Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SALIVARY GLANDS

Pembimbing:
dr. Kamal Basri Siregar SpB(K), Onk

Disusun oleh:

Irwin Lamtota 100100325

DEPARTEMEN ILMU BEDAH


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN
2015

1
1. Anatomi Kelenjar Saliva

Saliva dihasilkan oleh kelenjar saliva yang terdiri atas sepasang kelenjar saliva mayor
serta beberapa kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis,
submandibularis, dan sublingualis.
Kelenjar parotis merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak bilateral di depan telinga
antara ramus mandibularis dan processus mastoideus dengan bagian yang meluas ke muka di
bawah lengkung zigomatik. Kelenjar submandbularis merupakan kelenjar saliva terbesar kedua
yang terletak pada dasar mulut di bawah korpus mandibula. Salurannya bermuara melalui lubang
yang terdapat di samping frenulum lingualis. Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva mayor
terkecil dan terletak paling dalam, pada dasar mulut antara mandibula dan otot genioglossus.
Masing-masing kelenjar sublingualis sebelah kanan dan kiri bersatu untuk membentuk massa
kelenjar di sekitar frenulum lingualis. Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar lingualis,
bukalis, labialis, palatinal, dan glossopalatinal. Kelenjar-kelenjar ini berada di bawah mukosa
dari bibir, lidah, pipi, serta palatum.

.
Gambar 1. Anatomi Kelenjar Saliva

2
2. Embriologi Kelenjar Saliva

Perkembangan Embriologi Kelenjar saliva berkembang dari ectoderm. Asal


perkembangan kelenjar submandibula dan sublingual belum jelas. Namun mereka berkembang
dengan cara yang sama. Tanda pertama suatu kelenjar adalah munculnya epithelial bud dengan
berproliferasi sebagai suatu jalur sel yang padat kedalam ectomesenchyme dibawahnya
Jalur sel ini bercabang banyak dan awalnya tidak bercabang Diujung ranting dari jalur
menunjukkan perkembangan membengkak seperti berry dibeberapa kelenjar dan merupakan
bakal asini sekretori. Jalur sel ini segera bercabang berdekatan dengan ujung-ujung sekretorinya
hasil degenerasi sel-sel sentral sehingga berbntuk suatu sistem duktus
Ectomesenchyme oral mempunyai peranan esensial dalam differensiasi kel. saliva,
sehingga membentuk jaringan ikat sokongan seperti kapsul fibrosa dan septa, yang memisahkan
kelenjar menjadi lobus dan lobulus serta mengangkut duktus, pembuluh darah, limfatikus dan
nervus.
Bud kel. parotid muncul sekitar 5 minggu kehidupan embrio diikuti kel. Submandibula,
kel. sublingual dan kel. saliva minor muncul sekitar 10 minggu. Walaupun asini tidak
berdifferensiasi dengan lengkap sebelum kelahiran, fetus sudah mensekresikan amylase.

Gambar 2. Perkembangan embriologi Kelenjar Saliva

3
3. Histologi Kelenjar Saliva

Kelenjar saliva merupakan kelenjar merokrin yang bentuknya berupa tubuloasiner atau
tubuloaveoler. Bagian dari kelenjar saliva yang menghasilkan sekret disebut asini. Berikut adalah
sel-sel yang menyusun asini kelenjar saliva

a. Asini serous Asini serous tersusun dari sel-sel berbentuk piramid yang mengelilingi
lumen kecil dan berinti bulat. Di basal sel terdapat sitoplasma basofilik dan di apeks terdapat
butir-butir pro-enzim eosinofilik, yang akan disekresikan ke lumen asini menjadi enzim. Hasil
sekresi aini serous berisi enzim ptialin dan bersifat jernih dan encer seperti air.

b. Asini mukous Asini mukous tersusun dari sel-sel berbentuk kuboid sampai kolumner
yang mengelilingi lumen kecil dan memiliki inti pipih atau oval yang terletak di basal.
Sitoplasma asini mukous yang berada di basal sel bersifat basofilik sedangkan daerah inti dan
apeks berisi musin yang bewarna pucat. Hasil sekresi asini mukous berupa musin yang sangat
kental.

c. Asini campuran Asini campuran mempunyai struktur asini serous serta mukous.
Bagian serous yang menempel pada bagian mukous tampak sebagai bangunan berbentuk bulan
sabit. Pada kelenjar saliva juga ditemukan struktur lain yaitu mioepitel. Mioepitel terdapat di
antara membran basalis dan sel asinus. Sel ini berbentuk gepeng, berinti gepeng, memiliki
sitoplasma panjang yang mencapai sel-sel sekretoris, dan memiliki miofibril yang kontraktil di
dalam sitoplama sehingga membantu memeras sel sekretoris mengeluarkan hasil sekresi.

