Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan
oleh Clostridium tetani ditandai dengan spasme otot yang periodik dan berat . Tetanus ini

biasanya akut dan menimbulkan paralitik spastik yang disebabkan tetanospasmin. Tetanospamin
merupakan neurotoksin yang diproduksi oleh Clostridium tetani . Tetanus disebut juga dengan

"Seven day Disease ". Dan pada tahun 1890, diketemukan toksin seperti strichnine, kemudian
dikenal dengan tetanospasmin, yang diisolasi dari tanah anaerob yang mengandung bakteri.
lmunisasi dengan mengaktivasi derivat tersebut menghasilkan pencegahan dari tetanus. Spora
Clostridium tetani biasanya masuk kedalam tubuh melalui luka pada kulit oleh karena terpotong ,
tertusuk ataupun luka bakar serta pada infeksi tali pusat (Tetanus Neonatorum ).1
Tetanus disebabkan oleh bakteri gram positif; Cloastridium tetani Bakteri ini berspora,
dijumpai pada tinja binatang terutama kuda, juga bisa pada manusia dan juga pada tanah yang
terkontaminasi dengan tinja binatang tersebut. Spora ini bisa tahan beberapa bulan bahkan
beberapa tahun, jika ia menginfeksi luka seseorang atau bersamaan dengan benda daging atau
bakteri lain, ia akan memasuki tubuh penderita tersebut, lalu mengeluarkan toksin yang bernama
tetanospasmin. Pada negara belum berkembang, tetanus sering dijumpai pada neonatus, bakteri
masuk melalui tali pusat sewaktu persalinan yang tidak baik, tetanus ini dikenal dengan nama
tetanus neonatorum.1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. DEFENISI
Tetanus pada maternal dan neonatal merupakan penyebab kematian paling sering terjadi
akibat persalinan dan penanganan tali pusat tidak bersih.Tetanus ditandai dengan kaku otot yang
nyeri yang disebabkan oleh neurotoxin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani pada luka
anaerob (tertutup). Tetanus neonatorum (TN) adalah tetanus pada bayi usia hari ke 3 dan 28
2

setelah lahir dan Tetanus maternal (TM) adalah tetanus pada kehamilan dan dalam 6 minggu
setelah melahirkan. Bila tetanus terjadi angka kematian sangatlah tinggi, terutama ketika
perawatan kesehatan yang tepat tidak tersedia. Saat ini kematian akibat tetanus pada maternal
dan neonatal dapat dengan mudah dicegah dengan persalinan dan penanganan tali pusat yang
higienis, dan / atau dengan imunisasi ibu dengan vaksin tetanus.2

2.1.2. EPIDEMIOLOGI

Pada tahun 1988, WHO memperkirakan bahwa sebanyak 787,000 bayi baru lahir
meninggal akibat tetatus neonatorum (TN). Sehingga pada akhir tahun 1980-an perkiraan angka
kematian tahunan global TN adalah sekitar 6,7 kematian per 1000 kelahiran hidup, jelas ini
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting.2
Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 1988 dan UNICEF melalui World Summit
for Children pada tahun 1990 mengajak seluruh dunia untuk mengeliminasi Tetanus Neonatorum
pada tahun 2000. Target ini tidak tercapai, karena belum ditemukan strategi operasional yang
efektif, sehingga pada tahun 1999 UNICEF, WHO dan UNFPA kembali mengajak negara
berkembang di dunia untuk mencapai target Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (ETMN)
pada tahun 2005 dengan menggalang dana ETMN dunia.2
WHO memperkirakan pada 2008 (angka estimasi tahun terakhir yang ada), 59.000 bayi
baru lahir meninggal akibat TN, ter-dapat penurunan 92% dari situasi pada akhir 1980-an. Pada
2008 terdapat 46 negara yang masih belum eliminasi TMN di seluruh kabupaten, salah satunya
adalah Indonesia. Sebelum pengenalan upaya eliminasi TN, Indonesia merupakan salah satu
negara dengan kasus tertinggi di Asia. Survei ber-basis komunitas untuk kematian TN dilakukan
pada awal 1980 di Jakarta dan daerah pedesaan di Bali, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara Barat,
Nusa Tenggara Timur, Sumatera dan Sulawesi mengungkapkan angka kematian berkisar 6-23
kematian TN per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan data survei ini dan survei lainnya, jumlah
kematian tahunan TN di Indonesia secara keseluruhan diperkirakan 71.000 selama awal tahun
1980.2

2.1.3. ETIOLOGI
3

Penyakit tetanus pada neonates disebabkan oleh spora clostridium tetani yang masuk
melalui luka tali pusat, karena perawatan dan tindakan yang tidak memenuhi syarat kebersihan,
misalnya pemotongan tali pusat dengan bamboo/gunting yang tidak steril, atau setelah tali pusat
dipotong dibubuhi abu, tanah, minyak, atau daun-daunan.2

2.1.4. KLASIFIKASI

Tetanus Lokal (Lokalited Tetanus)


