OLEH
OLEH
Disahkan Oleh
Direktur Poltekes Kemenkes Palembang,
ABSTRAK
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pekerjaan, kegemukkan dan faktor keturunan dengan
kejadian Rematik di Desa Kota Baru wilayah kerja Puskesmas Kotabaru Kecamatan
Martapura Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya hubungan Pekerjaan dengan Kejadian Rematik di Desa Kotabaru
b. Diketahuinya hubungan kegemukan dengan Kejadian Rematik di Desa Kotabaru
c. Diketahuinya hubungan faktor keturunan dengan Kejadian Rematik di Desa
Kotabaru
C. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan masyarakat dapat lebih aktif dalam menambah wawasan
pengetahuan, dan lebih mandiri dalam upaya menjaga dan meningkatkan kesehatan.
2. Bagi Instansi Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dalam perencanaan
Program kesehatan, terutama motivasi dalam meningkatkan kegiatan promosi kesehatan.
Rematik adalah penyakit persendian yang terutama mengenai otot-otot sekelet, tulang,
ligamentum, tendon dan persendian pada laki-laki maupun pada wanita. (Brunner &
Suddarth,2002: 1781)
Penyakit Rematik adalah penyakit yang menyerang sendi dan tulang atau jaringan
penunjang sekitar sendi. Bagian tubuh yang diserang biasanya persendian pada jari, lutut,
pinggul, dan tulang punggung. (Th. Endang Purwoastuti,2009: 3)
Rematik adalah gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan kemerahan pada
daerah persendian dan jaringan sekitarnya. (Dra. Adelia S,2011 : 5)
Jenis rematik lebih dari seratus, namun ada empat jenis reumatik yang paling sering
dijumpai di masyarakat kita, yaitu Rematik karen pengapuran (Osteoarthritis), Rematik yang
disebabkan oleh peradangan di antaranya karena asam urat (Gout arthritis), karena autoimun
(Sistemik Lupus Erimatosus) dan tidak diketahui penyebabnya (Rhematoid arthritis).
1. Reumatik jenis Pengapuran atau pengeroposan (Osteoarthritis)
Osteoathritis adalah kekakuan pada daerah sendi yang banyak terjadi pada kaum lanjut
usia. Osteoathiritis merupakan peradangan pada sendi yang disebabkan karena rapuhnya atau
pengeroposan kapsul sendi, sehingga merusak lapisan tulang rawan yang menutup permukaan
ujung-ujung tulang.
Osteoarthiritis bisa menyerang sendi-sendi tubuh, seperti lutut, pinggul dan tulang
belakang. Gejala Osteoarthiritis berupa nyeri dan kaku pada sendi, terutama pada waktu akan
berdiri dan berjalan setelah lama duduk, apabila lutut dan pinggul yang terserang. Penyebab
Osteoarthiritis karena degenerasi atau ausnya kartilago (jaringan elastis) yang seharusnya
melingkari ujung-ujung tulang pada persendian.
2. Reumatik jenis Peradangan
Rematik jenis peradangan yang sering terjadi di Indonesia ada 3 di antaranya :
a. Gout arthiritis
Adalah suatu proses inflamasi yang terjadi karena deposisi kristal asam urat pada
jaringan sekitar sendi (tofi). (Minsadiarly,2007: 37)
Gout arthiritis adalah rematik yang disebabkan oleh asam urat. Rematik karena asam
urat ini banyak dijumpai pada pria berusia 30-an dan 40-an tahun. (Dra.Adellia
S,2011: 14)
b. Sistemik Lupus Erimatosus (SLE)
Sistemik Lupus Erimatosus merupakan gangguan autoimun (kekebalan) juga termasuk
jenis Rematik yang disebabkan oleh peradangan. (Th. Endang Purwoastuti,2009: 22).