Hasil sekresi kelenjar saliva akan dialirkan ke duktus interkalatus yang tersusun dari sel-
sel berbentuk kuboid dan mengelilingi lumen yang sangat kecil. Beberapa duktus interkalatus
akan bergabung dan melanjut sebagai duktus striatus atau duktus intralobularis yang tersusun
dari sel-sel kuboid tinggi dan mempunyai garis-garis di basal dan tegak lurus dengan membrana
basalis yang berfungsi sebagai transport ion.

Duktus striatus dari masingmasing lobulus akan bermuara pada saluran yang lebih besar
yang disebut duktus ekskretorius atau duktus interlobularis.

4
Gambar 3. Histologi Kelenjar Saliva

4. Mekanisme Sekresi Saliva

Saliva disekresi sekitar 1 sampai 1,5 liter setiap hari tergantung pada tingkat
perangsangan. Kecepatan aliran saliva bervariasi dari 0,1-4,0 ml/menit. Pada kecepatan 0,5
ml/menit sekitar 95% saliva disekresi oleh kelenjar parotis dan kelenjar submandibularis; sisanya
disekresi oleh kelenjar sublingual dan kelenjar saliva minor.

Sekresi saliva yang bersifat spontan dan kontinyu disebabkan oleh stimulasi konstan saraf
parasimpatis dan berfungsi menjaga agar mulut serta tenggorokan tetap basah setiap waktu.

Selain stimulasi sekresi yang bersifat konstan, sekresi saliva dapat ditingkatkan melalui
dua jenis refleks saliva yang berbeda, yaitu:

1) Refleks saliva sederhana, atau tidak terkondisi Refleks saliva sederhana terjadi saat
baroreseptor di dalam rongga mulut merespons adanya makanan. Saat diaktifkan, reseptor-
reseptor tersebut memulai impuls di serabut saraf afferen yang membawa informasi ke pusat
saliva di medula spinalis. Pusat saliva kemudian mengirim impuls melalui saraf otonom
ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi saliva. Gerakan gigi juga mendorong
sekresi saliva walaupun tidak terdapat makanan karena adanya manipulasi terhadap baroreseptor
yang terdapat di mulut.
5
2) Refleks saliva didapat, atau terkondisi. Pada refleks saliva didapat, sekresi saliva
dihasilkan tanpa rangsangan oral. Hanya dengan berpikir, melihat, membaui, atau mendengar
suatu makanan yang lezat dapat memicu pengeluaran saliva melalui refleks ini.

Gambar 4. Kontrol Sekresi Saliva

Pusat saliva di medula mengontrol derajat pengeluaran saliva melalui sarafsaraf otonom.
Baik stimulasi simpatis maupun parasimpatis berfungsi meningkatkan sekresi saliva, tetapi
jumlah, karakteristik, dan mekanisme yang berperan berbeda. Stimulasi parasimpatis berperan
dominan dalam sekresi saliva, menyebabkan pengeluaran saliva encer dalam jumlah besar dan
kaya enzim, sedangkan stimulasi simpatis menghasilkan volume saliva yang jauh lebih sedikit
dengan konsistensi kental dan kaya mucous.

6
5. Faktor yang Mempengaruhi Laju Aliran Saliva

Laju aliran saliva mengalami perubahan karena beberapa faktor berikut:

1. Derajat hidrasi Derajat hidrasi atau cairan tubuh merupakan faktor yang paling penting
karena apabila cairan tubuh berkurang 8% maka kecepatan aliran saliva berkurang hingga
mencapai nol. Sebaliknya hiperhidrasi akan meningkatkan kecepatan aliran saliva. Pada keadaan
dehidrasi, saliva menurun hingga mencapai nol.

2. Posisi tubuh Posisi tubuh dalam keadaan berdiri merupakan posisi dengan kecepatan
aliran saliva tertinggi bila dibandingkan dengan posisi duduk dan berbaring. Pada posisi berdiri,
laju aliran saliva mencapai 100%, pada posisi duduk 69% dan pada posisi berbaring 25%.

