Tabel 1.1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal dalam Satu Rumah
Kesimpulan :
1
BAB II
STATUS PENDERITA
A. Identitas Penderita
Nama : Ny. K
Umur : 58 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SD
Penghasilan per bulan :-
Alamat : Sokaraja Wetan 01/04 Sokaraja Prop.
Jawa Tengah
Tanggal periksa : 05 Juli 2017
Pengantar : Suami dan anak
B. Anamnesis
Anamnesis dilakukan hari Rabu, 05 Juli 2017
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis
1. Keluhan Utama:
BAB cair sebanyak 6 kali dalam sehari
2
dan kejang, pasien juga sempat datang ke praktik dokter umum 1 hari
sebelumnya, namun keluhan tidak membaik.
3
jamban jongkok. Keluarga pasien memasak dengan menggunakan
kompor gas. Di dekat rumah pasien merupakan tempat untuk
mengumulkan barang bekas.
c. Hobby
Pasien tidak memiliki hobi tertentu.
d. Occupation
Pasien sudah tidak bekerja, keseharian pasien adalah menjadi ibu
rumah tangga.
e. Personal Habbit
Pasien gemar makan makanan makanan yang pedas, pola makan
pasien yang tidak teratur dan tidak mencuci tangan saat akan makan
f. Drug
Tidak sedang dalam pengobatan rutin
g. Diet
Pasien makan 2-3 kali sehari dengan lauk seadanya yang dimasak di
rumah sendiri. Pasien jarang jajan makanan di luar rumah.
6. Riwayat Psiko-Sosio-Ekonomi
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang sudah tidak
bekerja, semua kebutuhan dicukupi oleh suami yang bekerja sebagai
pengusaha kerupuk, pasien tinggal bersama dengan suami, kedua anak dan
menantunya, serta seorang cucu. Dalam keseharian, pasien cukup dapat
menjalin silaturahmi dengan tetangga di sekitar rumah.
7. Riwayat Gizi
Pasien biasa makan 2-3 kali dalam sehari dengan nasi, sayur lalapan,
sambal, dan lauk pauk seperti ikan, tahu, dan tempe. Pasien memiliki
kebiasaan makan tidak teratur (sering puasa), gemar makan makanan
pedas dan jarang cuci tangan saat makan.
C. Anamnesis Sistemik
a. Keluhan Utama : BAB cair 6 kali
b. Kulit : Sawo matang, capillary refill < 1 detik
c. Kepala : Bentuk normal, simetris
4
d. Rambut : Hitam, distribusi merata, tidak mudah
dicabut
e. Mata : Penglihatan jelas
f. Hidung : Cairan hidung (-)
g. Telinga : Telinga berdenging (-), pendengaran jelas,
pengeluaran cairan (-)
h. Mulut : Bibir kering (-), bibir pucat (-), lidah kotor
(-)
i. Pernafasan : Sesak nafas (-), mengi (-), batuk (-)
j. Sistem Kardiovaskuler : Nyeri dada (-)
k. Sistem Gastrointestinal : Mual (+), muntah (+), kembung (+), BAB
cair 6 kali sehari, berbau amis, keluar
terdapat ampas dan seperti ada lendir
l. Sistem Muskuloskeletal : Lemas (+)
m. Sistem Genitourinaria : BAK normal
n. Ekstremitas : Atas : Bengkak (-), luka (-)
Bawah : Bengkak (-), luka (-)
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Tampak lemas
2. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 110/70 mmHg
b. Nadi : 72 x /menit, regular
c. RR : 20 x /menit
d. Suhu : 36,4 oC
3. Status gizi
a. BB : 60 kg
b. TB : 160 cm
c. IMT : 23,43 kg/m2, Kesan status gizi : lebih
4. Kulit
Warna kulit: sawo matang, sianosis (-), turgor kulit kembali cepat (<1
detik), ikterik(-)
5. Kepala
Bentuk mesochepal, tidak terdapat luka, rambut tidak mudah dicabut
6. Mata
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), injeksi (-/-)
7. Telinga
Sekret (-/-), deformitas (-/-), pendengaran berkurang (-)
5
8. Hidung
Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-), deformitas (-/-)
9. Mulut
Bibir sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), tremor lidah (-)
10. Tenggorokan
Tonsil membesar (-), faring hiperemis (-)
11. Leher
Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar limfe (-)
12. Thorax
Bentuk simetris normal, benjolan (-), retraksi (-)
Jantung
Inspeksi ictus cordistampak SIC V 2 jari medial LMCS
Palpasi ictus cordis teraba SIC V 2 jari medial LMCS
Perkusi batas kanan atas di SIC II LPSD
batas kiri atas di SIC II LPSS
batas kanan bawah di SIC IV LPSD
batas kiri bawah di SIC V 2 jari medial LMCS
batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi Suara jantung S1>S2, regular, bising (-)
Pulmo
Inspeksi pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi fremitus raba kanan = kiri
Perkusi sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-/-)
13. Abdomen
Inspeksi cembung (+) asites (-), benjolan (-), lesi (-), jejas (-)
Auskultasi peristaltik (+) bising usus meningkat
Palpasi supel, nyeri tekan(+), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi hipertimpani seluruh lapang abdomen
14. Genitalia : tidak dilakukan
15. Anorektal : tidak dilakukan
6
16. Ekstremitas
Superior : Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-)
Inferior : Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-)
17. Pemeriksaan Neurologik
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
Fungsi Sensorik : dalam batas normal
Fungsi motorik :
K 5 5 T N N RF + + RP - -
5 5 N N + + - -
E. RESUME ANAMNESIS
Pasien Ny. K usia 58 tahun, tinggal dalam satu rumah bersama
suami, anak dan menantu serta cucu cucunya, sehingga bentuk keluarga
disebut extended family. Pasien mengeluh BAB cair sejak 2 hari yang lalu
sebanyak 6 kali dalam sehari. BAB cair, terdapat ampas dan seperti
berlendir, berwarna kekuningan, berbau amis. Pasien mengeluh mual dan
muntah, kembung namun pasien masih dapat kentut, serta pasien
mengeluhkan demam. Pasien mengaku BAB cair setelah makan makanan
yang pedas saat berbuka puasa. Pasien sering berpuasa namun makan
sahur dengan jumlah yang sedikit dan kebiasaan pasien adalah senang
makan makanan yang pedas, pola makan yang tidak teratur dan jarang
mencuci tangan saat akan makan. Selain itu pasien memiliki faktor risiko
akibat lingkungan rumah yang dijadikan sebagai pengumpul barang bekas.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan darah lengkap
b. Pemeriksaan tinja
7
c. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor
G. DIAGNOSTIK HOLISTIK
1. Aspek Personal
Keluhan Utama : Pasien datang dengan keluhan BAB cair
2. Aspek Klinis
Diagnosis : Diare akut tanpa dehidrasi suspek infeksi bakteri
Diagnosis Differential : diare akut karena infeksi virus, diare akut karena
intoleransi makanan
3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu
a. Pasien memiliki kebiasaan makan tidak teratur
b. Pasien gemar mengkonsumsi makanan pedas
c. Pasien tidak mencuci tangan sebelum makan
d. Pasien dan suami pasien pernah menderita demam tyfoid bergantian
e. Kakak pasien menderita hipertensi
8
4. Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individu
a. Tingkat pendidikan pasien rendah yaitu lulusan SD sehingga
pengetahuan tentang kesehatan, higienitas dan sanitasi lingkungan pun
kurang, sehingga dapat mempengaruhi derajat kesehatan keluarganya
b. Rumah pasien tidak memenuhi kriteria rumah sehat
c. Keluarga pasien termasuk dalam keluarga dengan tingkat ekonomi
menengah kebawah
5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial
Tabel 2.1. Skala Fungsi Ny.K
Kemampuan dalam
Skala menjalani kehidupan
Akltivitas Menjalankan Fungsi
Fungsional untuk tidak tergantung
pada orang lain
Skala 1 Mampu melakukan pekerjaan Perawatan diri, bekerja di
seperti sebelum sakit (tidak ada dalam dan di luar rumah
kesulitan) (mandiri)
Skala 2 Mampu melakukan pekerjaan Mulai mengurangi
ringan sehari-hari di dalam dan di aktivitas kerja (pekerjaan
luar rumah (sedikit kesulitan) kantor)
Skala 3 Mampu melakukan perawatan Perawatan diri masih bisa
diri, tetapi hanya mampu dilakukan, hanya mampu
melakukan pekerjaan ringan melakukan kerja ringan
Skala 4 Dalam keadaan tertentu, masih Tidak melakukan
mampu merawat diri, namun aktivitas kerja,
sebagian besar pekerjaan hanya tergantung pada
duduk dan berbaring (banyak keluangan
kesulitan)
Skala 5 Perawatan diri dilakukan orang Tergantung pada pelaku
lain, tidak mampu berbuat apa- rawat
apa, berbaring pasif
Berdasarkan kasus, skala fungsional Ny.K adalah skala 3.
