Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kota Semarang merupakan ibu kota Propinsi Jawa Tengah yang terletak di kawasan
pesisir pantai utara pulau Jawa dengan jumlah penduduk mencapai 1,765,589 jiwa pada
Maret 2015. Dinas kependudukan dan pencataan sipil Kota Semarang, 2015. Kota Semarang
juga merupakan kota industri yang berkembang dari tahun ke tahun. Dengan melihat letak,
jumlah penduduk, dan komoditas yang ada dapat disimpulkan bahwa pembangunan di kota
Semarang akan terus meningkat dari tahun ke tahun.
Dengan meningkatnya pembangunan maka lahan yang tersedia pun semakin
berkurang. Hutan yang dulunya rindang dengan pepohonan kini beralih menjadi perumahan,
pertanian, tempat rekreasi, hiburan dan kawasan industri. Pembangunan yang tidak dibarengi
dengan adanya pengolahan limbah dengan baik maka akan menimbulkan masalah lingkungan
bagi kota Semarang. Seperti limbah rumah tangga yang dibuang ke aliran sungai, limbah
pabrik yang tidak diolah sebelum dibuang dan lain sebagainya.
Selain masalah diatas, letak Kota Semarang sekitar 1200 hektar lahan berada dibawah
permukaan air laut (Semarang Barat Laut, Barat, Genuk). Sehingga, menyebabkan terjadinya
banjir payau setiap tahunnya. Pemerintah setiap 5-10 tahun sekali mengadakan program
peninggian jalan pada daerah tersebut. Karena jalan dipertinggi masyarakat sekitar harus
mempertinggi bangunan mereka guna menghindari Banjir air payau tersebut. Runinick, 2013
Masalah Lingkungan.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang menyebabkan masalah lingkungan di kota Semarang ?
2. Dampak apa saja yang timbul akibat adanya masalah tersebut ?
3. Upaya apa yang bisa kita lakukan guna mencegah semakin meningkatnya masalah
tersebut ?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab masalah lingkungan di kota Semarang
2. Mampu menganalisis dampak yang timbul dari masalah masalah lingkungan yang ada
di kota Semarang
3. Mampu berperan dalam upaya penanggulangan masalah di kota Semarang

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori


Masalah lingkungan adalah aspek negatif dari aktivitas manusia terhadap lingkungan
biofisik. Environmentalisme, sebuah gerakan sosial dan lingkungan yang dimulai pada tahun
1960, fokus pada penempatan masalah lingkungan melalui advokasi, edukasi, dan aktivisme.
wikipedia, 2013
Masalah lingkungan saat ini didominasi oleh perubahan iklim, polusi, dan hilangnya
sumber daya alam. Gerakan konservasi mengusahakan tetap terjaganya spesies terancam dan
melindungi habitat alami yang bernilai secara ekologis.
Masalah-masalah lingkungan tersebut semakin lama semakin membesar layaknya bola
salju yang menggelinding dari atas bukit salju. Persoalan itu tidak hanya bersifat lokal dan
nasional namun juga bersifat global. Dampak yang timbul tidak hanya dari satu atau dua segi
saja namun juga mempengaruhi segi lainnya sesuia dengan sifat lingkungannya, karena jika
satu aspek lingkungan terkena masalah maka akan mempengaruhi aspek lingkungan lainnya
dan dampak tersebut akan mengenai segi lingkungan lainnya.
Awalnya, masalah lingkungan hidup muncul secara alami, yakni peristiwa-peristiwa
yang terjadi sebagai bagian dari proses natural. Proses natural ini terjadi tanpa menimbulkan
akibat yang berarti bagi tata lingkungan itu sendiri dan dapat pulih kemudian secara alami.
Akan tetapi, sekarang masalah lingkungan tidak lagi dapat dikatakan sebagai masalah
yang bersifat alami, karena penyebab dari masalah lingkungan yang terjadi saat ini adalah
ulah tangan manusia sendiri. Masalah yang ditimbulkan bahkan jauh lebih besar dan
complicated dibandingkan dengan masalah yang ditimbulkan oleh alam itu sendiri.
Oleh karena itu, persoalan-persoalan lingkungan seperti kerusakan sumber daya alam,
penyusutan cadangan makanan hutan, musnahnya berbagai spesies hayati, erosi, banjir,
bahkan jenis-jenis penyakit yang berkembang terakhir ini, diyakini merupakan gejala-gejala
negatif yang secara dominan bersumber dari faktor manusia itu sendiri. Jadi, beralasan jika
dikatakan, di mana ada masalah lingkungan maka di situ ada manusia.
Terhadap masalah-masalah lingkungan seperti pencemaran, banjir, tanah longsor,
gagal panen karena harna, kekeringan, punahnya berbagai spesies binatang langka, lahan
menjadi tandus, gajah dan harimau mengganggu perkampungan penduduk, dan lain-lainnya,
dalam rangka sistem pencegahan preventive dan penanggulangan repressive yang dilakukan
untuk menangani hal tersebut, tidak akan efektif jika hanya ditangani dengan paradigma fisik,
ilmu pengetahuan dan teknologi, atau ekonomi. Tetapi karena faktor diatas, paradigma
solusinya harus pula melibatkan semua aspek humanistis. Maka dalam hal ini, perlu adanya
kesadaran dalam masyarakan guna menjaga lingkungan kita sendiri guna menjaga
kelangsungan hidup dimasa yang akan datang. Kumpulan Artikel Lingkungan Hidup, 2012.