3. Paparan cahaya Paparan cahaya mempengaruhi laju aliran saliva. Dalam keadaan
gelap, laju aliran saliva mengalami penurunan sebanyak 30-40%.

4. Irama siang dan malam Laju aliran saliva memperlihatkan irama yang dapat mencapai
puncaknya pada siang hari dan menurun saat malam hari.

5. Obat Penggunaan atropin dan obat kolinergik seperti antidepresan trisiklik,


antipsikotik, benzodiazepin, atropin, -blocker dan antihistamin dapat menurunkan laju aliran
saliva

6. Usia Laju aliran saliva pada usia lebih tua mengalami penurunan, sedangkan pada anak
dan dewasa laju aliran saliva meningkat.

7. Efek psikis Efek psikis seperti berbicara tentang makanan dan melihat makanan dapat
meningkatkan laju aliran saliva. Sebaliknya, berfikir makanan yang tidak disukai dapat
menurunkan sekresi saliva.

8. Jenis Kelamin Laju aliran saliva pada pria lebih tinggi daripada wanita meskipun
keduanya mengalami penurunan setelah radioterapi. Perbedaan ini disebabkan oleh karena
ukuran kelenjar saliva pria lebih besar daripada kelenjar saliva wanita.

7
6. Penyakit pada Kelenjar Saliva

Penyakit padan kelenjar saliva dapat disebabkan oleh berbagai sebagai berikut:

A. Kelainan kelenjar ludah akibat gangguan pertumbuhan dan perkembangan

Agenesis
Hypoplasia
Duktus tambahan B(accessory salivary ducts)
Diverticuli

B. Obstruksi Kelenjar Ludah

Sialolithiasis adalah formasi struktur terkalsifikasi yang berkembang di dalam


kelenjar atau sistem duktus yang berasal dari nidus berupa debris dalam lumen duktus
yang kemudian terdiposisi kalsium. Debris termasuk mucus, bakteri, sel epitel duktus
atau benda asing. Penyebab sialolithisis tidak jelas, tetapi formasi ini dihubungkan
dengan sialadenitis khronis dan obstruksi parsial. Keadaan ini tak ada hubungannya
dengan metabolisme kalsium dan fosfor sistemik.

C. Mukocele

Mucocele merupakan istilah klinis yang dipergunakan untuk pembesaran


(swelling) pada mukosa oral yang disebabkan karena akumulasi saliva pada tempat
duktus kelenjar ludah minor yang mengalami obstruksi atau terkena trauma

D. Peradangan

Mumps
CMV
Bacterial sialadenitis

E. Tumor Kelenjar Saliva

8
7. Tumor Kelenjar saliva

A. Tumor Jinak Kelenjar Liur pada Anak-Anak

Tumor kelenjar jinak yang paling sering pada anak-anak adalah hemangioma kelenjar parotis. Kulit
terletak di bawah massa mempunyai perubahan warna kebiru-biruan, dan kemungkinan terdapat fluktuasi
dalam ukuran dari massa bila anak menangis. Tumor ini akan menunjukkan peningkatan ukuran yang
sedikit demi sedikit selama empat sampai enam bulan pertama kehidupan, tetapi mulai tampak resolusinya
pada usia dua tahun. Yang mirip dengan hemangioma adalah limfangioma, yang juga timbul pada daerah
kelenjar parotis. Adenoma pleomorfik merupakan tumor ketiga terbanyak yang ditemui, dan paling sering
tumor padat, ditemukan pada anak-anak. Tumor jinak lain termasuk neurofibroma dan lipoma. Tumor
kelenjar liur pada anak-anak paling sering mengenai kelenjar parotis, sedang daerah submandibula dan
kelenjar liur minor jarang terjadi.

B. Tumor Jinak Kelenjar Liur pada Dewasa

A. Adenoma Pleomorfik

Tumor campur jinak ini menyebabkan 75 % kelenjar parotis, baik jinak maupun ganas pada
dewasa. Kelainan ini paling sering pada daerah parotis, dimana tampak sebagai pembengkakan tanpa
nyeri yang bertahan untuk waktu lama di daerah depan telinga atau daerah kaudal kelenjar parotis. Tumor
ini tidak menimbulkan rasa nyeri atau kelemahan saraf fasialis. Pada daerah parotis, meskipun
diklasifikasikan sebagai tumor jinak, dalam ukurannya tumor dapat bertambah besar dan menjadi destruktif
setempat. Reseksi bedah total merupakan satu-satunya terapi. Perawatan sebaiknya dilakukan untuk
mencegah cedera pada saraf fasialis dan saraf dilindungi walaupun jika letaknya sudah berdekatan dengan
tumor.