Pada Rematik jenis ini sistem kekebalan tubuh menyerang persendian dari tubuh
penderita, sehingga disebut sebagai autoimun
c. Rheumatoid Arthiritis (RA)
Peradangan pada Rheumatoid Arthiritis bersifat kronis , sistemik dan progresif dan
terjadi pada jaringan synovial yang terdapat di dalam persendeian. Jaringan ini
berfungsi untuk menghasilkan cairan pelumas sendi. (Dra.Adellia S,2011: 15)
1. Infeksi
Rematik pada persendian dapat disebabkan karena adanya infeksi virus atau bakteri. Hal
ini dapat mengakibatkan rasa sakit yang mendadak. Tanda-tanda berupa demam , nyeri
pada persendian tulang dan otot, disertai dengan peradangan.
3. Jenis kelamin
Gabriel (2008) ketua penelitian dari Mayo Clinic As, menjelaskan dibandingan dengan
masa lalu, rata-rata 36 wanita diantaranya seratus ribu pasien menderita rematik setiap
tahunnya dan sekarang melompat menjadi 54 wanita diantara seratus ribu pasien,
sedangkan pada laki-laki hanya 29 orang perseratus ribu. Sedangkan Leon (2000)
menyatakan sejak ekonomi Asia mengalami peningkatan, penyakit ini mulai sering
ditemukan pada usia muda, banyak ditemui wanita mengalami penyakit sendi.
4. Pekerjaan
Sikap badan yang salah dalam melakukan pekerjaan sehari-hari memudahkan timbulnya
rematik nonartikuler. Mengangkat beban berat dari lantai dengan badan membungkuk
dapat mengakibatkan sakit pinggang. Pada pemain tenis, karena seringnya melakukan
pukulan back hand yang keras atau cidera lain dapat menimbulkan rasa nyeri dan
peradangan pada jaringan otot siku yang disebut dengan teniss elbow. Penelitian Cooper
(2006) bahwa aktifitas fisik yang berulang-ulang/beberapa jenis pekerjaan tertentu akan
menimbulkan proses Osteoarthritis pada lutut.
Mereka yang bekerja dikantor mengetik, menerima telefon dengan menjepit disisi kepala
sambil menulis, duduk sepanjang hari dengan posisi yang sama atau hampir tidak beranjak
dari kursi mempunyai risiko yang tinggi untuk menderita Muscle Strain atau tegang otot
atau salah urat yang bila terjadi berkali-kali dapat menjadi pencetus timbulnya Arthritis,
namun ini adalah faktor yang bisa kita ubah menjadi lingkungan ramah dalam menghindari
Arthritis (http://wrm-Indonesia.org, diakses 13 Februari 2011).
5. Lingkungan
Kondisi lingkungan yang tidak sehat dapat mempegaruhi Rematik, pencemaran
lingkungan yang mengandung zat aditif atau bahan kimia dalam makanan yang dapat
masuk kedalam tubuh sebagai racun dalam darah. Jika darah dibebani oleh sisa buangan
atau racun maka kandugan O2 dan unsur nutrisi menjadi kecil akibatnya, perbaikan
jaringan tidak efisien. Racun dalam darah tersebut dapat memburuk kerusakan jaringan
tubuh dan munculnya gejala Arhritis.(Hembing Wijayakusuma, 2006: 5)
Seorang tokoh di Dunia kedokteran, Hippocrates (460-377 SM) adalah tokoh yang
pertama berpendapat bahwa penyakit itu ada hubunganya dengan fenomena alam dan
lingkunganya. Dilihat dari segi ilmu kesehatan lingkungan, penyakit ini terjadi karena
adanya interaksi antara manusia dengan ligkungan hidupnya.
6. Makanan
Menurut ahli gizi Hera Nurlita, salah satu pencetus utama tingginya asam urat adalah pola
makan yang tidak tepat. Penyebabnya adalah metabolisme abnormal purin, purin sebagai
salah satu bagian dari protein. Kandungan purin banyak terdapat dalam sumber-sumber
protein seperti daging dan jeroan sehingga pola makan yang tidak seimbang dengan
jumlah protein yang sangat tinggi dan dalam kurun waktu yang panjang bisa mencetus
terbentuknya penumpukan asam urat.