H. PENATALAKSANAAN
1. Personal Care
Initial Plan
1. Terapi
a) Medikamentosa
a. Metronidazole tablet 500 mg; 3x1 tablet
b. Parasetamol tablet 500 mg ; 3x1 tablet (bila panas).
c. Zink tablet 20 mg ; 1x1 tablet
9
d. Domperidon; 3x1 tablet
e. Molagit; 3x2 tablet (apabila diare)
b) Non-Medikamentosa
a. Diet lunak tinggi serat.
b. Diet rendah garam
c. Minum oralit setiap kali BAB
c) KIE (konseling, informasi dan edukasi)
e. Aspek Preventif
i. Menjelaskan cara mencegah terjadi penyakit diare
ii. Meminta pasien agar tidak mengkonsumsi makanan pedas
dan asam
iii. Perhatikan pola makan yaitu harus memnuhi gizi yang
mencakup 4 sehat 5 sempurna, dan makan teratur
iv. Melakukan pola hidup bersih dan sehat di lingkungan
tempat tinggal pasien, dan mencuci tangan sebelum makan
f. Aspek Promotif
i. Melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang
manajemen panyakit diare akut
ii. Melakukan edukasi kepada pasien untuk mengubah pola
makan yang sehat, bersih dan bergizi yaitu mencakup 4
sehat 5 sempurna.
iii. Melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga untuk
menjaga kebersihan lingkungan dan diri sendiri.
iv. Melakukan edukasi kepada pasien untuk selalu meminta
penjelasan kepada dokter tentang penyakit yang diderita
serta pengobatan yang diberikan saat kontrol penyakit di
sarana pelayanan kesehatan
d) Monitoring
Observasi vital sign dan respon terapi selama 3 hari.
10
2. Family Care
a. Memberikan edukasi pada keluarga tentang gejala diare
b. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga pasien untuk
mengubah pola makan yang sehat, bersih, dan bergizi menckup 4 sehat
5 sempurna, serta diet rendah garam karena memiliki risiko untuk
hipertensi
c. Mengedukasi keluarga mengenai penyakit yang diderita pasien, bahwa
dengan penanganan yang baik, penyakitnya akan sembuh dan bukan
penyakit berbahaya jika penanganannya baik.
d. Penyuluhan mengenai pola hidup bersih dan sehat.
3. Local Community Care
a. Mengusahakan agar warga di sekitar rumah untuk menjaga kebersihan,
membiasakan mencuci tangan.
b. Mengusahakan agar megubah pola makan yang sehat, bersih, bergizi
yang mencakup 4 sehat 5 sempurna.
c. Edukasi tentang penyakit diare
I. FLOW SHEET
Nama : Ny. K
11
Tabel 2.2. Flow Sheet
12
Jumat KU: tampak Diare akut Metronidazole tablet 500
7/7/2017 lemas tanpa mg; 3x1 tablet
TD : 110/80 dehidrasi Parasetamol tablet 500
Suhu: 36.7C suspek mg ; 3x1 tablet (bila
Nadi: 78x/mnt infeksi panas).
RR: 20 x/mnt bakteri Zink tablet 20 mg ; 1x1
tablet
13
BAB III
A. Fungsi Holistik
1. Fungsi Biologis
Keluarga terdiri dari pasien (Ny. K, 58 tahun), suami pasien (Tn.
W, 60 tahun), anak ke 3 dan menantunya (Ny. T. 35 tahun dan Tn.S 40
tahun), anak ke 4 dan menantunya (Ny. P 23 tahun dan Tn. A 28 tahun)
serta cucu pasien (An. D 10 tahun). Pasien tinggal serumah dengan
suami, dua anak dan menantu dan seorang cucunya. Keluarga ini
merupakan extended family.
2. Fungsi Psikologis
Hubungan pasien dengan keluarga cukup baik. Jumlah keluarga yang
tinggal satu rumah bersama pasien banyak, sehingga pasien dapat terbuka
dan menyampaikan keluhan saat pasien sakit.
3. Fungsi Sosial
Hubungan pasien dengan keluarga masih cukup baik, pasien masih
sering berinteraksi dengan tetangga diluar rumah.
14
serumah karena dianggap belum cukup kompeten untuk menjawab pertanyaan
yang ada di A.P.G.A.R Score.
15
Tabel 3.2. Nilai APGAR dari Ny. T (Anak pasien)
Secara keseluruhan total poin dari skor APGAR keluarga pasien adalah
16, sehingga rata-rata skor APGAR dari keluarga pasien adalah 8. Hal ini
menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga pasien berada
dalam keadaan baik.
16
C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)
Fungsi patologis dari keluarga Ny. K dinilai dengan menggunakan
S.C.R.E.E.M sebagai berikut :
Religion Pemahaman agama cukup. Penerapan ajaran juga baik, hal ini -
dapat dilihat dari penderita dan keluarga yang rutin
menjalankan sholat lima waktu.
