Anda di halaman 1dari 9

HUMANIORA

VOLUME 15 No. 2 Oktober 2003 Halaman 276 - 284


I.B. Putera Manuaba

NOVEL-NOVEL PRAMOEDYA ANANTA TOER:


REFLEKSI PENDEGRADASIAN DAN
INTERPRETASI MAKNA PERJUANGAN
MARTABAT MANUSIA
I. B. Putera Manuaba*

1. Pengantar (message) perjuangan dan penghargaan


kemanusiaan.
atu gejala sosial yang merebak dalam Toer adalah sastrawan yang fenomenal
masyarakat Indonesia adalah terjadi- dan menarik dibahas berkait dengan per-
nya pendegradasian martabat soalan perjuangan martabat manusia
manusia. Gejala ini sesungguhnya telah (Heryanto, 1998:5; Manuaba, 2000a:144-
berlangsung sejak lama. Akan tetapi, selama 145). Menarik bukan hanya karena karya-
ini belum tampak dilakukan penanganan karyanya dalam waktu yang cukup lama
yang serius sehingga pendegradasian dilarang penguasa, melainkan terutama
martabat manusia hampir berlangsung terus- karena dipandang mampu menyuguhkan
menerus. Di era "reformasi" yang konon refleksi pengangkatan martabat manusia.
mulai memperhatikan pentingnya nilai-nilai Jika disimak karya-karya Toer, hampir kese-
kemanusiaan, ternyata kita masih me- luruhan karyanya bertemakan soal kema-
nyaksikan berbagai tindakan pendegradasian nusiaan (humanity).
martabat manusia dalam pelbagai segmen Kekritisan Toer lewat karya-karyanya
kehidupan ini. Dengan perkataan lain, dalam menanggapi dan mengekspresikan
sampai saat ini, kita menyaksikan masya- perkembangan zaman dalam masyarakat,
rakat yang masih belum dapat menunjukkan membuat dirinya harus berbenturan dengan
sikap hidup dan kepribadian yang men- kekuasaan negara (state power) (Manuaba,
cerminkan penghormatan kepada martabat 2000b:142). Konsekuensinya, karya-karya-
manusia. Buktinya, berbagai daerah di Tanah nya dalam masa yang sangat panjang pada
Air masih sarat dengan tindakan kekerasan rezim Orde Baru dilarang untuk dibaca,
(violence) atas kemanusiaan. Fenomena dinikmati, dan diinterpretasi. Padahal, karya-
pendegradasian ini secara kental tereflek- karya Toer mendapat sambutan positif dari
sikan dalam novel-novel karya Pramoedya masyarakat pembaca internasional.
Ananta Toer (selanjutnya disebut: Toer), Menurut A. Teeuw (Dakhidae, 1995:78),
seorang sastrawan besar Indonesia. kehadiran Toer dan karya-karyanya dalam
Sastrawan merupakan salah satu pihak medan sastra Indonesia berlangsung dengan
yang berkomitmen melakukan peningkatan cara yang sangat unik. Kehadiran Toer dan
martabat manusia. Lewat representasi karya-karyanya berjalan penuh paradoks, his
realitas sosial dalam karya-karya sastranya, presense is defined by his absence,
tampak Toer melontarkan berbagai kehadirannya ditentukan oleh ketidak-
pemikiran yang sarat dengan pesan-pesan hadirannya. Ia dilarang berkarya, tetapi karya-

* Sarjana Sastra, Magister Humaniora, Staf Pengajar Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra
Universitas Airlangga, Surabaya