Menurut Hera, ada beberapa pola diet yang bisa dilakukan berdasarkan tingkat keparahan
penyakit. Pertama, manajemen nutrisi satu, diberikan sampai dengan kadar asam urat
darah dan berat badan normal. Dimana Rendah Purin I adalah 1.500 kkal dan Rendah
Purin II adalah 1.700 kkal. Diet Protein 10-15% kebutuhan energi. Untuk kelompok ini
hindari bahan makanan kandungan purin diatas 150mg/100 gr dan lemak 10-12 total
energi.
Makanan yang perlu dipantang untuk penderita Asam Urat adalah :
1. Sayuran : daun bayam, kangkung, daun singkong, daun jambu mente, asparagus, buncis
dan kembang kol.
2. Buah-buahan : durian, alpukat, nanas, air kelapa.
3. Makanan/lauk pauk : jeroan seperti hati, ginjal, limpa, babat, usus, paru dan otak.
Makan laut (udana, kerang, cumi, kepiting), makanan kaleng (kornet, sarden, dan
ekstrak daging, telur, kaldu atau kuah daging yang kental)
4. Kacang-kacangan dan emping melinjo : kacang tanah. Kacang hijau, kacang kedelai,
tempe, toucho, tauge, oncom, susu kedelai.
5. Minuman dan makanan beralkohol : bir, wiski, anggur, tape, tuak.
6. Menghisap rokok juga dapat meningkatkan resiko perkembangan RA.
(http:// books.google.co.id, diakses 13 Februari 2011).
7. Obesitas
Berat badan yang berlebih akan memberi beban pada jaringan tulang rawan di sendi lutut.
Ia menganalogikan ban truk yang sering dipakai mengangkut beban berat lebih mudah aus
daripada ban yang jarang mengangkut beban.
(Sumber: http://www.suarakarya.com)
8. Faktor Keturunan
Faktor keturunan hanya berpengaruh pada beberapa jenis rematik tertentu, tidak pada
semua jenis rematik, misalnya pada ankylosing spondylitis. Jenis rematik artikuler ini
menyerang tulang belakang yang disebabakan oleh gen HLA-B27 yang terdapat dalam
tubuh penderita. Faktor keturunan juga berpengaruh pada nodus hebreden, yaitu salah satu
bentuk kelainan dari osteoartritis.(Hembing Wijayakusuma, 2006: 5)
Penatalaksanaan
a. Terapi panas dan dingin, yaitu : mandi air hagat, berendam, mandi uap panas atau
kompres dengan es.
b. Laser untuk mengurangi nyeri.
c. Pemberian alat bantu/ortose yang berguna untuk mencegah deformitas, terutama sendi
penopang berat badan.
d. Latihan fisik, sangat membantu untuk menghindari rematik kambuh dengan beberapa
pola gerak dan ketentuan : latihan lingkup gerak sendi, latihan aerobic jalan di alam
terbuka sepeda statis/dinamis, sebelum melakukan latihan fisik bila perlu minum obat.
(http://Tanbiyah.blog.friendster.com,13 februari 2011)
Pengobatan
Obat anlgesik (penghilang rasa nyeri), yang bisa menekan prostaglandin penyebab
timbulnya peradangan, Atau golongan obat lain yaitu kortikosteroid untuk mengatasi
inflamasi dan menekan sistem kekebalan tubuh sehingga reaksi radang pada rematik
berkurang.
Obat tradisional pada penderita rematik :
a. Obat dalam
Bawang putih 5 dimemarkan, + 1 genggam daun kumis kucing, direbus, dari 1
menjadi gelas di minum tiap sebelum tidur.
b. Obat gosok
2 ruas jahe diparut, + 2 sendok makan minyak tanah, dioles.
c. Parem
5 siung bawang merah, + 2 ruas jahe yang ditumbuk, + cangkir tepung terigu, + air,
dibutuhkan.
(http:// Tanbiyah.blog.friendster.com13 februari 2011).
Konsep Pekerjaan
Sikap badan yang salah dalam melakukan pekerjaan sehari-hari memudahkan timbulnya
rematik nonartikuler. Mengangkat beban berat dari lantai dengan badan membungkuk dapat
mengakibatkan sakit pinggang. Pada pemain tenis, karena seringnya melakukan pukulan back
hand yang keras atau cidera lain dapat menimbulkan rasa nyeri dan peradangan pada jaringan
otot siku yang disebut dengan teniss elbow. (Hermanto, 2005)
Penelitian Cooper C memperlihatkan bahwa aktifitas fisik yang berulang-ulang/beberapa
jenis pekerjaan tertentu akan menimbulkan proses Osteoarthritis pada lutut.
