BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintahan Negara Indonesia tampil aktif untuk ikut campur dalam berbagai
Tugas administrasi negara dalam welfare state ini menurut Lemaire dalam
kesejahteraan tersebut diperlukan berbagai sarana pendukung. Dalam hal ini salah
1
Moh Mahfud MD, 2000, Dasar dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia (Edisi Revisi), Penerbit
RenakaCipta, Jakarta, hlm. 64.
2
Patuan Sinaga, 2004, Hubungan Antara Kekuasaan Dengan Pouvoir Discretionnere Dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan, dalam S.F Marbun dkk., Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum
Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta, hlm. 73.
3
Bachsan Mustafa, 1990, Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
hlm. 40.
4
Bud Ispriyarso, 2004,Hubungan Fungsional Antara Kedaulatan Rakyat dan Kedaulatan Hukum Terhadap
Perkembangan Hukum Administrasi Negara dalam S.F Marbun dkk., Op.Cit, hlm. 19.
2
wasit yang tidak memihak antara pihak-pihak yang berkonflik dalam masyarakat
serta menyediakan suatu sistem yudisial yang menjamin keadilan dasar dalam
Hukum.6
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 D ayat (1) yang berbunyi
hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum. Hal ini juga
administrasi dalam suatu negara terkait dengan falsafah negara yang dianutnya.
5
Sri Pudyatmoko, 2009, Perizinan, Problem dan Upaya Pembenahan, PT. Gramedia Widiarsana Indonesia,
Jakarta, hlm.1.
6
Amrah Muslimin, 1985, Beberapa Asas dan Pengertian Pokok Tentang Administrasi dan Hukum
Administrasi, Alumni, Bandung, hlm.110.
3
Hukum dan masyarakat bagaikan dua sisi mata uang, ubi societas ibi ius
(dimana ada masyarakat di sana ada hukum) keduanya tidak dapat dipisahkan.
Hukum yang tidak dikenal atau tidak sesuai dengan konteks sosialnya serta tidak
ada komunikasi yang efektif tentang tuntutan dan pembaharuannyaa bagi warga
sosial pada masyarakat itu sendiri, sedangkan fungsi hukum bagi kehidupan
1. Fungsi hukum sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat. Hal ini
dimungkinkan karena sifat dan watak hukum yang memberi pedoman dan
petunjuk tentang bagaimana berperilaku di dalam masyarakat sehingga
masing-masing anggota masyarakat telah jelas apa yang harus diperbuat
dan apa yang tidak boleh diperbuat.
2. Fungsi hukum sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir
batin. Hal ni dimungkinkan karen sifat hukumyang mengikat, baik fisik
maupun psikologis.
3. Fungsi hukum sebagai sarana penggerak pembangunan hukum merupakan
alat bagi otoritas untuk membawa masyarakat ke arah yang lebih maju.
4. Fungsi kritis dari hukum. Dewasa ini sedang berkembang suatu pandangan
bahwa hukum mempunyai fungsi kritis, yaitu daya kerja hukum tidak
semata-mata melakukan pengawasan pada aparatur pengawas, pada
aparatur pemerintah (petugas) dan aparatur penegak hukum termasuk di
dalamnya.7
suatu produk hukum telah terbagi dua jenis yaitu yang pertama berupa peraturan
7
Menurut Soejono Dirjo Sisworo dalam Muchsin dan Fadilah Putra, 2002, Hukum dan Kebijakan Publik,
Averroes Press, Malang, hlm. 19-20.
4
bersifat konkret, individul dan final. bersifat konkret artinya objek yang
diputuskan dalam keputusan tata usaha negara tersebut tidak abstrak tetapi
berwujud tertentu atau dapat ditentukan. Bersifat individual artinya keputusan tata
usaha negara itu tidak ditujukan untuk umum, tetapi tertentu, baik alamat maupun
hal yang dituju. Bersifat final artinya sudah definitif, dan karenanya dapat
undangan tersebut diperoleh melalui tiga cara yaitu atribusi, delegasi dan mandat.
delegasi terjadilah pelimpahan suatu wewenang yang telah ada oleh Badan atau
8
Muchsan , 2007, Sistem Pengawasan Terhadap Perbuatan Aparat Pemerintah Dan PTUN, Liberty,
Yogyakarta hlm. 60.
