laba
pemegang saham (dividends).

PI = NI (CPT + SIC + UPC) + (Div + TR)


5. Pendapatan Disposibel

Pendapatan disposibel (Disposable Income, DI) adalah jumlah


pendapatan yang secara aktual tersedia bagi rumah tangga yang
siap untuk dibelanjakan atau digunakan. Pendapatan disposible
diperoleh dengan cara pendapatan nasional dikurangi pajak
perorangan (personal taxes) dan kewajiban kewajiban bukan
pajak (nontaxes liabilities). Termasuk pajak perorangan adalah
pajak pendapata, estate and gift, dan pajak-pajak kekeyaan
perorangan. Sedangkan kewajiban bukan pajak antara lain,
passport fess, fines and pinalties, dan donations.

c. Penggunaan Produk Domestik Bruto

Produk domestik bruto (PDB) dapat diartikan sebagai nilai barang


barang dan jasa jasa yang diproduksikan di dalam negara tersebut
dalam satu tahun tertentu. Di dalam sesuatu perekonomian di negara-
negara maju maupun di negara negara berkembang, barang dan jasa
diproduksikan bukan saja oleh perusahaan milik penduduk negara
tersebut tetapi oleh penduduk negara lain. Penggunaan produk
domestik bruto (PDB) untuk mengukur pertumbuhan ekonomi
dilakukan oleh semua negara di dunia (termasuk Indonesia ). PDB
Indonesia, merupakan nilai tambah yang dihitung bedasarkan seluruh
aktivitas ekonomi tanpa membedakan pemiliknya ( dilakukan oleh
warga negara Indonesia dan warga negara asing ), sejauh proses
produksinya dilakukan di Indonesia, nilai tambah yang diperoleh
merupakan PDB Indonesia, sehingga pertumbuhan tersebut
sebenarnya semu, karena tambah adalah milik warga negara asing
yaitu nilai tambah dari aktivitas ekonomi yang menggunakan faktor
produksi (modal) dan tenaga kerja milik asing, seperti lembaga
keuangan/perbankan, jasa komunikasi, eksplorasi tambang, dan
aktivitas ekonomi lainnya.
Pengeluaran-pengeluaran dalam penggunaan produk domestik bruto
yaitu :
1. Konsumsi rumah tangga
Nilai perbelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga untuk
membeli berbagai jenis kebutuhannya dalam satu tahun tertentu
dinamakan pengeluaran konsumsi rumah tangga. Pendapatan yang
diterima rumah tangga akan digunakan untuk membeli makanan,
membeli pakaian, membiayai jasa pengangkutan membayar
pendidikan anak, membayar sewa rumah dan membeli kendaraaan.
Barang barang tersebut dibeli rumah tangga untuk memenuhi
kebutuhannya dan perbelanjaan tersebut dinamakan konsumsi.
Kegiatan rumah tangga untuk membali rumah diolonkan sebagai
investasi.
2. Pengeluaran pemerintah
Pembelian pemerintah dibedakan menjadi dua yaitu konsumsi
pemerintah dan investasi pemerintah. Konsumsi pemerintah adalah
pembelian atas barang dan jasa yang akan dikonsumsikan, seperti
membayar gaji guru sekolah, membali alat alat tulis dan kertas
untuk digunakan serta membeli bensin untuk kendaraan
pemerintah. Sedangkan investasi pemerintah adalah pengeluaran
untuk membangun prasarana seperti jalan, sekolah, rumah sakit dan
irigasi.
3. Pembentukan modal tetap sektor swasta
Pembentukan modal tetap sektor swasta atau yang lebih dinyatakan
sebagai investasi, pada hakikatnya berarti pengeluaran untuk
membeli barang modal yang dapat menaikan produksi barang dan
jasa di masa yang akan datang. Membangun gedung perkantoran,
mendirikan bangunan industri, membeli alat alat memproduksi
adalah beberapa bentuk pengeluaran yang tergolong sebagai
investasi.
4. Ekspor neto
Ekspor neto adalah nilai ekspor yang dilakukan sesuatu negara
dalam satu tahun tertentu dikurangi dengan nilai impor dalam
periode yang sama. Ekpor suatu negara, seluruh atau sebagian dari
nilainya, merupakan barang dan jasa yang dihasilkan di dalam
negeri.