Keterangan :
17
D. GENOGRAM
Alamat : Sokaraja 01/04
Kecamatan : Sokaraja
Kabupaten : Purwokerto
Keterangan :
laki laki
perempuan
63 tahun 57 tahun 62 tahun 60 tahun 55 tahun 53 tahun
60 tahun 58 tahun kematian
Tn. S Ny. S Tn K Ny L Tn N Ny G
tn W Ny. K hipertensi
AN. D
Ny. K
anak dan
Tn. W (suami)
menantu
cucu
18
BAB IV
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
19
B. Identifikasi Lingkungan Rumah
1. Gambaran Lingkungan
Rumah pasien berada di desa sokaraja wetan 01/04 sokaraja.
Rumah dihuni oleh pasien, suami, dua anak, dua menantu dan seorang
cucu. Rumah tidak bertingkat, dinding terbuat dari bata, alas keramik, dan
sumber air sumur. Jarak sumur ke tempat pembuangan sampah lebih dari
20 meter dari rumah. Rumah pasien memiliki kamar mandi dan jamban
jongkok. Keluarga pasien memasak dengan menggunakan kompor gas. Di
dekat rumah pasien merupakan tempat untuk mengumulkan barang bekas.
2. Denah Rumah
Toilet
Dapur
kamar
R. keluarga
kamar
kamar
Ruang tamu
20
BAB V
DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA
A. Masalah medis
Ny.K menderita diare akut tanpa dehidrasi suspek infeksi bakteri
pengetahuan Ny.K 58
tentang penyakit tahun rumah tidak
dan perilaku hidup menderita sehat
sehat yang kurang diare akut
ekonomi menengah
kebawah
21
D. Matrikulasi Masalah
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks.
Tabel 5.1. Matrikulasi Masalah
No. Daftar Masalah I T R Jumlah
P S SB Mn Mo Ma IxTxR
1 Pengetahuan tentang penyakit dan 4 5 4 4 4 3 4 572
perilaku hidup bersih dan sehat yang
kurang dari penderita dan keluarga
2 Kesadaran untuk mencuci tangan 3 4 4 3 4 2 3 297
sebelum makan rendah
Keterangan:
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T : Technology (teknologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (ketersediaan sarana)
Kriteria penilaian:
1 : tidak penting
2 : agak penting
3 : cukup penting
4 : penting
5 : sangat penting
E. Prioritas Masalah
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah
keluarga Ny. K adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan tentang penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat yang
kurang dari penderita dan keluarga
2. Kesadaran untuk mencuci tangan sebelum makan rendah
3. Kondisi rumah kurang sehat
22
4. Kondisi ekonomi keluarga adalah menengah ke bawah
Prioritas masalah yang diambil adalah pengetahuan tentang penyakit dan
perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang dari penderita dan keluarga.
23
Tabel 5.2 Kriteria dan Skoring Efektivitas dan Efisiensi Jalan Keluar
C
M I V
(jumlah biaya
Skor (besarnya masalah (kelanggengan (kecepatan yang diperlukan
yang dapat selesainya penyelesaian untuk
diatasi) masalah) masalah) menyelesaikan
masalah)
1 Pembinaan keluarga 4 4 3 2 24 1
mengenai diare dan
faktor risiko, tata cara
penatalaksanaan,
mengontrol penyakit,serta
mencegah terjadinya
komplikasi
24
H. Rencana Pembinaan Keluarga
1. Tujuan
Tujuan Umum
Mengubah perilaku penderita dan keluarga dalam menjaga kebersihan dan
kesehatan anggota keluarga
Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan mengenai diare akut yang disebabkan
oleh bakteri terutama dalam hal gejala dan tanda dari diare akut serta
cara pencegahan dan penanggulangan diare akut
b. Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya fungsi keluarga dan
dukungan keluarga dalam mendampingi anggota keluarga yang sakit
agar proses kesembuhan dapat berlangsung lebih baik dan
kekambuhan penyakit dapat dicegah
c. Meningkatkan kesadaran pentingnya menjaga imunitas tubuh, dan
makan makanan gizi seimbang
2. Cara Pembinaan
Pembinaan dilakukan di rumah pasien dengan cara memberikan
penyuluhan dan edukasi pada penderita dan keluarga. Penyuluhan dan
edukasi dilakukan di rumah pasien dalam suasana santai sehingga materi
yang disampaikan dapat diterima dengan baik.
3. Materi Pembinaan
a. Diare
Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar dengan
feses yang tidak berbentuk (unformed stools) atau cair dengan frekuensi
lebih dari 3 kali dalam 24 jam.
