Anda di halaman 1dari 2

Latar Belakang

Gigi merupakan salah satu bagian terpenting dalam rongga mulut, karena fungsinya
antara lain untuk mengunyah makanan, dan untuk berbicara. Susunan gigi dewasa dan anak-
anak pun berbeda, pada anak-anak yang tumbuh terlebih dahulu adalah gigi sulung. Pada usia
12-13 tahun, gigi sulung akan tergantikan dengan gigi permanen.

Salah satu penyakit mulut yang banyak diderita masyarakat Indonesia adalah karies.
(Anitasari dan Endang, 2005). Peningkatan pemahaman tentang peran mikroorganisme
pada penyakit gigi dan mulut sangat diperlukan untuk menurunkan prevalensi karies
(Marsh, 2003 cit.Forssten et al.,2010). Sesuai data global World Health Organization
(WHO) (2000) menunjukkan 60-90% anak-anak sekolah di negara industri memiliki
karies. prevalensi karies gigi atau gigi berlubang di Indonesia mencapai 72,1% dan hanya
29,6% yang mencari dan mendapatkan perawatan dari tenaga kesehatan. Hal ini
membuktikan bahwa kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pelayanan tenaga
medis kesehatan gigi (Adi et al., 2011).

Ada 4 faktor yang saling berinteraksi dalam pembentukan karies yaitu,


mikroorganisme, gigi, makanan dan waktu. Mikroorganisme yang berperan penting dalam
pembentukan karies adalah Streptococcus mutans dan Lactobacillus. Dua bakteri tersebut
akan melekat erat pada permukaan gigi dan memfermentasi sukrosa menjadi asalm laktat
sangat kuat sehingga mampu menyebabkan demineralisasi.(Brown JP, 2008). Susunan dan
lekukan gigi yang dalam membuat susah membersihkannya, mengakibatkan sisa makanan
terakumulasi di dalam permukaan gigi dan menyebabkan karies. Pada gigi sulung sering
terjadi karies. Kecepatan karies pada anak-anak lebih cepat dibandingankan kerusakan gigi
dewasa. Kondisi yang asam oleh bakteri kariogenik seperti Streptococcus mutans mendorong
rusaknya kalsium dan phospat pada struktur hidroksiapatit.Dekalsifikasi oleh asam dari
bakteri tergantung pada berbagai faktor termasuk konsentrasi sumber karbon, jumlah dan
aktivitas mikroflora plak, laju aliran saliva dan sifat permukaan gigi (Nishimura et al., 2012).

Glukosa merupakan bagian utama diet penduduk di Indonesia. Selain sebagai


makanan pokok, gula juga dikonsumsi sebagai makanan ringan atau camilan seperti
yang terdapat dalam permen, wafer, biskuit, kue dan minuman ringan. Jenis gula yang
paling banyak ialah sukrosa. Salah satu kebiasaan anak-anak ialah mengonsumsi hal-hal yang
manis-manis seperti cokelat, permen dan susu dalam kemasan. Hal tersebut yang
menyebabkan banyak anak menderita karies. Di dalam makanan yang menyebabkan karies
tersebut mengandung bahan yang bernama sukrosa. Sukrosa merupakan salah satu jenis
karbohidrat yang menjadi substrat dan media pertumbuhan bakteri sehingga dapat
meningkatkan terjadinya karies. (Riani, 2005).

Peningkatan konsentrasi sukrosa hingga 43% dapat menyebabkan penurunan yang


signifikann kadar kalsium pada gigi. (Kuswanto dkk, 2009). Peningkatan sukrosa pada diet
hingga 40% dapat mengakibatkan email kehilangan mineral. Sukrosa yang memilki 6 karbon
dapat diferementasi oleh bakteri plak gigi menjadi asam dan menyebabkan proses
demineralisasi gigi. Sukrosa memiliki fungsi yang unik dalam perombakan yang
dilakukan oleh Streptococcus mutans yaitu bakteri tersebut mengubah sukrosa menjadi
dekstran yang dapat berfungsi sebagaiperekat pada permukaan gigi. Desktran juga
bertindak sebagai cadangan pasokan makanan bagi bakteri (Cury dkk., 2001).

Salah satu upaya meminimkan terjadinya karies pada anak-anak oleh karena konsumsi
sukrosa berlebihan adalah mengganti susu dalam kemasan menjadi ASI(air susu ibu) atau jika
tidak bisa, dengan memilih susu yang rendah sukrosa.

DAFTAR PUSTAKA

Anitasari, S. dan Endang Rahayu. 2005. Hubungan Frekuensi Menyikat Gigi Dengan
Tingkat Kebersihan Gigi dan Mulut Siswa Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan
Palaran Kotamadya Samarinda Provinsi Kalimantan Timur. Maj. Ked. Gigi (Dent J);
38(2): 88-90.

Forssten, S., Bjrklund M and Ouwehand A., 2010, Streptococcus mutans, Caries and
Simulation Models, Nutrients, 2:290-298.

Adi, P., Noorhamdani, AS., Irene Griselda C., 2011, Uji Efektivitas Antibakteri
Ekstrak Etanol Bawang Putih (Allium sativum) terhadap Pertumbuhan
Streptococcus mutans Penyebab Karies Secara In Vitro, Program Studi Pendidikan
Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

Brown JP and Dodds MWJ. Dental Caries and Associated Risk Factors. In : Cappelli DP and
Mobley CC. Prevention and Clinical Oral Health Care. Missuori : Mosby Elsevier;
2008.

Nishimura, J., Sait, D., Yoneyama, H., Lan, B., 2012, Biofilm Formation by
Streptococcus mutans and Related Bacteria, Advances in Microbiology, 2, 208-215.

Riani D, Sarasati. 2005. Peranan pola makan terhadap karies gigi pada anak. Jurnal
PDGI;(1):14-16.

Curry J.A, Silvana B.F, Altair A.D.B, Cinthia P.M. 2001. In study of sucrose
exposure, mutans streptococci in dental plaque and dental caries. Braz Dent J;12 (2):
101-4.

Anda mungkin juga menyukai