Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENELITIAN MANDIRI

ANALISIS HUBUNGAN PEKERJAAN, KEGEMUKAN, DAN FAKTOR KETURUNAN


DENGAN KEJADIAN REMATIK DI DESA KOTA BARU WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KOTA BARU KECAMATAN MARTAPURA
KABUPATEN OKU TIMUR

OLEH

NELLY RUSTIATI, SKM, MKes


NIP.196710271988032002

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
TAHUN 2015
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS HUBUNGAN PEKERJAAN, KEGEMUKAN, DAN FAKTOR KETURUNAN


DENGAN KEJADIAN REMATIK DI DESA KOTA BARU WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KOTA BARU KECAMATAN MARTAPURA
KABUPATEN OKU TIMUR

OLEH

NELLY RUSTIATI, SKM, MKes

Telah disetujui oleh


Unit Penelitian dan Pengabdian Mayarakat
Poltekes Kemenkes Palembang
Ketua,

(Yulianto, SKM, M.Kes)


NIP. 196407131987031002

Disahkan Oleh
Direktur Poltekes Kemenkes Palembang,

(drg. Hj. Nur Adiba Hanum, Mkes)


NIP. 196206021989012001
ANALISIS HUBUNGAN PEKERJAAN, KEGEMUKAN, DAN FAKTOR KETURUNAN
DENGAN KEJADIAN REMATIK DI DESA KOTA BARU WILAYAH KERJA
PUSKESMAS KECAMATAN MARTAPURA KABUPATEN OKU TIMUR
TAHUN 2015

Nelly Rustiati, SKM, MKes

ABSTRAK

Latar Belakang : Penyakit Rheumatoid Arthritis di kenal masyarakat awam dengan


sebutan Rematik Tulang. Arthritis di derita oleh hampir 1 milyar orang dari jumlah penduduk
dunia. Walaupun penyebabnya masih belum diketahui, satu hal penting adalah tidak ada orang
dewasa yang kebal dari ancaman rasa sakitnya. Data WHO menunjukkan sekitar 80 persen
penduduk dunia pernah mengalami nyeri pinggang. Hal itu berarti 8 dari 10 orang di dunia
pernah mengalami sakit Rematik yang ditandai dengan nyeri pinggang sebagai gejala awal.
WHO mencatat penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai 81% dari total
populasi. Yang memprihatinkan dari jumlah tersebut hanya 29% yang pergi ke dokter,
sedangkan 52% nya cenderung langsung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang di jual
bebas. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai Negara penduduknya paling tinggi
menderita gangguan sendi jika jika di bandingkan Negara-negara di Asia seperti Hongkong,
Malaysia, Singapura dan Taiwan (Kompas.com, 2011).
Penelitian dari Zeng QY et al 2006 melaporkan prevalensi nyeri Rematik di Indonesia
mencapai 23,6 % 31,3%. Hal ini menunjukkan bahwa rasa nyeri akibat Rematik cukup
mengganggu aktvitas masyarakat, terutama warga perkotaan dengan aktivitas padat seperti
mengendarai kendaraaan ditengah macet, duduk berjam-jam tanpa aktivitas gerak tubuh yang
berarti, kurangnya porsi dan bertambahnya usia (http : Tempo Interaktif, diakses 13 Februari
2011).
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mencari adanya hubungan antara Pekerjaan,
Kegemukan dan Faktor Keturunan Dengan Kajadian Penyakit Rematik di Desa Kota Baru
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Martapura Kabupaten OKU Timur.
Metode : Penelitian ini menggunakan desain studi korelasi dengan pendekatan cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki lansia. Jumlah sampel penelitian
keluarga, dan pengambilan sampel menggunakan tehnik purposive sample. Instrumen yang
digunakan adalah questioner upaya keluarga dalam menjaga kebugaran lansia di rumah.
Hasil : Terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan responden terhadap kejadian
Rematik di desa Kota Baru (p.value 0,05). Terdapat hubungan yang bermakna antara faktor
kegemukan responden terhadap kejadian Rematik di desa Kota Baru (p.value 0,05). Dan
terdapat hubungan yang bermakna antara faktor Keturunan terhadap kejadian Rematik di desa
Kota Baru (p.value 0,006).
Kesimpulan : Pekerjaan, Kegemukan dan Faktor Keturunan Dengan Kajadian Penyakit
Rematik di Desa Kota Baru Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Martapura Kabupaten OKU
Timur.
Hubungan bersifat positif, yang artinya semakin tinggi pengetahuan keluarga, maka semakin
tinggi dalam upaya keluarga dalam menjaga kebugaran lansianya.

