Anda di halaman 1dari 45

BAB I

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga : Tn. W


Alamat lengkap : Sokaraja Wetan 01/04 Sokaraja Purwokerto Prop.
Jawa Tengah

Bentuk Keluarga : Extended family

Tabel 1.1. Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal dalam Satu Rumah

No Nama Status L/P Usia Pendidikan Pekerjaan Ket


1. Tn. W KK L 60 SD Pengusaha
kerupuk
2. Ny. K Istri P 58 SD Ibu rumah Responden
tangga
3. Tn. S Menantu L 40 SMP Pengusaha
Kerupuk
4. Ny. T Anak P 35 SMP Pengusaha
Kerupuk
5 Tn. A Menantu L 28 SMA Pengusaha
kerupuk
6 Ny. W Anak P 25 SMA Pengusaha
kerupuk
8 An. D Cucu P 10 SD Pelajar
Sumber : Data Primer, Juni 2017

Kesimpulan :

Keluarga Ny. K merupakan keluarga inti Extended Family. Ny. K


menderita diare akut tanpa dehidrasi suspek infeksi bakteri .

1
BAB II

STATUS PENDERITA

A. Identitas Penderita
Nama : Ny. K
Umur : 58 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SD
Penghasilan per bulan :-
Alamat : Sokaraja Wetan 01/04 Sokaraja Prop.
Jawa Tengah
Tanggal periksa : 05 Juli 2017
Pengantar : Suami dan anak

B. Anamnesis
Anamnesis dilakukan hari Rabu, 05 Juli 2017
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis
1. Keluhan Utama:
BAB cair sebanyak 6 kali dalam sehari

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD Puskesmas Sokaraja I dengan keluhan BAB
cair sebanyak 6 kali sehari sejak 2 hari sebelum masuk IGD. Saat BAB,
kotoran cair yang keluar disertai dengan ampas dan seperti ada lendir,
warna kekuningan, berbau amis sebanyak kurang lebih setengah gelas
belimbing setiap kali BAB. Setelah itu pasien juga merasakan adanya
demam, badan greges, mual muntah, dan juga kembung saat diare, namun
masih bisa keluar kentut. Pasien tidak mengalami penurunan kesadaran

2
dan kejang, pasien juga sempat datang ke praktik dokter umum 1 hari
sebelumnya, namun keluhan tidak membaik.

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Keluhan yang sama : pernah menderita demam tyfoid tahun 2012
Penyakit jantung : disangkal
Hipertensi : disangkal
Diabetes : disangkal
Asma : disangkal
Riwayat operasi : disangkal
Riwayat mondok : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat pengobatan : disangkal

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Keluhan yang sama : suami pasien pernah mengalami demam tyfoid
Asma : disangkal
Riwayat hipertensi : kakak kandung pasien
Riwayat diabetes : disangkal
Tuberkulosis : disangkal

5. Riwayat Sosial dan Exposure


a. Community
Pasien tinggal di daerah pemukiman penduduk pedesaan. Tidak
terdapat pabrik atau industri di sekitar tempat tinggal pasien.
Lingkungan sekitar tempat tinggal pasien kurang bersih. Dihalaman
rumah pasien berupa tempat pengumpulan barang barang bekas.
b. Home
Rumah pasien berada di desa sokaraja wetan 01/04 sokaraja. Rumah
dihuni oleh pasien, suami, dua anak, dua menantu dan seorang cucu.
Rumah tidak bertingkat, dinding terbuat dari bata, alas keramik, dan
sumber air sumur. Jarak sumur ke tempat pembuangan sampah lebih
dari 20 meter dari rumah. Rumah pasien memiliki kamar mandi dan

3
jamban jongkok. Keluarga pasien memasak dengan menggunakan
kompor gas. Di dekat rumah pasien merupakan tempat untuk
mengumulkan barang bekas.
c. Hobby
Pasien tidak memiliki hobi tertentu.
d. Occupation
Pasien sudah tidak bekerja, keseharian pasien adalah menjadi ibu
rumah tangga.
e. Personal Habbit
Pasien gemar makan makanan makanan yang pedas, pola makan
pasien yang tidak teratur dan tidak mencuci tangan saat akan makan
f. Drug
Tidak sedang dalam pengobatan rutin
g. Diet
Pasien makan 2-3 kali sehari dengan lauk seadanya yang dimasak di
rumah sendiri. Pasien jarang jajan makanan di luar rumah.
6. Riwayat Psiko-Sosio-Ekonomi
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang sudah tidak
bekerja, semua kebutuhan dicukupi oleh suami yang bekerja sebagai
pengusaha kerupuk, pasien tinggal bersama dengan suami, kedua anak dan
menantunya, serta seorang cucu. Dalam keseharian, pasien cukup dapat
menjalin silaturahmi dengan tetangga di sekitar rumah.

7. Riwayat Gizi
Pasien biasa makan 2-3 kali dalam sehari dengan nasi, sayur lalapan,
sambal, dan lauk pauk seperti ikan, tahu, dan tempe. Pasien memiliki
kebiasaan makan tidak teratur (sering puasa), gemar makan makanan
pedas dan jarang cuci tangan saat makan.

C. Anamnesis Sistemik
a. Keluhan Utama : BAB cair 6 kali
b. Kulit : Sawo matang, capillary refill < 1 detik
c. Kepala : Bentuk normal, simetris

4
d. Rambut : Hitam, distribusi merata, tidak mudah
dicabut
e. Mata : Penglihatan jelas
f. Hidung : Cairan hidung (-)
g. Telinga : Telinga berdenging (-), pendengaran jelas,
pengeluaran cairan (-)
h. Mulut : Bibir kering (-), bibir pucat (-), lidah kotor
(-)
i. Pernafasan : Sesak nafas (-), mengi (-), batuk (-)
j. Sistem Kardiovaskuler : Nyeri dada (-)
k. Sistem Gastrointestinal : Mual (+), muntah (+), kembung (+), BAB
cair 6 kali sehari, berbau amis, keluar
terdapat ampas dan seperti ada lendir
l. Sistem Muskuloskeletal : Lemas (+)
m. Sistem Genitourinaria : BAK normal
n. Ekstremitas : Atas : Bengkak (-), luka (-)
Bawah : Bengkak (-), luka (-)

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Tampak lemas
2. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 110/70 mmHg
b. Nadi : 72 x /menit, regular
c. RR : 20 x /menit
d. Suhu : 36,4 oC

3. Status gizi
a. BB : 60 kg
b. TB : 160 cm
c. IMT : 23,43 kg/m2, Kesan status gizi : lebih
4. Kulit
Warna kulit: sawo matang, sianosis (-), turgor kulit kembali cepat (<1
detik), ikterik(-)
5. Kepala
Bentuk mesochepal, tidak terdapat luka, rambut tidak mudah dicabut
6. Mata
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), injeksi (-/-)

7. Telinga
Sekret (-/-), deformitas (-/-), pendengaran berkurang (-)

5
8. Hidung
Napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), epistaksis (-/-), deformitas (-/-)
9. Mulut
Bibir sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), tremor lidah (-)
10. Tenggorokan
Tonsil membesar (-), faring hiperemis (-)

11. Leher
Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar limfe (-)
12. Thorax
Bentuk simetris normal, benjolan (-), retraksi (-)

Jantung
Inspeksi ictus cordistampak SIC V 2 jari medial LMCS
Palpasi ictus cordis teraba SIC V 2 jari medial LMCS
Perkusi batas kanan atas di SIC II LPSD
batas kiri atas di SIC II LPSS
batas kanan bawah di SIC IV LPSD
batas kiri bawah di SIC V 2 jari medial LMCS
batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi Suara jantung S1>S2, regular, bising (-)