3
2.2 Dampak Dan Penyebab Dari Adanya Masalah Lingkungan Di Kota Semarang

1. Angka kepadatan penduduk yang tinggi di kota Semarang.

Semakin padatnya penduduk di kota Semarang di sebabkan oleh tingginya arus


urbanisasi. Semarang menjadi salah satu tujuan para pencari kerja mengingat semakin
berkembangnya indrustri-industri di kota tersebut. Kurangnya lapangan kerja didaerah mereka
menyebabkan semakin meningkatkan minat mereka untuk mencari pekerjaan ke kota besar
seperti Semarang. Namun hal tersebut tidak sebanding dengan jumlah lahan yang ada di
Semarang. Semakin meningkatnya penduduk maka lahan kosong pun semakin berkurang.
Bahkan, bukit bukit di Semarang yang dikepras guna dibuat perumahan. Kondisi ini yang
akan terus menerus menimbulkan masalah-masalah baru jika tak diimbangi dengan kesadaran
masyarakan dan pembangunan yang tidak merata.

2. Bau busuk yang mencemari udara di kota Semarang.

Bau busuk tersebut disebabkan oleh pengelolaan sampah, selokan dan gorong-gorong
yang kurang baik. Meningkatnya kepadatan penduduk di kota Semarang yang tidak diimbangi
kesadaran mereka untuk menjaga lingkungan menyebabkan munculnya masalah ini, seperti
membuang sampah sembarangan pada aliran sungai dan selokan selokan yang sampah rumah
tangga. Serta limbah limbah Industri yang dibuang begitu saja tanpa dilakukan nerralisasi
terlebih dahulu sebelumnya. Kondisi TPA yang semakin menumpuk semakin menambah bau
busuk tersebut. Seperti yang terjadi di TPA Jati Barang yang terletak di Kelurahan
Gunungpane Kecamatan Mijen.

3. Banjir

Di kota Semarang bukan menjadi hal aneh lagi karena memang sudah sering terjadi.
Ada lima potensi banjir di Kota Semarang, antara lain:
a. Potensi pertama, melihat karakteristik geografi, Kota Semarang memiliki daerah-daerah
potensi banjir, karena adanya perbedaan tinggi dataran antara wilayah utara dan ilayah
selatan. Kondisi ini terjadi karena adanya banjir kiriman dari wilayah selatan Kota Semarang
dan kabupaten Semarang.
b. Potensi kedua, adanya perubahan pemanfaatan lahan dari hutan karet menjadi perumahan
di wilayah kecamatan Mijen memperbesar kerusakan di daerah tersebut. Akibatnya jumlah air
hujan yang mengalir ke wilayah Ngaliyan menjadi bertambah dan membuat daerah tersebut
terkena musibah banjir; padahal sebelumnya di daerah tersebut belum pernah terkena banjir.
Selain penggundulan hutan, perubahan fungsi lahan yang terjadi di wilayah Kabupaten
Semarang dari areal pertanian menjadi areal perumahan baru. Penyebab lain, banyak sungai
yang berhulu di daerah Kabupaten Semarang melewati Kota Semarang.
c. Potensi ketiga, adanya pengeprasan bukit di beberapa tempat mengakibatkan perubahan
pola aliran air, erosi, dan mempertinggi kecepatan air, sehingga membebani pengairan.
d. Potensi keempat, pembangunan rumah liar di atas bantaran sungai, pembuatan tambak yang
mempersempit sungai dan penutupan saluran di daerah hilir.
e. Potensi kelima adalah permasalahan non-teknis yaitu perilaku masyarakat kota Semarang
yang buruk. Perilaku membuang sampah di saluran dan di sembarang tempat. Rendahnya
kesadaran masyarakat koa ditunjukkan sewaktu banjir di beberapa jalan protokol kota
Semarang diakibatkan adanya saluran yang tersumbat, namun masyarakat tidak segera
mengatasinya melainkan menunggu petugas dari pemerintah Kota Semarang untuk mengatasi
permasalahan pada saluran tersebut. Kak Yon, 2010 Banjir Rob di Semarang.