Faktor yang dapat mendukung terjadinya diare akut, seperti:
1) Sosial ekonomi rendah
2) Hygienitas buruk
3) Status gizi buruk
4) Lingkungan rumah tidak sehat
Diare akut pada orang dewasa merupakan tanda dan gejala penyakit
yang umum dijumpai dan bila terjadi tanpa komplikasi, secara umum
dapat di obati sendiri oleh penderita. Namun, bila terjadi komplikasi
25
akibat dehidrasi atau toksik dapat menyebabkan morbiditas dan
mortalitas, meskipun penyebab dan penanganannya telah diketahui
dengan baik serta prosedur diagnostiknya juga semakin baik.
b. Penatalaksanaan Diare
1) Non medikamentosa
a) Diet tinggi protein dan tinggi karbohidrat
b) Diet rendah serat
c) Minum oralit setiap BAB
d) Istirahat teratur (bed rest)
2) Medikamentosa
Penanganan diare akut yang paling utama adalah terapi cairan
yang baik dapat diberikan oralit atau air putih, pemberian
antibiotik tergantung penyebabnya, serta pengobatan simtomatik
yang diperlukan
c. Fungsi Keluarga
1) Fungsi keagamaan
2) Fungsi budaya
3) Fungsi cinta kasih
4) Fungsi melindungi
5) Fungsi reproduksi
6) Fungsi sosialisasi dan pendidikan
7) Fungsi ekonomi
8) Fungsi pembinaan lingkungan
d. Hubungan Keluarga dan Kesehatan
1) Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat
2) Keluarga memiliki peran mengembangkan, mencegah,
mengadaptasi dan memperbaiki masalah kesehatan
3) Adanya masalah kesehatan dapat mempengaruhi fungsi keluarga
4) Kaluarga sebagai pusat pengambilan keputusan kesehatan yang
penting
5) Keluarga sebagai wadah/saluran yang efektif dalam melaksanakan
dan atau menyampaikan pesan kesehatan
26
4. Sasaran Pembinaan
Sasaran dari pembinaan yang akan dilakukan adalah pasien beserta
seluruh anggota keluarga pasien, berjumlah 7 orang.
7. Hasil POA
Pembinaan dilakukan di rumah pasien dengan cara memberikan
penyuluhan dan edukasi pada penderita dan keluarga. kemudian evaluasi
pembinaan akan dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada pasien
dan keluarga pasien, dengan sebelumnya mengetahui terlebih dahulu
tingkat pengetahuan pasien dan keluarga pasien terhadap penyakit yang
diderita oleh pasien.
27
a. Hasil jawaban pertanyaan Ny. K, Tn. W dan Ny. P tentang penyakit
diare sebelum dilakukan pembinaan
Tabel 5.4 hasil jawaban sebelum pembinaan
No Pertanyaan Ny. K Tn. W Ny. P
1 Penyakit apakah yang diderita oleh Ny. K? V V V
2 Apa saja yang dapat menyebabkan penyakit X X X
Ny.K?
3 Bagaimana penanganan penyakit Ny.K? X X V
4 Sebutkan fungsi keluarga (minimal 5)! X X X
5 Apakah hubungan keluarga dan kesehatan? V V V
Jumlah 2 2 3
28
BAB VI
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan betambahnya
frekuensi defekasi lebih dari biasnya (>3x perhari) disertai perubahan
konsistensi tinja (menjadi cair), dengan atau tanpa darah dan atau lendir
(Sudrajat, 2007). Dalam sumber lain disebutkan bahwa, diare adalah
buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari
200 g atau 200 ml/24 jam (Hendarwanto, 1996).
2. Etiologi
Lebih dari 90% diare akut disebabkan karena infeksi, sedangkan
sekitar 10% karena sebab-sebab lain antara lain obat-obatan, bahan-bahan
toksik, iskemik dan sebagainya. Berikut ini beberapa penyebab diare
akibat infeksi :
29
Staphylococcus aureus
Vibrio cholera
Vibrio parahaemolyticus
Yersinia enterocolitica
Diasamping itu penyebab diare nonifeksi yang dapat menimbulkan
daire pada anak antara lain:
3. Patogenesis
Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis
menjadi diare non inflamasi dan diare inflamasi. Diare Inflamasi
disebabkan invasi bakteri dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi
sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah. Gejala klinis
yang menyertai keluhan abdomen seperti mulas sampai nyeri seperti kolik,
30
mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada
pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis ditemukan lendir dan/atau
darah, serta mikroskopis didapati sel leukosit polimorfonuklear.
31
Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi
bakteri paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi
usus dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan
inflamasi dan mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya diare.
Infeksi bakteri yang invasif mengakibatkan perdarahan atau adanya
leukosit dalam feses.
32
5. Pemeriksaan Laboratorium
Evaluasi laboratorium pasien tersangka diare infeksi dimulai dari
pemeriksaan feses adanya leukosit. Kotoran biasanya tidak mengandung
leukosit, jika ada itu dianggap sebagai penanda inflamasi kolon baik
infeksi maupun non infeksi. Karena netrofil akan berubah, sampel harus
diperiksa sesegera mungkin. Sensitifitas lekosit feses terhadap inflamasi
patogen (Salmonella, Shigella dan Campylobacter) yang dideteksi dengan
kultur feses bervariasi dari 45% - 95% tergantung dari jenis patogennya.