Pulmo
Inspeksi pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi fremitus raba kanan = kiri
Perkusi sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-/-)
13. Abdomen
Inspeksi cembung (+) asites (-), benjolan (-), lesi (-), jejas (-)
Auskultasi peristaltik (+) bising usus meningkat
Palpasi supel, nyeri tekan(+), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi hipertimpani seluruh lapang abdomen
14. Genitalia : tidak dilakukan
15. Anorektal : tidak dilakukan

6
16. Ekstremitas
Superior : Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-)
Inferior : Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-)
17. Pemeriksaan Neurologik
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
Fungsi Sensorik : dalam batas normal
Fungsi motorik :
K 5 5 T N N RF + + RP - -
5 5 N N + + - -

E. RESUME ANAMNESIS
Pasien Ny. K usia 58 tahun, tinggal dalam satu rumah bersama
suami, anak dan menantu serta cucu cucunya, sehingga bentuk keluarga
disebut extended family. Pasien mengeluh BAB cair sejak 2 hari yang lalu
sebanyak 6 kali dalam sehari. BAB cair, terdapat ampas dan seperti
berlendir, berwarna kekuningan, berbau amis. Pasien mengeluh mual dan
muntah, kembung namun pasien masih dapat kentut, serta pasien
mengeluhkan demam. Pasien mengaku BAB cair setelah makan makanan
yang pedas saat berbuka puasa. Pasien sering berpuasa namun makan
sahur dengan jumlah yang sedikit dan kebiasaan pasien adalah senang
makan makanan yang pedas, pola makan yang tidak teratur dan jarang
mencuci tangan saat akan makan. Selain itu pasien memiliki faktor risiko
akibat lingkungan rumah yang dijadikan sebagai pengumpul barang bekas.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan darah lengkap

b. Pemeriksaan tinja

1. Makroskopis dan mikroskopis

2. pH tinja dengan kertas lakmus

7
c. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalsium dan fosfor

dalam serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang)

G. DIAGNOSTIK HOLISTIK
1. Aspek Personal
Keluhan Utama : Pasien datang dengan keluhan BAB cair

Keluhan tambahan : mual, muntah, demam dan lemas

Reason for encounter

a. Idea: pasien datang ke puskesmas untuk mendapatkan pengobatan


terhadap sakit yang dideritanya
b. Concern: keluhan yang diderita pasien sudah mengganggu aktivitas
pasien
c. Expectacy: Pasien berharap penyakitnya bisa segera disembuhkan
sehingga pasien bisa melakukan kegiatan sehari-hari lagi dengan baik.
d. Anxiety: Pasien khawatir penyakitnya semakin parah dan takut penyakit
yang diderita semakin memburuk dan tidak dapat disembuhkan.

2. Aspek Klinis
Diagnosis : Diare akut tanpa dehidrasi suspek infeksi bakteri
Diagnosis Differential : diare akut karena infeksi virus, diare akut karena
intoleransi makanan
3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu
a. Pasien memiliki kebiasaan makan tidak teratur
b. Pasien gemar mengkonsumsi makanan pedas
c. Pasien tidak mencuci tangan sebelum makan
d. Pasien dan suami pasien pernah menderita demam tyfoid bergantian
e. Kakak pasien menderita hipertensi

8
4. Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individu
a. Tingkat pendidikan pasien rendah yaitu lulusan SD sehingga
pengetahuan tentang kesehatan, higienitas dan sanitasi lingkungan pun
kurang, sehingga dapat mempengaruhi derajat kesehatan keluarganya
b. Rumah pasien tidak memenuhi kriteria rumah sehat
c. Keluarga pasien termasuk dalam keluarga dengan tingkat ekonomi
menengah kebawah
5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial
Tabel 2.1. Skala Fungsi Ny.K
Kemampuan dalam
Skala menjalani kehidupan
Akltivitas Menjalankan Fungsi
Fungsional untuk tidak tergantung
pada orang lain
Skala 1 Mampu melakukan pekerjaan Perawatan diri, bekerja di
seperti sebelum sakit (tidak ada dalam dan di luar rumah
kesulitan) (mandiri)
Skala 2 Mampu melakukan pekerjaan Mulai mengurangi
ringan sehari-hari di dalam dan di aktivitas kerja (pekerjaan
luar rumah (sedikit kesulitan) kantor)
Skala 3 Mampu melakukan perawatan Perawatan diri masih bisa
diri, tetapi hanya mampu dilakukan, hanya mampu
melakukan pekerjaan ringan melakukan kerja ringan
Skala 4 Dalam keadaan tertentu, masih Tidak melakukan
mampu merawat diri, namun aktivitas kerja,
sebagian besar pekerjaan hanya tergantung pada
duduk dan berbaring (banyak keluangan
kesulitan)
Skala 5 Perawatan diri dilakukan orang Tergantung pada pelaku
lain, tidak mampu berbuat apa- rawat
apa, berbaring pasif
Berdasarkan kasus, skala fungsional Ny.K adalah skala 3.

H. PENATALAKSANAAN
1. Personal Care
Initial Plan
1. Terapi
a) Medikamentosa
a. Metronidazole tablet 500 mg; 3x1 tablet
b. Parasetamol tablet 500 mg ; 3x1 tablet (bila panas).
c. Zink tablet 20 mg ; 1x1 tablet

9
d. Domperidon; 3x1 tablet
e. Molagit; 3x2 tablet (apabila diare)
b) Non-Medikamentosa
a. Diet lunak tinggi serat.
b. Diet rendah garam
c. Minum oralit setiap kali BAB
c) KIE (konseling, informasi dan edukasi)
e. Aspek Preventif
i. Menjelaskan cara mencegah terjadi penyakit diare
ii. Meminta pasien agar tidak mengkonsumsi makanan pedas
dan asam
iii. Perhatikan pola makan yaitu harus memnuhi gizi yang
mencakup 4 sehat 5 sempurna, dan makan teratur
iv. Melakukan pola hidup bersih dan sehat di lingkungan
tempat tinggal pasien, dan mencuci tangan sebelum makan
f. Aspek Promotif
i. Melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang
manajemen panyakit diare akut
ii. Melakukan edukasi kepada pasien untuk mengubah pola
makan yang sehat, bersih dan bergizi yaitu mencakup 4
sehat 5 sempurna.
iii. Melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga untuk
menjaga kebersihan lingkungan dan diri sendiri.
iv. Melakukan edukasi kepada pasien untuk selalu meminta
penjelasan kepada dokter tentang penyakit yang diderita
serta pengobatan yang diberikan saat kontrol penyakit di
sarana pelayanan kesehatan
d) Monitoring
Observasi vital sign dan respon terapi selama 3 hari.