4. Banjir rob yang melanda daerah-daerah di pinggiran laut atau pantai disebabkan oleh:
4
a. Permukaan tanah yang lebih rendah daripada muka pasang air laut.
b. Bertambah tingginya pasang air laut.
c. Sedimentasi dari daerah atas (burit) di muara sungai (Kali Semarang, Banjir Kanal
Barat, Kali Silandak, Kali Banger, Silandak Flood Way, Baru Flood Way, dan kali
Asin) maupun sedimentasi air laut khususnya oleh pasang surut (rob), di samping itu
pengaruh gelombang dan arus sejajar pantai menyebabkan terjadinya pendangkalan
muara yang berakibat mengurangi kapasitas penyaluran dan akibat selanjutnya
menambah parah banjir di sekitarnya. Kak Yon, 2010 Banjir Rob di Semarang.
.

5. Pencemaran air tanah.

Salah satu penyebabnya yaitu limbah industri pabrik yang dibuang sembarangan ke
sungai maupun ke laut tanpa adanya netralisasi terlebih dahulu, sehingga air yang biasa
digunakan oleh masyarakat sekitar guna memenuhi kebutuhan mereka menjadi tercemar.
Adapun penyebab lain yaitu intrusi air laut ke daratan akibat penurunan permukaan tanah dan
naiknya permukaan air.

Air Tanah Bebas merupakan air tanah yang terdapat pada lapisan pembawa air (
aquifer ) dan tidak tertutup oleh lapisan kedap air. Permukaan air tanah bebas ini sangat
dipengaruhi oleh musim dan keadaan lingkungan sekitarnya. Penduduk Kota Semarang
bawah (yang berada didataran rendah), banyak memanfaatkan air tanah ini dengan membuat
sumur-sumur gali (dangkal) dengan kedalaman rata-rata 3 - 18 m. Amblesan tanah yang
terjadi di dataran Semarang disebabkan oleh dua faktor, yaitu penurunan muka air tanah
akibat pemompaan dan peningkatan beban karena pengurugan tanah. Tektonik di Pulau Jawa
yang cukup aktif pada Pliosen Akhir - Plistosen Tengah, menghasilkan pola struktur geologi
yang kompleks di daerah sebelah selatan daerah penelitian. Struktur sesar yang aktif belum
diketahui dengan jelas pengaruhnya terhadap proses amblesan tanah di dataran aluvial
Semarang. Akibatnya apabila berlangsung terus-menerus, beberapa wilayah justru lebih
rendah daripada permukaan air laut. Akibat pengambilan air bawah tanah yang berlebihan
sementara air permukaan tanah lebih rendah dari permukaan air laut, maka terjadi intrusi air
laut. Intrusi air laut saat ini sudah mencapai daerah Simpang Lima dan Tugu Muda Semarang
(batas Semarang Atas dan Semarang bawah)

5
2.3 Upaya Dalam Menanggulangi Masalah Lingkungan Di Kota Semarang

1. Meningkatnya jumlah Penduduk.

Dalam hal kependudukan Pemerintah tidak bisa melarang warganya untuk mencari
penghasilan dimana saja. Namun meningkatnya penduduk di Semarang bisa diminimalisir
jika pembangunan infrastruktur tiap daerah dikembangkan dan potensi potensi yang baik di
desa perlu didukung oleh pemerintah. Sehingga mereka yang dari desa tidak perlu mencari
peruntungan ke kota yang menyebabkan membludakna jumlah penduduk di perkotaan.
Seperti misalnya, pemerintah memfasilitasi tempat tempat pariwisata di desa yang mungkin
sangat bagus untuk dikembangkan. Jika begitu maka penduduk setempat memanfaatkan hal
tersebut guna memperoleh penghasilan. Hal tersebut juga harus ada dukungan dari penduduk
setempat. Jika pemerintah sudah memfasilitasi awal awal maka warga setempat pun harus
menjaga dan mengelola hal tersebut. Atau bisa pembangunan industri industri kecil menengah
yang dapat menampung tenaga kerja di daerah masing masing