2. Faktor yang Mempengaruhi pendapatan nasional


Permintaan dan penawaran agregat yaitu Permintaan agregat
menunjukkan hubungan antara keseluruhan permintaan terhadap barang-
barang dan jasa sesuai dengan tingkat harga. Permintaan agregat adalah
suatu daftar dari keseluruhan barang dan jasa yang akan dibeli oleh sektor-
sektor ekonomi pada berbagai tingkat harga, sedangkan penawaran agregat
menunjukkan hubungan antara keseluruhan penawaran barang-barang dan
jasa yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan dengan tingkat harga
tertentu.
Konsumsi dan tabungan yaitu Konsumsi adalah pengeluaran total
untuk memperoleh barang-barang dan jasa dalam suatu perekonomian
dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun), sedangkan tabungan
(saving) adalah bagian dari pendapatan yang tidak dikeluarkan untuk
konsumsi. Antara konsumsi, pendapatan, dan tabungan sangat erat
hubungannya. Hal ini dapat kita lihat dari pendapat Keynes yang
dikenal dengan psychological consumption yang membahas tingkah laku
masyarakat dalam konsumsi jika dihubungkan dengan pendapatan.
Investasi yaitu Pengeluaran untuk investasi merupakan salah satu
komponen penting dari pengeluaran agregat.
Pendapatan negara dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu:
a. Pendekatan pendapatan, dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan
(upah, sewa, bunga, dan laba) yang diterima rumah tangga konsumsi
dalam suatu negara selama satu periode tertentu sebagai imbalan atas
faktor-faktor produksi yang diberikan kepada perusahaan.
Pendekatan pendapatan : Y = R + W + I + P
R = rent = sewa W = wage = upah/gaji
I = interest = bunga modal P = profit = laba
b. Pendekatan produksi, dengan cara menjumlahkan nilai seluruh produk
yang dihasilkan suatu negara dari bidang industri, agraris, ekstraktif, jasa
dan niaga selama satu periode tertentu. Nilai produk yang dihitung
dengan pendekatan ini adalah nilai jasa dan barang jadi (bukan bahan
mentah atau barang setengah jadi).
Pendekatan produksi : Y = Y = (PXQ)1 + (PXQ)2 +.....(PXQ)n
P = harga
Q = kuantitas
c. Pendekatan pengeluaran, dengan cara menghitung jumlah seluruh
pengeluaran untuk membeli barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu
negara selama satu periode tertentu. Perhitungan dengan pendekatan ini
dilakukan dengan menghitung pengeluaran yang dilakukan oleh empat
pelaku kegiatan ekonomi negara, yaitu: Rumah tangga (Consumption),
pemerintah (Government), pengeluaran investasi (Investment), dan
selisih antara nilai ekspor dikurangi impor (X M).
Pendekatan Pengeluaran : Y = C + I + G + (X-M)
C = konsumsi masyarakat I = investasi
G = pengeluaran pemerintah
X = ekspor
M = impor
C. INVESTASI
Investasi, yang lazim disebut juga dengan istilah penanaman modal atau
pembentukan modal merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat
pengeluaran agregat. Dengan demikian istilah investasi dapat diartikan sebagai
pengeluaran atau perbelanjaan penanam-penanaman modal atau perusahaan untuk
membeli barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan untuk menambah
kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam
perekonomian. Pertambahan jumlah barang modal ini memungkinkan
perekonomian tersebut menghasikan lebih banyak barang dan jasa di masa yang
akan datang. Adakalanya penanaman modal dilakukan untuk menggantikan
barang- barang modal yang lama yang telah haus dan perlu didepresiasikan
Dalam prakteknya, dalam usaha untuk mencatat nilai penanaman modal
yang dilakukan dalam suatu tahun tertentu, yang digolongkan sebagai investasi
(atau pembentukan modal atau penanaman modal) meliputi
pengeluaran/perbelanjaan yang berikut:
Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan
produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan
perusahaan.
Perbelanjaan untuk membangun rumah tempat tinggal, bangunan kantor,
bangunan pabrik dan bangunan-bangunan lainnya.
Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah
dan barang yang masih dalam proses produksi pada akhir tahun
penghitungan pendapatan nasional.

Jumlah dari ketiga-tiga jenis komponen investasi tersebut dinamakan


investasi bruto, yaitu ia meliputi investasi untuk menambah kemampuan
memproduksi dalam perekonomian dan mengganti barang modal yang sudah
didepresiasikan. Apabila investasi bruto dikurangi oleh nilai apresiasi maka akan
didapat investasi neto. Dalam teori ekonomi makro yang dibahas adalah investasi
fisik. Dengan pembatasan tersebut maka definisi investasi dapat lebih dipertajam
sebagai pengeluaran-pengeluaran yang meningkatkan stok barang modal. Stok
barang modal adalah jumlah barang modal dalam suatu perekonomian pada saat
tertentu.
Investasi Dalam Bentuk Barang Modal dan Bangunan
Yang tercakup dalam investasi barang modal dan bangunan adalah
pengeluaran- pengeluaran untuk pembelian pabrik, mesin, peralatan
produksi, bangunan/gedung yang baru. Karena daya tahan madal dan
bangunan umumnya lebih dari setahun, seringkali investasi ini disebut
sebagai investasi dalam bentuk harta tetap (fixed investment).
Di Indonesia, istilah yang setara dengan fixed investment adalah
pembentukan modal tetap domestic bruto (PMTDB). Supaya lebih
akurat, jumlah investasi yang perlu diperhatikan adalah investasi bersih
yaitu PMTDB dikurangi penyusutan.
Investasi Persediaan
Perusahaan seringkali memproduksi barang lebih banyak daripada target
penjualan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi berbagai
kemungkinan. Tentu saja investasi persediaan diharapkan meningkatkan
penghasilan/keuntungan. Persediaan barang tersebut dikatakan sebagai
investasi yang direncanakan atau investasi yang diinginkan karena telah
direncanakan. Selain barang jadi, investasi dapat juga dilakukuan dalam
bentuk persediaan barang baku dan setengah jadi.