2. Volume feses
Jika cairan diare tidak terdapat lekosit atau eritrosit, infeksi enteric atau
imfalasi sedikit kemungkinannya sebagai penyebab diare. Feses 24
jam harus dikumpulkan untuk mengukur output harian. Sekali diare
harus dicatat (>250 ml/hari), kemudian perlu juga ditentukan apakah
terjadi steatore atau diare tanpa malabsorbsi lemak.
4. Lemak feses
Sekresi lemak feses harian < 6g/hari. Untuk menetapkan suatu
steatore, lemak feses kualitatif dapat menolong yaitu >100 bercak
merak orange per lapang pandang dari sample noda sudan adalah
33
positif. False negatif dapat terjadi jika pasien diet rendah lemak. Test
standard untuk mengumpulkan feses selama 72 jam biasanya
dilakukan pada tahap akhir. Eksresi yang banyak dari lemak dapat
disebabkan malabsorbsi mukosa intestinal sekunder atau insufisiensi
pankreas.
5. Osmolalitas feses
Diperlukan dalam evaluasi untuk menentukan diare osmotik atau diare
sekretorik. Elekrolit feses Na,K dan Osmolalitas harus diperiksa.
Osmolalitas feses normal adalah 290 mosm. Osmotic gap feses
adalah 290 mosm dikurangi 2 kali konsentrasi elektrolit faeces
(Na&K) dimana nilai normalnya <50 mosm. Anion organik yang tidak
dapat diukur, metabolit karbohidrat primer (asetat,propionat dan
butirat) yang bernilai untuk anion gap, terjadi dari degradasi bakteri
terhadap karbohidrat di kolon kedalam asam lemak rantai pendek.
Selanjutnya bakteri fecal mendegradasi yang terkumpul dalam suatu
tempat. Jika feses bertahan beberapa jam sebelum osmolalitas
diperiksa, osmotic gap seperti tinggi. Diare dengan normal atau
osmotic gap yang rendah biasanya menunjukkan diare sekretori.
Sebalinya osmotic gap tinggi menunjukkan suatu diare osmotic.
7. Pemeriksaan darah
Pada diare inflamasi ditemukan lekositosis, LED yang meningkat dan
hipoproteinemia. Albumin dan globulin rendah akan mengesankan
suatu protein losing enteropathy akibat inflamasi intestinal.
34
6. Beberapa Penyebab Diare Akut Infeksi Bakteri
a. Infeksi non-invasif.
1) Stafilococcus aureus
Gejala terjadi dalam waktu 1 6 jam setelah asupan makanan
terkontaminasi. Sekitar 75 % pasien mengalami mual, muntah, dan
nyeri abdomen, yang kemudian diikuti diare sebanyak 68 %.
Demam sangat jarang terjadi. Lekositosis perifer jarang terjadi, dan
sel darah putih tidak terdapat pada pulasan feses. Masa
berlangsungnya penyakit kurang dari 24 jam.
2) Bacillus cereus
B. cereus adalah bakteri batang gram positip, aerobik,
membentuk spora. Enterotoksin dari B. cereus menyebabkan gejala
muntah dan diare, dengan gejala muntah lebih dominan. Gejala
dapat ditemukan pada 1 6 jam setelah asupan makanan
terkontaminasi, dan masa berlangsungnya penyakit kurang dari 24
jam. Gejala akut mual, muntah, dan nyeri abdomen, yang
seringkali berakhir setelah 10 jam. Gejala diare terjadi pada 8 16
jam setelah asupan makanan terkontaminasi dengan gejala diare
cair dan kejang abdomen. Mual dan muntah jarang terjadi. Terapi
dengan rehidrasi oral dan antiemetik.
3) Clostridium perfringens
C perfringens adalah bakteri batang gram positip, anaerob,
membentuk spora. Bakteri ini sering menyebabkan keracunan
makanan akibat dari enterotoksin dan biasanya sembuh sendiri .
Gejala berlangsung setelah 8 24 jam setelah asupan produk-
produk daging yang terkontaminasi, diare cair dan nyeri
epigastrium, kemudian diikuti dengan mual, dan muntah. Demam
jarang terjadi. Gejala ini akan berakhir dalam waktu 24 jam.
4) Vibrio cholerae
Gejala awal adalah distensi abdomen dan muntah, yang
secara cepat menjadi diare berat, diare seperti air cucian beras.
35
Pasien kekurangan elektrolit dan volume darah. Demam ringan
dapat terjadi.Kimia darah terjadi penurunan elektrolit dan cairan
dan harus segera digantikan yang sesuai. Kalium dan bikarbonat
hilang dalam jumlah yang signifikan, dan penggantian yang tepat
harus diperhatikan. Biakan feses dapat ditemukan V.cholerae.