276 Humaniora Volume XV, No. 3/2003


Novel-Novel Pramoedya Ananta Toer

karya sastranya menembus pasar nasional berada dalam kerangka realisme-sosialis dan
dan internasional. Ia tidak diakui di dalam tidak memusatkan perhatiannya pada
negeri, tetapi ia sekaligus menjadi "idola" di pemikiran martabat manusia dalam teks-teks
luar negeri. Toer dan karya-karyanya me- sastra yang ditulis Toer.
mang menggemparkan di mata masyarakat Dengan tidak secara langsung mem-
pembaca (Saidi, 2000:286). bahas karya Toer, Manuaba (2000a:52-53)
Pentingnya karya-karya Toer dibahas juga telah membahas pemikiran sastrawan
juga karena selama karya-karyanya dibredel Indonesia. Karya sastra yang dikaji adalah
oleh pemerintah pada masa yang lampau, beberapa karya drama Indonesia kontem-
otomatis tidak ada pemaknaan secara porer yang dilihat dari perspektif pemikiran
terbuka yang dilakukan oleh pembaca moralitasnya. Dalam studi itu sebenarnya
sastra sehingga apresiasi terbuka terhadap sudah diungkapkan bagaimana karya sastra
karya-karya Toer pun relatif masih sedikit di drama yang sarat dengan pemikiran.
masyarakat. Padahal, dari berbagai penilaian Teeuw (1999:43-44) ketika mengkaji
yang dilakukan oleh berbagai pengamat, beberapa karya Toer lebih mengarahkan
seperti A. Teeuw, Ariel Heryanto, Daniel studinya pada suatu penilaian bahwa karya-
Dakhidae, dan Saidi, karya-karya Toer sarat karyanya lebih merupakan pencitraan revolusi
dengan pemikiran tentang perjuangan Indonesia. Ia memandang bahwa dalam
martabat manusia. Magnis-Suseno (1992: karya-karya Toer muncul segala aspek
108) juga menyatakan betapa pentingnya revolusi, baik fisik maupun mental dan sosial.
penghargaan martabat manusia digunakan Karya-karya Toer dipandang sebagai karya
sebagai dasar pembangunan bagi suatu yang memiliki kekuatan gaya, penguasaan
bangsa dan negara. bahasa, dan keaslian imajinasi yang
Kemudian Dakhidae (1995:82) menyata- mentransformasikan kenyataan revolusi.
kan, dalam karya-karya Toer banyak Ratih (1999:46-73) dalam studinya hanya
dijumpai pertimbangan moral, daya sentuh melakukan komparasi tentang Toer dengan
literer bagi nasib umat manusia, terutama Rushdie pada kapasitas mereka sebagai
manusia rapuh, manusia lemah di hadapan sastrawan. Di sini ia mencoba membedakan
kekuasaan, kemiskinan, dan kekacauan. Di gaya kepengarangan dan kecenderungan
samping itu, karya-karyanya juga dinilai karya-karya sastra yang ditulisnya. Kedua
memiliki daya sentuh ke dalam inti-inti nilai sastrawan itu tampak dikaji dalam hubungan-
kemanusiaan dasar, mengatasi nilai-nilai nya dengan peran diri kedua sastrawan itu
kebudayaan lokal. bagi bangsa dan negaranya. Kajian yang
Bertolak dari pemikiran itu, tulisan ini dilakukannya itu terbatas sebagai sebuah
berusaha mengungkapkan refleksi pende- studi yang mempersoalkan proses kreatif
gradasian martabat manusia dalam novel- sastrawannya.
novel Toer serta menginterpretasikan makna
perjuangan martabat manusia yang di 2. Teori Interpretasi Teks
dalamnya tercakup solusi pemikiran tentang
pemikiran pengangkatan martabat manusia Untuk mengungkap perihal martabat
yang digagas Toer. manusia dalam karya-karya Toer akan
Sehubungan dengan hal itu, ada digunakan teori interpretasi teks dengan
beberapa studi terdahulu yang sesungguhnya metode analisis wacana. Dalam tulisan ini
pernah dilakukan orang atas karya-karya akan diinterpretasi dan sekaligus dimaknakan
Toer. Dari studi itu diketahui ada beberapa secara spesifik soal martabat manusia dalam
kajian atas karya-karya Toer dan yang terkait novel-novel ini, terutama menyangkut penaf-
dengannya. Studi oleh Kurniawan (1999:169- siran dan pemaknaan pesan-pesan (mes-
180) yang telah dibukukan memusatkan sage) yang disampaikan Toer dalam kese-
perhatiannya pada ideologi sastra realisme- luruhan karyanya.
sosialis dan menggunakan perspektif filsafat. Menurut Ricoeur (Kleden, 1997:40-41),
Ia berpandangan, keseluruhan karya Toer yang menjadi tujuan interpretasi (penafsiran)