Kata kunci : Kejadian Rematik, Pekerjaan, Kegemukan, Keturunan


A. PENDAHULUAN
Penyakit Rheumatoid Arthritis di kenal masyarakat awam dengan sebutan Rematik
Tulang. Penderita Rheumatoid Arthritis di dunia berjumlah sekitar 1 persen, dan terus
meningkat terutama di derita oleh wanita. Pada studi Mayo Clinik menunjukkan terjadi
kenaikan setelah empat dekade, kemudian terjadi penurunan mulai pertengahan 1990-an,
menurut study kasus antara 1995 penderita wanita mencapai 54 dari 100 ribu orang, sedangkan
pada pria rasionya tetap 29 per 100 ribu orang, rata-rata responden berusia 56,5 tahun
(Kompas.com., 2011 ) .
Arthritis di derita oleh hampir 1 milyar orang dari jumlah penduduk dunia. Walaupun
penyebabnya masih belum diketahui, satu hal penting adalah tidak ada orang dewasa yang
kebal dari ancaman rasa sakitnya. Data WHO menunjukkan sekitar 80 persen penduduk dunia
pernah mengalami nyeri pinggang. Hal itu berarti 8 dari 10 orang di dunia pernah mengalami
sakit Rematik yang ditandai dengan nyeri pinggang sebagai gejala awal.
WHO mencatat penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai 81% dari total
populasi. Yang memprihatinkan dari jumlah tersebut hanya 29% yang pergi ke dokter,
sedangkan 52% nya cenderung langsung mengkonsumsi obat-obatan pereda nyeri yang di jual
bebas. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai Negara penduduknya paling tinggi
menderita gangguan sendi jika jika di bandingkan Negara-negara di Asia seperti Hongkong,
Malaysia, Singapura dan Taiwan (Kompas.com, 2011).
Data Devisi penyakit Rheumatologi Dalam RSCM 2008 mencatat sekitar 14 lebih jenis
penyakit tulang dan persendian dari total 844 kasus terkumpul. Kasus yang terkumpul sering
adalah Rematik akibat Osteoarthitis (pengapuran) 28 persen. Diikuti oleh rematik ekstra
artikuler (Rematik jaringan lunak) sebanyak 21 persen (http : Tempo interaktif, diakses 13
Februari 2011).
Penelitian dari Zeng QY et al 2006 melaporkan prevalensi nyeri Rematik di Indonesia
mencapai 23,6 % 31,3%. Hal ini menunjukkan bahwa rasa nyeri akibat Rematik cukup
mengganggu aktvitas masyarakat, terutama warga perkotaan dengan aktivitas padat seperti
mengendarai kendaraaan ditengah macet, duduk berjam-jam tanpa aktivitas gerak tubuh yang
berarti, kurangnya porsi dan bertambahnya usia (http : Tempo Interaktif, diakses 13 Februari
2011).
Berdasarkan data dinas kesehatan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur tahun
2009-2011 dengan sepuluh penyakit terbanyak, Rematik pada tahun 2009 menempati urutan ke
tiga dengan penderita sebanyak 13.618 orang, pada tahun 2010 tetap pada urutan ke tiga
dengan jumlah penderita 10.710 orang, sedangkan pada tahun 2011 masih di urutan ke tiga
dengan jumlah penderita 10.076 orang. (Data Dinas Kesehatan Ogan Komering Ulu Timur ).
Berdasarkan data Puskesmas Kotabaru Kecamatan Martapura Kabupaten Ogan
Komering Ulu Timur angka kejadian Rematik pada tahun 2009 sebanyak 619 orang, pada
tahun 2010 sebanyak 285 orang, dan pada tahun 2011 sebanyak 273 orang. Di desa Kotabaru
Induk Wilayah Puskesmas Kotabaru Kecamatan Martapura Kabupaten Ogan Komering Ulu
Timur tahun 2011 tercatat sebanyak 250 orang yang menderita Rematik (Rekapitulasi data
Puskesmas Kotabaru Martapura)

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pekerjaan, kegemukkan dan faktor keturunan dengan
kejadian Rematik di Desa Kota Baru wilayah kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan
Martapura Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Rematik di Desa Kotabaru
b. Diketahuinya hubungan kegemukan dengan Kejadian Rematik di Desa Kotabaru
c. Diketahuinya hubungan faktor keturunan dengan Kejadian Rematik di Desa
Kotabaru

C. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat dapat lebih aktif dalam menambah wawasan
pengetahuan, dan lebih mandiri dalam upaya menjaga dan meningkatkan kesehatan.
2. Bagi Instansi Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dalam perencanaan
Program kesehatan, terutama motivasi dalam meningkatkan kegiatan promosi kesehatan.

D. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kotabaru wilayah kerja Puskesmas Kotabaru
dengan variabel Independen faktor keturunan dan kegemukan serta variabel dependen kejadian
Rematik dengan alat ukur kuisioner / lembar pertanyaan yang disiapkan.

E. Konsep Penyakit Rematik

Rematik adalah penyakit persendian yang terutama mengenai otot-otot sekelet, tulang,
ligamentum, tendon dan persendian pada laki-laki maupun pada wanita. (Brunner &
Suddarth,2002: 1781)
Penyakit Rematik adalah penyakit yang menyerang sendi dan tulang atau jaringan
penunjang sekitar sendi. Bagian tubuh yang diserang biasanya persendian pada jari, lutut,
pinggul, dan tulang punggung. (Th. Endang Purwoastuti,2009: 3)
Rematik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan kemerahan pada
daerah persendian dan jaringan sekitarnya. (Dra. Adelia S,2011 : 5)

Gejala Penyakit Rematik


Gejala utama Rematik biasa terjadi pada otot dan tulang, termasuk di dalamnya sendi dan
otot sendi. Gangguan nyeri yang terus berlangsung menyebabakan aktivitas sehari-hari
terhambat. Menurut American Rheumatism Association pada tahun 1987, gejala khas Artritis
Reumatooid adalah sebagai berikut :
a. Kekakuan pada pagi hari ( morning stiffnes) pada persendian dan sekitarnya, selama satu
jam sebelum perbaikan.
b. Rasa nyeri dan pembengkakan pada persendian pada sekurang-kurangnya tiga sendi secara
bersamaan.
c. Pembengkakan sekurang-kurangnya pada satu persendian tangan.
d. Pembengkakan pada kedua belah sendi yang sama (simetris).
e. Nodul Rhematoid ( benjolan ) di bawah kulit pada penonjolan tulang.
f. Pada pemeriksaan darah terdapat titer abnormal faktor rematoid kurang dari 5%.
g. Pada pemeriksaan radiologis pada pergelangan tangan yang lurus menunjukan adanya
erosi yang berlokasi pada sendi atau daerah yang berdekatan dengan sendi.
( Th. Endang Purwoastuti,2009: 15-16)
Jenis Penyakit Rematik

Jenis rematik lebih dari seratus, namun ada empat jenis reumatik yang paling sering
dijumpai di masyarakat kita, yaitu Rematik karen pengapuran (Osteoarthritis), Rematik yang
disebabkan oleh peradangan di antaranya karena asam urat (Gout arthritis), karena autoimun
(Sistemik Lupus Erimatosus) dan tidak diketahui penyebabnya (Rhematoid arthritis).
1. Reumatik jenis Pengapuran atau pengeroposan (Osteoarthritis)
Osteoathritis adalah kekakuan pada daerah sendi yang banyak terjadi pada kaum lanjut
usia. Osteoathiritis merupakan peradangan pada sendi yang disebabkan karena rapuhnya atau
pengeroposan kapsul sendi, sehingga merusak lapisan tulang rawan yang menutup permukaan
ujung-ujung tulang.
Osteoarthiritis bisa menyerang sendi-sendi tubuh, seperti lutut, pinggul dan tulang
belakang. Gejala Osteoarthiritis berupa nyeri dan kaku pada sendi, terutama pada waktu akan
berdiri dan berjalan setelah lama duduk, apabila lutut dan pinggul yang terserang. Penyebab
Osteoarthiritis karena degenerasi atau ausnya kartilago (jaringan elastis) yang seharusnya
melingkari ujung-ujung tulang pada persendian.
2. Reumatik jenis Peradangan
Rematik jenis peradangan yang sering terjadi di Indonesia ada 3 di antaranya :
a. Gout arthiritis
Adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi kristal asam urat pada
jaringan sekitar sendi (tofi). (Minsadiarly,2007: 37)
Gout arthiritis adalah rematik yang disebabkan oleh asam urat. Rematik karena asam
urat ini banyak dijumpai pada pria berusia 30-an dan 40-an tahun. (Dra.Adellia
S,2011: 14)
b. Sistemik Lupus Erimatosus (SLE)
Sistemik Lupus Erimatosus merupakan gangguan autoimun (kekebalan) juga termasuk
jenis Rematik yang disebabkan oleh peradangan. (Th. Endang Purwoastuti,2009: 22).
Pada Rematik jenis ini sistem kekebalan tubuh menyerang persendian dari tubuh
penderita, sehingga disebut sebagai autoimun
c. Rheumatoid Arthiritis (RA)
Peradangan pada Rheumatoid Arthiritis bersifat kronis , sistemik dan progresif dan
terjadi pada jaringan synovial yang terdapat di dalam persendeian. Jaringan ini
berfungsi untuk menghasilkan cairan pelumas sendi. (Dra.Adellia S,2011: 15)