36
b. Infeksi Invasif
1) Shigella
Shigella adalah penyakit yang ditularkan melalui makanan
atau air.Organisme Shigella menyebabkan disentri basiler dan
menghasilkan respons inflamasi pada kolon melalui enterotoksin
dan invasi bakteri.
2) Salmonella nontyphoid
Salmonella nontipoid adalah penyebab utama keracunan
makanan di Amerika Serikat.Salmonella enteriditis dan Salmonella
typhimurium merupakan penyebab.Awal penyakit dengan gejala
demam, menggigil, dan diare, diikuti dengan mual, muntah, dan
kejang abdomen.Occult blood jarang terjadi. Lamanya berlangsung
biasanya kurang dari 7 hari.
37
3) Salmonella typhi
Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi adalah penyebab
demam tiphoid. Demam tiphoid dikarakteristikkan dengan demam
panjang, splenomegali, delirium, nyeri abdomen, dan manifestasi
sistemik lainnya. Penyakit tiphoid adalah suatu penyakit sistemik
dan memberikan gejala primer yang berhubungan dengan traktus
gastrointestinal. Sumber organisme ini biasanya adalah makanan
terkontaminasi.
4) Enterohemoragik E Coli
Awal dari penyakit dengan gejala diare sedang hingga berat
(hingga 10-12 kali perhari). Diare awal tidak berdarah tetapi
berkembang menjadi berdarah. Nyeri abdomen berat dan kejang
biasa terjadi, mual dan muntah timbul pada 2/3 pasien.
Pemeriksaan abdomen didapati distensi abdomen dan nyeri tekan
pada kuadran kanan bawah. Demam terjadi pada 1/3 pasien.
Hingga 1/3 pasien memerlukan perawatan di rumah sakit.
Lekositosis sering terjadi. Urinalisa menunjukkan hematuria atau
proteinuria atau timbulnya lekosit. Adanya tanda anemia hemolitik
mikroangiopatik (hematokrit < 30%), trombositopenia (<150 x
9
10 /L), dan insufiensi renal (BUN >20 mg/dL) adalah diagnosa
HUS (Ciesla, 2003).
38
7. Pengobatan
a. Pengobatan Kausatif
Diberikan antibiotik bila diketahui penyebabnya penyakit
parenteral. Pemberian antibiotik juga harus memperhatikan usia
penderita, perjalanan penyakit, sifat tinja dan sebagainya. Infeksi
enteral bila diketemukan pada pemeriksaan mikroskopik pemeriksaan
tinja ditemukan 10 20/LP dan diberikan antibiotik, bila pada
pemeriksaan mikroskopik ditemukan bakteri pathogen, darah pada
tinja, secara klinis terdapat tanda tanda yang menyokong adanya
infeksi enteral, daerah yang endemik kolera (diberikan tetrasiklin),
pada neonatus jika diduga infeksi nosokomial.
b. Pengobatan Simptomatik
1) Obat anti diare: obat yang menghentikan diare seperti
antispasmodik atau opium dapat memperburuk keadaan karena
akan menyebabkan terkumpulnya cairan di lumen usus dan akan
menyebabkan pelipatgandaan bakteri, gangguan digesti dan
absorpsi. Fungsi obat ini berguna untuk menghentikan peristaltik
saja. Walaupun diarenya berhenti tetapi perut akan semakin terasa
kembung dan dehidrasi bertambah berat sehingga akan
membahayakan penderita.
2) Adsorbent: seperti kaolin, pectin, karkhoal, bismuth tidak
bermanfaat.
3) Stimulans: adrenalin, nikotinamide, tidak bermanfaat. Sebab pada
kasus dehidrasi yang mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik
lebih baik diberikan terapi cairan.
4) Antiemetik: chlorpromazine dapat mencegah muntah, mengurangi
sekresi dan kehilangan cairan bersama tinja. Pemberian dosis
adekuat adalah sampai dengan 1 mg/kgbb/hari.
5) Antipiretik: salisilat dalam dosis rendah 25 mg/tahun/kali berguna
untuk menurunkan panas yang tinggi sebagai akibat dehidrasi atau
panas karena infeksi penyerta dan mengurangi sekresi cairan yang
keluar bersama tinja (Soewondo, 2002).
39
8. Komplikasi Diare
a. Gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik), disebabkan
oleh:
1) Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja
2) Adanya keadaan kelaparan, sehingga metabolisme lemak tidak
sempurna sehingga terjadi penimbunan benda keton dalam tubuh
3) Penimbunan asam aktat karena adanya anoksia jaringan
4) Produk metabolik bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal (anemia/oliguria)
5) Pemindahan ion Na dari cairan ekstrasel ke intrasel.
b. Hipoglikemik
Keadaan ini terjadi pada anak (2-3%).Namun dapat tidak terjadi pada
anak dengan gizi baik, lebih sering pada anak yang pernah KKP. Hal
ini disebabkan oleh:
1) Cadangan glikogen dalam hati terganggu
2) Gangguan absorbsi glukosa
Gejala bisa muncul apabila kadar gula darah menurun dari normal.
c. Gangguan gizi
Terjadi pada keadaan penurunan berat badan dalam waktu singkat.Hal
ini disebabkan oleh:
1) Makanan di hentikan karena persepsi yang salah (takut diare makin
parah)
2) Tidak mendapat asupan kalori dan protein.