1. Fungsi Investasi
Kurva yang menunjukkan perkaitan di antara tingkat investasi dan
tingkat pendapatan nasional dinamakan fungsi investasi. Bentuk fungsi
investasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (i) ia sejajar dengan sumbu
datar, atau (ii) bentuknya naik ke atas ke sebelah kanan (yang berarti makin
tinggi pendapatan nasional, makin tinggi investasi). Fungsi atau kurva
investasi yang sejajar dengan sumbu datar dinamakan investasi otonomi
dan fungsi investasi yang semakin tinggi apabila pendapatan nasional
meningkat dinamakan investasi terpengaruh. Dalam analisis makroekonomi
biasanya dimisalkan bahwa investasi perusahaan bersifat investasi otonomi.
Menurut Joseph Allois Schumpeter investasi otonom (autonomous
investment,) dipengaruhi oleh perkembangan-perkembangan yang terjadi di
dalam jangka panjang seperti:
a. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh.
b. Tingkat bunga
c. Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan.
d. Kemajuan teknologi.
e. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya.
f. Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan.

2. Nilai Waktu dari Uang


a. Nilai Sekarang ( Present Value )
Nilai nominal dari sejumlah mata uang belum tentu akan lebih
berharga dimasa datang. Hal ini sangat tergantung dari tingkat
pengembalian investasi yang diinginkan.
V= X (1+r)
Ket:
V = Nilai yang akan datang X = Nilai sekarang
t = Waktu r = Faktor diskonto
b. Nilai Masa Mendatang ( Future Value )
Menghintung nilai masa mendatang adalah kebalikan dari menghitung
nilai sekarang dari output investasi yang direncanakan. Sekalipun
melihat dari sudut pandang yang bertolak belakang, keputusan yang
dihasilkan tetap sama.
F = A (1+r)
Ket:
F = Nilai masa mendatang yang diharapkan
A = Investasi awal t = Waktu
3. Kriteria Investasi
a. Payback Period.
Payback period adalah waktu yang dibutuhkan agar investasi yang
direncanakan dapat dikembalikan, atau waktu yang dibutuhkan untuk
mencapai titik impas. Jika waktu yang dibutuhkan makin pendek,
proposal investasi dianggap makin baik. Kendatipun demikian, kita
harus berhati-hati menafsirkan kriteria payback period ini. Sebab ada
investasi yang baru menguntungkan dalam jangka panjang (> 5
tahun).
b. Benefit/Cost Ratio (B/C Ratio).
B/C ratio mengukur mana yang lebih besar, biaya yang dikeluarkan
dibanding hasil (output) yang diperoleh. Biaya yang dikeluarkan
dinotasikan dengan C (cost). Output yang dihasilkan dinotasikan
dengan B (benefit). Keputusan menerima atau menolak proposal
investasi dapat dilakukan dengan melihat nilai B/C. Umumnya,
proposal investasi baru diterima jika B/C > 1, sebab berarti output
yang dihasilkan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.
c. Net Present Value (NPV).
Perhitungan dengan menggunakan nilai nominal dapat menyesatkan,
sebab tidak memperhitungkan nilai waktu dari uang. Untuk membuat
hasil lebih akurat, maka nilai sekarang didiskontokan. Keuntungan
dari menggunakan metode diskonto adalah kita dapat langsung
menghitung selisih nilai sekarang dari biaya total dengan penerimaan
total bersih. Selisih inilah yang disebut net present value. Suatu
proposal investasi akan diterima jika NPV > 0, sebab nilai sekarang
dari penerimaan total lebih besar daripada nilai sekarang dari biaya
total.
d. Internal Rate of Return (IRR).
Internal rate of return adalah nilai tingkat pengembalian investasi,
dihitung pada saat NPV sama dengan nol. Keputusan
menerima/menolak rencana investasi dilakukan berdasarkan hasil
perbandingan IRR dengan tingkat pengembalian investasi yang
diinginkan (r).
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Investasi
a. Tingkat Pengembalian yang Diharapkan (Expected Rate of Return)
Kondisi Internal Perusahaan. Kondisi internal adalah faktor-faktor
yang berada di bawah kontrol Perusahaan, seperti tingkat efisiensi,
kualitas SDM dan teknologi. Sedangka faktor non-teknis, seperti
kepemilikkan hak dan atau kekuatan monopoli, kedekatan denga
pusat kekuasaan, dan penguasaan jalur informasi.
Kondisi Eksternal Perusahaan. Kondisi eksternal yang perlu
dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan akan investasi
utama adalah perkiraan tentang tingkat produksi dan pertumbuhan
ekonomi domestic maupun internasional.
b. Biaya Investasi.
Hal yang paling menentukan adalah tingkat bunga pinjaman. Makin
tinggi tingkat bunganya maka biaya investasi makin mahal.
Akibatnya minat akan investasi makin menurun. Namun tidak jarang,
walaupun tingkat bunga pinjaman rendah, minat akan investasi tetap
rendah. Hal ini disebabkan biaya total investasi masih tinggi dan
faktor yang mempengaruhi adalah masalah kelembagaan.
c. Marginal Efficiency of Capital (MEC), Tingkat Bunga, dan Marginal
Efficiency of Investement (MEI)
Marginal Efficiency of Capital (MEC), Investasi, dan Tingkat
Bunga
MEC adalah tingkat pengembalian yang diharapkan dari setiap
tambahan barang modal.
Marginal Effeciency of Capital (MEC) dan Marginal Efficiency of
Investment (MEI
D. INFLASI & DEFLASI
Banyak pengertian inflasi yang dapat kita jumpai pada beberapa sumber.
Diantaranya:
1. Inflasi dikatakan sebagai suatu proses kenaikan harga, yaitu adanya
kecenderungan bahwa harga barang meningkat secara terus-menerus.
2. Inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu.
3. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat
harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan
inflasi
4. Inflasi adalah suatu proses atau peristiwa kenaikan tingkat harga barang-barang
secara umum. Dikatakan tingkat harga secara umum karena barang dan jasa itu
banyak sekali jumlah dan jenisnya. Ada kemungkinan harga sejumlah barang
turun banyak barang lainnya yang justru naik harganya. Kenaikan satu dua
barang saja bukan merupakan inflasi, kecuali bila kenaikan harga barang
tersebut meluas pada sebagian besar harga barang-barang lainya.
Ada tiga komponen yang harus dipenuhi agar dapat dikatakan telah terjadi
inflasi, Prathama dan Mandala (2001:203):
1. Kenaikan harga
Harga suatu komoditas dikatakan naik jika menjadi lebih tinggi darpada harga
periode sebelumnya.
2. Bersifat umum
Kenaikan harga suatu komoditas belum dapat dikatakan inflasi jika kenaikan
tersebut tidak menyebabkan harga secara umum naik.
3. Berlangsung terus menerus
Kenaikan harga yang bersifat umum juga belum akan memunculkan inflasi,
jika terjadi sesaat, karena itu perhitungan inflasi dilakukan dalam rentang
waktu minimal bulanan.
1. Macam-Macam Inflasi
Berdasarkan tingkat kualitas parah atau tidaknya
Ada beberapa inflasi berdasarkan tingkat kualitas parah atau tidaknya
yaitu:
a. Inflasi ringan
Inflasi ringan atau inflasi merangkak (creeping inflation)adalah inflasi
yang lajunya kurang dari 10% per tahun,inflasi seperti ini wajar terjadi
pada negara berkembang yang selalu berada dalam proses
pembangunan.
b. Inflasi sedang
Inflasi ini memiliki ciri yaitu lajunya berkisar antara 10% sampai 30%
per tahun.Tingkat sedang ini sudah mulai membahayakan kegiatan
ekonomi.Perlu diingat laju inflasi ini secara nyata dapat dilihat garak
kenaikan harga.Pendapatan riil masyarakat terutama masyarakat yang
berpenghasilan tetap seperti buruh ,mulai turun dan kenaikan upah
selalu lebih kecil bila dibandingkan dengan kenaikan harga.
c. Inflasi berat
Inflasi berat adalah inflasi yang lajunya antara 30% sampai
100%.Kenaikan harga sudah sulit dikendalikan.Hal ini diperburuk lagi
oleh pelaku-palaku ekonomi yang memanfaatkan keadaan untuk
melakukan spekulasi.
d. Inflasi liar (hyperinflation)
Inflasi liar adalah inflasi yang lajunya sudah melebihi dari 100% per
tahun. Inflasi ini terjadi bila setiap saat harga-harga terus berubah dan
meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama
disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak
terkendali (Hyperinflastion).
Inflasi Berdasarkan Penyebabnya
a. Inflasi karena tarikan permintaan atau inflasi permintaan (demand full
inflation)
Inflasi ini merupakan inflasi yang disebabkan oleh besarnya
permintaan masyarakat akan barang-barang. Permintaan total yang
berlebihan biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar
sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada
tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang
terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan
bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut.
Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian
menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi
karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian
yang bersangkutan dalam situasi full employment dimanana biasanya
lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas dipasar yang
berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh
banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral
dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank
sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri
keuangan.
b. Inflasi karena kenaikan biaya-biaya produksi (cost push inflation)
Inflasi ini terjadi karena adanya perubahan tingkat penawaran.
Kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan
distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang
meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi
ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan
normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya
hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi
nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola
atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa
terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber
produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau
kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi
spekulasi (penimbunan), dll, sehingga memicu kelangkaan produksi
yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat
terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor infrastruktur
memainkan peranan yang sangat penting
c. Inflasi Berdasarkan Asalnya
Inflasi dari segi asalnya dapat dibedakan sebagai berikut:
Inflasi yang berasal dalam negeri seperti defisit anggaran belanja
Negara yang terus menerus.
Dalam keadaan seperti ini biasanya pemerintah mengintruksikan
Bank Indonesia mencetak uang baru dalam jumlah besar untuk
memenuhi kebutuhan pemerintah.Selain itu inflasi dari dalam
negeri juga dapat disebabkan oleh adanya gagal panen dan
sebagainya.
d. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation).
Inflasi ini timbul karena adanya karena adanya inflasi dari luar negeri
yang mengakibatkan naiknya harga barang-barang impor. Inflasi
seperti ini biasanya banyak dialami oleh negara-negara yang sedang
berkembang yang notabene sebagian besar usaha produksinya
mempergunakan bahan dan alat dari luar negeri yang timbul karena
dari adanya perdagangan internasional.