9
Ridwan, H.R., 2003, Hukum Administrasi Negara,UII Press, Yogyakarta, hlm. 72-73.
5
secara atributif kepada Badan atau Jabatan Tata Usaha Negara lainnya. Jadi, suatu
berikut :
tentunya harus memenuhi syarat materiil dan syarat formil yang harus termaktub
1. Syarat Materiil
a. Alat pemerintahan yang membuat keputusan harus mempunyai
kewenangan (berhak).
b. Dalam kehendak alat perlengkapan yang membuat keputusan tidak
boleh ada kekurangan yuridis (geen juridische gebreken in de
wilsvorning)
c. Keputusan harus diberi bentuk (vorm) yang ditetapkan dalam
peraturan yang menjadi dasarnya dan pembuatannya harus juga
memperhatikan prosedur membuat keputusan, bilamana prosedur
itu disebutkan dengan tegas dalam peraturan itu (rechtmatig)
d. Isi dan tujuan keputusan itu harus sesuai dengan isi dan tujuan
yang hendak dicapai.
10
Indroharto, 1993, Usaha Memahami Undang-Undang tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Buku I,
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Hlm. 97
11
Ridwan, H.R. Op.Cit., hlm. 74.
6
2. Syarat Formil
a. Syarat-syarat yang ditentukan berhubung dengan persiapan
dibuatnya keputusan dan berhubung dengan cara dibuatnya
keputusan itu harus dipenuhi;
b. Harus diberi bentuk yang telah ditentukan;
c. Syarat-syarat, berhubung dengan pelaksanaan keputusan itu di
penuhi;
d. Jangka waktu harus ditentukan, antara timbulnya hal-hal yang
menyebabkan dibuatnya dan diumumkannya keputusan itu dan
tidak boleh dilupakan.12
Sebagai salah satu syarat materil, suatu produk hukum tidak boleh
produk hukum itu ketika lahir. Dalam hal pembentukan suatu produk hukum baik
yang berupa keputusan (beschikking) atau pun dalam bentuk peraturan (regelling)
harus berdasarkan ketentuan dan amanah yang diberikan yaitu memenuhi rasa
setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang
ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu
jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan
seseorang mengikat dirinya untuk tunduk pada perintah untuk melakukan suatu
kedudukan PNS yaitu sebagai aparatur negara yang bertugas untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata dalam
Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, negara dan pemerintah. Untuk itu, PNS
kedinasan kepada PNS pada dasarnya merupakan kepercayaan dari atasan yang
berwenang, dengan harapan bahwa tugas itu akan dilaksanakan dengan sebaik-
13
Muchsan, 1988, Pengangkatan Dalam Pangkat Pegawai Negeri Sipil, cetakan kedua, Liberty, Yogyakarta,
hlm. 9.
14
C.S.T. Kansil, 1979, Pokok-Pokok Hukum Kepegawaian Republik Indonesia, Pradnya Paramitha, Jakarta,
hlm. 38.
8
baiknya. Oleh karenanya, setiap PNS wajib melaksanakan tugas kedinasan yang
oleh atasan dengan tugas tertentu, percepatan dan pensiunan pegawai, izin
seharusnya ia dapatkan.
dikhususkan kepada PNS. Salah satu kewenangan absolut dari PTUN adalah
1986 Tentang PTUN dirasa sudah memenuhi syarat untuk menjadikan lembaga
15
Sastro Djatmiko, 1990, Hukum Kepegawaian di Indonesia , Djambatan, Jakarta, hlm. 48-52.
