Y = C + I + G + (X-M)
3. Pendekatan Pendapatan (Income Approach)
Dalam pendekatan ini, pendapatan nasional diperoleh dari
penjumlahan pendapatan yang diterima oleh faktor produksi yang
disumbangkan kepada rumah tangga produsen selama satu tahun,
yang terdiri dari :
Sewa tanah/alami (rent income) = r
Upah (wage and salary income) = w
Bunga (interest income) = i
Laba usaha (profit income) = p
Y=r+w+i+p
1. Fungsi Investasi
Kurva yang menunjukkan perkaitan di antara tingkat investasi dan
tingkat pendapatan nasional dinamakan fungsi investasi. Bentuk fungsi
investasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (i) ia sejajar dengan sumbu
datar, atau (ii) bentuknya naik ke atas ke sebelah kanan (yang berarti makin
tinggi pendapatan nasional, makin tinggi investasi). Fungsi atau kurva
investasi yang sejajar dengan sumbu datar dinamakan investasi otonomi
dan fungsi investasi yang semakin tinggi apabila pendapatan nasional
meningkat dinamakan investasi terpengaruh. Dalam analisis makroekonomi
biasanya dimisalkan bahwa investasi perusahaan bersifat investasi otonomi.
Menurut Joseph Allois Schumpeter investasi otonom (autonomous
investment,) dipengaruhi oleh perkembangan-perkembangan yang terjadi di
dalam jangka panjang seperti:
a. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh.
b. Tingkat bunga
c. Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa depan.
d. Kemajuan teknologi.
e. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya.
f. Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan.
2. Penyebab Inflasi
Inflasi selalu dihubungkan dengan jumlah uang yang beredar.Ada
beberapa teori yang menjelaskan tentang penyebab terjadinya inflasi.
a. Teori Kuantitas
Teori ini adalah teori yang tertua yang membahas tentang inflasi,
tetapi dalam perkembangannya teori ini mengalami penyempurnaan
oleh para ahli ekonomi Universitas Chicago, sehingga teori ini juga
dikenal sebagai model kaum moneteris (monetarist models). Teori ini
menekankan pada peranan jumlah uang beredar dan harapan
(ekspektasi) masyarakat mengenai kenaikan harga terhadap timbulnya
inflasi. Teori ini hampir sama dengan teori kuantitas keduanya
berpendapat bahwa tingkat harga terutama ditentukan oleh jumlah
uang yang beredar. Hal ini terlihat karena hubungan antara jumlah
uang dan nilai uang,bila jumlah uang bertambah maka harga-harga
akan naik.Ini berarti nilai uang menurun karena daya belinya menjadi
rendah. Menurut teori kuantitas harga-harga adalah proporsi langsung
dari jumlah uang yang beredar atau sering di tulis sebagai berikut.
P = k.M
Ket:
P : tingkat harga
k : proporsi tertentu
M : jumlah uang
Tokoh yang sependapat dengan teori kuantitas adalah Irving Fisher
yaitu yang dikenal Teori Jumlah Peredaran Uang (Quantity Theory of
Money).Beliau mengemukakan rumus untuk membuktikan bahwa
jumlah uang yang dibayarkan oleh pembeli akan sama dengan jumlah
uang diterima oleh penjual yaitu:
MV = PT
Keterangan:
M : Jumlah uang yang beredar
V : Kecepatan perputaran uang
P : Tingkat harga
T : Banyaknya transaksi
b. Teori Keynes
Teori Keynes memiliki pandangan bahwa yang paling menentukan
kestabilan kehidupan ekonomi nasional adalah permintaan masyarakat
(effective demand), hal ini terkait dengan produksi dan kapasitas
produksi yang tersedia.Rendahnya kapasitas barang yang diproduksi
berakibat harga barang menjadi naik,akibatnya timbul lagi inflasi.
Dasar pemikiran model inflasi dari Keynes ini, bahwa inflasi terjadi
karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan
ekonomisnya, sehingga menyebabkan permintaan efektif masyarakat
terhadap barang-barang (permintaan agregat) melebihi jumlah barang-
barang yang tersedia (penawaran agregat), akibatnya akan terjadi
inflationary gap. Keterbatasan jumlah persediaan barang (penawaran
agregat) ini terjadi karena dalam jangka pendek kapasitas produksi
tidak dapat dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan permintaan
agregat. Oleh karenanya sama seperti pandangan kaum monetarist,
Keynesian models ini lebih banyak dipakai untuk menerangkan
fenomena inflasi dalam jangka pendek. Dengan keadaan daya beli
antara golongan yang ada di masyarakat tidak sama (heretogen), maka
selanjutnya akan terjadi realokasi barang-barang yang tersedia dari
golongan masyarakat yang memiliki daya beli yang relatif rendah
kepada golongan masyarakat yang memiliki daya beli yang lebih
besar. Kejadian ini akan terus terjadi di masyarakat. Sehingga, laju
inflasi akan berhenti hanya apabila salah satu golongan masyarakat
tidak bisa lagi memperoleh dana (tidak lagi memiliki daya beli) untuk
membiayai pembelian barang pada tingkat harga yang berlaku,
sehingg permintaan efektif masyarakat secara keseluruhan tidak lagi
melebihi supply barang (inflationary gap menghilang)
c. Teori Strukturalis
Teori ini menitik beratkan pada Negara-negara yang sedang
berkembang. Menurut teori ini yang mempengaruhi perekonomian ada
dua hal penting yang dapat menimbulkan inflasi yaitu:
Ketidakelastisan Penerimaan Ekspor. Nilai ekspor tumbuh secara
lamban di banding pertumbuhan sector-sektor lain.