2. Penyebab Inflasi
Inflasi selalu dihubungkan dengan jumlah uang yang beredar.Ada
beberapa teori yang menjelaskan tentang penyebab terjadinya inflasi.
a. Teori Kuantitas
Teori ini adalah teori yang tertua yang membahas tentang inflasi,
tetapi dalam perkembangannya teori ini mengalami penyempurnaan
oleh para ahli ekonomi Universitas Chicago, sehingga teori ini juga
dikenal sebagai model kaum moneteris (monetarist models). Teori ini
menekankan pada peranan jumlah uang beredar dan harapan
(ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga terhadap timbulnya
inflasi. Teori ini hampir sama dengan teori kuantitas keduanya
berpendapat bahwa tingkat harga terutama ditentukan oleh jumlah
uang yang beredar. Hal ini terlihat karena hubungan antara jumlah
uang dan nilai uang,bila jumlah uang bertambah maka harga-harga
akan naik.Ini berarti nilai uang menurun karena daya belinya menjadi
rendah. Menurut teori kuantitas harga-harga adalah proporsi langsung
dari jumlah uang yang beredar atau sering di tulis sebagai berikut.
P = k.M
Ket:
P : tingkat harga
k : proporsi tertentu
M : jumlah uang
Tokoh yang sependapat dengan teori kuantitas adalah Irving Fisher
yaitu yang dikenal Teori Jumlah Peredaran Uang (Quantity Theory of
Money).Beliau mengemukakan rumus untuk membuktikan bahwa
jumlah uang yang dibayarkan oleh pembeli akan sama dengan jumlah
uang diterima oleh penjual yaitu:
MV = PT
Keterangan:
M : Jumlah uang yang beredar
V : Kecepatan perputaran uang
P : Tingkat harga
T : Banyaknya transaksi
b. Teori Keynes
Teori Keynes memiliki pandangan bahwa yang paling menentukan
kestabilan kehidupan ekonomi nasional adalah permintaan masyarakat
(effective demand), hal ini terkait dengan produksi dan kapasitas
produksi yang tersedia.Rendahnya kapasitas barang yang diproduksi
berakibat harga barang menjadi naik,akibatnya timbul lagi inflasi.
Dasar pemikiran model inflasi dari Keynes ini, bahwa inflasi terjadi
karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan
ekonomisnya, sehingga menyebabkan permintaan efektif masyarakat
terhadap barang-barang (permintaan agregat) melebihi jumlah barang-
barang yang tersedia (penawaran agregat), akibatnya akan terjadi
inflationary gap. Keterbatasan jumlah persediaan barang (penawaran
agregat) ini terjadi karena dalam jangka pendek kapasitas produksi
tidak dapat dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan permintaan
agregat. Oleh karenanya sama seperti pandangan kaum monetarist,
Keynesian models ini lebih banyak dipakai untuk menerangkan
fenomena inflasi dalam jangka pendek. Dengan keadaan daya beli
antara golongan yang ada di masyarakat tidak sama (heretogen), maka
selanjutnya akan terjadi realokasi barang-barang yang tersedia dari
golongan masyarakat yang memiliki daya beli yang relatif rendah
kepada golongan masyarakat yang memiliki daya beli yang lebih
besar. Kejadian ini akan terus terjadi di masyarakat. Sehingga, laju
inflasi akan berhenti hanya apabila salah satu golongan masyarakat
tidak bisa lagi memperoleh dana (tidak lagi memiliki daya beli) untuk
membiayai pembelian barang pada tingkat harga yang berlaku,
sehingg permintaan efektif masyarakat secara keseluruhan tidak lagi
melebihi supply barang (inflationary gap menghilang)
c. Teori Strukturalis
Teori ini menitik beratkan pada Negara-negara yang sedang
berkembang. Menurut teori ini yang mempengaruhi perekonomian ada
dua hal penting yang dapat menimbulkan inflasi yaitu:
Ketidakelastisan Penerimaan Ekspor. Nilai ekspor tumbuh secara
lamban di banding pertumbuhan sector-sektor lain.
Ketidakelastisan penawaran atau produksi Bahan Makanan di
dalam Negeri.

3. Pengaruh Inflasi
Inflasi dapat menyebabkan prekonomian tidak berkembang secara
normal. Dalam kaitanya dengan pertumbuhan ekonomi, inflasi dapat
membawa pengaruh sebagai berikut:
a. Inflasi mendorong penanaman modal spekulatif
Pada saat inflasi, para pemilik modal cenderung melakukan investasi
spekulatif,misalnya dengan cara membeli tanah,rumah,atau
menyimpan barang-barang berharga yang lebih menguntungkan bila
dibandingkan melakukan investasi produktif yang belum tentu akan
memberikan kontribusi positif untuk selanjutnya.
b. Inflasi menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi di masa depan.
Inflasi akan semakin berkembang bila tidak di kendalikan. Gagal
mengendalikan inflasi akan menimbulkan ketidakpastian ekonomi
serta sulit di ramalkan sehingga akan dapat mengurangi kegairahan
pengusaha untuk mengembangkan kegiatan ekonomi.
c. Inflasi menimbulkan masalah neraca pembayaran
Inflasi menyebabkan harga barang-barang impor lebih murah bila
dibandingkan dengan harga barang produksi dalam negeri.Maka
impor berkembang lebih cepat,tetapi ekspor akan bertambah
lambat.Dengan demikian arus modal ke luar negeri akan lebih banyak
dari pada yang masuk ke dalam negeri.Keadaan seperti ini akan
mengakibatkan terjadinya defisit neraca pembayaran dan kemerosotan
nilai mata uang dalam negeri.