Humaniora Volume XV, No. 3/2003 277


I.B. Putera Manuaba

bukanlah maksud pengarang di luar atau di haman yang paling baik terjadi jika penafsir
balik teks, melainkan arti yang terberi "di berdiri pada self-understanding. Baginya,
dalam" dan "melalui" teks. Penafsiran lebih membaca karya sastra melibatkan diri
terpusat pada teks-teks yang telah ditulis pembaca dalam aktivitas refigurasi dunia.
sastrawannya-dan tidak terlalu dipandang Sebagai konsekuensi dari aktivitas ini,
penting apakah sastrawannya masih hidup pertanyaan-pertanyaan moral, filosofis, dan
atau tidak. Andaikata sastrawannya masih estetis tentang dunia tindakan menjadi
hidup, maksud subjektif yang diucapkan pertanyaan yang harus dijawab (Valdes,
sastrawan di luar teks bukanlah kriteria yang 1987:64).
paling menentukan bagi pemahaman arti Dalam studi ini teori penafsiran (her-
teks itu. Dalam pernyataan Ricoeur lebih jauh meneutika) memiliki peran penting. Gadamer
(Kleden, 1997:42), secara menarik dinyata- (Lefevere, 1977:50) menyatakan, semua
kan bahwa teks dapat digunakan sebagai yang mencirikan situasi penetapan atau
paradigma untuk memahami dan menjelas- pemahaman dalam suatu percakapan (ter-
kan tindakan serta pengalaman hidup masuk kepada teks) memerlukan hermeneu-
manusia. Dengan menggunakan teks seba- tika. Suatu pemahaman yang hanya ber-
gai paradigma, Ricoeur sebenarnya mau dasar pada analogi-analogi dan metafor-
mengatakan bahwa tujuan terjauh dari metafor dapat menimbulkan kesenjangan.
penafsiran bukanlah sekedar memahami Kemudian, dengan mengikuti pemikiran
makna teks, melainkan memahami eksis- Fairclough (1992), teks dipahami sebagai
tensi manusia dan dunianya. salah satu bentuk khusus penggunaan
Dalam hubungan itu, Ricoeur tampak bahasa, sebagai sebuah wacana. Wacana,
sependapat dengan Weber yang meng- karena itu, tidak dapat dilihat sebagai sebuah
anggap objek penelitian ilmu-ilmu sosial
cerminan atau perwakilan dari entitas dan
adalah meaningfully oriented behaviour.
hubungan sosial, tetapi sebagai sebuah
Adapun Ricoeur sendiri menggunakan istilah
konstruksi atas semua itu. Wacana yang
meaningful action. Di sini Ricoeur lebih
berbeda, mengkonstruksikan entitas kunci
berusaha memperlihatkan textuality (lebih
secara berbeda pula. Oleh karena itu, bisa
tepatnya textualibility tindakan manusia)
dipahami apabila wacana yang berbeda selalu
(Kleden, 1997:42). Dalam konteks itu,
memposisikan orang dalam cara yang ber-
Ricoeur telah membuktikan bahwa tindakan
beda sebagai subjek sosial. Semua inilah
(dan seluruh pengalaman hidup manusia)
yang menjadi pusat perhatian dari sebuah
menjadi bermakna karena dikisahkan dan
analisis wacana. Analisis wacana menekan-
kisah tersebut mendapat isinya dari tindakan
dan pengalaman hidup manusia. kan pada kajian bagaimana sebuah realitas
Ricoeur adalah tokoh setelah Gadamer sosial dikonstruksikan melalui bahasa dan
yang akhir-akhir ini banyak mengembangkan simbol lainnya menurut cara-cara tertentu
hermeneutika sastra dan meneruskan dan yang dipahami sebagai sebuah usaha
pemikiran filosofi fenomenologis. Baginya, sistematis untuk menimbulkan efek yang
dalam hermeneutika fenomenologis, setiap khusus (Sparringa, 2000:1).
pernyataan yang kita pertanyakan berkenaan Konsep wacana memang tidak bisa
dengan teks yang akan kita interpretasi dilepaskan dari pemikiran sentral Foucault
adalah sebuah pertanyaan tentang arti dari yang cenderung melihat realitas sosial
teks tersebut (Valdes, 1987:6). Arti dan sebagai arena diskursif (discursive field),
makna teks itu diperoleh dari upaya pen- yang merupakan kompetisi tentang bagai-
carian dalam teks berdasarkan bentuk, mana makna dan pengorganisasian institusi
sejarah, pengalaman membaca, dan self re- serta proses-proses sosial itu diberi makna
flection dari pelaku interpretasi itu untuk melalui cara yang khas. Dengan demikian,
mengeksplisitasi jenis being-in-the world wacana merujuk pada berbagai cara yang
(dasein) yang terungkap "dalam" dan tersedia untuk berbicara atau menulis guna
"melalui" teks. Ia juga menegaskan, pema- menghasilkan makna yang di dalamnya