Mereka yang bekerja dikantor mengetik, menerima telefon dengan menjepit disisi
kepala sambil menulis, duduk sepanjang hari dengan posisi yang sama atau hampir tidak
beranjak dari kursi mempunyai risiko yang tinggi untuk menderita Muscle Strain atau tegang
otot atau salah urat yang bila terjadi berkali-kali dapat menjadi pencetus timbulnya Arthritis,
namun ini adalah faktor yang bisa kita ubah menjadi lingkungan ramah dalam menghindari
Arthritis (http : // wrm-Indonesia.org, diakses 10 Maret 2011)
Konsep Obesitas
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh
yang berlebihan. (Sutanto, 2010: 92)
Berat badan berlebih dan obesitas dapat didefinisikan sebagai akumulasi lemak
tubuh sevara berlebihan. Pada pria, kandungan lemak tubuh yang sehat berjumlah 15% dari
keseluruhan berat badan; sedangkan pada wanita berjumlah 25%, perbedaan kadar ini
mencerminkan perbedaan hormonal dan kebutuhan antar jenis kelamin (Mary E. Barasi, 2007:
102)
Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
b. Obesitas sedang : kelebihan berat badan 40-100%
c. Obesitas berat : kelebihan berat badan >100%
Tabel 2.1
Katagori Berat Tubuh
Indeks Masa Tubuh Katagori
< 18,5 Berat badan kurang
18,5 24,9 Berat badan normal
25 29,9 Berat badan lebih
30 34,9 Obesitas I
35 39.9 Obesitas II
>39,9 Sangan Obesitas
Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat konsumsi kalori lebih banyak dari yang
diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidak seimbangan antara asupan dan pembakaran
kalori tersebut masih belum jelas, namun Obesitas terjadi karena beberapa faktor berikut :
a. Faktor Genetik
Obesitas cenderung diturunkan atau di wariskan secara genetik. Meski demikian, anggota
keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan atau gaya hidup yang
berpotensi mendorong terjadinya obesitas.
b. Faktor Lingkungan
Gen merupakan faktor yang penting, tetapi lingkungan juga banyak berperan dalam berbagai
kasus obesitas, yang dimaksud dengan lingkungan adalah termasuk perilaku atau gaya hidup.
c. Faktor Psikis
Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak
orang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan cara makan.
d. Faktor Kesehatan
Beberapa penyakit bisa menyebabakan obesitas, antara lain hipotiroidisme, sindron cushing,
dan beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan.
e. Obat-obatan
Obat-obatan tertentu seperti steroid dan beberapa antidepresi bisa menyebabkan penambahan
berat badan. (Sutanto, 2010: 94-95)
Konsep Keturunan
Penyakit rematik sangat banyak jenisnya. Di antara berbagai jenis Rematik, ada yang erat
kaitannya dengan faktor genetik. Kelompok penyakit yang ditimbulkan oleh faktor genetik ini
berhubungan dengan faktor imunogenetik yang disebut human leukocyte antigens (HLA).
HLA merupakan faktor genetik yang ada di dalam sel darah putih. Pada Rematik genetik,
terdapat HLA-B27. Jika seseorang memiliki HLA-B27 dalam sel darah putihnya, maka ia
memiliki kecenderungan untuk terserang rematik genetik, termasuk varian-variannya. Namun,
kecenderungannya orang dengan HLA-B27 lebih banyak yang terkena Rematik genetik.
Penyakit ini terdapat dalam darah, jadi dapat diturunkan orang tua pada anaknya. Jika darah
orang tua mengandung HLA B27 maka bisa jadi si anakpun akan terserang.