4. Akibat Inflasi
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah
atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh
yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu
meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk
bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa
inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi),
keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu.
Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan
investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima
pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum
buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga
hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Secara singkat dapat di pilah akibat buruk dari inflasi tersebut.
a. Kesenjangan Distribusi Pendapatan
Dalam keaadaan inflasi nilai harta tetap seperti tanah, rumah,
bangunan, pertokoan dan sebagainya akan mengalami kenaikan harga.
Kenaikan harga tersebut seringkali lebih cepat dari kenaikan inflasi itu
sendiri. Sebaliknya pendapatan riil penduduk berpengahasilan rendah
merosot. Dengan demikian maka inflasi memperlebar kesenjangan
distribusi pendapatan antara anggota-anggota masyarakat.
b. Pendapatan Riil Merosot
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat
merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri
tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas
tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah.
Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.Dari hal tersebut biasanya dalam masa inflasi
kenaikan harga cenderung selalu mendahului kenaikan
pendapatan.Dengan demikian inflasi cenderung menimbulkan
kemerosotan pendapatan riil sebagian besar tenaga kerja.Ini berarti
kemakmuran masyarakat merosot.
c. Nilai Riil Tabungan Merosot
Bagi masyarakat yang menyimpan sebagian kekayaannya dalam
benatuk deposito dan tabungan di Bank, dalam masa inflasi nilai riil
tabungan tersebut akan merosot, tidak hanya itu masyarakat yang
memegang uang tunai pun akan dirugikan karena penurunan nilai
riilnya. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat
inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan
menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena,
untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang
diperoleh dari tabungan masyarakat.
d. Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur)
inflasi menguntungkan, karena pada saat
pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah
dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak
yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang
pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
e. Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang
diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi.
Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan
produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila
inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya
merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan
produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk
sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi,
usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi
pada pengusaha kecil).

5. Cara Mengatasi Inflasi


Inflasi merupakan penyabab keresahan masyarakat dan mengakibatkan
kekhawatiran pemerintah. Oleh sebab itu pemerintah berusaha menekan
inflasi serendah-rendahnya karena inflasi tidak dapat dihapuskan sama
sekali. Inflasi ada yang disahkan (validated),yaitu inflasi yang dibiarkan
secara terus menerus karena pemerintah mengizinkan penambahan suplai
uang misalnya karena defisit anggaran dengan mencetak uang baru.Jika
inflasi yang yang terjadi tidak disertai dengan kenaikan suplai uang ,maka
inflasi itu disebut inflasi yang tidak disahkan.
Inflasi dapat menguntungkan orang lain, sehingga menimbulkan
ketegangan social .Oleh sebab itu,tiap-tiap Negara berusaha menghindari
inflasi dengan melakukan kebijakan-kebijakan.Untuk mengatasi inflasi
Bank sentral memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi.
Bank sentral suatu negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat
inflasi pada tingkat yang wajar. Beberapa bank sentral bahkan memiliki
kewenangan yang independen dalam artian bahwa kebijakannya tidak boleh
diintervensi oleh pihak di luar bank sentral termasuk pemerintah. Hal ini
disebabkan karena sejumlah studi menunjukkan bahwa bank sentral yang
kurang independen salah satunya disebabkan intervensi pemerintah yang
bertujuan menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong perekonomian
akan mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi.
Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau
tingkat suku bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain
itu, bank sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata
uang domestik. Hal ini disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat
bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun eksternal (kurs).
Saat ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank sentral di
seluruh dunia, termasuk oleh Bank Indonesia. Secara umum terdapat dua
kebijakan yang dilakukan untuk menekan laju inflasi diantaranya kebijakan
moneter dan kebijakan fiskal.
a. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah tindakan atau kebijakan yang diambil oleh
penguasa moneter biasanya bank sentraluntuk mempengaruhi jumlah
uang yang beredar sehingga akan terjadi perubahan jumlah uang yang
beredar yang pada akhirnya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi
masyarakat.
b. Kebijakan Fiskal
Pengaturan Pengeluaran Pemerintah
Pengaturan pengeluaran sangat perlu di lakukan. Dalam hal ini
diharapkan penggunaan anggaran negara agar sesuai dengan
perencaan.Kalau pembelajaan Negara melampui batas yang telah
ditentukan akan mendorong terjadinya pertambahan uang yang
beredar begitu juga sebaliknya.
Menaikan Tarif Pajak
Saat terjadi inflasi uang beredar lebih banyak.Jumlah uang beredar
tersebut dapat dikurangi dengan jalan menaikan tariff pajak.Jika
tariff pajak dinaikkan uang yang dibelanjakan oleh masyarakat
berkurang.Namun harus diperhatikan agar tidak terjadi
ketimpangan atau ketidakadilan perlu diperhatikan golongan
masyarakat mana yang dinaikkan pajaknya.
Mengadakan Pimjaman Pemerintah
Pemerintah dapat mngadakan pinjaman pemerintah bauik dengan
jalan paksaan ataupun tidak,untuk mengurangi uang yang beredar
di masyarakat.Cara yang paling ampuh dilakukan untuk
menyukseskan kebijakan ini yaitu dengan jalan membekukan
simpanan yang dimiliki oleh masyarakat yang ada di bank.Dapat
juga ditempuh dengan jalan memotong gaji pegawai negeri untuk
di tabung.
c. Kebijakan Non-Moneter
Menaikan Hasil Produksi
Kenaikan hasil produksi dapat memperkecil laju inflasi.Kenaikan
hasil produksi dapat dilakukan dengan cara kebijakan penurunan
bea masuk.Hal ini akan berakibat impor barang
meningkat.Pertambahan jumlah barang di dalam negericenderung
menurunkan harga
Kebijakan Upah
Kebijakan upah adalah tindakan menstabilkan upah dan gaji
dengan cara gaji tidak sering dinaikan.Kenaikan gaji dan upah akan
menimbulkan kenaikan daya beli.Hal ini pada akhirnya menaikan
permintaan terhadap barang-barang secara keseluruhan.Apabila hal
ini terjadi,maka akan menimbulkan inflasi.
Pengaman harga dan distribusi barang
Pemerintah harus dapat mengendalikan kenaikan harga berbagai
macam barang. Oleh karena itu,pemerintah menetapkan harga
maksimum (harga eceran tertinggi), melakukan pengamanan harga,
menetapka sanksi yang cukup berat.Apabila penetapan harga tidak
disertai dengan pengamanan yang baik,maka tidak akan
memberikan hasil yang diharapkan. Namun, kadang-kadang
pengamanan harga oleh pemerintah sering menimbulkan pasar
yang tidak diinginkan.(pasar gelap).