278 Humaniora Volume XV, No. 3/2003


Novel-Novel Pramoedya Ananta Toer

melibatkan beroperasinya kekuasaan untuk dominannya" soal itu. Berdasarkan fokus itu,
menghasilkan objek dan efek tertentu dalam studi ini perlu dibahas lima buah novel,
(Sparringa, 2000:1). Bagi Foucault, wacana yakni: Bumi Manusia (1980), Anak Semua
secara umum sangat berhubungan dengan Bangsa (1981), Jejak Langkah (1985),
soal bagaimana sebuah pernyataan lebih Rumah Kaca (1990), dan Gadis Pantai
mengemuka daripada yang lain (Sparringa, (2000).
2000:2). Dengan demikian, studi ini bertujuan Dalam tulisan ini penulis memusatkan
menelusuri pendegradasian martabat manu- pada kajian pesan-pesan (message) dalam
sia di Indonesia, sebagaimana yang dire- teks novel-novel Toer. Setelah diidentifikasi
presentasikan dalam karya-karya Toer. Di keseluruhan teks yang menyangkut mes-
samping itu, mencari pelbagai solusi pemi- sage-nya, kemudian dilakukan interpretasi
kiran guna mengatasi terjadinya pendegra- dan pemaknaan atas teks itu.
dasian martabat manusia di negara Indone-
sia, dan memaknakan soal perjuangan 3. Refleksi Pendegradasian Martabat
martabat manusia dalam novel-novel ter- Manusia
sebut.
Kita mengetahui, informasi data empirik Pendegradasian manusia menjadi
tentang pendegradasian martabat manusia masalah yang banyak direfleksikan dalam
(inhuman dignity degradation) yang terjadi novel-novel karya Toer. Dengan semangat
dalam masyarakat Indonesia selama ini humanismenya, pengarang mentransformasi-
acapkali dimanipulasi. Karya sastra sebagai kannya ke dalam novel-novelnya. Setidaknya
refleksi jujur dan tanpa pamrih sastrawannya, ada empat bentuk pendegradasian dalam
setidaknya dapat memberikan informasi novel-novelnya, terutama yang diperlihatkan
yang bermanfaat karena merepresentasikan melalui pesan-pesan (message), yang
segala bentuk pendegradasian kemanusiaan tersajikan dalam bentuk pernyataan, renung-
dengan "mata batin"-nya. an, dan percakapan tokoh-tokoh ceritanya.
Informasi data yang diperoleh secara Keempat bentuk dominan termaksud
tekstual dari teks-teks sastra (terutama novel- adalah: (1) pembedaan ekstrem kelas atas-
novel yang ditulis Toer) akan turut pula bawah, (2) pembendaan manusia, (3) pe-
memberi kontribusi untuk mengungkapkan warisan nasib rendah manusia, dan (4)
terjadinya berbagai bentuk pendegradasian kekerasan kepada kemanusiaan.
kemanusiaan. Di samping itu, tulisan ini
diharapkan dapat berguna bagi masyarakat a. Pembedaan Ekstrem Kelas Atas-
Indonesia, terutama bagi pihak-pihak yang Bawah
berkompeten, guna mengarahkan negara- Di dalam kisah novel Bumi Manusia,
bangsa (nation state) ini menjadi masyarakat dapat disimak bagaimana kaum Eropa
sipil (civil society) yang demokratis, humanis, (Belanda) memandang rendah kaum pribumi
dan beradab. Tulisan ini juga mencoba (Hindia Belanda). Tuan Mellema--yang
menawarkan "pencerahan" mental spiritual keturunan Belanda dan kaya-raya--begitu
manusia Indonesia untuk secara lebih arif memandang rendah tokoh Minke--yang
dan bijak menjalani kehidupan bermasyara- berasal dari kaum pribumi. Tuan Mellema,
kat, berbangsa, dan bernegara. dalam situasi apa pun tetap merasa lebih
Dalam tulisan ini, teks-teks novel Toer tinggi martabat kemanusiaannya ketimbang
dipakai sebagai objek kajian dan berorientasi Minke. Pendegradasian kemanusiaan Minke,
pada textual analysis sehingga perlu meman- dalam teks dialaminya tatkala ia menghadap
faatkan analisis wacana (discourse analysis). Tuan Mellema: "Siapa kasih kowe ijin datang
Fokus studi tentang soal martabat manusia kemari, monyet!"... "Kowe kira, kalo sudah
ditentukan lewat proses pembacaan se- pake pakean Eropa, bersama orang
belumnya atas teks-teks novel Toer, yang Eropa, bisa sedikit bahasa Belanda lantas
ditentukan berdasarkan pada "pandangan jadi Eropa? Tetap monyet!" (Toer, 1980:37).