3) Makanan tidak dapat dicerna dengan baik karena adanya
hiperperistaltik.
d. Gangguan sirkulasi
Keadaan diare mengakibatkan terjadinya gangguan sirkulasi berupa
syok hipovolemik dan akibatnya mengakibatkan perfusi jaringan
menurun, akibatnya akan terjadi hipoksia, asidosis tambah berat,
perdarahan otak, penurunan kesadaran dan kematian.
40
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diagnosis Holistik
1. Aspek Personal
41
4. Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individu
a. Tingkat pendidikan pasien rendah yaitu lulusan SD sehingga
pengetahuan tentang kesehatan, higienitas dan sanitasi lingkungan pun
kurang, sehingga dapat mempengaruhi derajat kesehatan keluarganya
b. Rumah pasien tidak memenuhi kriteria rumah sehat
c. Keluarga pasien termasuk dalam keluarga dengan tingkat ekonomi
menengah kebawah
5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial
Skala fungsional Ny.K adalah skala 3, Mampu melakukan
perawatan diri, tetapi hanya mampu melakukan pekerjaan ringan
B. Saran
1. Aspek Preventif
a) Meminta penjelasan kepada dokter yang menangani pasien tentang
penyakit yang diderita pasien serta pengobatan apa yang sedang
pasien jalani
b) Meminta pasien agar tidak mengkonsumsi makanan pedas dan asam
c) Perhatikan pola makan yaitu harus memnuhi gizi yang mencakup 4
sehat 5 sempurna, dan makan teratur
d) Melakukan pola hidup bersih dan sehat di lingkungan tempat tinggal
pasien terutama mencuci tangan sebelum makan
2. Aspek Promotif
a) Melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen
penyakit diare akut
b) Melakukan edukasi kepada pasien untuk mengubah pola makan yang
sehat, bersih dan bergizi yaitu mencakup 4 sehat 5 sempurna.
c) Melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga untuk menjaga
kebersihan lingkungan dan diri sendiri.
d) Melakukan edukasi kepada pasien untuk selalu meminta penjelasan
kepada dokter tentang penyakit yang diderita serta pengobatan yang
diberikan saat kontrol penyakit di sarana pelayanan kesehatan.
42
e) Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada waktu penting yaitu
sebelum makan, setelah buang air besar, sebelum memegang bayi,
setelah menceboki anak, dan sebelum menyiapkan makanan.
3. Family Focused
a) Edukasi tentang pencegahan penyakit diare pada keluarga.
b) Edukasi keluarga agar selalu memperhatikan kebersihan lingkungan
dan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat.
4. Community Focused
a) Edukasi tentang penyakit diare dan pencegahannya.
b) Edukasi agar warga sekitar rumah turut serta dalam mewujudkan
kebersihan lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat.
43
DAFTAR PUSTAKA
Ciesla WP, Guerrant RL. 2003.Infectious Diarrhea. In: Wilson WR, Drew WL,
Henry NK, et al editors. Current Diagnosis and Treatment in Infectious
Disease. New York: Lange Medical Books. 225 - 68.
Hendarwanto. 1996. Diare akut Karena Infeksi, Dalam: Waspadji S, Rachman
AM, Lesmana LA, dkk, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I.
Edisi ketiga. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbit Bagian Ilmu Penyakit
Dalam FKUI ;1996. 451-57.
Kekalih, Aria. 2008. Diagnostik Holistik pada Pelayanan Kesehatan Primer:
Pendekatan Multi Aspek. FKUI:Jakarta.
Soewondo. 2002.Penatalaksanaan diare akut akibat infeksi (Infectious
Diarrhoea). Dalam : Suharto, Hadi U, Nasronudin, editor. Seri Penyakit
Tropik Infeksi Perkembangan Terkini Dalam Pengelolaan Beberapa
penyakit Tropik Infeksi. Surabaya : Airlangga University Press. 34 40.
Subagyo B., Santoso N B. 2010. Diare Akut dalam Buku Ajar
Gastroenterologi Hepatologi Jilid 1 Edisi 1. Jakarta: Badan Penerbit UKK
Gastroenterologi Hepatologi IDAI
Sudrajat S. 2007. Diare dalam Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta:
Sagung Seto
44
LAMPIRAN
45