HLA-B27 juga memiliki kelaziman yang berbeda pada tiap-tiap ras. Contohnya, bangsa
Afrika, yang kelaziman HLA-B27-nya 0. Pada ras kulit putih seperti Kanada dan Amerika,
kelaziman HLA-B27-nya 40-50 persen, dan pada ras Cina, kelazimannya 2-9 persen. Jadi
kelazimannya memang cenderung menyerang ras kulit putih (Kaukasia). Itulah sebabnya, di
Indonesia yang terkena penyakit ini kebanyakan keturunan kulit putih atau mereka yang
berdarah campuran. Meski tak ada data pasti, di Indonesia penyakit ini juga banyak menyerang
keturunan Cina. (Sumber: Tabloid nova,2011)
F. Kerangka Teori
Menurut teori Hendrik L. Blum kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor, yitu : layanan
kesehatan, herediter, lingkungan dan perilaku. (Notoatmojo, 2007)
KETURUNAN
PELAYANAN STATUS
KESEHATAN LINGKUNGAN
KESEHATAN
PERILAKU :
- Pekerjaan
- Kegemukkan
G. Kerangka Konsep
Berdasarkan latar belakang dan tinjauan teoritis yang dikemukakan sebelumnya menurut
teori H.L. Blum, kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu: lingkungan, keturunan, perilaku,
dan pelayanan kesehatan.
Perilaku : Pekerjaan
Keturunan
H. Definisi Operasional
1. Variable Dependen :
Kejadian penyakit rematik
Definisi Operasional :
Keadaan yang terjadi di sekitar sendi responden yang di tandai dengan rasa sakit, sendi menjadi
kaku bengkak dan kelemahan pada sendi
Cara Ukur : Wawancara
Alat ukur : Lembar pertanyaan
Hasil ukur : Ya. Jika respondan menderita rematik (2)
Tidak. Jika responden tidak menderita rematik (1)
Skala Ukur : Nominal
2. Variable Independen
a. Pekerjaan
Definisi Operasional :
Kegiatan sehari hari yang dilakukan oleh responden di luar rumah
Cara Ukur : Wawancara
Alat ukur : Lembar pertanyaan
Hasil ukur : Beresiko, bila responden menjawab pertanyaan YA Mean (2)
Tidak Beresiko, bila responden menjawab pertanyaan YA <Mean (1)
Skala Ukur : Nominal
b. Kegemukan
Definisi Operasional :
Kelebihan berat badan akibat penumpukan lemak tubuh yang berlebihan yang di alami responden
Cara Ukur : Observasi
Alat ukur : Lembar pertanyaan
Hasil ukur : Obesitas, bila responden memiliki berat badan lebih dari normal.(2)
Tidak, bila berat badan responden dalm batas normal (1)
Skala Ukur : Nominal
c. Keturunan
Definisi Operasional :
Suatu Keadaan yang didapat / diturunkan dari orang tua responden
Cara Ukur : Wawancara
Alat ukur : Lembar pertanyaan
Hasil ukur : Ada Keturunan, jikaada riwayat keluarga yang menderita rematik (2)
Tidak Ada Keturunan, jika tidak ada riwayat keluarga yang menderita
rematik (1)
Skala Ukur : Nominal
I. Hipotesis
1. Ada Hubungan antara Pekerjaan Dengan Kejadian Penyakit Rematik
2. Ada Hubungan antaraKegemukkan Dengan Kejadian Penyakit Rematik
3. Ada Hubungan antara Keturunan Dengan Kejadian Penyakit Rematik
J. Metode Penelitian
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuntitatif dengan desain adalah rancangan cros
sectional. Tujuannya adalah untuk melihat dinamika hubungan antara pekerjaan, faktor
keturunan dan kegemukan sebagai variabel independent dan kejadian penyakit Rematik
sebagai variable dependent.
Z2.1-/2.P (1-P).N
N =
d2.(N-1) + Z2.1-/2.p(1-p)
Keterangan :
N : Jumlah seluruh populasi yaitu 621 orang
Z.1-/2 : Derajat kepercayaan diri seluruh populasi yaitu 95 % (1,96).