2. Langkah bijak menyelesaikan sampah adalah Zero Waste

Setelah berhasil mengelola dan memanfaatkan 70% sampah di rumah, selanjutnya adalah
mengurangi 30% sampah yang tersisa melalui usaha Zero Waste atau nol sampah.
Untuk menuju kondisi Zero Waste, pada dasarnya kita menerapkan prinsip Reduce, Reuse,
Recycle (3R). Jika kita masih menghasilkan sampah yang akan dibuang ke TPA, berarti kita
belum berhasil menerapkan Zero Waste dengan benar.

1. Reduce
Upaya pertama menuju dunia tanpa sampah adalah mengurangi sampah yang akan kita
hasilkan. Sebagai konsumen, perlu untuk mulai mencegah (atau menimalisasi) keberadaan
sampah yang akan diakibatkan dari hasil belanja. Ketika akan membeli sesuatu sudah
dipikirkan, apakah nantinya barang yang akan kita beli akan menghasilkan sampah?.

2. Reuse
Upaya prioritas berikutnya adalah bahan/barang yang sudah kita miliki jangan cepat-cepat
dijadikan sampah. Cobalah gunakan ulang berbagai macam barang atau kemasan selama
mungkin

3. Recycle
Merupakan upaya untuk mendaur ulang sampah menjadi barang yang lebih bernilai
misalnya botol plastik menjadi pot bunga, kertas koran menjadi kertas daur ulang dan lainnya.
3. Penanganan banjir di kota Semarang
Berbagai upaya penanggulangan sudah pernah dilakukan oleh pemerintah kota
Semarang antara lain:
a. Pembangunan Waduk Jatibarang,

6
b. Normalisasi Kali Semarang, Kali Asin, Kali Baru
c. Pencanangan Program JBIC Loan IP-534dan Polder Bangerdan Loan IP-505
bertempat di GuaKreo, GunungPati
Program JBIC merupakan program pinjaman yang bersaldari The Japanss
Bank for International Cooperation untukpembangunan di Negara-
negaraberkembang.DalamPencanangantersebut program JBIC Loan IP 534
terdiridari 3 komponen :
a) Komponen A adalah proyek penanganan banjir Kanal Barat dengan
menjadikan Kali Banjir Kanal Barat sebagai Flood Way.
b) Komponen B adalah proyek pembuatan Multi Propose Dam Jatibarang
yang mempunyai ketinggian 77 meter dan mampu menampung debit
air sebanyak 21 juta m3. Manfaatnya adalah untuk mensupply tenaga
listrik, pengendalian banjir serta untuk pariwisata.
c) Komponen C adalah proyek penanganan system draina sewilayah
tengah dengan melaksanakan penanganan Kali Semarang, Kali Baru,
Kali Banger, dan menjadikan jalan Arteri Utara sebagai tanggul.
d. Pembuatan Sistem Polder
Sistem Polder adalah suatu cara penanganan banjir dengan bangunan fisik,
yang meliputi system drainase, kolam retensi, tanggul yang mengelilingi
kawasan, serta pompa dan/ pintu air, sebagai satu kesatuan pengelolaan tata air
tak terpisahkan. Tujuannya adalah untuk memberikan model pengendalian
banjir perkotaan yang terpadu. Sistem polder diadaptasi dari Negara Belanda
dan Singapura.