10
2. Family Care
a. Memberikan edukasi pada keluarga tentang gejala diare
b. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga pasien untuk
mengubah pola makan yang sehat, bersih, dan bergizi menckup 4 sehat
5 sempurna, serta diet rendah garam karena memiliki risiko untuk
hipertensi
c. Mengedukasi keluarga mengenai penyakit yang diderita pasien, bahwa
dengan penanganan yang baik, penyakitnya akan sembuh dan bukan
penyakit berbahaya jika penanganannya baik.
d. Penyuluhan mengenai pola hidup bersih dan sehat.
3. Local Community Care
a. Mengusahakan agar warga di sekitar rumah untuk menjaga kebersihan,
membiasakan mencuci tangan.
b. Mengusahakan agar megubah pola makan yang sehat, bersih, bergizi
yang mencakup 4 sehat 5 sempurna.
c. Edukasi tentang penyakit diare
I. FLOW SHEET
Nama : Ny. K

Diagnosis : Diare akut tanpa dehidrasi suspek infeksi bakteri

11
Tabel 2.2. Flow Sheet

Hari/ Subjektif Objektif Assessment Plan


Tanggal
rabu, KU: tampak Diare akut Metronidazole tablet 500
5/07/17 lemas tanpa mg; 3x1 tablet
TD : 120/80 dehidrasi Parasetamol tablet 500
Suhu: 37,1C suspek mg ; 3x1 tablet (bila
Nadi: 84x/mnt infeksi panas).
RR: 20x/mnt bakteri Zink tablet 20 mg ; 1x1
tablet
Domperidon; 3x1 tablet
Molagit; 3x2 tablet
(apabila diare)

Kamis, KU: tampak Diare akut Metronidazole tablet 500


6/7/2017 lemas tanpa mg; 3x1 tablet
TD : 110/70 dehidrasi Parasetamol tablet 500
Suhu: 36.6C suspek mg ; 3x1 tablet (bila
Nadi: 80 x/mnt infeksi panas).
RR: 20 x/mnt bakteri Zink tablet 20 mg ; 1x1
tablet
Domperidon; 3x1 tablet
Molagit; 3x2 tablet
(apabila diare)

12
Jumat KU: tampak Diare akut Metronidazole tablet 500
7/7/2017 lemas tanpa mg; 3x1 tablet
TD : 110/80 dehidrasi Parasetamol tablet 500
Suhu: 36.7C suspek mg ; 3x1 tablet (bila
Nadi: 78x/mnt infeksi panas).
RR: 20 x/mnt bakteri Zink tablet 20 mg ; 1x1
tablet

13
BAB III

IDENTIFIKASI FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

A. Fungsi Holistik
1. Fungsi Biologis
Keluarga terdiri dari pasien (Ny. K, 58 tahun), suami pasien (Tn.
W, 60 tahun), anak ke 3 dan menantunya (Ny. T. 35 tahun dan Tn.S 40
tahun), anak ke 4 dan menantunya (Ny. P 23 tahun dan Tn. A 28 tahun)
serta cucu pasien (An. D 10 tahun). Pasien tinggal serumah dengan
suami, dua anak dan menantu dan seorang cucunya. Keluarga ini
merupakan extended family.

2. Fungsi Psikologis
Hubungan pasien dengan keluarga cukup baik. Jumlah keluarga yang
tinggal satu rumah bersama pasien banyak, sehingga pasien dapat terbuka
dan menyampaikan keluhan saat pasien sakit.

3. Fungsi Sosial
Hubungan pasien dengan keluarga masih cukup baik, pasien masih
sering berinteraksi dengan tetangga diluar rumah.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan


Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga, tidak bekerja, kebutuhan
sehari hari dicukupi oleh suami pasien yang bekerja sebagai pengusaha
kerupuk. Dalam memenuhi kebutuhan sehari hari kadang penghasilan
tersebut cukup atau bahkan kurang.

B. Fungsi Fisiologis (A.P.G.A.R Score)


Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R Score
dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah = 0.
A.P.G.A.R Score dilakukan pada masing-masing anggota keluarga dan
kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis keluarga secara
keseluruhan. Nilai rata-rata 1-5 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10 = baik. Penilaian
A.P.G.A.R Score tidak dilakukan kepada anak bungsu pasien yang tinggal

14
serumah karena dianggap belum cukup kompeten untuk menjawab pertanyaan
yang ada di A.P.G.A.R Score.

Tabel 3.1. Nilai APGAR dari Ny. K (Pasien)

A.P.G.A.R Ny.K Hampir Kadang- Hampir


selalu kadang tidak
pernah

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


keluarga saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya


membahas dan membagi masalah dengan
saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya


menerimadan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya


mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan


saya membagi waktu bersama-sama

Total nilai skor APGAR Ny.K adalah 8

15
Tabel 3.2. Nilai APGAR dari Ny. T (Anak pasien)

A.P.G.A.R Ny.T Hampir Kadang Hampir


selalu -kadang tidak
pernah

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke


keluarga saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya


membahas dan membagi masalah dengan
saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya


menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya


mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya


dansaya membagi waktu bersama-sama

Total nilai skor APGAR Ny. T adalah 8

A.P.G.A.R SCORE keluarga pasien = (8+8)/2


=8
Kesimpulan : fungsi fisiologis keluarga pasien sedang

Secara keseluruhan total poin dari skor APGAR keluarga pasien adalah
16, sehingga rata-rata skor APGAR dari keluarga pasien adalah 8. Hal ini
menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga pasien berada
dalam keadaan baik.

16
C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)
Fungsi patologis dari keluarga Ny. K dinilai dengan menggunakan
S.C.R.E.E.M sebagai berikut :

Tabel 3.3. Nilai SCREEM dari keluarga pasien

Sumber Patologi Ket

Social Interaksi yang baik antara anggota keluarga juga dengan -


masyarakat sekitar. Keluarga pasien sering mengikuti
kegiatan yang dilakukan di lingkungan sekitar tempat
tinggal

Cultural Dalam sehari-hari keluarga ini menggunakan budaya jawa, hal -


ini terlihat pada pergaulan mereka sehari hari yang
menggunakan bahasa Jawa, tata krama Jawa dan kesopanan.

Religion Pemahaman agama cukup. Penerapan ajaran juga baik, hal ini -
dapat dilihat dari penderita dan keluarga yang rutin
menjalankan sholat lima waktu.

Economic Ekonomi keluarga ini tergolong rendah, penghasilan keluarga +


hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan primer keluarga.

Education Pendidikan anggota keluarga kurang memadai. Pendidikan +


dan pengetahuan pasien tentang penyakit yang diderita pasien
kurang. Kemampuan untuk memperoleh dan memiliki
fasilitas pendidikan seperti buku dan koran terbatas

Medical Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga menggunakan -


pelayanan puskesmas dan menggunakan jaminan BPJS PBI
untuk berobat

Keterangan :

1. Economic (+) artinya ekonomi keluarga pasien masih tergolong rendah,


namun untuk memenuhi kebutuhan primer masih bisa tercukupi.
2. Education (+) artinya keluarga Ny.K masih memiliki pengetahuan yang
kurang, khususnya mengenai permsalahan kesehatan
Kesimpulan : Dalam keluarga Ny.K fungsi patologis yang positif adalah
fungsi ekonomi dan edukasi.

17
D. GENOGRAM
Alamat : Sokaraja 01/04

Kecamatan : Sokaraja

Kabupaten : Purwokerto

Provinsi : Jawa Tengah

Bentuk Keluarga : Extended Family

Keterangan :
laki laki

perempuan
63 tahun 57 tahun 62 tahun 60 tahun 55 tahun 53 tahun
60 tahun 58 tahun kematian
Tn. S Ny. S Tn K Ny L Tn N Ny G
tn W Ny. K hipertensi

39 tahun 30 tahun 25 tahun 28 tahun penderita diare


40 tahun 35 tahun
Ny. K Tn J Ny. W Tn A
pasangan
Tn S 10 tahun Ny. P

AN. D

Gambar 3.1. Genogram Keluarga Ny.K

E. Pola Interaksi Keluarga

Ny. K

anak dan
Tn. W (suami)
menantu

cucu

Keterangan : hubungan baik

Gambar 3.2. Pola Interaksi Keluarga Ny.K

Kesimpulan : Hubungan antara anggota keluarga di keluarga Ny.K yang


tinggal serumah dinilai cukup harmonis dan saling mendukung.

18
BAB IV
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN

A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga


1. Faktor Perilaku
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga yang tidak bekerja.
Pasien sering sekali makan tidak teratur dan gemar makan makanan yang
pedas. Pasien terkadang suka lupa untuk mencuci tangan sebelum makan.
Pasien memiliki pengetahuan yang rendah, karena tingkat pendidikan
pasien juga tergolong rendah yaitu SD.