F. Faktor faktor Resiko Rematik

1. Infeksi
Rematik pada persendian dapat disebabkan karena adanya infeksi virus atau bakteri. Hal
ini dapat mengakibatkan rasa sakit yang mendadak. Tanda-tanda berupa demam , nyeri
pada persendian tulang dan otot, disertai dengan peradangan.
3. Jenis kelamin
Gabriel (2008) ketua penelitian dari Mayo Clinic As, menjelaskan dibandingan dengan
masa lalu, rata-rata 36 wanita diantaranya seratus ribu pasien menderita rematik setiap
tahunnya dan sekarang melompat menjadi 54 wanita diantara seratus ribu pasien,
sedangkan pada laki-laki hanya 29 orang perseratus ribu. Sedangkan Leon (2000)
menyatakan sejak ekonomi Asia mengalami peningkatan, penyakit ini mulai sering
ditemukan pada usia muda, banyak ditemui wanita mengalami penyakit sendi.
4. Pekerjaan
Sikap badan yang salah dalam melakukan pekerjaan sehari-hari memudahkan timbulnya
rematik nonartikuler. Mengangkat beban berat dari lantai dengan badan membungkuk
dapat mengakibatkan sakit pinggang. Pada pemain tenis, karena seringnya melakukan
pukulan back hand yang keras atau cidera lain dapat menimbulkan rasa nyeri dan
peradangan pada jaringan otot siku yang disebut dengan teniss elbow. Penelitian Cooper
(2006) bahwa aktifitas fisik yang berulang-ulang/beberapa jenis pekerjaan tertentu akan
menimbulkan proses Osteoarthritis pada lutut.
Mereka yang bekerja dikantor mengetik, menerima telefon dengan menjepit disisi kepala
sambil menulis, duduk sepanjang hari dengan posisi yang sama atau hampir tidak beranjak
dari kursi mempunyai risiko yang tinggi untuk menderita Muscle Strain atau tegang otot
atau salah urat yang bila terjadi berkali-kali dapat menjadi pencetus timbulnya Arthritis,
namun ini adalah faktor yang bisa kita ubah menjadi lingkungan ramah dalam menghindari
Arthritis (http://wrm-Indonesia.org, diakses 13 Februari 2011).
5. Lingkungan
Kondisi lingkungan yang tidak sehat dapat mempegaruhi Rematik, pencemaran
lingkungan yang mengandung zat aditif atau bahan kimia dalam makanan yang dapat
masuk kedalam tubuh sebagai racun dalam darah. Jika darah dibebani oleh sisa buangan
atau racun maka kandugan O2 dan unsur nutrisi menjadi kecil akibatnya, perbaikan
jaringan tidak efisien. Racun dalam darah tersebut dapat memburuk kerusakan jaringan
tubuh dan munculnya gejala Arhritis.(Hembing Wijayakusuma, 2006: 5)
Seorang tokoh di Dunia kedokteran, Hippocrates (460-377 SM) adalah tokoh yang
pertama berpendapat bahwa penyakit itu ada hubunganya dengan fenomena alam dan
lingkunganya. Dilihat dari segi ilmu kesehatan lingkungan, penyakit ini terjadi karena
adanya interaksi antara manusia dengan ligkungan hidupnya.
6. Makanan
Menurut ahli gizi Hera Nurlita, salah satu pencetus utama tingginya asam urat adalah pola
makan yang tidak tepat. Penyebabnya adalah metabolisme abnormal purin, purin sebagai
salah satu bagian dari protein. Kandungan purin banyak terdapat dalam sumber-sumber
protein seperti daging dan jeroan sehingga pola makan yang tidak seimbang dengan
jumlah protein yang sangat tinggi dan dalam kurun waktu yang panjang bisa mencetus
terbentuknya penumpukan asam urat.
Menurut Hera, ada beberapa pola diet yang bisa dilakukan berdasarkan tingkat keparahan
penyakit. Pertama, manajemen nutrisi satu, diberikan sampai dengan kadar asam urat
darah dan berat badan normal. Dimana Rendah Purin I adalah 1.500 kkal dan Rendah
Purin II adalah 1.700 kkal. Diet Protein 10-15% kebutuhan energi. Untuk kelompok ini
hindari bahan makanan kandungan purin diatas 150mg/100 gr dan lemak 10-12 total
energi.
Makanan yang perlu dipantang untuk penderita Asam Urat adalah :
1. Sayuran : daun bayam, kangkung, daun singkong, daun jambu mente, asparagus, buncis
dan kembang kol.
2. Buah-buahan : durian, alpukat, nanas, air kelapa.
3. Makanan/lauk pauk : jeroan seperti hati, ginjal, limpa, babat, usus, paru dan otak.
Makan laut (udana, kerang, cumi, kepiting), makanan kaleng (kornet, sarden, dan
ekstrak daging, telur, kaldu atau kuah daging yang kental)
4. Kacang-kacangan dan emping melinjo : kacang tanah. Kacang hijau, kacang kedelai,
tempe, toucho, tauge, oncom, susu kedelai.
5. Minuman dan makanan beralkohol : bir, wiski, anggur, tape, tuak.
6. Menghisap rokok juga dapat meningkatkan resiko perkembangan RA.
(http:// books.google.co.id, diakses 13 Februari 2011).
7. Obesitas
Berat badan yang berlebih akan memberi beban pada jaringan tulang rawan di sendi lutut.
Ia menganalogikan ban truk yang sering dipakai mengangkut beban berat lebih mudah aus
daripada ban yang jarang mengangkut beban.
(Sumber: http://www.suarakarya.com)
8. Faktor Keturunan
Faktor keturunan hanya berpengaruh pada beberapa jenis rematik tertentu, tidak pada
semua jenis rematik, misalnya pada ankylosing spondylitis. Jenis rematik artikuler ini
menyerang tulang belakang yang disebabakan oleh gen HLA-B27 yang terdapat dalam
tubuh penderita. Faktor keturunan juga berpengaruh pada nodus hebreden, yaitu salah satu
bentuk kelainan dari osteoartritis.(Hembing Wijayakusuma, 2006: 5)