P : Proporsi pada populasi 0,5.
d : Simpangan dari proporsi populasi yaitu presis digunakan 0,1
n : Sampel yang akan diteliti
n= Z2.1-/2.P (1-P).N
d2.(N-1) + Z2.1-/2.p(1-p)
= 83,292609
Jadi sampel penelitian masyarakat yang ada di desa Kotabaru di Wilayah kerja
Puskesmas Martapura adalah 84 orang.
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Desa Kotabaru wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Martapura Kabubaten Ogan Komering Ulu Timur Tahun 2015.
Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan pada bulan April tahun 2015.
Etika Penelitian
1. Informed Concent
Persetujuan pihak Puskesmas Kotabaru untuk melakukan penelitian dan setiap responden
yang ikut dalam penelitian ini diberi lembar persetujuan agar responden dapat mengetahui
maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selama proses penelitian ini
berlangsung. Jika responden bersedia ikut dalam penelitian ini maka harus menandatangani
lembar persetujuan dan jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak memaksa dan
menghormati haknya.
2. Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama
responden pada lembar pengumpulan data (lembar pertanyaan) yang diisi oleh responden.
Lembar tersebut hanya diberi nomor atau kode tertentu.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti dan hanya
kelompok data tertentu dan sesuai dengan kebutuhan peneliti yang akan dilaporkan saat
penelitian ini berlangsung. Jika responden bersedia ikut dalam penelitian ini maka harus
menandatangani lembar persetujuan dan jika reponden menolak untuk diteliti maka peneliti
tidak memaksa dan tetap menghormati haknya.
1. Editing (pengeditan)
Meneliti kembali isian formulir atau kuesioner apakah sudah lengkap, jelas, relevan dan
kosisten. Editing dapat dilakukan di tempat pengumpulan data sehingga jika terjadi kesalahan
maka upaya perbaikan dapat segera dilaksanakan.
2. Coding ( Pengkodean)
Memberi kode atau menandai jawaban-jawaban respoden atas pertanyaan yang ada pada
kuesioner.
3. Processing (Pemasukan data)
Memasukan data ke dalam perangkat komputer sesuai dengan kriteria.
4. Cleaning (Pembersihan Data)
Data yang telah yang telah dimasukkan ke dalam perangkat komputer diperiksa kembali
untuk mengoreksi kemungkinan kesalahan yang terjadi. (Hastono, 2001)
Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisa Univariat yaitu analisa yang berguna mengetahui distribusi frekuensi masing-
masing variable.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dinyatakan untuk melihat ada hubungan antara variabel independent yaitu
faktor Keturunan dan Obesitas dengan variabel dependent kejadian penyakit Rematik
menggunakan uji statistic chi-square dengan batasan kemaknaan ( 0,05) artinya diperoleh dari
p.value ada hubungan yang bermakna antara variable independent dengan variable
dependent, bila p.value > berarti tidak ada hubungan yang bermakna, dengan tingkat
kepercayaan 95%.
K. HASIL PENELITIAN
Visi : Tercapainya Puskesmas Kota Baru sebagai pusat pelayanan prima, aman dan
bermartabat.
Misi :
1) Meningkatkan kemitraan dengan semua pihak.
2) Meningkatkan profesionalisme provider dan pemberdayaan masyarakat.
3) Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan yang bermutu.
4) Menetapkan standar pelayanan kesehatan.
3. Letak Geografis
Wilayah Puskesmas Kota Baru berada dibawah wilayah kerja dinas kesehatan
Kabupaten OKU Timur yang terletaknya sangat strategis dan mudah dijangkau oleh
masyarakat, dengan luas wilayah 415 KM2 dan berbatasan dengan:
Sebelah utara : Desa Tanjung Kemala
Sebelah selatan : Kecamatan Waytuba Lampung
Sebelah timur : Desa Perjaya
Sebelah barat : Desa Peracak
Wilayah kerja Puskesmas Kota Baru meliputi satu kecamatan yang terdiri dari 4 desa
yaitu: Desa Kota Baru Induk, Desa Kota Baru Barat, Desa Kota Baru Selatan dan Desa
Sukomulyo.