2. Faktor Non Perilaku


Rumah pasien belum memenuhi kriteria rumah yang sehat. Keluarga
pasien termasuk dalam keluarga dengan tingkat ekonomi menengah kebawah.
Kebutuhan gizi keluarga pasien kurang dapat terpenuhi karena penghasilan
hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Lingkungan rumah
pasien dijadikan sebagai tempat pengumpulan barang bekas.

Faktor non perilaku : Faktor perilaku :


Ekonomi keluarga Pola makan yang tidak
menengah kebawah Ny.K 58 tahun teratur, sering makan
Kondisi rumah tidak menderita pedas
sehat diare akut Kesadaran mencuci
Lingkungan tempat tangan sebelum makan
tinggal pasien sebagai rendah
tempat pengumpul Pengetahuan tentang
barang bekas penyakit rendah

Gambar 4.1. Faktor Perilaku dan Non Perilaku

19
B. Identifikasi Lingkungan Rumah
1. Gambaran Lingkungan
Rumah pasien berada di desa sokaraja wetan 01/04 sokaraja.
Rumah dihuni oleh pasien, suami, dua anak, dua menantu dan seorang
cucu. Rumah tidak bertingkat, dinding terbuat dari bata, alas keramik, dan
sumber air sumur. Jarak sumur ke tempat pembuangan sampah lebih dari
20 meter dari rumah. Rumah pasien memiliki kamar mandi dan jamban
jongkok. Keluarga pasien memasak dengan menggunakan kompor gas. Di
dekat rumah pasien merupakan tempat untuk mengumulkan barang bekas.

2. Denah Rumah

Toilet
Dapur

kamar
R. keluarga

kamar

kamar

Ruang tamu

Gambar 4.2 Denah Rumah Ny. K

20
BAB V
DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA

A. Masalah medis
Ny.K menderita diare akut tanpa dehidrasi suspek infeksi bakteri

B. Masalah non medis


1. Pengetahuan tentang penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat yang
kurang dari penderita dan keluarga
2. Kesadaran untuk mencuci tangan sebelum makan masih rendah
3. Kondisi rumah kurang sehat
4. Kondisi ekonomi keluarga adalah menengah ke bawah
C. Diagram Permasalahan Pasien

Kesadaran untuk mencuci tangan


sebelum makan masih rendah

pengetahuan Ny.K 58
tentang penyakit tahun rumah tidak
dan perilaku hidup menderita sehat
sehat yang kurang diare akut

ekonomi menengah
kebawah

Gambar 5.1. Diagram Permasalahan Pasien

21
D. Matrikulasi Masalah
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks.
Tabel 5.1. Matrikulasi Masalah
No. Daftar Masalah I T R Jumlah
P S SB Mn Mo Ma IxTxR
1 Pengetahuan tentang penyakit dan 4 5 4 4 4 3 4 572
perilaku hidup bersih dan sehat yang
kurang dari penderita dan keluarga
2 Kesadaran untuk mencuci tangan 3 4 4 3 4 2 3 297
sebelum makan rendah

3 Kondisi rumah kurang sehat 3 3 2 3 4 4 3 264


4 Kondisi ekonomi keluarga adalah 5 5 2 1 2 2 1 60
menengah ke bawah

Keterangan:
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T : Technology (teknologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (ketersediaan sarana)

Kriteria penilaian:
1 : tidak penting
2 : agak penting
3 : cukup penting
4 : penting
5 : sangat penting

E. Prioritas Masalah
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah
keluarga Ny. K adalah sebagai berikut :
1. Pengetahuan tentang penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat yang
kurang dari penderita dan keluarga
2. Kesadaran untuk mencuci tangan sebelum makan rendah
3. Kondisi rumah kurang sehat

22
4. Kondisi ekonomi keluarga adalah menengah ke bawah
Prioritas masalah yang diambil adalah pengetahuan tentang penyakit dan
perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang dari penderita dan keluarga.

F. Alternatif Pemecahan Masalah


1. Pembinaan keluarga meliputi penyakit diare dan faktor risiko, tata cara
penatalaksanaan, mengontrol penyakit, serta mencegah terjadinya
komplikasi.
2. Pembagian leaflet mengenai diare, pentingnya makan makanan gizi
seimbang.

G. Penentuan Alternatif Terpilih


Penentuan alternatif terpilih berdasarkan Metode Rinke yang
menggunakan dua kriteria yaitu efektifitas dan efiseiensi jalan keluar. Kriteria
efektifitas terdiri dari pertimbangan mengenai besarnya masalah yang dapat
diatasi, kelanggengan selesainya masalah, dan kecepatan penyelesaian
masalah. Efisiensi dikaitkan dengan jumlah biaya yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah. Skoring efisiensi jalan keluar adalah dari sangat
murah (1), hingga sangat mahal (5).

23
Tabel 5.2 Kriteria dan Skoring Efektivitas dan Efisiensi Jalan Keluar

C
M I V
(jumlah biaya
Skor (besarnya masalah (kelanggengan (kecepatan yang diperlukan
yang dapat selesainya penyelesaian untuk
diatasi) masalah) masalah) menyelesaikan
masalah)

1 Sangat kecil Sangat tidak Sangat lambat Sangat murah


langgeng

2 Kecil Tidak langgeng Lambat Murah

3 Cukup besar Cukup langgeng Cukup cepat Cukup murah

4 Besar Langgeng Cepat Mahal

5 Sangat besar Sangat langgeng Sangat cepat Sangat mahal

Prioritas alternatif terpilih dengan menggunakan metode Rinke adalah


sebagai berikut:

Tabel 5.3 Alternatif Terpilih

Efektivitas Efisiensi MxIxV Urutan


Daftar Alternatif Jalan
No Prioritas
Keluar M I V C C Masalah

1 Pembinaan keluarga 4 4 3 2 24 1
mengenai diare dan
faktor risiko, tata cara
penatalaksanaan,
mengontrol penyakit,serta
mencegah terjadinya
komplikasi

2 Pembagian leaflet 4 2 2 3 5,3 2


mengenai diare

24
H. Rencana Pembinaan Keluarga
1. Tujuan
Tujuan Umum
Mengubah perilaku penderita dan keluarga dalam menjaga kebersihan dan
kesehatan anggota keluarga
Tujuan Khusus
a. Meningkatkan pengetahuan mengenai diare akut yang disebabkan
oleh bakteri terutama dalam hal gejala dan tanda dari diare akut serta
cara pencegahan dan penanggulangan diare akut
b. Meningkatkan kesadaran tentang pentingnya fungsi keluarga dan
dukungan keluarga dalam mendampingi anggota keluarga yang sakit
agar proses kesembuhan dapat berlangsung lebih baik dan
kekambuhan penyakit dapat dicegah
c. Meningkatkan kesadaran pentingnya menjaga imunitas tubuh, dan
makan makanan gizi seimbang
2. Cara Pembinaan
Pembinaan dilakukan di rumah pasien dengan cara memberikan
penyuluhan dan edukasi pada penderita dan keluarga. Penyuluhan dan
edukasi dilakukan di rumah pasien dalam suasana santai sehingga materi
yang disampaikan dapat diterima dengan baik.
3. Materi Pembinaan
a. Diare
Diare atau mencret didefinisikan sebagai buang air besar dengan
feses yang tidak berbentuk (unformed stools) atau cair dengan frekuensi
lebih dari 3 kali dalam 24 jam.
Faktor yang dapat mendukung terjadinya diare akut, seperti:
1) Sosial ekonomi rendah
2) Hygienitas buruk
3) Status gizi buruk
4) Lingkungan rumah tidak sehat
Diare akut pada orang dewasa merupakan tanda dan gejala penyakit
yang umum dijumpai dan bila terjadi tanpa komplikasi, secara umum
dapat di obati sendiri oleh penderita. Namun, bila terjadi komplikasi