Penatalaksanaan
a. Terapi panas dan dingin, yaitu : mandi air hagat, berendam, mandi uap panas atau
kompres dengan es.
b. Laser untuk mengurangi nyeri.
c. Pemberian alat bantu/ortose yang berguna untuk mencegah deformitas, terutama sendi
penopang berat badan.
d. Latihan fisik, sangat membantu untuk menghindari rematik kambuh dengan beberapa
pola gerak dan ketentuan : latihan lingkup gerak sendi, latihan aerobic jalan di alam
terbuka sepeda statis/dinamis, sebelum melakukan latihan fisik bila perlu minum obat.
(http://Tanbiyah.blog.friendster.com,13 februari 2011)

Pengobatan
Obat anlgesik (penghilang rasa nyeri), yang bisa menekan prostaglandin penyebab
timbulnya peradangan, Atau golongan obat lain yaitu kortikosteroid untuk mengatasi
inflamasi dan menekan sistem kekebalan tubuh sehingga reaksi radang pada rematik
berkurang.
Obat tradisional pada penderita rematik :
a. Obat dalam
Bawang putih 5 dimemarkan, + 1 genggam daun kumis kucing, direbus, dari 1
menjadi gelas di minum tiap sebelum tidur.
b. Obat gosok
2 ruas jahe diparut, + 2 sendok makan minyak tanah, dioles.
c. Parem
5 siung bawang merah, + 2 ruas jahe yang ditumbuk, + cangkir tepung terigu, + air,
dibutuhkan.
(http:// Tanbiyah.blog.friendster.com13 februari 2011).

Konsep Pekerjaan

Sikap badan yang salah dalam melakukan pekerjaan sehari-hari memudahkan timbulnya
rematik nonartikuler. Mengangkat beban berat dari lantai dengan badan membungkuk dapat
mengakibatkan sakit pinggang. Pada pemain tenis, karena seringnya melakukan pukulan back
hand yang keras atau cidera lain dapat menimbulkan rasa nyeri dan peradangan pada jaringan
otot siku yang disebut dengan teniss elbow. (Hermanto, 2005)
Penelitian Cooper C memperlihatkan bahwa aktifitas fisik yang berulang-ulang/beberapa
jenis pekerjaan tertentu akan menimbulkan proses Osteoarthritis pada lutut.
Mereka yang bekerja dikantor mengetik, menerima telefon dengan menjepit disisi
kepala sambil menulis, duduk sepanjang hari dengan posisi yang sama atau hampir tidak
beranjak dari kursi mempunyai risiko yang tinggi untuk menderita Muscle Strain atau tegang
otot atau salah urat yang bila terjadi berkali-kali dapat menjadi pencetus timbulnya Arthritis,
namun ini adalah faktor yang bisa kita ubah menjadi lingkungan ramah dalam menghindari
Arthritis (http : // wrm-Indonesia.org, diakses 10 Maret 2011)

Konsep Obesitas
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh
yang berlebihan. (Sutanto, 2010: 92)
Berat badan berlebih dan obesitas dapat didefinisikan sebagai akumulasi lemak
tubuh sevara berlebihan. Pada pria, kandungan lemak tubuh yang sehat berjumlah 15% dari
keseluruhan berat badan; sedangkan pada wanita berjumlah 25%, perbedaan kadar ini
mencerminkan perbedaan hormonal dan kebutuhan antar jenis kelamin (Mary E. Barasi, 2007:
102)
Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
b. Obesitas sedang : kelebihan berat badan 40-100%
c. Obesitas berat : kelebihan berat badan >100%

Cara pengukuran dengan rumus Indeks Masa Tubuh (IMT) :


IMT = Berat Badan (Kg) )2
(Tinggi Badan(cm/100)

Tabel 2.1
Katagori Berat Tubuh
Indeks Masa Tubuh Katagori
< 18,5 Berat badan kurang
18,5 24,9 Berat badan normal
25 29,9 Berat badan lebih
30 34,9 Obesitas I
35 39.9 Obesitas II
>39,9 Sangan Obesitas

1. Penyebab Kegemukan / Obesitas

Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat konsumsi kalori lebih banyak dari yang
diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidak seimbangan antara asupan dan pembakaran
kalori tersebut masih belum jelas, namun Obesitas terjadi karena beberapa faktor berikut :
a. Faktor Genetik
Obesitas cenderung diturunkan atau di wariskan secara genetik. Meski demikian, anggota
keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan atau gaya hidup yang
berpotensi mendorong terjadinya obesitas.
b. Faktor Lingkungan
Gen merupakan faktor yang penting, tetapi lingkungan juga banyak berperan dalam berbagai
kasus obesitas, yang dimaksud dengan lingkungan adalah termasuk perilaku atau gaya hidup.
c. Faktor Psikis
Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak
orang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan cara makan.
d. Faktor Kesehatan
Beberapa penyakit bisa menyebabakan obesitas, antara lain hipotiroidisme, sindron cushing,
dan beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.
e. Obat-obatan
Obat-obatan tertentu seperti steroid dan beberapa antidepresi bisa menyebabkan penambahan
berat badan. (Sutanto, 2010: 94-95)

Konsep Keturunan
Penyakit rematik sangat banyak jenisnya. Di antara berbagai jenis Rematik, ada yang erat
kaitannya dengan faktor genetik. Kelompok penyakit yang ditimbulkan oleh faktor genetik ini
berhubungan dengan faktor imunogenetik yang disebut human leukocyte antigens (HLA).
HLA merupakan faktor genetik yang ada di dalam sel darah putih. Pada Rematik genetik,
terdapat HLA-B27. Jika seseorang memiliki HLA-B27 dalam sel darah putihnya, maka ia
memiliki kecenderungan untuk terserang rematik genetik, termasuk varian-variannya. Namun,
kecenderungannya orang dengan HLA-B27 lebih banyak yang terkena Rematik genetik.
Penyakit ini terdapat dalam darah, jadi dapat diturunkan orang tua pada anaknya. Jika darah
orang tua mengandung HLA B27 maka bisa jadi si anakpun akan terserang.