Tumor dapat berkembang pertama kali pada lobus profunda dan meluas ke daerah
retromandibula. Pada keadaan ini saraf fasialis dilindugi secara hati-hati dan di retraksi dengan lembut
sehingga tumor dapat diangkat dari lokasinya yang dalam ke ruang parafaringeal. Kadang-kadang
adenoma pleomorfik lobus profunda tampak di dalam mulut. Hal ini dapat kita sadari dengan adanya

9
deviasi palatum mole dan arkus tonsilaris ke garis tengah oleh massa lateral dari daerah tonsil. Reseksi
sebaiknya dilakukan melalui leher daripada melalui dalam mulut. Ketika mengangkat tumor parotis, seluruh
lobus superficial, atau bagian kelenjar lateral dari saraf fasialis, diangkat sekaligus untuk keperluan biopsy,
dipotong dengan mempertahankan saraf fasialis. Pemeriksaan patologis dari pemotongan beku tidak dapat
memberikan asal tumor yang sebenarnya dan operasi radikal mungkin dibutuhkan jika hasil pemotongan
permanen sudah diperoleh. Pelepasan adenoma pleomorfik pada lobus superficial kelenjar parotis tidak
dianjurkan karena kemungkinan kekambuhan yang tinggi.

Secara histologi, adenoma pleomorfik berasal dari bagian distal saluran liur, termasuk saluran
intercalated dan asini. Campuran dari epitel, mioepitel dan bagian stroma diwakilkan dengan namanya:
tumor campur jinak. Dari ketiga jenis diatas dapat lebih mendominasi dibandingkan jenis lain namun ketiga
jenis tersebut harus ada untuk mengkonfirmasi diagnosis.

Pada saat operasi massa tumor tampak berkapsul, tetapi pemeriksaan patologis menunjukkan
perluasan keluar kapsul. Jika seluruh tumor dengan massa kelenjar parotis yang normal mengelilingi tumor
direseksi, insidens kekabuhannya kurang dari 8 persen. Seadandainya adenoma pleomorfik kambuh,
terdapat kemungkinan cedera yang besar pada paling sedikit satu dari bagian saraf fasialis ketika tumor
direseksi ulang.

Meskipun tumor ini dianggap jinak, terdapat kasus kekambuhan yang berkali-kali dengan
pertumbuhan yang berlebihan di mana tumor meluas dan mengenai daerah kanalis eksterna dan dapat
meluas ke rongga mulut dan ruang parafaringeal. Tumor yang kambuh dapat mengalami degenerasi
maligna, tetapi insidens ini kurang dari 6 persen. Terapi iradiasi terhadap tumor yang kambuh berulang kali
dan tidak dapat direseksi diberikan pengobatan paliatif.

Diagnosis banding untuk adenoma pleomorfik adalah neoplasma maligna: karsinoma kistik
adenoid, adenokarsinoma polimorfik derajat rendah, neoplasma adnexa dalam, dan neoplasma
mesenkimal. Komplikasi yang jarang dari adenoma pleomorfik adalah perubahan ke arah ganas yaitu
karsinoma ex-pelomorfik adenoma (carcinoma ex-pleomorphic adenoma) atau nama lainnya tumor campur
jinak yang bermetastasis (benign metastazing mixed tumors).19

Prognosis adenoma pleomorfik adalah sempurna, dengan angka kesembuhan mencapai 96 %.

10
B. Limfomatosum Adenokistoma Papilar (Tumor Warthin)

Tumor jinak kelenjar liur lain yang relative sering. Tumor ini paling sering terjadi pada pria usia 50-
60 tahun dan ada hubunganya dengan faktor resiko merokok. Tumor ini juga merupakan tumor yang paling
sering terjadi bilateral. Tumor ini dikenali berdasarkan histologinya dengan adanya struktur papil yang
tersusun dari lapisan ganda sel granular eusinofil atau onkosit, perubahan kistik, dan infiltrasi limfostik yang
matang.