Humaniora Volume XV, No. 3/2003 279


I.B. Putera Manuaba

Di samping itu, dapat juga diketahui dari mulai mengerti, di sini ia tak boleh punya
pembelaan Nyai Ontosoroh kepada Minke, kawan seorang pun yang sederajat
tatkala Minke dibenci oleh Mellema: "Baik. dengannya" (Toer, 2000:32); "Yang ia tak
Jadi kau membenci Minke hanya karena dia habis mengerti mengapa ia harus berlaku
Pribumi dan kau berdarah Eropa" (Toer, sedemikian rupa sehingga sama nilainya
1980:154). dengan meja, dengan kursi dan lemari,
Tokoh Mellema mewakili kaum Eropa dengan kasur tempat ia dan Bendoro pada
(kelas atas) yang merasa lebih tinggi derajat malam-malam tertentu bercengkerama"
kemanusiaannya dari Minke yang mewakili (Toer, 2000:69).
kaum Hindia Belanda (kelas bawah). Ia tidak Gadis Pantai mungkin melambangkan
pernah mau menerima realitas bahwa harta, nasib perempuan Indonesia yang masih
keturunan, dan kekuasaan bukanlah yang belum memperoleh derajat kemanusiaannya.
paling menentukan untuk melihat kemanu- Di sini kaum perempuan masih dipandang
siaan seseorang. Semua itu, bagi Mellema, lebih rendah kedudukannya ketimbang laki-
tidak pernah dipahami sebagai sesuatu yang laki. Perempuan acapkali dipandang tidak
tidak kekal atau instrumen semata. memiliki kebebasan untuk melakukan
Kisah-kisah pendegradasian manusia pergaulan yang wajar. Ia hanya diposisikan
tentu saja tidak hanya dapat dijumpai dalam sebagai orang yang bergerak dalam ruang
Bumi Manusia, tetapi juga dalam novel- privat dan tidak sampai pada ruang publik.
novelnya yang lain, seperti Anak Semua
Bangsa, Jejak Langkah, Rumah Kaca, dan c. Pewarisan Nasib Rendah Manusia
Gadis Pantai, dengan mengacu pada model Ada satu pandangan dan kecenderungan
yang sama. yang sangat kuat dianut oleh sebagian
manusia sebagaimana yang diungkap dalam
b. Pembendaan Manusia novel-novel Toer, yakni jika seseorang terlahir
Arogansi status tinggi keeropaan yang dalam keluarga yang dipandang rendah
dirasakan tokoh Tuan Mellema dalam novel derajatnya, untuk seterusnya tetap demikian.
Bumi Manusia, juga mengakibatkan dirinya Refleksi pendegradasian ini dipandang
"membendakan" manusia lainnya. Tentang berbentuk pewarisan nasib rendah manusia:
hal ini tampak dalam kisah ini yang mem- "Aku mengangkat sembah sebagaimana
perlihatkan perilaku Tuan Mellema yang biasa aku lihat dilakukan punggawa."
memandang orang lain sekadar pelengkap (Toer, 1980:117). Dalam wacana itu, tampak
sehingga kehadiran orang lain tidak terlalu betapa perempuan harus tunduk kepada laki-
penting di matanya. Orang lain diperlakukan laki karena laki-laki merasa memiliki derajat
hanya seperti benda. kemanusiaan yang lebih tinggi ketimbang
Pendegradasian manusia yang mem- perempuan. Ini berlangsung terus-menerus,
bendakan manusia, misalnya dapat disimak ibarat telah menjadi sebuah warisan nasib.
ketika Nyai Ontosoroh dalam novel Bumi Refleksi pendegradasian manusia
Manusia berkisah kepada anaknya semacam itu juga dapat disimak dalam
(Annelies), tentang nasib yang menimpa suatu kisah tokoh mBok kepada Mas
dirinya (Nyai Ontosoroh): "Hidup sebagai nyai Nganten dalam novel Gadis Pandai. Dari
terlalu sulit. Dia cuma seorang budak belian penceritaan mBok itu, dikatakan bahwa
yang kewajibannya hanya memuaskan perempuan di kota menjadi milik lelaki.
tuannya...." (Toer, 1980:80). Perempuan tidak pernah memiliki dirinya
Pembendaan itu juga dialami oleh tokoh sendiri sehingga oleh laki-laki ia dianggap
Gadis Pantai -selaku tokoh utama- dalam tidak berhak menjadi dirinya sendiri (herself).
novel Gadis Pantai. Si Gadis Pantai me- Penceritaan ini sebetulnya merupakan
rasakan dirinya diidentikkan dengan benda sebuah sinisme pihak perempuan kepada
sehingga tidak dipandang sederajat dengan laki-laki yang hampir sepanjang masa
calon suaminya yang berasal dari kaum membelengu kehidupan perempuan. Dalam
bangsawan: "Dan Gadis Pantai tertegun. Ia sebagian penceritaan itu, dikatakan: "Di kota