9
Namun, perlu disadari bahwa das sollen seringkali bertentangan dengan das sein,
salah satu contohnya terkait dengan pemberian perlindungan hukum kepada PNS,
Tahun 1986 tentang PTUN yang menerangkan bahwa sengketa Tata Usaha
undangan yang berlaku, hal ini menunjukkan bahwa PTUN punya kewenangan
peraturan disiplin PNS sebagaimana tertuang dalam Pasal 35 ayat (2) UU Nomor
10
dan non-teknis PTUN. Fungsi teknis terdiri dari menerima, memeriksa, memutus,
dan hak dari seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS). Selain itu semakin banyaknya
jumlah pegawai yang ada di Indonesia pada kenyataanya tidak selalu diikuti
dengan kualitas dan kinerja yang baik. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya
PNS yang dijatuhi hukuman disiplin karena dianggap melanggar kewajiban dan
PNS. PNS yang merasa dijatuhi sanksi tidak sesuai dengan pelanggaran disiplin
yang dilakukan, berhak mengajukan upaya hukum ke badan lain yang tersedia.
16
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan Pertimbangan
Kepegawaian.
11
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Sengketa kepegawaian sebagai akibat
dapat diartikan sebagai pengajuan keberatan atas suatu hukuman disiplin yang
pengertian yang perlu ditegaskan dalam PP Nomor 53 Tahun 2010 ini yaitu
yang dapat ditempuh oleh PNS yang tidak puas terhadap hukuman disiplin yang
administratif yang dapat ditempuh oleh PNS yang tidak puas terhadap hukuman
disiplin yang dijatuhkan oleh pejabat yang berwenang menghukum kepada atasan
banding administratif adalah upaya administratif yang dapat ditempuh oleh PNS
yang tidak puas terhadap hukuman disiplin berupa pemberhentian tidak dengan
hormat sebagai PNS yang djatuhkan oleh pejabat yang berwenang menghukum,
satu hal yang dapat ditempuh oleh seorang PNS yang merasa kepentingannya
12
dirugikan atas suatu KTUN. Bentuk upaya administrasi dapat dilakukan hanya
bentuk keduanya. Apabila putusan atau hasil dari upaya administratif yang
gugatan ke PTUN, tapi apabila sudah melalui upaya banding administratif dan
tidak langsung ditangani oleh PTUN, namun terlebih dahulu diselesaikan melalui
proses yang mirip dengan peradilan dan dilakukan oleh tim atau seorang pejabat
di lingkungan pemerintahan.
PTUN sesuai dengan kompetensi absolute dan kompetensi relatif dari PTUN yang
atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara,
pemerintahan yang baik maka KTUN tersebut dapat disengketakan oleh pihak
yang merasa dirugikan. Asas-asas umum pemerintahan yang baik harus menjadi
TUN, sehingga sifatnya tidak tertulis dan senantiasa berkembang. Putusan hakim
akan melakukan gugatan ke PTUN , maka dapat dilakukan dengan dua macam
cara, yaitu gugatan tertulis dan gugatan lisan.17 Gugatan tertulis berisikan tuntutan
dan diajukan pada PTUN dengan tujuan agar keputusan TUN yang disengketakan
dinyatakan batal atau tidak sah secara hukum, dengan atau tanpa ganti rugii
maupun rehabilitasi dari pihak tergugat. Gugatan secara lisan oleh Undang-
yang tidak dapat membuat gugatan secara tertulis. Gugatan lisan tersebut
sampai pada penyelesaian sengketa. Wujud akhirnya berupa putusan hakim yang
memiliki kekuatan hukum yang berupa gugatan diterima atau gugatan ditolak.
Apabila gugatan diterima, maka pihak badan atau Pejabat TUN yang menjadi
17
Darwan Prinst, 1995, Strategi Menangani Perkara Tata Usaha Negara, PT Citra Aditya Bakti, Bandung,
hlm 53.
18
Ibid.