HLA-B27 juga memiliki kelaziman yang berbeda pada tiap-tiap ras. Contohnya, bangsa
Afrika, yang kelaziman HLA-B27-nya 0. Pada ras kulit putih seperti Kanada dan Amerika,
kelaziman HLA-B27-nya 40-50 persen, dan pada ras Cina, kelazimannya 2-9 persen. Jadi
kelazimannya memang cenderung menyerang ras kulit putih (Kaukasia). Itulah sebabnya, di
Indonesia yang terkena penyakit ini kebanyakan keturunan kulit putih atau mereka yang
berdarah campuran. Meski tak ada data pasti, di Indonesia penyakit ini juga banyak menyerang
keturunan Cina. (Sumber: Tabloid nova,2011)

F. Kerangka Teori
Menurut teori Hendrik L. Blum kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor, yitu : layanan
kesehatan, herediter, lingkungan dan perilaku. (Notoatmojo, 2007)

KETURUNAN

PELAYANAN STATUS
KESEHATAN LINGKUNGAN
KESEHATAN

PERILAKU :
- Pekerjaan
- Kegemukkan
G. Kerangka Konsep
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan teoritis yang dikemukakan sebelumnya menurut
teori H.L. Blum, kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu: lingkungan, keturunan, perilaku,
dan pelayanan kesehatan.

Perilaku : Pekerjaan

Perilaku : Kegemukan Kejadian Penyakit Rematik

Keturunan

Variabel independen Variabel dependen

H. Definisi Operasional

1. Variable Dependen :
Kejadian penyakit rematik
Definisi Operasional :
Keadaan yang terjadi di sekitar sendi responden yang di tandai dengan rasa sakit, sendi menjadi
kaku bengkak dan kelemahan pada sendi
Cara Ukur : Wawancara
Alat ukur : Lembar pertanyaan
Hasil ukur : Ya. Jika respondan menderita rematik (2)
Tidak. Jika responden tidak menderita rematik (1)
Skala Ukur : Nominal

2. Variable Independen

a. Pekerjaan
Definisi Operasional :
Kegiatan sehari hari yang dilakukan oleh responden di luar rumah
Cara Ukur : Wawancara
Alat ukur : Lembar pertanyaan
Hasil ukur : Beresiko, bila responden menjawab pertanyaan YA Mean (2)
Tidak Beresiko, bila responden menjawab pertanyaan YA <Mean (1)
Skala Ukur : Nominal

b. Kegemukan
Definisi Operasional :
Kelebihan berat badan akibat penumpukan lemak tubuh yang berlebihan yang di alami responden
Cara Ukur : Observasi
Alat ukur : Lembar pertanyaan
Hasil ukur : Obesitas, bila responden memiliki berat badan lebih dari normal.(2)
Tidak, bila berat badan responden dalm batas normal (1)
Skala Ukur : Nominal
c. Keturunan
Definisi Operasional :
Suatu Keadaan yang didapat / diturunkan dari orang tua responden
Cara Ukur : Wawancara
Alat ukur : Lembar pertanyaan
Hasil ukur : Ada Keturunan, jikaada riwayat keluarga yang menderita rematik (2)
Tidak Ada Keturunan, jika tidak ada riwayat keluarga yang menderita
rematik (1)
Skala Ukur : Nominal

I. Hipotesis
1. Ada Hubungan antara Pekerjaan Dengan Kejadian Penyakit Rematik
2. Ada Hubungan antaraKegemukkan Dengan Kejadian Penyakit Rematik
3. Ada Hubungan antara Keturunan Dengan Kejadian Penyakit Rematik

J. Metode Penelitian
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuntitatif dengan desain adalah rancangan cros
sectional. Tujuannya adalah untuk melihat dinamika hubungan antara pekerjaan, faktor
keturunan dan kegemukan sebagai variabel independent dan kejadian penyakit Rematik
sebagai variable dependent.

Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang berada di desa Kotabaru
Induk di wilayah kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan Martapura Kabupaten Ogan
Komering Ulu Timur, dengan jumlah 621 orang.
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah sebagian masyarakat desa Kotabaru Induk diwilayah kerja
Puskesmas Kotabaru Kecamatan Martapura Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur yang
diolah dengan cara pengambilan sampel secara acak (Sample Random Sampling).
Dengan rumus Iwan Ariawan 1998 :

Z2.1-/2.P (1-P).N
N =
d2.(N-1) + Z2.1-/2.p(1-p)

Keterangan :
N : Jumlah seluruh populasi yaitu 621 orang
Z.1-/2 : Derajat kepercayaan diri seluruh populasi yaitu 95 % (1,96).
P : Proporsi pada populasi 0,5.
d : Simpangan dari proporsi populasi yaitu presis digunakan 0,1
n : Sampel yang akan diteliti

n= Z2.1-/2.P (1-P).N

d2.(N-1) + Z2.1-/2.p(1-p)

= (1,96) . 0,5 (1-0,5).621

(0,1)2 (621 -1) + 1,962. 0,5 (1-0,5)

= 83,292609
Jadi sampel penelitian masyarakat yang ada di desa Kotabaru di Wilayah kerja
Puskesmas Martapura adalah 84 orang.

Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Desa Kotabaru wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Martapura Kabubaten Ogan Komering Ulu Timur Tahun 2015.
Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan April tahun 2015.

Etika Penelitian

1. Informed Concent
Persetujuan pihak Puskesmas Kotabaru untuk melakukan penelitian dan setiap responden
yang ikut dalam penelitian ini diberi lembar persetujuan agar responden dapat mengetahui
maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selama proses penelitian ini
berlangsung. Jika responden bersedia ikut dalam penelitian ini maka harus menandatangani
lembar persetujuan dan jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak memaksa dan
menghormati haknya.
2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama
responden pada lembar pengumpulan data (lembar pertanyaan) yang diisi oleh responden.
Lembar tersebut hanya diberi nomor atau kode tertentu.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti dan hanya
kelompok data tertentu dan sesuai dengan kebutuhan peneliti yang akan dilaporkan saat
penelitian ini berlangsung. Jika responden bersedia ikut dalam penelitian ini maka harus
menandatangani lembar persetujuan dan jika reponden menolak untuk diteliti maka peneliti
tidak memaksa dan tetap menghormati haknya.