25
akibat dehidrasi atau toksik dapat menyebabkan morbiditas dan
mortalitas, meskipun penyebab dan penanganannya telah diketahui
dengan baik serta prosedur diagnostiknya juga semakin baik.
b. Penatalaksanaan Diare
1) Non medikamentosa
a) Diet tinggi protein dan tinggi karbohidrat
b) Diet rendah serat
c) Minum oralit setiap BAB
d) Istirahat teratur (bed rest)
2) Medikamentosa
Penanganan diare akut yang paling utama adalah terapi cairan
yang baik dapat diberikan oralit atau air putih, pemberian
antibiotik tergantung penyebabnya, serta pengobatan simtomatik
yang diperlukan
c. Fungsi Keluarga
1) Fungsi keagamaan
2) Fungsi budaya
3) Fungsi cinta kasih
4) Fungsi melindungi
5) Fungsi reproduksi
6) Fungsi sosialisasi dan pendidikan
7) Fungsi ekonomi
8) Fungsi pembinaan lingkungan
d. Hubungan Keluarga dan Kesehatan
1) Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat
2) Keluarga memiliki peran mengembangkan, mencegah,
mengadaptasi dan memperbaiki masalah kesehatan
3) Adanya masalah kesehatan dapat mempengaruhi fungsi keluarga
4) Kaluarga sebagai pusat pengambilan keputusan kesehatan yang
penting
5) Keluarga sebagai wadah/saluran yang efektif dalam melaksanakan
dan atau menyampaikan pesan kesehatan

26
4. Sasaran Pembinaan
Sasaran dari pembinaan yang akan dilakukan adalah pasien beserta
seluruh anggota keluarga pasien, berjumlah 7 orang.

5. Waktu dan Tempat Pembinaan


Pembinaan kepada pasien dan keluarga pasien akan dilakukan pada
hari Minggu, 10 juli 2017 Pukul 09.00 WIB hingga selesai di rumah
pasien di Sokaraja wetan 01/04 Sokaraja.

6. Cara Evaluasi Pembinaan


Evaluasi pembinaan akan dilakukan dengan memberikan
pertanyaan kepada pasien dan keluarga pasien, dengan sebelumnya
mengetahui terlebih dahulu tingkat pengetahuan pasien dan keluarga
pasien terhadap penyakit yang diderita oleh pasien.
Sebelum penyuluhan, akan dilakukan pretest kepada pasien dan
anggota keluarga yakni suami, anak dan menantu serta cucu pasien.
Adapun pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Penyakit apakah yang diderita oleh Ny. K?
2) Apa saja yang dapat menyebabkan penyakit Ny.K?
3) Bagaimana penanganan penyakit Ny.K?
4) Sebutkan fungsi keluarga (minimal 5)!
5) Apakah hubungan keluarga dan kesehatan?

7. Hasil POA
Pembinaan dilakukan di rumah pasien dengan cara memberikan
penyuluhan dan edukasi pada penderita dan keluarga. kemudian evaluasi
pembinaan akan dilakukan dengan memberikan pertanyaan kepada pasien
dan keluarga pasien, dengan sebelumnya mengetahui terlebih dahulu
tingkat pengetahuan pasien dan keluarga pasien terhadap penyakit yang
diderita oleh pasien.

27
a. Hasil jawaban pertanyaan Ny. K, Tn. W dan Ny. P tentang penyakit
diare sebelum dilakukan pembinaan
Tabel 5.4 hasil jawaban sebelum pembinaan
No Pertanyaan Ny. K Tn. W Ny. P
1 Penyakit apakah yang diderita oleh Ny. K? V V V
2 Apa saja yang dapat menyebabkan penyakit X X X
Ny.K?
3 Bagaimana penanganan penyakit Ny.K? X X V
4 Sebutkan fungsi keluarga (minimal 5)! X X X
5 Apakah hubungan keluarga dan kesehatan? V V V
Jumlah 2 2 3

b. Hasil jawaban pertanyaan Ny. K, Tn. W dan Ny. P tentang penyakit


diare setelah dilakukan pembinaan
Tabel 5.4 hasil jawaban setelah pembinaan
No Pertanyaan Ny. K Tn. W Ny. P
1 Penyakit apakah yang diderita oleh Ny. K? V V V
2 Apa saja yang dapat menyebabkan penyakit V V V
Ny.K?
3 Bagaimana penanganan penyakit Ny.K? V V V
4 Sebutkan fungsi keluarga (minimal 5)! X X X
5 Apakah hubungan keluarga dan kesehatan? V V V
Jumlah 4 4 4

Hasil tabel diatas menunjukan bahwa tingkat pengetahuan pasien


dan keluarga terhadap penyakit diare meningkat setelah dilakukan
pembinaan. Harapannya setelah pembinaan dan pengetahuan pasien dan
keluarga pasien bertambah, pasien dan keluarga pasien dapat lebih
memperhatikan kembali tentang kesehatan dan kebersihan.

28
BAB VI
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan betambahnya
frekuensi defekasi lebih dari biasnya (>3x perhari) disertai perubahan
konsistensi tinja (menjadi cair), dengan atau tanpa darah dan atau lendir
(Sudrajat, 2007). Dalam sumber lain disebutkan bahwa, diare adalah
buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
(setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya lebih dari
200 g atau 200 ml/24 jam (Hendarwanto, 1996).

Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan


berlangsung kurang dari 14 hari, sedang diare kronik yaitu diare yang
berlangsung lebih dari 14 hari. Diare dapat disebabkan infeksi maupun non
infeksi. Dari penyebab diare yang terbanyak adalah diare infeksi. Diare
infeksi dapat disebabkan Virus, Bakteri, dan Parasit.

2. Etiologi
Lebih dari 90% diare akut disebabkan karena infeksi, sedangkan
sekitar 10% karena sebab-sebab lain antara lain obat-obatan, bahan-bahan
toksik, iskemik dan sebagainya. Berikut ini beberapa penyebab diare
akibat infeksi :

GOLONGAN BAKTERI GOLONGAN VIRUS GOLONGAN PARASIT


Aeromonas Astrovirus Balantidiom coli
Bacillus cereus Calcivirus Blastocystis homonis
Canpilobacter jejuni Enteric adenovirus Crytosporidium parvum
Clostridium perfringens Corona virus Entamoeba histolytica
Clostridium defficile Rotavirus Giardia lamblia
Eschercia coli Norwalk virus Isospora belli
Plesiomonas shigeloides Herpes simplek virus Strongyloides stercoralis
Salmonella Cytomegalovirus Trichuris trichiura
Shigella

29
Staphylococcus aureus
Vibrio cholera
Vibrio parahaemolyticus
Yersinia enterocolitica
Diasamping itu penyebab diare nonifeksi yang dapat menimbulkan
daire pada anak antara lain:

Kesulitan makanan Neoplasma


Neuroblastoma
Phaeochromocytoma
Sindroma Zollinger Ellison
Defek anatomis Lain-lain:
Malrotasi Infeksi non gastrointestinal
Penyakit Hirchsprung Alergi susu sapi
Short Bowel Syndrome Penyakit Crohn
Atrofi mikrovilli Defisiensi imun
Stricture Colitis ulserosa
Ganguan motilitas usus
Pellagra
Malabsorbsi Keracunan makanan
Defesiensi disakaridase logam berat
Malabsorbsi Mushrooms
Cystic fibrosis
Cholestosis
Penyakit celiac
Endokrinopati
Thyrotoksikosis
Penyakit Addison
Sindroma Androgenital

3. Patogenesis
Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis
menjadi diare non inflamasi dan diare inflamasi. Diare Inflamasi
disebabkan invasi bakteri dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi
sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah. Gejala klinis
yang menyertai keluhan abdomen seperti mulas sampai nyeri seperti kolik,

30
mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada
pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis ditemukan lendir dan/atau
darah, serta mikroskopis didapati sel leukosit polimorfonuklear.