14
sebagai pihak penggugat dalam hal ini tidak dapat meminta pembatalan keputusan
maka pihak penggugat dalam hal ini dapat mengajukan banding ke PTTUN jika
5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN) boleh saja sedikit
memberi nafas dan semangat baru bagi reformasi birokrasi dan manajemen
segala permasalah yang kerap muncul dalam hal birokrasi. Tentu tidak mudah
mendukung undang-undang ini masih dalam proses. Namun ada beberapa hal
hubungan hukum dengan politik tidak dapat dipisahkan. Jika didasari pada das
Undang yang dibuat oleh lembaga legislatif maka hukum itu merupakan produk
kehendak politik yang bersaing baik itu melalui kompromi politik maupun melalui
dominasi kekuatan politik yang terbesar. Namun jika menggunakan das sollen
Undang Nomor 5 Tahun 2014 berimplikasi pada perubahan yang paling mendasar
yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat secara jujur, adil, dan
tidak partisan dan netral, keluar dari pengaruh semua golongan dan partai politik
wawasan global, dan mampu berperan sebagai unsur perekat Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
yaitu dengan pembinaan karir PNS yang dilaksanakan atas dasar perpaduan antara
sistem prestasi kerja dan karir yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja yang
sangat ditekankan, tetapi masalah hak dan kewajiban pegawai sangat kurang
16
lebih kepada kebijakan administrasi publik bukan pada kebijakan hukum publik.19
(3) Badan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), ditetapkan dengan peraturan
pemerintah.
19
Wawancara dengan Prof. Dr. Muchsan, S.H. pada tanggal 5 April 2014 di Universitas Widya Mataram,
Yogyakarta.
20
Muchsin dan Fadilah Putra, op.cit, hlm. 7
17
(2) Upaya administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari
(3) Keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diajukan secara tertulis
berwenang menghukum.
pertimbangan ASN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (4)
dapat ditempuh melalui dua jalur, pertama melalui PTUN untuk sengketa yang
tidak berhubungan dengan disiplin pegawai negeri dan kedua melalui BAPEK
ASN belum ada aturan lebih lanjut). Adanya perbedaan cara penyelesaian
kepegawaian, maka harus dilakukan cara yang paling efektif dalam penyelesaian
sengketa kepegawaian sehingga kepastian hukum dan keadilan bagi pihak yang
B. Perumusan Masalah
PNS ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Deskriptif
2. Tujuan Kreaktif
3. Tujuan Inovatif
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Objektif
bagi PNS.
20
2. Manfaat Subjektif
E. Keaslian Penelitian
pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya, atau harus dinyatakan dengan tegas
Tata Usaha Negara belum pernah dilaksanakan sebelumnya. Sekalipun ada karya
ilmiah yang berkaitan dengan tentang PNS seperti yang diteliti oleh Puguh
2013 dalam tesis pasca sarjana program studi Magister Hukum Kenegaraan
Universitas Gadjah Mada memiliki variabel yang berbeda. Variabel yang diteliti
kendala yang dihadapi dalam pengangkatan PNS dalam jabatan struktural dan
struktural tersebut.
21
Maria S.W., Soemardjono, 2011, Bahan Kuliah Metode Penelitian Hukum, Program Magister Hukum
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hlm. 19.
21
masyarakat melalui Sistem Peradilan Tata Usaha Negara juga diteliti oleh Delta
September 2013 dalam tesis pasca sarjana program studi Magister Hukum
variabel ultra petita dalam Putusan PTUN sebagai upaya perlindungan hukum
putusan hakim PTUN yang mengandung ultra petita dalam mewujudkan keadilan
substantif bagi masyarakat sebagai bentuk dari penegakan hukum yang progresif.
penelitian yaitu PNS dan sistem Peradilan Tata Usaha Negara, namun pada
penelitian yang penulis laksanakan ini memiliki variabel yang berbeda karena
tesis ini memfokuskan diri pada Pemberian perlindungan hukum kepada PNS
melalui sistem PTUN, sehingga menurut hemat penulis tesis yang diangkat
belum pernah dilakukan dan dapat dikatakan asli, jauh dari unsur plagiat yang