Teknik pengumpulan data


a. Data Primer
Data yang diperoleh melalui pengisian lembar pertanyaan yang telah disiapkan, peneliti
membantu mengarahkan responden dalam melakukan pengisian kuisioner tanpa mempengaruhi
jawaban responden.
b. Data Sekunder
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten OKU Timur dan Puskesmas
Kotabaru.

Instrumen Penelitian dalam penelitian ini menggunakan lembar pertanyaan (kuesioner).

Teknik Pengolahan Data

1. Editing (pengeditan)
Meneliti kembali isian formulir atau kuesioner apakah sudah lengkap, jelas, relevan dan
kosisten. Editing dapat dilakukan di tempat pengumpulan data sehingga jika terjadi kesalahan
maka upaya perbaikan dapat segera dilaksanakan.
2. Coding ( Pengkodean)
Memberi kode atau menandai jawaban-jawaban respoden atas pertanyaan yang ada pada
kuesioner.
3. Processing (Pemasukan data)
Memasukan data ke dalam perangkat komputer sesuai dengan kriteria.
4. Cleaning (Pembersihan Data)
Data yang telah yang telah dimasukkan ke dalam perangkat komputer diperiksa kembali
untuk mengoreksi kemungkinan kesalahan yang terjadi. (Hastono, 2001)

Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisa Univariat yaitu analisa yang berguna mengetahui distribusi frekuensi masing-
masing variable.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dinyatakan untuk melihat ada hubungan antara variabel independent yaitu
faktor Keturunan dan Obesitas dengan variabel dependent kejadian penyakit Rematik
menggunakan uji statistic chi-square dengan batasan kemaknaan ( 0,05) artinya diperoleh dari
p.value ada hubungan yang bermakna antara variable independent dengan variable
dependent, bila p.value > berarti tidak ada hubungan yang bermakna, dengan tingkat
kepercayaan 95%.

K. HASIL PENELITIAN

1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Puskesmas Kota Baru merupakan salah satu Pusat Kesehatan Masyarakat di


Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur. Puskesmas Kota Baru didirikan pada tahun 1992 dan
diresmikan menjadi puskesmas rawat jalan pada tahun 1993. Pada tahun 1993 Puskesmas Kota
Baru di pimpin oleh Dr. Destri Ariani, pada tahun 1996 digantikan oleh Dr. Ida Trikandiani,
setelah itu pada tahun 1999 dipimpin oleh Dr. Ratna Maladewi Anggraini, pada tahun 2000
dipimpin oleh Dr. Firda Arianti, sedangkan pada tahun 2006 sampai sekarang Puskesmas Kota
Baru dipimpin oleh Dr. Eka Meiliastini, MM.Kes.

2. Visi dan Misi Puskesmas

Visi : Tercapainya Puskesmas Kota Baru sebagai pusat pelayanan prima, aman dan
bermartabat.
Misi :
1) Meningkatkan kemitraan dengan semua pihak.
2) Meningkatkan profesionalisme provider dan pemberdayaan masyarakat.
3) Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan yang bermutu.
4) Menetapkan standar pelayanan kesehatan.

3. Letak Geografis
Wilayah Puskesmas Kota Baru berada dibawah wilayah kerja dinas kesehatan
Kabupaten OKU Timur yang terletaknya sangat strategis dan mudah dijangkau oleh
masyarakat, dengan luas wilayah 415 KM2 dan berbatasan dengan:
Sebelah utara : Desa Tanjung Kemala
Sebelah selatan : Kecamatan Waytuba Lampung
Sebelah timur : Desa Perjaya
Sebelah barat : Desa Peracak
Wilayah kerja Puskesmas Kota Baru meliputi satu kecamatan yang terdiri dari 4 desa
yaitu: Desa Kota Baru Induk, Desa Kota Baru Barat, Desa Kota Baru Selatan dan Desa
Sukomulyo.

Tabel 5.1
Data demografi luas wilayah kerja Puskesmas Kota Baru Tahun 2015
Desa Luas Wilayah (KM2)
Kota Baru Induk 40
Kota Baru Barat 140
Kota Baru Selatan 175
Sukomulyo 60
Jumlah 415

4. Penduduk
Jumlah penduduk yang ada di wilyah kerja Puskesmas Kota Baru dapat dilihat dari tabel
berikut ini:
Tabel 5.2
Data demografi penduduk wilayah kerja Puskesmas Kota Baru tahun 2015
Desa Jumlah Penduduk
Kota Baru Induk 4.536 Jiwa
Kota Baru Barat 2.941 Jiwa
Kota Baru Selatan 2.062 Jiwa
Sukomulyo 1.467 Jiwa
Jumlah 11.006 Jiwa

5. Jenis Pelayanan
Jenis pelayanan di Puskesmas Kota Baru terdiri dari : unit rawat jalan (balai pengobatan),
poli gigi, poli MTBS, poli KIA-KB, gizi, imunisasi, laboratorium, dan apotek.

6. Sarana Kesehatan di Puskesmas Kota Baru terdiri:


Puskesmas : 1 buah
Poskesdes : 4 buah
Posyandu : 6 buah
Kader posyandu : 30 orang

7. Ketenagaan
Tabel 5.3
Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kota Baru Tahun 2011

No Jenis tenaga Puskesmas jumlah


PNS PTT Honorer
1 Dokter umum 1 - - 1
2 Dokter gigi - - - -
3 SKM 2 - 1 3
4 AKPER 13 - 13 26
5 AKBID 6 4 2 12
6 AKL 3 - - 3
7 DIII GIGI 1 - - 1
8 SMAK 1 - - 1
9 DI BIDAN 2 - - 1
10 SPK 4 - - 4
11 SPRG 2 - - 2
12 SPAG 1 - - 1
13 SMF 1 - - 1
14 SPPH 1 - - 1
15 SMA 1 - - 1
16 DIII Farmasi 1 - 1 2
17 SI Kep - - 2 1
18 DIII. Gizi 1 - 1 2
19 PPB 1 - - 1

Jumlah 39 4 22 65

2. Gambaran Umum Desa Kota Baru Induk


Desa Kota Baru Induk memiliki luas wilayah 40 KM2. Desa ini terdiri dari 3
kampung yaitu I, II, III Secara Umum Desa Kota Baru Induk berbatasan dengan :
1. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa Suko Mulyo
2. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa Kota Baru Barat
3. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Sungai Komering dan Ds. Tj. Kemala
4. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kota Baru Selatan

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Jumlah Penduduk Berdasarkan jenis kelamin di Desa Kota Baru
Induk Kecamatan Martapura Tahun 2015

Jenis kelamin Jumlah Persentase(%)


Laki-laki 2.113 46,58
Perempuan 2.423 53,41
Total 4.536 100

Dari tabel 5.3 diatas, dapat dilihat frekuensi jumlah penduduk di desa Kota Baru
berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki sebanyak 2.113 orang atau 46,58% dan perempuan
sebanyak 2.423 orang atau 53,41 %.
C. Analisa Univariat

Analisa Univariat dilakukan pada semua variabel yaitu rematik, pekerjaan,


kegemukkan, faktor keturunan dengan menggunakan tabel frekuensi.