6. Menghitung Laju Inflasi


a. GNP Deflator
GNP Deflator adalah rasio GNP (Gross National Product) nominal
pada tahun tertentu terhadap GNP riil pada tahun tersebut. Hal ini
merupakan ukuran inflasi dari periode dimana harga dasar untuk
perhitungan GNP riil digunakan sampai GNP sekarang.Perhitungan
cara ini melibatkan semua barang yang di produksi.
GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP Riil) x 100%
b. Indeks Harga Konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI)
Indeks Harga Konsumen berfungsi mengukur biaya pembelian
kelompok barang dan jasa yang di anggap mewakili belanja
konsumen. Biasanya, kelompok barang yang digunakan masyarakat
dapat berubah. Hal ini disesuaikan dengan pola konsumsi yang ada.
Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam
7 kelompok pengeluaran (berdasarkan the Classification of individual
consumption by purpose COICOP), yaitu:
Kelompok Bahan Makanan
Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau
Kelompok Perumahan
Kelompok Sandang
Kelompok Kesehatan
Kelompok Pendidikan dan Olah Raga
Kelompok Transportasi dan Komunikasi.
Perbedaan IHK dan GNP Deflator sebagai berikut:
GNP Deflator mengukur harga barang lebih besar daripada IHK.
IHK mengukur biaya pembelian yang relative sama dari tahun ke
tahun.Hal ini tergantung jenis dan jumlah barang yang di produksi.
IHK secara langsung mencakup barang impor,sedangkan GNP
Deflator hanya mencakup barang yang di produksi dalam negeri.
c. Indeks Harga Produsen (IHP)
Indeks Harga Produsen (IHP) ini mengukur harga barang yang dibeli
oleh produsen,yang meliputi bahan mentah dan barang setengah
jadi.IHP juga digunakan untuk mengukur indeks harga pada awal
distribusi.Kenaikan IHP dapat dijadikan tanda kenaikan IHK.
d. Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).
e. Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari
komoditas-komoditas tertentu.
f. Indeks harga barang-barang modal

7. Deflasi
Dalam ekonomi, deflasi adalah suatu periode dimana harga-harga secara
umum jatuh dan nilai uang bertambah. Deflasi adalah kebalikan dari inflasi.
Bila inflasi terjadi akibat banyaknya jumlah uang yang beredar di
masyarakat, maka deflasi terjadi karena kurangnya jumlah uang yang
beredar. Ada pula deflasi didefinisikan sebagai meningkatnya permintaan
terhadap uang berdasarkan jumlah uang yang berada di masyarakat.

8. Penyebab Deflasi
Ada beberapa hal yang dapat menjadi penyebab deflasi:
a. Menurunnya Persediaan Uang di Masyarakat.
Menurunnya jumlah persediaan uang di masyarakat ini cenderung
disebabkan karena sebagian besar masyarakat menyimpan uangnya di
bank.Masyarakat menyimpan uangnya di bank kemungkinan
disebabkan oleh tingkat suku bunga yang tinggi karena dapat
memberikan keuntungan yang cukup tinggi.Sehingga dengan
demikian persediaan uang yang ada di masyarakat semakin
berkurang.Jika persediaan uang lebih sedikit bila dibandingkan
dengan jumlah barang maka akan dapat menimbulkan deflasi.
b. Meningkatnya Persediaan Barang
Kadang kala produksi barang tidak bisa di bendung apabila
permintaan barang meningkat.Produsen cenderung terus
meningkatkan produksinya pada saat kondisi seperti itu.Jika jumlah
barang yang diproduksi tersebut tidak habis terjual kepada konsumen
dan produksi tetap dilakukan sedangkan permintaan akan barang
semakin berkurang maka akan dapat meningkatkan jumlah persediaan
barang di masyarakat akibatnya harga barang tersebut semakin
menurun karena jumlahnya banyak.
c. Menurunnya Permintaan Akan Barang.
Apabila permintaan akan suatu barang menurun sedangkan produksi
tetap dilakukan maka cenderung hal tersebut akan menurunkan tingkat
harga barang yang bersangkutan.