Tumor ini berasal dari epitel duktus ektopik. CT-Scan dapat menunjukkan suatu massa dengan
batas jelas pada bagian postero-inferior dari lobus superficial parotis. Jika pemeriksaan radiosialografi
dilakukan maka dapat dilihat peningkatan aktivitas yang berhubungan dengan adanya onkosit dan
peningkatan isi dari mitokondrianya. Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histology

Tumor jinak kelenjar liur lain yaitu:1,19

(1) Adenoma oksifil (sel asidofilik)


(2) Adenoma sel serosa
(3) Onkositoma

Tumor yang paling sering pada ruang parafaringeal adalah adenoma pleomorfik. Kedua yang
tersering adalah karsinoma adenokistik maligna. Kelompok terbesar dari tumor-tumor lain adalah yang
berasal dari neurogenik, seperti schwanoma dan neuroma. Beberapa tumor dari ruangan parafaringeal
sebaiknya ditangani, melalui pendekatan trans-servikal eksternal. Tindakan ini akan memberikan control
yang lebih baik terhadap pembuluh darah utama pada daerah ini. Juga mencegah metastasis tumor, yang
dapat terjadi pada pendekatan melalui transoral. Karena edema pasca operasi yang luas dapat terjadi,
sering dibutuhkan trakeostomi.

11
Tabel 1 Perbedaan Massa-Massa Pada Kelenjar Liur
Kemungkinan Keganasan
Jinak Ganas
Meningkat

1.Parotis 1. Submandibula 1. Kelenjar liur minor

2.Usia Muda 2. Paresis 2. Lebih tua

3.Wanita 3. Keras 3. Pria

4.Fungsi saraf fasialis utuh 4. tumbuh cepat 4. Paralisis

5.Kistik 5. Rasa tidak enak 5. Keras seperti batu

6.Durasinya lama (>2 tahun) 6. Onset cepat (<>

7.Asimptomatik 7. Nyeri

8.Tidak adenopati 8. Adenopati servikal

C. Tumor Ganas Kelenjar Liur pada Anak

A. Karsinoma Mukoepidermoid

Tumor ganas parotis pada anak jarang. Tumor paling sering pada anak adalah karsinoma
mukoepidermoid, biasanya derajatnya rendah. Tumor ini merupakan jenis terbanyak dari keganasan
kelenjar liur yang diakibatkan oleh radiasi. Insidens kejadian paling tinggi didapat pada usia antara dekade
30-40. Hampir 75% pasien mempunyai gejala pembengkakan yang asimtomatis, 13 % dengan rasa sakit,
dan sebagian kecil lainnya dengan paralisis nervus fasialis. Tumor ini berasal dari sel epithelial interlobar
dan intralobar duktus saliva. Tumor ini tidak berkapsul, dan metastasis kelenjar limfe ditemukan sebanyak
30-40 %. Penentuan derajat keganasan berdasarkan patologi klinik terdiri atas derajat rendah,menengah,
dan tinggi.

12
Tumor derajat rendah menyerupai adenoma pleomorfik (berbentuk oval,batas tegas, dan adanya
cairan mukoid). Tumor derajat menengah dan derajat tinggi ditandai dengan adanya proses infiltratif.
Pasien-pasien usia muda biasanya berderajat rendah.

Pada keadaan tertentu,bahkan setelah dilakukan reseksi adekuat, jika terdapat bukti penyakit
metastasis, terapi radiasi pasca-operasi disarankan. Perlu dipertimbangkan secara hati-hati untuk
memberikan radiasi pada anak untuk mendapatkan gambaran komplikasi potensial yang akan datang.
Pada keadaan tertentu seperti jika timbul invasive pada saraf atau pembuluh darah, atau timbulnya
penyakit metastasis perlu dilakukan radiasi.

B. Adenokarsinoma

Merupakan keganasan parotis kedua paling sering pada anak-anak. Tumor ini terdapat pada 4 %
dari seluruh tumor parotis dan 20 % dari tumor saliva minor. Sebagian besar pasien tanapa gejala (80%),
40 % dari tumor ditemukan terfiksasi pada jaringan diatas atau dibawahnya, 30 % pasien berkembang
metastasis ke nodus servikal, 20 % menderita paralisis nervus fasialis, dan 15 % merasa sakit pada
wajahnya.