1. Kejadian Penyakit Rematik


Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Tingkat Kejadian Penyakit Rematik
Di Desa Kota Baru Induk Kecamatan Martapura Tahun 2015
Rematik Jumlah Persentase (%)
Ya 67 79,8
Tidak 17 20,2
Jumlah 84 100

Tabel diatas menunjukan bahwa dari 84 Responden ada 67 responden


(79,8 %) yang menderita penyakit rematik dan ada 17 responden (20,2%) yang
memiliki penyakit rematik.

2. Pekerjaan
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Pekerjaan Dengan Kejadian Penyakit Rematik
di Desa Kota Baru Induk Kecamatan Martapura Tahun 2015
Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
Tidak Beresiko 24 28,6
Beresiko 60 71,4
Jumlah 84 100

Tabel diatas menunjukan bahwa dari 84 responden ada 60 responden (71,4%)


yang memiliki pekerjaan yang beresiko dan ada 24 responden (28,6%) yang tidak
memiliki pekerjaan yang beresiko.

3. Obesitas
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Obesitas Dengan Kejadian Penyakit Rematik
di Desa Kota Baru Induk Kecamatan Martapura Tahun 2015

Obesitas Jumlah Persentase (%)


Tidak 77 91,7
Ya 7 8,3
Jumlah 84 100

Tabel diatas menunjukan bahwa dari 84 responden ada 77 responden (91,7%)


yang tidak menderita Obesitas dan ada 7 responden (8,3%) yang menderita Obesitas.
4. Keturunan

Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Keturunan Dengan Kejadian Penyakit Rematik
di Desa Kota Baru Induk Kecamatan Martapura Tahun 2015

Keturunan Jumlah Persentase (%)


Ada Keturunan 61 72,6
Tidak ada Keturunan 23 27,4
Jumlah 84 100

Tabel diatas menunjukan bahwa dari 84 responden ada 61 responden (72,6 %) yang
memiliki keturunan yang menderita rematik dan 23 responden (27,4%) yang tidak
memiliki keturunan yang menderita rematik.

D. Analisa Bivariat

Analisa yang dilakukan adalah menghubungkan masing-masing variabel independen


dengan variabel dependen. Metode uji statistic yang digunakan adalah chi-square dengan
batasan kemaknaan ( 0,05) artinya diperoleh p.value < berarti ada hubungan yang
signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen dan bila p.value > berarti
tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel independen dengan variabel dependen.

1. Hubungan Pekerjaan Dengan Kejadian Penyakit Rematik


Tabel 5.8
Hubungan Pekerjaan Dengan Kejadian Penyakit Rematik
di Desa Kota Baru Induk Kecamatan Martapura Tahun 2015

Kejadian Rematik
Pekerjaan Tidak Jumlah p.value
Rematik ()
Rematik
Beresiko 54 6 60
(90%) (10%) (100%)
0,001
Tidak beresiko 13 11 24
(54,2%) (45,8%) (100%)
Jumlah 69 17 84

Dari tabel diatas didapatkan bahwa responden dengan pekerjaan yang beresiko
lebih banyak mengalami rematik yaitu sejumlah 54 responden (90%) dibandingkan
dengan responden yang beraktivitas tidak beresiko yaitu sejumlah 13 responden
(54,2%). Dan berdasarkan hasil uji chi square didapatkan p.value 0,001 (p.value < 0,05)
jadi H0 di Tolak dan bermakna. Berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara
pekerjaan dengan kejadian rematik. Responden yang memiliki pekerjaan yang beresiko
memiliki peluang lebih besar menderita rematik di banding responden yang memiliki
pekerjaan tidak beresiko.
2. Hubungan Obesitas dengan Kejadian Penyakit Rematik

Tabel 5.9
Hubungan Kegemukkan dengan Kejadian Penyakit Rematik
di Desa Kota Baru Induk Kecamatan Martapura Tahun 2015

Kejadian Rematik
Obesitas
p.value
Rematik Tidak Jumlah
Rematik ()

Tidak Obesitas 61 16 77
(79,2%) (20,8%) (100%) 1,000
Obesitas 6 1 7
(85,7%) (14,3%) (100%)
Jumlah 67 17 84

Dari tabel diatas didapatkan bahwa responden yang tidak menderita obesitas
lebih banyak menderita rematik sejumlah 61 responden (79,2%) dan yang menderita
obesitas lebih sedikit yang menderita rematik sejumlah 6 responden (85,7%) Dan
berdasarkan hasil uji chi-square didapatkan p.value 1,000 (p.value > 0,05). Jadi H0
Gagal, di Tolak dan tidak bermakna. Maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan
yang bermakna antara obesitas dengan kejadian penyakit rematik.

3. Hubungan Keturunan dengan Kejadian Penyakit Rematik

Tabel 5.10
Hubungan Keturunan Dengan Kejadian Penyakit Rematik
di Desa Kota Baru Induk Kecamatan Martapura Tahun 2015

Rematik
Keturunan
Ya Tidak Jumlah
() p.value
Ada Keturunan 53 8 61 0,019
(86,9%) (13,1%) (100%)
Tidak Ada Keturunan 14 9 23
(60,9%) (39,1%) (100%)
Jumlah 67 17 84

Dari tabel diatas didapatkan bahwa ada 53 responden (86,9%) yang memiliki
keturunan rematik juga menderita rematik dan ada 14 responden (60,9%) yang tidak
memiliki keturunan rematik juga menderita rematik. Dan berdasarkan hasil uji chi-
square didapatkan p.value 0,019 (p.value < 0,05), Jadi H0 di tolak dan bermakna. Maka
dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara faktor keturunan dengan
kejadian rematik. Responden yang memiliki keturunan rematik memiliki peluang lebih
besar menderita rematik di banding responden yang tidak memiliki keturunan rematik.
L. PEMBAHASAN

1. Hubungan Pekerjaan dengan kejadian penyakit rematik.


Dari hasil uji statistik chi-square diperoleh p.value 0,001 (p < 0,05), hal ini
berarti bahwa ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara pekerjaan dengan
kejadian penyakit rematik.
Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa responden dengan pekerjaan yang
beresiko akan memiliki peluang yang lebih besar mengidap penyakit rematik
dibandingkan dengan responden yang memiliki pekerjaan tidak berisiko. Hal ini
didukung oleh beberapa teori sebagai berikut :
Menurut Copper (2006) melaporkan bahwa aktivitas fisik yang
berulang/beberapa jenis pekerjaan tertentu akan menimbulkan proses rematik.
Menurut Hollander (2010) Tekanan yang berlebihan pada fisik dan mental dapat
memunculkan penyakit rematik, karena beban kerja yang berlebihan menyebabkan
persendian menjadi aus.