Pada lokal tetanus dijumpai adanya kontraksi otot yang persisten, pada daerah tempat
dimana luka terjadi (agonis, antagonis, dan fixator). Hal inilah merupakan tanda dari tetanus
lokal. Kontraksi otot tersebut biasanya ringan, bisa bertahan dalam beberapa bulan tanpa
progressif dan biasanya menghilang secara bertahap.1
Lokal tetanus ini bisa berlanjut menjadi generalized tetanus, tetapi dalam bentuk yang ringan dan
jarang menimbulkan kematian. Bisajuga lokal tetanus ini dijumpai sebagai prodromal dari klasik
tetanus atau dijumpai secara terpisah. Hal ini terutama dijumpai sesudah pemberian profilaksis
antitoksin.1
Cephalic Tetanus
Cephalic tetanus adalah bentuk yang jarang dari tetanus. Masa inkubasi berkisar 1 2 hari, yang
berasal dari otitis media kronik (seperti dilaporkan di India ), luka pada daerah muka dan kepala,
termasuk adanya benda asing dalam rongga hidung.1
Generalized Tetanus
4

Bentuk ini yang paling banyak dikenal. Sering menyebabkan komplikasi yang tidak dikenal
beberapa tetanus lokal oleh karena gejala timbul secara diam-diam. Trismus merupakan gejala
utama yang sering dijumpai ( 50 %), yang disebabkan oleh kekakuan otot-otot masseter,
bersamaan dengan kekakuan otot leher yang menyebabkan terjadinya kaku kuduk dan kesulitan
menelan. Gejala lain berupa Risus Sardonicus (Sardonic grin) yakni spasme otot-otot muka,
opistotonus ( kekakuan otot punggung), kejang dinding perut. Spasme dari laring dan otot-otot
pernafasan bisa menimbulkan sumbatan saluran nafas, sianose asfiksia. Bisa terjadi disuria dan
retensi urine,kompressi frak tur dan pendarahan didalam otot. Kenaikan temperatur biasanya
hanya sedikit, tetapi begitupun bisa mencapai 40 C. Bila dijumpai hipertermi ataupun hipotermi,
tekanan darah tidak stabil dan dijumpai takhikardia, penderita biasanya meninggal. Diagnosa
ditegakkan hanya berdasarkan gejala klinis.1
Neotal tetanus
Biasanya disebabkan infeksi C. tetani, yang masuk melalui tali pusat sewaktu proses
pertolongan persalinan. Spora yang masuk disebabkan oleh proses pertolongan persalinan yang
tidak steril, baik oleh penggunaan alat yang telah terkontaminasi spora C.tetani, maupun
penggunaan obat-obatan Wltuk tali pusat yang telah terkontaminasi.
Kebiasaan menggunakan alat pertolongan persalinan dan obat tradisional yang tidak
steril,merupakan faktor yang utama dalam terjadinya neonatal tetanus.
Menurut penelitian E.Hamid.dkk, Bagian Ilmu Kesehatan Anak RS Dr.Pringadi Medan, pada
tahun 1981.

2.1.5. PATOFISIOLOGI
5

Kebanyakan tetanus neonatorum terdapat pada bayi yang lahir dengan dukun, peraji yang
belum mengikuti penataran dari depkes. Dermatol yang dahulu dipakai sebagai obat pusat
sekarang tidak dibenarkan lagi untuk dipakai karena ternyata pada dermatol dapat dihinggapi
spora clostridrum tetani. Masa lokabasi penyakit ini adalah 5-14 hari. Pada umumnya tetanus
neonatorum lebih cepat dan penyakit langsung lebih berat dari pada tetanus pada anak.3

Penyebabnya adalah hasil clostridrum bersifat anaerab, berbentuk spora selama diluar tubuh
manusia dan dapat mengeluarkan tokan yang dapat menghancurkan sel darah merah, merusak
leukasit dan merupakan tetanospasmin, yaitu toksin yang bersifat neurotropik yang dapat
menyebabkan ketegangan dan spasme otot, yang infeksinya biasanya terjadi melalui luka pada
tali pusat. Ini dapat terjadi karena pemotongan tali pusat tidak menggunakan alat-alat steril hanya
memakai pisau atau gunting yang tidak steril. Dapat juga karena perawatan talipusat yang
menggunakan obat tradisional seperti abu dan kapur sirih, daun-daunan dan sebagainya.3
6

2.1.6. KRITERIA DIAGNOSTIK


Riwayat mendapat trauma, pemotongan dan perawatan tali pusat yang tidak steril
Riwayat tidak imunisasi tetanus (tidak lengkap).4
Derajat I
Trismus ringan sampai sedang
Kekakuan umum
Spasme (-)
Disfagia (-)/ringan
Gangguan respirasi (-)
Derajat II
Trismus sedang
Kekakuan jelas
Spasme hanya sebentar
Takipnea
Disfagia ringan
Derajat III
Trismus berat
Otot spastic
Spasme spontan
Takipnea
Disfagia berat
Takikardi
Aktivitas system otonom meningkat
Derajat IV ( derajat III ditambah dengan)
Gangguan outonom berat
Hipertensi berat dan takikardi
Hipotensi dan brakikardi
7