Pada diare non inflamasi, diare disebabkan oleh enterotoksin yang


mengakibatkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan
darah. Keluhan abdomen biasanya minimal atau tidak ada sama sekali,
namun gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama pada kasus yang
tidak mendapat cairan pengganti. Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak
ditemukan leukosit.

Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat


dibagi menjadi kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif dan gangguan
motilitas. Diare osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap
meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air dari plasma
sehingga terjadi diare. Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat akibat
defisiensi laktase atau akibat garam magnesium.

Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik


absorbsi yang berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat
terjadi akibat toksin yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau
pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek, atau laksantif non
osmotik. Beberapa hormon intestinal seperti gastrin vasoactive intestinal
polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan diare sekretorik.

Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa


baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi
akibat infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten sensitive
enteropathy, inflamatory bowel disease (IBD) atau akibat radiasi.

Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang


mengakibatkan waktu transit usus menjadi lebih cepat. Hal ini terjadi pada
keadaan tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau diabetes melitus.

31
Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi
bakteri paling tidak ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi
usus dan penurunan absorbsi di usus. Infeksi bakteri menyebabkan
inflamasi dan mengeluarkan toksin yang menyebabkan terjadinya diare.
Infeksi bakteri yang invasif mengakibatkan perdarahan atau adanya
leukosit dalam feses.

Pada dasarnya mekanisme terjadinya diare akibat kuman


enteropatogen meliputi penempelan bakteri pada sel epitel dengan atau
tanpa kerusakan mukosa, invasi mukosa, dan produksi enterotoksin atau
sitotoksin. Satu bakteri dapat menggunakan satu atau lebih mekanisme
tersebut untuk dapat mengatasi pertahanan mukosa usus.

4. Manifestasi klinis diare


Berikut ini merupakan manifestasi dari diare (Subagyo, 2010):

Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera


Gejala klinis :
Masa Tunas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam
Panas + ++ ++ - ++ -
Mual, muntah Sering Jarang Sering + - Sering
Nyeri perut Tenesmus Tenesmus, Tenesmus,kolik - Tenesmus, Kramp
Nyeri kepala - kramp + - kramp -
lamanya sakit 5-7 hari +>7hari 3-7 hari 2-3 hari - 3 hari
variasi
Sifat tinja:
Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak
Frekuensi 5-10x/hari >10x/hari Sering Sering Sering Terus
Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek menerus
Darah - + Kadang - + Cair
Bau Langu - Busuk - - -
Warna Kuning Merah-hijau Kehijauan Tak Merah-hijau Amis khas
Leukosit hijau + + berwarna - Seperti air
Lain-lain - Kejang+ Sepsis + - Infeksi cucuian
anorexia Meteorismus sistemik+ beras
-
-

32
5. Pemeriksaan Laboratorium
Evaluasi laboratorium pasien tersangka diare infeksi dimulai dari
pemeriksaan feses adanya leukosit. Kotoran biasanya tidak mengandung
leukosit, jika ada itu dianggap sebagai penanda inflamasi kolon baik
infeksi maupun non infeksi. Karena netrofil akan berubah, sampel harus
diperiksa sesegera mungkin. Sensitifitas lekosit feses terhadap inflamasi
patogen (Salmonella, Shigella dan Campylobacter) yang dideteksi dengan
kultur feses bervariasi dari 45% - 95% tergantung dari jenis patogennya.

Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi dan


lainnya biasanya tidak membantu untuk evaluasi diare akut infeksi.
Pemeriksaan laboratorium tambahan yang dapat dilakukan pada kasus
diare adalahsebagai berikut :

1. Lekosit feses (stool leukocytes)


Lekosit dalam feses menunjukkan adanya inflamasi intestinal. Kultur
bakteri dan pemeriksaan parasit diindikasikan untuk menentukan
adanya infeksi.

2. Volume feses
Jika cairan diare tidak terdapat lekosit atau eritrosit, infeksi enteric atau
imfalasi sedikit kemungkinannya sebagai penyebab diare. Feses 24
jam harus dikumpulkan untuk mengukur output harian. Sekali diare
harus dicatat (>250 ml/hari), kemudian perlu juga ditentukan apakah
terjadi steatore atau diare tanpa malabsorbsi lemak.

3. Mengukur berat dan kuantitatif fecal fat pada feses 24 jam


Jika berat feses >300/g 24 jam mengkonfirmasikan adanya diare. Berat
lebih dari 1000-1500 gram mengesankan proses sekretori. Jika fecal fat
lebih dari 10g/24 jam menunjukkan proses malabsorbstif.

4. Lemak feses
Sekresi lemak feses harian < 6g/hari. Untuk menetapkan suatu
steatore, lemak feses kualitatif dapat menolong yaitu >100 bercak
merak orange per lapang pandang dari sample noda sudan adalah

33
positif. False negatif dapat terjadi jika pasien diet rendah lemak. Test
standard untuk mengumpulkan feses selama 72 jam biasanya
dilakukan pada tahap akhir. Eksresi yang banyak dari lemak dapat
disebabkan malabsorbsi mukosa intestinal sekunder atau insufisiensi
pankreas.

5. Osmolalitas feses
Diperlukan dalam evaluasi untuk menentukan diare osmotik atau diare
sekretorik. Elekrolit feses Na,K dan Osmolalitas harus diperiksa.
Osmolalitas feses normal adalah 290 mosm. Osmotic gap feses
adalah 290 mosm dikurangi 2 kali konsentrasi elektrolit faeces
(Na&K) dimana nilai normalnya <50 mosm. Anion organik yang tidak
dapat diukur, metabolit karbohidrat primer (asetat,propionat dan
butirat) yang bernilai untuk anion gap, terjadi dari degradasi bakteri
terhadap karbohidrat di kolon kedalam asam lemak rantai pendek.
Selanjutnya bakteri fecal mendegradasi yang terkumpul dalam suatu
tempat. Jika feses bertahan beberapa jam sebelum osmolalitas
diperiksa, osmotic gap seperti tinggi. Diare dengan normal atau
osmotic gap yang rendah biasanya menunjukkan diare sekretori.
Sebalinya osmotic gap tinggi menunjukkan suatu diare osmotic.

6. Pemeriksaan parasit atau telur pada feses


Untuk menunjukkan adanya Giardia, E. histolitica pada pemeriksaan
rutin.

7. Pemeriksaan darah
Pada diare inflamasi ditemukan lekositosis, LED yang meningkat dan
hipoproteinemia. Albumin dan globulin rendah akan mengesankan
suatu protein losing enteropathy akibat inflamasi intestinal.

34
6. Beberapa Penyebab Diare Akut Infeksi Bakteri
a. Infeksi non-invasif.
1) Stafilococcus aureus
Gejala terjadi dalam waktu 1 6 jam setelah asupan makanan
terkontaminasi. Sekitar 75 % pasien mengalami mual, muntah, dan
nyeri abdomen, yang kemudian diikuti diare sebanyak 68 %.
Demam sangat jarang terjadi. Lekositosis perifer jarang terjadi, dan
sel darah putih tidak terdapat pada pulasan feses. Masa
berlangsungnya penyakit kurang dari 24 jam.