280 Humaniora Volume XV, No. 3/2003


Novel-Novel Pramoedya Ananta Toer

perempuan berada dalam dunia yang namun eksistensinya sebagai "gadis pantai"
dipunyai lelaki, Mas Nganten. Lantas Apa (yang dipandang berstatus rendah) tetap
yang dipunyai perempuan kota? Tak punya diungkit-ungkit lagi.
apa-apa, Mas Nganten, kecualiYa?
Kewajiban menjaga setiap milik lelaki. 4. Interpretasi Makna Perjuangan
Lantas milik perempuan itu sendiri apa? Martabat Manusia
Tidak ada, Mas Nganten. Dia sendiri hak-
milik lelaki (Toer, 2000:69). Di sini perem- Di dalam novel-novel Toer tampak
puan seakan-akan tidak memiliki hak apa martabat manusia dapat dijaga dengan sikap
pun atas kehidupannya selain hanya sebagai cinta antarsesama. Dalam hal ini, orang
objek laki-laki. Karena begitu tragisnya nasib seyogianya senantiasa dapat mengubah
perempuan, perempuan sama sekali tidak sikap bermusuhan menjadi sikap cinta. Pada
memiliki kesetaraan dengan laki-laki. hakikatnya, sikap cinta senantiasa men-
ciptakan keindahan hidup manusia. Hal ini
d. Kekerasan kepada Kemanusiaan dapat disimak dari pesan yang disampaikan
melalui tokoh Jean Marais tatkala ia
Refleksi pendegradasian manusia yang menceritakan pengalamannya kepada
dominan juga tampak dalam novel-novel Minke, sebagaimana tampak dalam novel
karya Toer adalah berupa kekerasan (vio- Bumi Manusia: "Cinta itu indah, Minke, terlalu
lence), baik kekerasan fisik maupun psikis. indah, katanya. Ia masih juga belum
Kekerasan ini mengabaikan rasa kemanusia- bercerita bagaimana ia dapat mengubah
an sehingga orang-orang cenderung berbuat wanita musuhnya jadi wanita yang dicintai
di luar batas-batas kemanusiaan. Tindakan dan boleh jadi mencintainya juga, jadi wanita
yang tidak berperikemanusiaan menjadi yang memberinya seorang anak kesayangan,
model-model perilaku yang dipilih dalam May sekarang duduk bercerita di pang-
penyelesaian masalah atau memenuhi kuanku" (Toer, 1980:53).
keinginan oleh tokoh-tokohnya. Pemikiran solutif tentang perlunya
Dalam novel Anak Semua Bangsa menciptakan kesetaraan manusia juga
misalnya, kita dapat menyimak tindakan diungkap dalam novel Bumi Manusia,
destruktif, seperti membunuh dan tindakan sebagaimana tersirat dalam pernyataan Nyai
keji lainnya dilakukan oleh seseorang demi Ontosoroh yang membela Minke dari per-
memenuhi nafsu jahat dan apa yang diingin- lakuan pendegradasian (penghinaan) Melle-
kannya: "Sudah kuduga. Nak, mereka ma. Bagi Nyai, manusia haruslah diposisikan