Tabel 5.1
Data demografi luas wilayah kerja Puskesmas Kota Baru Tahun 2015
Desa Luas Wilayah (KM2)
Kota Baru Induk 40
Kota Baru Barat 140
Kota Baru Selatan 175
Sukomulyo 60
Jumlah 415
4. Penduduk
Jumlah penduduk yang ada di wilyah kerja Puskesmas Kota Baru dapat dilihat dari tabel
berikut ini:
Tabel 5.2
Data demografi penduduk wilayah kerja Puskesmas Kota Baru tahun 2015
Desa Jumlah Penduduk
Kota Baru Induk 4.536 Jiwa
Kota Baru Barat 2.941 Jiwa
Kota Baru Selatan 2.062 Jiwa
Sukomulyo 1.467 Jiwa
Jumlah 11.006 Jiwa
5. Jenis Pelayanan
Jenis pelayanan di Puskesmas Kota Baru terdiri dari : unit rawat jalan (balai pengobatan),
poli gigi, poli MTBS, poli KIA-KB, gizi, imunisasi, laboratorium, dan apotek.
7. Ketenagaan
Tabel 5.3
Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kota Baru Tahun 2011
Jumlah 39 4 22 65
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Jumlah Penduduk Berdasarkan jenis kelamin di Desa Kota Baru
Induk Kecamatan Martapura Tahun 2015
Dari tabel 5.3 diatas, dapat dilihat frekuensi jumlah penduduk di desa Kota Baru
berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki sebanyak 2.113 orang atau 46,58% dan perempuan
sebanyak 2.423 orang atau 53,41 %.
C. Analisa Univariat
2. Pekerjaan
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Pekerjaan Dengan Kejadian Penyakit Rematik
di Desa Kota Baru Induk Kecamatan Martapura Tahun 2015
Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
Tidak Beresiko 24 28,6
Beresiko 60 71,4
Jumlah 84 100
3. Obesitas
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Obesitas Dengan Kejadian Penyakit Rematik
di Desa Kota Baru Induk Kecamatan Martapura Tahun 2015
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Keturunan Dengan Kejadian Penyakit Rematik
di Desa Kota Baru Induk Kecamatan Martapura Tahun 2015
Tabel diatas menunjukan bahwa dari 84 responden ada 61 responden (72,6 %) yang
memiliki keturunan yang menderita rematik dan 23 responden (27,4%) yang tidak
memiliki keturunan yang menderita rematik.
D. Analisa Bivariat
Kejadian Rematik
Pekerjaan Tidak Jumlah p.value
Rematik ()
Rematik
Beresiko 54 6 60
(90%) (10%) (100%)
0,001
Tidak beresiko 13 11 24
(54,2%) (45,8%) (100%)
Jumlah 69 17 84
Dari tabel diatas didapatkan bahwa responden dengan pekerjaan yang beresiko
lebih banyak mengalami rematik yaitu sejumlah 54 responden (90%) dibandingkan
dengan responden yang beraktivitas tidak beresiko yaitu sejumlah 13 responden
(54,2%). Dan berdasarkan hasil uji chi square didapatkan p.value 0,001 (p.value < 0,05)
jadi H0 di Tolak dan bermakna. Berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara
pekerjaan dengan kejadian rematik. Responden yang memiliki pekerjaan yang beresiko
memiliki peluang lebih besar menderita rematik di banding responden yang memiliki
pekerjaan tidak beresiko.
2. Hubungan Obesitas dengan Kejadian Penyakit Rematik
Tabel 5.9
Hubungan Kegemukkan dengan Kejadian Penyakit Rematik
di Desa Kota Baru Induk Kecamatan Martapura Tahun 2015
Kejadian Rematik
Obesitas
p.value
Rematik Tidak Jumlah
Rematik ()
Tidak Obesitas 61 16 77
(79,2%) (20,8%) (100%) 1,000
Obesitas 6 1 7
(85,7%) (14,3%) (100%)
Jumlah 67 17 84
Dari tabel diatas didapatkan bahwa responden yang tidak menderita obesitas
lebih banyak menderita rematik sejumlah 61 responden (79,2%) dan yang menderita
obesitas lebih sedikit yang menderita rematik sejumlah 6 responden (85,7%) Dan
berdasarkan hasil uji chi-square didapatkan p.value 1,000 (p.value > 0,05). Jadi H0
Gagal, di Tolak dan tidak bermakna. Maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan
yang bermakna antara obesitas dengan kejadian penyakit rematik.