9. Pengaruh dan Akibat Deflasi


a. Penurunan persediaan uang
Deflasi dapat menyebabkan menurunnya persediaan uang di
masyarakat dan akan menyebabkan depresi besar (seperti yang
dialami Amerika dulu) dan juga akan membuat pasar Investasi akan
mengalami kekacauan.
b. Memperlambat aktivitas ekonomi
Dikarenakan harga barang mengalami penurunan, konsumen memiliki
kemampuan untuk menunda belanja mereka lebih lama lagi dengan
harapan harga barang akan turun lebih jauh. Akibatnya aktivitas
ekonomi akan melambat dan memberikan pengaruh pada spiral deflasi
(deflationary spiral).
c. Dampak susulan dari melesunya kegiatan ekonomi adalah banyak
pekerja yang akhirnya mengalami PHK karena pemiliki bisnis tidak
sanggup membayar gaji karyawannya. Dengan demikian pendapatan
yang diterima masyarakat menjadi sedikit dan jumlah uang yang
beredar di masyarakat semakin berkurang.
d. Dari sisi investasi, deflasi juga mengakibatkan melesunya investasi di
sektor riil maupun di lantai bursa. Akibatnya ini akan menambah berat
kelesuan ekonomi dikarenakan tidak ada lagi aktivitas bisnis yang
berjalan.
e. Deflasi juga dapat menyebabkan suku bunga disuatu negara menjadi
nol persen. Lalu diikuti juga dengan turunnya suku bunga pinjaman di
bank. Ini memang merupakan langkah paliatif untuk mencegah
masyarakat menyimpan uangnya di bank yang dapat membuat
peredaran uang semakin kecil.
Selain itu juga ada dampak positif dan negatif dari deflasi adalah
sebagai berikut:
a. Baik, deflasi akan membuat orang menyimpan uang sehingga uang
benar-benar dihargai dan jaminan keamanan sosial politik. Orang
akan banyak berinvestasi langsung dan ketersediaan barang
terjamin. Akibatnya nilai mata uang akan menguat.
b. Buruk. deflasi akan membuat jatuh nilai properti. Orang lebih suka
mendepositokan uangnya di bank atau pasar modal daripada beli
properti yang tidak naik. Karena harga terus turun maka produsen
cenderung kurang berminat memproduksi barang. Kesempatan
kerja berkurang karena banyak PHK. Pajak tidak dapat ditarik oleh
pemerintah sehinga pendapata negara berkurang. Kegiatan
perekonomian secara keseluruhan mengalami kemunduran.

10. Cara Mengatasi Deflasi


Salah satu cara menanggulangi deflasi adalah dengan menurunkan
tingkat suku bunga. Deflasi dapat diibaratkan jatuh sakitnya seseorang
karena jarang berolah raga. Apabila seseorang pada dasarnya memiliki kaki
normal namun malas menggunakannya, maka ini akan mengakibatkan
menyusutnya otot-otot kaki yang jarang digunakan tersebut. Dalam jangka
waktu lebih lama orang tersebut akan tidak dapat berjalan sama sekali
berhubung otot sudah terlalu lemah untuk digunakan. Apabila keadaan ini
justru didiamkan, bukan tidak mungkin akan mengalami
kelumpuhanselamanya.
Hal ini parallel dengan inflasi. Cara terbaik untuk mengatasinya adalah
dengan melatih kembali otot-otot yang sudah lama tidak digunakan. Meski
memakan waktu lama, hal ini adalah satu-satunya cara untuk
mengembalikan kekuatan otot yang melemah. Dengan kata lain untuk
mencegah deflasi menjadi krisis ekonomi besar, pemerintah dan semua
pihak yang terkait harus bersepakat untuk memulai kembali kegiatan
ekonomi yang sempat terhenti karena salah urus tersebut. Tentu saja ini
membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Lazim dikatakan oleh para analis
eknonomi bahwa deflasi merupakan kondisi krisis moneter yang sebenarnya
tidak memiliki obat yang efektif. Apabila pada inflasi Bank Sentral dapat
menaikkan suku bunga untuk menahannya, menurunkan suku bunga bahkan
hingga nol persen bukanlah jalan keluar bagi deflasi. Pasalnya ini akan
membuat pemasukan pemerintah menjadi nol juga atau bahkan negative.
Akibatnya, biaya impor menjadi terbebani sementara ekspor tidak
menunjukkan kenaikan signifikan berhubung melemahnya mata uang
disebabkan oleh aksi spekulan semata-mata.
Cara yang paling lazim digunakan adalah memberikan stimulus
ekonomi berupa bantuan likuiditas ke sektor bisnis. Dengan demikian
diharapkan kegiatan ekonomi kembali berputar. Pemerintah juga dapat
memotong pajak dan meningkatkan belanjanya sendiri untuk
menggairahkan perekonomian. Dari sisi Bank Sentral, pemerintah juga
dapat meningkatkan peredaran uang di masyarakat dengan membeli surat
hutang sektor swasta dan menukarkannya dengan uang tunai. Selain itu,
juga dapat dilakukan dengan memotong suku bunga. Namun seperti
dijelaskan di atas, memotong suku bunga bukanlah jalan keluar yang
sesungguhnya tetapi hanya sekedar pengobatan sementara untuk
menggairahkan ekonomi dan mengharapkan harga bergerak naik dengan
sendirinya.

Anda mungkin juga menyukai