Tumor ini berasal dari tubulus terminal dan intercalated atau strained sel duktus. Jenis jenis yang lain
adalah jenis keganasan yang tidak berdiferensiasi yang secara keseluruhan mempunyai angka harapan
hidup yang buruk. Kanker sel asini dan karsinoma adenokistik pada awalnya hampir mempunyai
perjalanan penyakit yang jinak, dengan harapan hidup yang lama, hanya menunjukkan kekambuhan
terakhir pada daerah yang pertama kali timbul atau distal dari daerah tersebut atau metastasis paru. Terapi
tetap reseksi adekuat,total, regional.

D. Tumor Ganas Kelenjar Liur pada Dewasa

Dengan bertambahnya usia, kemungkinan bahwa massa dalam kelenjar liur menjadi ganas
bertambah besar, pada umumnya yang sering terjadi pada orang dengan usia 40 tahun adalah 25 % tumor
parotis, 50 % tumor submandibula, dan satu setengah sampai dua pertiga dari seluruh tumor kelenjar liur
minor adalah ganas.

13
Berdasarkan derajat keganasannya, tumor kelenjar liur dapat dibagi menjadi derajat tinggi,
sedang, dan rendah.

A. Tumor Ganas Derajat Tinggi

Yang termasuk derajat tinggi yaitu:

(1) Karsinoma mukoepidermoid

(2) Karsinoma sel skuamosa

(3) Adenokarsinoma yang tidak berdiferensiasi

(4) Karsinoma adenokistik (silindroma)

Karsinoma adenokistik (silindroma) merupakan tumor kelenjar liur spesifik yang termasuk tumor
dengan potensial ganas derajat tinggi. Tumor ini di dapat pada 3 % dari seluruh tumor parotis, 15 % tumor
submandibular, dan 30 % tumor kelenjar liur minor. Sebagian dari pasien merasa asimptomatik, walaupun
sebagian besar tumor terfiksasi pada struktur di atas atau di bawahnya. Keterlibatan tulang terdapat pada
1,5 kasus, 25 % terdapat rasa sakit di wajah, 20 % terdapat keterlibatan nervus fasialis, dan metastasis
limfatik terjadi sebanyak 15 %. Tumor ini ditandai dengan penyebaran perineural awal. Asal tumor ini
dipikirkan dari sel mioepitel. Terdapat 3 pola pertumbuhan yaitu: cribriform, solid, dan tubular. Tumor ini
berbeda dari tumor-tumor sebelumnya karena mempunyai perjalanan penyakit yang panjang ditandai oleh
kekambuhan lokal yang sering, dan kekambuhan dapat terjadi setelah 15 tahun. Penderita dengan
karsinoma adenokistik mempunyai angka harapan hidup tinggi hingga lima tahun, angka harapan hidup
yang secara keseluruhan sepuluh tahun ditemukan kurang dari 20 persen.

Terapi tumor ganas derajat tinggi meliputi reseksi bedah radikal tumor primer, jika perlu struktur
vital yang berdekatan seperti mandibula, maksila, dan bahkan tulang temporalis. Agar eksisi yang
sempurna pada tumor-tumor ganas ini, bagian saraf fasialis yang berdekatan dengan tumor harus dieksisi.
Pencangkokan saraf untuk mengembalikan kontinuitas saraf dapat dipertimbangkan manfaatnya karena
dapat mengembalikan fungsi saraf fasialis tersebut. Jika telah menunjukkan paralisis saraf fasialis, maka
prognosisnya buruk.

14
Tabel 2 Tumor-Tumor Ganas Kelenjar Liur Pada Orang Dewasa

Nama Tumor Ganas keterangan

Karsinoma mukoepidermoid Derajat rendah


Derajat tinggi
Karsinoma adenokistik
Kanker sel asini
Adenokarsinoma Menghasilkan mucus
Tidak berdiferensiasi
Karsinoma yang timbul pada adenoma
pleomorfik
Karsinoma sel clear

B. Tumor Ganas Derajat Sedang dan Rendah

Yang termasuk jenis tumor derajat ini adalah karsinoma mukoepidermoid dan karsinoma sel asini.
Jika tumor-tumor ini terjadi pada daerah kelenjar parotis,dilakukan parotidektomi total dan saraf fasialis
dilindingi jika perlindingan ini tidak membahayakan reseksi total dari keganasan. Invasi langsung pada
saraf akan menghalangi perlindungan bagian saraf tersebut. Potongan beku harus dilakukan untuk
menyingkirkan adanya invasi saraf, dan invasi ini selalu terjadi pada bagian kranial. Jika memungkinkan
dilakukan cangkok saraf pada waktu reseksi bedah.