2) Bacillus cereus
B. cereus adalah bakteri batang gram positip, aerobik,
membentuk spora. Enterotoksin dari B. cereus menyebabkan gejala
muntah dan diare, dengan gejala muntah lebih dominan. Gejala
dapat ditemukan pada 1 6 jam setelah asupan makanan
terkontaminasi, dan masa berlangsungnya penyakit kurang dari 24
jam. Gejala akut mual, muntah, dan nyeri abdomen, yang
seringkali berakhir setelah 10 jam. Gejala diare terjadi pada 8 16
jam setelah asupan makanan terkontaminasi dengan gejala diare
cair dan kejang abdomen. Mual dan muntah jarang terjadi. Terapi
dengan rehidrasi oral dan antiemetik.

3) Clostridium perfringens
C perfringens adalah bakteri batang gram positip, anaerob,
membentuk spora. Bakteri ini sering menyebabkan keracunan
makanan akibat dari enterotoksin dan biasanya sembuh sendiri .
Gejala berlangsung setelah 8 24 jam setelah asupan produk-
produk daging yang terkontaminasi, diare cair dan nyeri
epigastrium, kemudian diikuti dengan mual, dan muntah. Demam
jarang terjadi. Gejala ini akan berakhir dalam waktu 24 jam.

4) Vibrio cholerae
Gejala awal adalah distensi abdomen dan muntah, yang
secara cepat menjadi diare berat, diare seperti air cucian beras.

35
Pasien kekurangan elektrolit dan volume darah. Demam ringan
dapat terjadi.Kimia darah terjadi penurunan elektrolit dan cairan
dan harus segera digantikan yang sesuai. Kalium dan bikarbonat
hilang dalam jumlah yang signifikan, dan penggantian yang tepat
harus diperhatikan. Biakan feses dapat ditemukan V.cholerae.

5) Escherichia coli patogen


E. coli patogen adalah penyebab utama diare pada pelancong.
Mekanisme patogen yang melalui enterotoksin dan invasi mukosa.
Ada beberapa agen penting, yaitu :

1. Enterotoxigenic E. coli (ETEC).


2. Enterophatogenic E. coli (EPEC).
3. Enteroadherent E. coli (EAEC).
4. Enterohemorrhagic E. coli (EHEC)
5. Enteroinvasive E. Coli (EIHEC)
Kebanyakan pasien dengan ETEC, EPEC, atau EAEC
mengalami gejala ringan yang terdiri dari diare cair, mual, dan
kejang abdomen. Diare berat jarang terjadi, dimana pasien
melakukan BAB lima kali atau kurang dalam waktu 24 jam.
Lamanya penyakit ini rata-rata 5 hari.Demam timbul pada kurang
dari 1/3 pasien.Feses berlendir tetapi sangat jarang terdapat sel
darah merah atau sel darah putih.Lekositosis sangat jarang
terjadi.ETEC, EAEC, dan EPEC merupakan penyakit self limited,
dengan tidak ada gejala sisa.

Pemeriksaan laboratorium tidak ada yang spesifik untuk E


coli, lekosit feses jarang ditemui, kultur feses negatif dan tidak ada
lekositosis. EPEC dan EHEC dapat diisolasi dari kultur, dan
pemeriksaan aglutinasi latex khusus untuk EHEC tipe O157.

36
b. Infeksi Invasif
1) Shigella
Shigella adalah penyakit yang ditularkan melalui makanan
atau air.Organisme Shigella menyebabkan disentri basiler dan
menghasilkan respons inflamasi pada kolon melalui enterotoksin
dan invasi bakteri.

Secara klasik, Shigellosis timbul dengan gejala adanya nyeri


abdomen, demam, BAB berdarah, dan feses berlendir.Gejala awal
terdiri dari demam, nyeri abdomen, dan diare cair tanpa darah,
kemudian feses berdarah setelah 3 5 hari kemudian.Lamanya
gejala rata-rata pada orang dewasa adalah 7 hari, pada kasus yang
lebih parah menetap selama 3 4 minggu.Shigellosis kronis dapat
menyerupai kolitis ulseratif, dan status karier kronis dapat terjadi.

Manifestasi ekstraintestinal Shigellosis dapat terjadi,


termasuk gejala pernapasan, gejala neurologis seperti
meningismus, dan Hemolytic Uremic Syndrome.Artritis
oligoartikular asimetris dapat terjadi hingga 3 minggu sejak
terjadinya disentri.

2) Salmonella nontyphoid
Salmonella nontipoid adalah penyebab utama keracunan
makanan di Amerika Serikat.Salmonella enteriditis dan Salmonella
typhimurium merupakan penyebab.Awal penyakit dengan gejala
demam, menggigil, dan diare, diikuti dengan mual, muntah, dan
kejang abdomen.Occult blood jarang terjadi. Lamanya berlangsung
biasanya kurang dari 7 hari.

Pulasan kotoran menunjukkan sel darah merah dan sel darah


putih se. Kultur darah positip pada 5 10 % pasien kasus dan
sering ditemukan pada pasien terinfeksi HIV.

37
3) Salmonella typhi
Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi adalah penyebab
demam tiphoid. Demam tiphoid dikarakteristikkan dengan demam
panjang, splenomegali, delirium, nyeri abdomen, dan manifestasi
sistemik lainnya. Penyakit tiphoid adalah suatu penyakit sistemik
dan memberikan gejala primer yang berhubungan dengan traktus
gastrointestinal. Sumber organisme ini biasanya adalah makanan
terkontaminasi.

Bentuk klasik demam tiphoid selama 4 minggu. Masa


inkubasi 7-14 hari. Minggu pertama terjadi demam tinggi, sakit
kepala, nyeri abdomen, dan perbedaan peningkatan temperatur
dengan denyut nadi. 50 % pasien dengan defekasi normal. Pada
minggu kedua terjadi splenomegali dan timbul rash. Pada minggu
ketiga timbul penurunan kesadaran dan peningkatan toksemia,
keterlibatan usus halus terjadi pada minggu ini dengan diare
kebiru-biruan dan berpotensi untuk terjadinya ferforasi. Pada
minggu ke empat terjadi perbaikan klinis.

4) Enterohemoragik E Coli
Awal dari penyakit dengan gejala diare sedang hingga berat
(hingga 10-12 kali perhari). Diare awal tidak berdarah tetapi
berkembang menjadi berdarah. Nyeri abdomen berat dan kejang
biasa terjadi, mual dan muntah timbul pada 2/3 pasien.
Pemeriksaan abdomen didapati distensi abdomen dan nyeri tekan
pada kuadran kanan bawah. Demam terjadi pada 1/3 pasien.
Hingga 1/3 pasien memerlukan perawatan di rumah sakit.
Lekositosis sering terjadi. Urinalisa menunjukkan hematuria atau
proteinuria atau timbulnya lekosit. Adanya tanda anemia hemolitik
mikroangiopatik (hematokrit < 30%), trombositopenia (<150 x
9
10 /L), dan insufiensi renal (BUN >20 mg/dL) adalah diagnosa
HUS (Ciesla, 2003).