Tabel 5.10
Hubungan Keturunan Dengan Kejadian Penyakit Rematik
di Desa Kota Baru Induk Kecamatan Martapura Tahun 2015
Rematik
Keturunan
Ya Tidak Jumlah
() p.value
Ada Keturunan 53 8 61 0,019
(86,9%) (13,1%) (100%)
Tidak Ada Keturunan 14 9 23
(60,9%) (39,1%) (100%)
Jumlah 67 17 84
Dari tabel diatas didapatkan bahwa ada 53 responden (86,9%) yang memiliki
keturunan rematik juga menderita rematik dan ada 14 responden (60,9%) yang tidak
memiliki keturunan rematik juga menderita rematik. Dan berdasarkan hasil uji chi-
square didapatkan p.value 0,019 (p.value < 0,05), Jadi H0 di tolak dan bermakna. Maka
dapat disimpulkan ada hubungan yang bermakna antara faktor keturunan dengan
kejadian rematik. Responden yang memiliki keturunan rematik memiliki peluang lebih
besar menderita rematik di banding responden yang tidak memiliki keturunan rematik.
L. PEMBAHASAN
Dari hasil uji statistik chi-square diperoleh p.value 1,000 (p > 0,05), hal ini
berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara kegemukan
dengan kejadian penyakit rematik.
Menurut Hollander (2010) berat badan yang berlebih akan memberi beban pada
jaringan tulang rawan di sendi lutut. Ia menganalogikan ban truk yang sering dipakai
mengangkut beban berat lebih mudah aus daripada ban yang jarang mengangkut beban.
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna
(signifikan) antara kegemukkan dengan kejadian penyakit rematik. Hal ini berbeda
dengan teori yang dikemukakan oleh Hollander (2010) yang menyebutkan bahwa
kegemukkan berpengaruh dengan terjadinya rematik.
Dan berdasarkan pengamatan saya selama melakukan penelitian di Desa Kota
Baru Induk memang responden dengan berat badan yang normal pun dapat menderita
penyakit rematik.
Dari hasil uji statistik chi-square diperoleh p.value 0,019 (p < 0,05), hal ini
berarti bahwa ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara faktor keturunan
dengan kejadian penyakit rematik.
Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa responden yang memiliki keturunan
rematik memiliki peluang yang lebih besar mengidap penyakit rematik dibandingkan
dengan responden yang tidak memiliki keturunan rematik.
Hal ini di dukung oleh teori sebagai berikut :
Menurut Hembing Wijayakusuma (2006) faktor keturunan berpengaruh pada
beberapa jenis rematik tertentu, tidak pada semua jenis rematik, misalnya pada
ankylosing spondylitis. Jenis rematik artikuler ini menyerang tulang belakang yang
disebabakan oleh gen HLA-B27 yang terdapat dalam tubuh penderita. Faktor keturunan
juga berpengaruh pada nodus hebreden, yaitu salah satu bentuk kelainan dari
osteoartritis.
Berdasarkan pengamatan peneliti pada saat melakukan penelitian ada 80%
responden yang memiliki keturunan rematik juga menderita rematik, oleh sebab itu
hasil yang didapatkan bahwa keturunan memiliki hubungan dengan kejadian rematik.
M. KESIMPULAN
N. SARAN
Adellia S. 2011. Libas Rematik & Nyeri Otot dari Hidup anda. Yogyakarta : Brilliant
Books.
Brunner & Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8 volume 3. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC.
Hermanto, Ning. 2008. Menggempur Asam Urat dan Rematik Dengan Mahkota Dewa.
Sutanto. 2010. Cekal (Cegah dan Tangkal) Penyakit Modern. Yogyakarta : ANDI
Yogyakarta.
Wijayakusuma, Hembing. 2006. Atasi Asam Urat & Rematik ala Hembing. Jakarta :
Puspa Swara.