Pembedahan leher radikal bukan merupakan bagian rutin dari reseksi awal untuk keganasan
parotis tetapi dibutuhkan jika teraba adanya metastasis servikal atau jika terdapat kekambuhan tumor
ganas pada daerah parotis. Pembedahan leher radikal digabung dengan reseksi parotis radikal yang luas.
Jika pada waktu operasi ditemukan bahwa salah satunya berhubungan dengan tumor ganas parotis,
prosedur yang lebih disukai adalah parotidektomi total denga pengangkatan sekitarnya, jaringan lunak
yang berdekatan. Saraf fasialis dilindungi jika tidak membahayakan reseksi tumor. Cangkok saraf fasialis
dilakukan jika mungkin, khususnya jika jaras saraf harus direseksi. Jika mungkin, bagian dari mata
dilindungi, karena ini akan menyebabkan sejumlah masalah yang besar pasca-operasi. Nodus digastrikus
bagian atas dan nodus-nodus di daerah kelenjar parotis diangkat pada waktu prosedur operasi awal. Jika

15
nodus-nodus ini menunjukkan keganasa, dianjurkan pembedahan leher radikal komplit atau pengobatan
radiasi pasca-operasi.

Karsinoma mukoepidermoid derajat tinggi dan karsinoma sel skuamosa merupakan tumor yang
kemungkinan besar dapat menimbulkan metastasis servikal. Terdapat insiden sebesar 40 % adanya
metastasis untuk karsinoma sel skuamosa dan 16 % untuk karsinoma mukoepidermoid derajat tinggi.
Karsinoma adenokistik, adenokarsinoma, dan karsinoma asini dapat bermetastasis langsung ke leher
tetapi kemungkinan besar menyebar oleh karena perluasan langsung. Tumor ini juga kemungkinan besar
menimbulkan metastasis secara hematogen ke paru-paru. Dilakukan reseksi untuk tumor-tumor parotis ini
dan nodus subdigastrikus. Jika pada saat itu ditemukan terdapat metastasis, dapat dilakukan pembedahan
leher total.

Paralisis saraf fasialis merupakan tanda prognosis buruk, hal ini juga merupakan indikasi dari
kemungkinan terbesar adanya metastasis servikal dan merupakan indikasi untuk dilakukan pembedahan
leher radikal.

Untuk terapi pasca-operasi dianjurkan terapi radiasi untuk kebanyakan tumor parotis ganas. Terapi
radiasi tambahan dapat menurunkan angka kekambuhan total. Terapi radiasi bukan merupakan terapi
pengganti untuk reseksi bedah yang adekuat dan tidak menurunkan angka kekambuhan jika batas tumor
positif.

Prognosis untuk dewasa dengan tumor parotis ganas tergantung dari stadium dan ukuran tumor
pada saat ditemukan, ada atau tidaknya paralisis saraf fasialis, dan menunjukkan metastasis servikal.
Patologi spesifik dari tumor penting dalam memastikan harapan hidup dan prosedur operasi yang luas
diperlukan. Keluhan awal dari nyeri dalam beberapa penelitian menunukkan tanda prognosis yang buruk.

16
Tabel 3 Klasifikasi TNM dari Tumor Kelenjar Liur

Tumor Primer (T)

T1 Diameter tumor terbesar 2 cm atau kurang tanpa perluasan lokal yang berarti (*)

T2 Diameter tumor terbesar lebih dari 2 cm tapi tidak lebih dari 4 cm tanpa perluasan
lokal yang berarti

T3 Diameter tumor terbesar lebih dari 4 cm tapi tidak lebih dari 6 cm tanpa perluasan
lokal yang berarti

T4a Diameter tumor terbesar lebih dari 6 cm tanpa perluasan lokal yang berarti

T4b Berbagai ukuran tumor dengan perluasan lokal yang berarti (*)

(*) Perluasan lokal yang berarti dijelaskan sebagai tumor yang melibatkan kulit, jaringan lunak, tulang, atau
saraf lingual atasu fasialis1

17

Anda mungkin juga menyukai