38
7. Pengobatan
a. Pengobatan Kausatif
Diberikan antibiotik bila diketahui penyebabnya penyakit
parenteral. Pemberian antibiotik juga harus memperhatikan usia
penderita, perjalanan penyakit, sifat tinja dan sebagainya. Infeksi
enteral bila diketemukan pada pemeriksaan mikroskopik pemeriksaan
tinja ditemukan 10 20/LP dan diberikan antibiotik, bila pada
pemeriksaan mikroskopik ditemukan bakteri pathogen, darah pada
tinja, secara klinis terdapat tanda tanda yang menyokong adanya
infeksi enteral, daerah yang endemik kolera (diberikan tetrasiklin),
pada neonatus jika diduga infeksi nosokomial.

b. Pengobatan Simptomatik
1) Obat anti diare: obat yang menghentikan diare seperti
antispasmodik atau opium dapat memperburuk keadaan karena
akan menyebabkan terkumpulnya cairan di lumen usus dan akan
menyebabkan pelipatgandaan bakteri, gangguan digesti dan
absorpsi. Fungsi obat ini berguna untuk menghentikan peristaltik
saja. Walaupun diarenya berhenti tetapi perut akan semakin terasa
kembung dan dehidrasi bertambah berat sehingga akan
membahayakan penderita.
2) Adsorbent: seperti kaolin, pectin, karkhoal, bismuth tidak
bermanfaat.
3) Stimulans: adrenalin, nikotinamide, tidak bermanfaat. Sebab pada
kasus dehidrasi yang mengakibatkan terjadinya syok hipovolemik
lebih baik diberikan terapi cairan.
4) Antiemetik: chlorpromazine dapat mencegah muntah, mengurangi
sekresi dan kehilangan cairan bersama tinja. Pemberian dosis
adekuat adalah sampai dengan 1 mg/kgbb/hari.
5) Antipiretik: salisilat dalam dosis rendah 25 mg/tahun/kali berguna
untuk menurunkan panas yang tinggi sebagai akibat dehidrasi atau
panas karena infeksi penyerta dan mengurangi sekresi cairan yang
keluar bersama tinja (Soewondo, 2002).

39
8. Komplikasi Diare
a. Gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik), disebabkan
oleh:
1) Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja
2) Adanya keadaan kelaparan, sehingga metabolisme lemak tidak
sempurna sehingga terjadi penimbunan benda keton dalam tubuh
3) Penimbunan asam aktat karena adanya anoksia jaringan
4) Produk metabolik bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal (anemia/oliguria)
5) Pemindahan ion Na dari cairan ekstrasel ke intrasel.
b. Hipoglikemik
Keadaan ini terjadi pada anak (2-3%).Namun dapat tidak terjadi pada
anak dengan gizi baik, lebih sering pada anak yang pernah KKP. Hal
ini disebabkan oleh:
1) Cadangan glikogen dalam hati terganggu
2) Gangguan absorbsi glukosa
Gejala bisa muncul apabila kadar gula darah menurun dari normal.

c. Gangguan gizi
Terjadi pada keadaan penurunan berat badan dalam waktu singkat.Hal
ini disebabkan oleh:
1) Makanan di hentikan karena persepsi yang salah (takut diare makin
parah)
2) Tidak mendapat asupan kalori dan protein.
3) Makanan tidak dapat dicerna dengan baik karena adanya
hiperperistaltik.
d. Gangguan sirkulasi
Keadaan diare mengakibatkan terjadinya gangguan sirkulasi berupa
syok hipovolemik dan akibatnya mengakibatkan perfusi jaringan
menurun, akibatnya akan terjadi hipoksia, asidosis tambah berat,
perdarahan otak, penurunan kesadaran dan kematian.

40
BAB VII
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diagnosis Holistik
1. Aspek Personal

Keluhan Utama : Pasien datang dengan keluhan BAB cair

Keluhan tambahan : mual, muntah, demam dan lemas

Reason for encounter

a. Idea: pasien datang ke puskesmas untuk mendapatkan pengobatan


terhadap sakit yang dideritanya
b. Concern: keluhan yang diderita pasien sudah mengganggu aktivitas
pasien
c. Expectacy: Pasien berharap penyakitnya bisa segera disembuhkan
sehingga pasien bisa melakukan kegiatan sehari-hari lagi dengan baik.
d. Anxiety: Pasien khawatir penyakitnya semakin parah dan takut
penyakit yang diderita semakin memburuk dan tidak dapat
disembuhkan.
2. Aspek Klinis
Diagnosis : Diare akut tanpa dehidrasi suspek infeksi bakteri
Diagnosis Differential : diare akut karena infeksi virus, diare akut karena
intoleransi makanan
3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu
a. Pasien memiliki kebiasaan makan tidak teratur
b. Pasien gemar mengkonsumsi makanan pedas
c. Pasien tidak mencuci tangan sebelum makan
d. Pasien dan suami pasien pernah menderita demam tyfoid bergantian
e. Kakak pasien menderita hipertensi

41
4. Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individu
a. Tingkat pendidikan pasien rendah yaitu lulusan SD sehingga
pengetahuan tentang kesehatan, higienitas dan sanitasi lingkungan pun
kurang, sehingga dapat mempengaruhi derajat kesehatan keluarganya
b. Rumah pasien tidak memenuhi kriteria rumah sehat
c. Keluarga pasien termasuk dalam keluarga dengan tingkat ekonomi
menengah kebawah
5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial
Skala fungsional Ny.K adalah skala 3, Mampu melakukan
perawatan diri, tetapi hanya mampu melakukan pekerjaan ringan
B. Saran
1. Aspek Preventif
a) Meminta penjelasan kepada dokter yang menangani pasien tentang
penyakit yang diderita pasien serta pengobatan apa yang sedang
pasien jalani
b) Meminta pasien agar tidak mengkonsumsi makanan pedas dan asam
c) Perhatikan pola makan yaitu harus memnuhi gizi yang mencakup 4
sehat 5 sempurna, dan makan teratur
d) Melakukan pola hidup bersih dan sehat di lingkungan tempat tinggal
pasien terutama mencuci tangan sebelum makan
2. Aspek Promotif
a) Melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang manajemen
penyakit diare akut
b) Melakukan edukasi kepada pasien untuk mengubah pola makan yang
sehat, bersih dan bergizi yaitu mencakup 4 sehat 5 sempurna.
c) Melakukan edukasi kepada pasien dan keluarga untuk menjaga
kebersihan lingkungan dan diri sendiri.
d) Melakukan edukasi kepada pasien untuk selalu meminta penjelasan
kepada dokter tentang penyakit yang diderita serta pengobatan yang
diberikan saat kontrol penyakit di sarana pelayanan kesehatan.

42
e) Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada waktu penting yaitu
sebelum makan, setelah buang air besar, sebelum memegang bayi,
setelah menceboki anak, dan sebelum menyiapkan makanan.
3. Family Focused
a) Edukasi tentang pencegahan penyakit diare pada keluarga.
b) Edukasi keluarga agar selalu memperhatikan kebersihan lingkungan
dan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat.
4. Community Focused
a) Edukasi tentang penyakit diare dan pencegahannya.
b) Edukasi agar warga sekitar rumah turut serta dalam mewujudkan
kebersihan lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat.

43
DAFTAR PUSTAKA

Ciesla WP, Guerrant RL. 2003.Infectious Diarrhea. In: Wilson WR, Drew WL,
Henry NK, et al editors. Current Diagnosis and Treatment in Infectious
Disease. New York: Lange Medical Books. 225 - 68.
Hendarwanto. 1996. Diare akut Karena Infeksi, Dalam: Waspadji S, Rachman
AM, Lesmana LA, dkk, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I.
Edisi ketiga. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbit Bagian Ilmu Penyakit
Dalam FKUI ;1996. 451-57.
Kekalih, Aria. 2008. Diagnostik Holistik pada Pelayanan Kesehatan Primer:
Pendekatan Multi Aspek. FKUI:Jakarta.
Soewondo. 2002.Penatalaksanaan diare akut akibat infeksi (Infectious
Diarrhoea). Dalam : Suharto, Hadi U, Nasronudin, editor. Seri Penyakit
Tropik Infeksi Perkembangan Terkini Dalam Pengelolaan Beberapa
penyakit Tropik Infeksi. Surabaya : Airlangga University Press. 34 40.
Subagyo B., Santoso N B. 2010. Diare Akut dalam Buku Ajar
Gastroenterologi Hepatologi Jilid 1 Edisi 1. Jakarta: Badan Penerbit UKK
Gastroenterologi Hepatologi IDAI
Sudrajat S. 2007. Diare dalam Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta:
Sagung Seto

44
LAMPIRAN

45

Anda mungkin juga menyukai