2.1.7. DIAGNOSA BANDING


Abses gigi
Abses parafaring/retrofaring/peritonsiler
Poliomyelitis
Meningitis bakterialis stadium awal
Ensefalitis
Rabies
Epilepsy
Tetani

2.1.8. PENGOBATAN
1. Diberikan cairan intravena (IVFD) dengan larutan glukosa 5% : Nacl fisiologis 4:1 selama
48-72 jam sesuai dengan kebutuhan, sedangkan selanjutnya IVFD hanya untuk memasukkan
obat. Bila sakit penderita sudah lebih dari 24 jam atau sering kejang atau apnea, diberikan larutan
glukosa 10%: Natrium bikarbonat 1,5% 4:1 ( sebaiknya jenis cairan yang dipilih disesuaikan
dengan hasil pemeriksaan analisa gas darah.
2. antibiotic
Penisilin prokain 50.000 IU/kgbb/hari i.m tiap 12 jam atau ampisilin 150mg/kgbb/hari i.v dibagi
dalam 4 dosis.
Untuk tetanus neonatorum : gentamisin 5-7mg/kgbb/hari i.v dibagi dalam 2 dosis
3. Netralisasi toksin
HTIG ( human tetanus immunoglobulin) 3.000-6.000 IU i.m (untuk tetanus neonatorum 500 IU
i.v). Bila tidak tersedia ATS 50.000-100.000 IU, 1/2 i.m dan i.v. ( terlebih dahulu dilakukan
test kulit) sedangkan untuk tetanus neonatorum 10.000 IU i.v.4
4. Anti kejang
Diazepam dosis awal 2,5mg intravena perlaha-lahan selama 2-3 menit. Dosis rumat 8-
10mg/kgbb/hari melalui IVFD (diazepam dimasukkan kedalam cairan intravena dan diganti tiap
6 jam). Bila kejang masih timbul, boleh diberikan diazepam tambahan 2,5mg secara intravena
perlahan-lahan dan dalam 24 jam boleh diberikan tambahan diazepam 5mg/kgbb/hari sehingga
dosis diazepam keseluruhan menjadi 15mg/kgbb/hari. Setelah keadaan membaik, diazepam
diberikan peroral dan diturunkan secara bertahap. Pada Penderita dengan hiperbilirubinemia
8

berat atau makin berat diberikan diazepam peroral dan setelah bilirubinnya turun boleh diberikan
diazepam intravena.5

2.1.9. KOMPLIKASI
Gangguan ventilasi paru
Aspirasi pneumonia
Bronkopneumonia
Atelektasis
Emfisema mediastinal
Pneumotoraks
Sepsis
Fraktura vertebra
Hematoma intramuscular
Tromboemboli
9

BAB III
KESIMPULAN

Penyakit tetanus pada neonates disebabkan oleh spora clostridium tetani yang masuk
melalui luka tali pusat, karena perawatan dan tindakan yang tidak memenuhi syarat kebersihan,
misalnya pemotongan tali pusat dengan bamboo/gunting yang tidak steril, atau setelah tali pusat
dipotong dibubuhi abu, tanah, minyak, atau daun-daunan.
Perjalanan penyakitnya seperti pada tetanus anak, tetapi lebih cepat dan berat. Anamnesis
sangat spesifik yaitu bayi tiba-tiba panas dan tidak mau atau tidak dapat menetek lagi (trismus),
sebelumnya bayi menetek biasa. Gejala yang jelas ialah mulut mencucu seperti mulut ikan
(karpermond), mudah sekali dan sering kejang disertai sianosis, suhu meninggi, kaku kuduk
sampai opistotonus. Perjalanan penyakit biasanya berat dan tidak dibagi dalam 3 stadium seperti
tetanus anak.
10

DAFTAR PUSTAKA
1. Ritarwan,Kiking,. 2004. Bagian Neurologi. Fakultas Kedokteran USU/RSU H. Adam
Malik.
http://library.usu.ac.id/download/fk/penysaraf-kiking2.pdf diakses pada tanggal 20
november 2016.
2. Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal, 2012. Bulletin data jendela dan informasi
kesehatan.
www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/buletin-mnte.pdf
diakses pada tanggal 19 november 2016
3. Hassan, Rusepno,. 1985. Ilmu kesehatan anak. Bagian ilmu kesehatan anak. Fakultas
kedokteran Universitas Indonesia. Edisi ke 2 . Jakarta.
4. Dinas Kesehatan Anak , Provinsi kepulauan Bangka Belitung.
http://dinkes.babelprov.go.id/content/tetanus-neonatarum diakses pada tanggal 19
november 2016.
5. Garna, Herry,. 2005. Pedoman diagnosis dan terapi. Ilmu kesehatan anak. Fakultas
kedokteran padjadjaran. Edisi ke 3. RS Dr Hasan Sadikin Bandung.

Anda mungkin juga menyukai