2. Hubungan Kegemukkan dengan Kejadian penyakit Rematik

Dari hasil uji statistik chi-square diperoleh p.value 1,000 (p > 0,05), hal ini
berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara kegemukan
dengan kejadian penyakit rematik.
Menurut Hollander (2010) berat badan yang berlebih akan memberi beban pada
jaringan tulang rawan di sendi lutut. Ia menganalogikan ban truk yang sering dipakai
mengangkut beban berat lebih mudah aus daripada ban yang jarang mengangkut beban.
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna
(signifikan) antara kegemukkan dengan kejadian penyakit rematik. Hal ini berbeda
dengan teori yang dikemukakan oleh Hollander (2010) yang menyebutkan bahwa
kegemukkan berpengaruh dengan terjadinya rematik.
Dan berdasarkan pengamatan saya selama melakukan penelitian di Desa Kota
Baru Induk memang responden dengan berat badan yang normal pun dapat menderita
penyakit rematik.

3. Hubungan Faktor Keturunan dengan kejadian Rematik

Dari hasil uji statistik chi-square diperoleh p.value 0,019 (p < 0,05), hal ini
berarti bahwa ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara faktor keturunan
dengan kejadian penyakit rematik.
Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa responden yang memiliki keturunan
rematik memiliki peluang yang lebih besar mengidap penyakit rematik dibandingkan
dengan responden yang tidak memiliki keturunan rematik.
Hal ini di dukung oleh teori sebagai berikut :
Menurut Hembing Wijayakusuma (2006) faktor keturunan berpengaruh pada
beberapa jenis rematik tertentu, tidak pada semua jenis rematik, misalnya pada
ankylosing spondylitis. Jenis rematik artikuler ini menyerang tulang belakang yang
disebabakan oleh gen HLA-B27 yang terdapat dalam tubuh penderita. Faktor keturunan
juga berpengaruh pada nodus hebreden, yaitu salah satu bentuk kelainan dari
osteoartritis.
Berdasarkan pengamatan peneliti pada saat melakukan penelitian ada 80%
responden yang memiliki keturunan rematik juga menderita rematik, oleh sebab itu
hasil yang didapatkan bahwa keturunan memiliki hubungan dengan kejadian rematik.

M. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa :


1. Ada hubungan yang signifikan antara Pekerjaan dengan kejadian penyakit rematik
(p.value <0,05), di Desa Kotabaru Induk wilayah kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan
Martapura Kabupaten OKU Timur 2015.
2. Tidak ada hubungan yang signifikan antara kegemukkan dengan kejadian penyakit
rematik (p.value >0,05), di Desa Kotabaru Induk wilayah kerja Puskesmas Kotabaru
Kecamatan Martapura Kabupaten OKU Timur 2015
3. Adat hubungan yang signifikan antara faktor keturunan dengan kejadian penyakit
rematik (p.value <0,05), di Desa Kotabaru Induk wilayah kerja Puskesmas Kotabaru
Kecamatan Martapura Kabupaten OKU Timur 2015

N. SARAN

1. Bagi Masyarakat Desa Kota Baru


Diharapkan kepada masyarakat untuk menghindari pekerjaan yang berat atau aktivitas
sehari-hari yang dapat beresiko terhadap penyakit rematik dan makanan yang mengandung
purin seperti bayam, kangkung, daun singkong, daun jambu mente, kembang kol, buncis,
asparagus, durian, alpokat, nanas, air kelapa, jeroan, kacang-kacangan, dan emping melinjo,
minuman dan makanan yang beralkohol dan juga rokok, serta luangkanlah sedikit waktu
unutuk melakukan olah raga ringan pada pagi hari sebelum beraktifitas.

2. Bagi Tenaga Kesehatan


Peningkatan pemanfaatan tenaga-tenaga kesehatan yang ada, baik perawat ataupun
Bidan desa untuk memberikan penyuluhan tentang pencegahan dan pengobatan penyakit
rematik atau dapat meningkatkan pengetahuan mengenai penyakit rematik pada masyarakat
khususnya yang beresiko menderita penyakit rematik, serta bagaimana akibatnya apabila
gejala-gejala rematik tersebut tidak segera ditanggulangi. Mengadakan senam sehat minimal
satu kali dalam seminggu.
DAFTAR PUSTAKA

Adellia S. 2011. Libas Rematik & Nyeri Otot dari Hidup anda. Yogyakarta : Brilliant
Books.

Brunner & Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume 3. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.

Barasi, Mary E. 2007. At a Glance Ilmu Gizi. Jakarta : Erlangga.

Hastono, Susanto Pryo. 2001.Analisa Data. Jakarta : FKM UI

Hermanto, Ning. 2008. Menggempur Asam Urat dan Rematik Dengan Mahkota Dewa.

Misnadiarly. 2007. REMATIK. Jakarta : Obor Populer.

Notoatmodjo. 2007. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Reika Cipta.

Purwoastuti, Endang. 2009. Waspadai Gangguan Rematik. Yogyakarta : KANINUS.

Sutanto. 2010. Cekal (Cegah dan Tangkal) Penyakit Modern. Yogyakarta : ANDI
Yogyakarta.

Tanbiyah.2010.Pengobatan Penyakit Rematik. (http:Tanbiyah.blog.Frienster.com, diakses


13 Februari 2015, pukul 15.35)

Wijayakusuma, Hembing. 2006. Atasi Asam Urat & Rematik ala Hembing. Jakarta :
Puspa Swara.

Joewono. 2010. Penyakit Rheumatoid Arthritis. (http://kompas.com, diakses 13 Februari 2015,


pukul 15.00 WIB).

Anda mungkin juga menyukai