Ketidakelastisan penawaran atau produksi Bahan Makanan di
dalam Negeri.
3. Pengaruh Inflasi
Inflasi dapat menyebabkan prekonomian tidak berkembang secara
normal. Dalam kaitanya dengan pertumbuhan ekonomi, inflasi dapat
membawa pengaruh sebagai berikut:
a. Inflasi mendorong penanaman modal spekulatif
Pada saat inflasi, para pemilik modal cenderung melakukan investasi
spekulatif,misalnya dengan cara membeli tanah,rumah,atau
menyimpan barang-barang berharga yang lebih menguntungkan bila
dibandingkan melakukan investasi produktif yang belum tentu akan
memberikan kontribusi positif untuk selanjutnya.
b. Inflasi menimbulkan ketidakpastian keadaan ekonomi di masa depan.
Inflasi akan semakin berkembang bila tidak di kendalikan. Gagal
mengendalikan inflasi akan menimbulkan ketidakpastian ekonomi
serta sulit di ramalkan sehingga akan dapat mengurangi kegairahan
pengusaha untuk mengembangkan kegiatan ekonomi.
c. Inflasi menimbulkan masalah neraca pembayaran
Inflasi menyebabkan harga barang-barang impor lebih murah bila
dibandingkan dengan harga barang produksi dalam negeri.Maka
impor berkembang lebih cepat,tetapi ekspor akan bertambah
lambat.Dengan demikian arus modal ke luar negeri akan lebih banyak
dari pada yang masuk ke dalam negeri.Keadaan seperti ini akan
mengakibatkan terjadinya defisit neraca pembayaran dan kemerosotan
nilai mata uang dalam negeri.
4. Akibat Inflasi
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah
atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh
yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu
meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk
bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa
inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi),
keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu.
Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan
investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima
pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum
buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga
hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Secara singkat dapat di pilah akibat buruk dari inflasi tersebut.
a. Kesenjangan Distribusi Pendapatan
Dalam keaadaan inflasi nilai harta tetap seperti tanah, rumah,
bangunan, pertokoan dan sebagainya akan mengalami kenaikan harga.
Kenaikan harga tersebut seringkali lebih cepat dari kenaikan inflasi itu
sendiri. Sebaliknya pendapatan riil penduduk berpengahasilan rendah
merosot. Dengan demikian maka inflasi memperlebar kesenjangan
distribusi pendapatan antara anggota-anggota masyarakat.
b. Pendapatan Riil Merosot
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat
merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri
tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas
tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah.
Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.Dari hal tersebut biasanya dalam masa inflasi
kenaikan harga cenderung selalu mendahului kenaikan
pendapatan.Dengan demikian inflasi cenderung menimbulkan
kemerosotan pendapatan riil sebagian besar tenaga kerja.Ini berarti
kemakmuran masyarakat merosot.
c. Nilai Riil Tabungan Merosot
Bagi masyarakat yang menyimpan sebagian kekayaannya dalam
benatuk deposito dan tabungan di Bank, dalam masa inflasi nilai riil
tabungan tersebut akan merosot, tidak hanya itu masyarakat yang
memegang uang tunai pun akan dirugikan karena penurunan nilai
riilnya. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat
inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan
menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena,
untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang
diperoleh dari tabungan masyarakat.
d. Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur)
inflasi menguntungkan, karena pada saat
pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah
dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak
yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang
pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
e. Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang
diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi.
Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan
produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila
inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya
merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan
produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk
sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi,
usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi
pada pengusaha kecil).
7. Deflasi
Dalam ekonomi, deflasi adalah suatu periode dimana harga-harga secara
umum jatuh dan nilai uang bertambah. Deflasi adalah kebalikan dari inflasi.
Bila inflasi terjadi akibat banyaknya jumlah uang yang beredar di
masyarakat, maka deflasi terjadi karena kurangnya jumlah uang yang
beredar. Ada pula deflasi didefinisikan sebagai meningkatnya permintaan
terhadap uang berdasarkan jumlah uang yang berada di masyarakat.
8. Penyebab Deflasi
Ada beberapa hal yang dapat menjadi penyebab deflasi:
a. Menurunnya Persediaan Uang di Masyarakat.
Menurunnya jumlah persediaan uang di masyarakat ini cenderung
disebabkan karena sebagian besar masyarakat menyimpan uangnya di
bank.Masyarakat menyimpan uangnya di bank kemungkinan
disebabkan oleh tingkat suku bunga yang tinggi karena dapat
memberikan keuntungan yang cukup tinggi.Sehingga dengan
demikian persediaan uang yang ada di masyarakat semakin
berkurang.Jika persediaan uang lebih sedikit bila dibandingkan
dengan jumlah barang maka akan dapat menimbulkan deflasi.
b. Meningkatnya Persediaan Barang
Kadang kala produksi barang tidak bisa di bendung apabila
permintaan barang meningkat.Produsen cenderung terus
meningkatkan produksinya pada saat kondisi seperti itu.Jika jumlah
barang yang diproduksi tersebut tidak habis terjual kepada konsumen
dan produksi tetap dilakukan sedangkan permintaan akan barang
semakin berkurang maka akan dapat meningkatkan jumlah persediaan
barang di masyarakat akibatnya harga barang tersebut semakin
menurun karena jumlahnya banyak.
c. Menurunnya Permintaan Akan Barang.
Apabila permintaan akan suatu barang menurun sedangkan produksi
tetap dilakukan maka cenderung hal tersebut akan menurunkan tingkat
harga barang yang bersangkutan.