Upaya yang dapat dilakukan :


a) Tidak membuang sampah di sungai-sungai atau disaluran air
b) Membuat lubang-lubang serapan air
c) Memperbanyak ruang terbuka hijau

4. Penanganan air limbah dapat ditangani oleh pemerintah maupun masyarakat sekitar.

Pemerintah dapat melakukan pengawasan terhadap industri industri agar mereka juga
peduli terhadap lingkungan. Sehingga tidak ada lagi pembuangan limbah tanpa netralisasi
terlebih dahulu. Hal itu juga harus diimbangi dengan kesadaran dari masing masing pribadi
agar menjaga lingkungan mereka, karena apa yang mereka lakukan itu yang mempengaruhi
keadaan lingkungan mereka sendiri.
Adapun upaya lain yang bisa dilakukan :
a) Melindungi pantai dengan vegetasi mangrove
b) Meningkatakan kandungan air tanah dengan membangun hutan lindung
kota pada daerah resapan air
c) Mengurangi pemompaan di daerah pantai
d) Membuat pengisian air bawah tanah secara buatan
e) Membuat penghalang di bawah tanah di daerah pantai
Shoby Sofie, 2013 Makalah Penanggulangan Pencemaran

7
BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Masalah lingkungan adalah aspek negatif dari aktivitas manusia terhadap lingkungan
biofisik. Masalah lingkungan tersebut dapat muncul secara alamiah maupun buatan (ulah
tangan manusia). Jika terjadi secara alamiah maka tak ada dampak panjang kedepannya,
namun apabila itu ulah tangan manusia itu sendiri menyebabkan dampak yang lebih besar dan
terus menerus menimbulkan masalah baru yang tak kunjung selesai
Jika masalah lingkungan tersebut timbul karena ulah tangan manusia, maka manusia
harus bertanggungjawab atas perbuatan yang telah dilakukannya. Dengan melakukan berbagai
upaya pencegahan atas masalah lingkungan yang mereka timbulkan. Agar masalah tersebut
tidak semakin meluas dan semakin memburuknya kondisi lingkungan kita.
Sebagai warga kota Semarang yang memiliki wawasan akan lingkungan sudah
sepatutnya ikut berperan aktif dalam mengatasi permasalahan dengan cara menjaga
lingkungan sekitar yang dimulai dari diri kita sendiri, atau bahkan menjadi kader lingkungan
baik dalam lingkup sempit maupun luas. Mengajak masyarakat sekitar untuk peduli dengan
lingkungannya.

8
3.2 SARAN
Seharusnya pemerintah lebih memperhatikan kelestarian lingkungan hidup.
Sebenarnya pemerintah sudah peduli terhadap lingkungan, hanya saja perhatian mereka
terhadap lingkungan masih sangat kurang. Nyatanya keadaan lingkungan kita semakin rusak
dan tak kunjung terselesaikan. Pemerintah harus tegas dalam menentukan tindakan untuk
menanggulangi kerusakan lebih lanjut seperti intrusi air laut, banjir dan rob, pencemaran air
tanah serta masalah sampah. Dan juga mengadakan penyuluhan tentang pentingnya
lingkungan hidup bagi kehidupan manusia.
Bukan hanya pemerintah saja, tetapi semua makhluk hidup di dunia terutama manusia
harus memperhatikan alam lingkungan hidupnya agar tidak rusak dan tetap terjaga
kelestariannya.

9
DAFTAR PUSTAKA

1. Wikipedia,2013 Masalah Lingkungan dalam


https://id.wikipedia.org/wiki/Masalah_lingkungan diakses pada jam 21.30 Sabtu, 12
September 2015
2. Runinick,2013 Masalah Lingkungan dalam
runinick294.blogspot.co.id/2013/05/masalahlingkungan-lingkungan.html diakses pada
jam 22.00 Sabtu, 12 September 2015
3. Dinas kependudukan dan pencatatan sipil kota Semarang,2015 Jumlah penduduk kota
semarang dalam dispendukcapil.semarangkota.go.id/statistik/jumlah-penduduk-
kotasemarang/2015-03-02 diakses pada jam 21.00 Sabtu, 12 September 2015
4. Kak Yon,2010 Banjir rob di Semarang dalam
abudaud2010.blogspot.co.id/2010/11/banjir-rob-di-semarang.html diakses pada jam
13.30 Minggu, 13 September 2015
5. Usanah, nida,2014.Materitanahlongsor dalam
http://nidausanah.blogspot.co.id/2014/04/materi-tanah-longsor.html diakses pada jam
12.30 jumat, 11 september 2015
6. Shoby Sofie, 2013 Makalah Penanggulangan Pencemaran dalam
Sofieshoby.blogspot.com/2013/04/makalah-penanggulangan-pencemaran.html?m=1
diakses pada jam 14.00 Jumat, 11 September 2015

10

Anda mungkin juga menyukai