sengaja menumpas, hanya untuk jadi pe- setara antarmanusia yang satu dengan yang
milik tunggal perusahaan ini. Mereka telah lain, kendati mereka berada dalam status
membunuhnya dengan jalan yang tersedia sosial yang berbeda. Mengapa demikian? Hal
dan boleh dipergunakan" (Toer, 1981:35). ini disebabkan oleh semua manusia pada
Keinginan yang ambisius acapkali hakikatnya memiliki martabat kemanusiaan
menggelorakan kebiadaban kemanusiaan yang sama. Kesetaraan manusia di muka
sehingga orang lupa dengan norma-norma. bumi ini pada dasarnya merupakan sebuah
Kekerasan ini direfleksikan dalam novel keniscayaan. Dalam perkataan lain, hanya
Gadis Pantai melalui perkataan yang meren- manusia yang arogan yang kemudian
dahkan orang lain: "Kusir melompat dan menstratifikasi keadaan manusia secara
segera menghadap. Sebelum sempat dekat vertikal sehingga kesetaraan itu tidak lagi
Gadis Pantai, ia dengar suara wanita lain dijumpai dalam pergaulan sosial hidup
mendesis, "Dasar perempuan kampungan!" manusia. Oleh karena itu, muncullah peng-
(Toer, 2000:126). kelasan atau pengkastaan, yang cenderung
Gadis Pantai, yang merupakan orang menstratifikasi manusia dalam masyarakat
pantai direndahkan derajat kemanusiaannya menjadi kelas-kelas sosial tertentu. "Eropa
dengan penghinaan. Meskipun Gadis Pantai gila sama dengan Pribumi gila", sembur Nyai
telah diangkat menjadi pendamping Bendoro, tetap dalam Belanda. Matanya menyala

Humaniora Volume XV, No. 3/2003 281


I.B. Putera Manuaba

memancarkan kebencian dan kejijikan. Tak Kommer dengan Minke, dalam novel Anak
ada apa-apa kau di rumah ini " (Toer, Semua Bangsa. "Benar, Tuan Minke, Tuan
1980:37). sendiri seorang pengagum Revolusi Prancis,
Cerita Nyai Ontosoroh dalam Bumi mendudukkan harga manusia pada tempat-
Manusia juga sarat dengan pesan kema- nya yang tepat. Dengan hanya memandang
nusiaan. Ia mengharapkan bahwa manusia manusia pada satu sisi, sisi penderitaan
harus dapat melupakan sejarah masa lalu semata, orang akan kehilangan sisinya yang
agar dapat membangun suasana yang lebih lain. Dari sisi penderitaan saja, yang datang
baik dan bersahabat. Orang sebaiknya tidak pada kita hanya dendam, dendam semata
muncul sebagai pendendam, tetapi bersikap " (Toer, 1981:181).
bijak bahwa kehidupan yang kejam juga Penolakan kepada perang juga menjadi
menjadi inspirasi penting menuju hidup baru pemikiran solutif yang dapat dimaknakan
dan hidup yang lebih bermakna. untuk meningkatkan martabat manusia
Dalam novel Bumi Manusia ini, Nyai sebab perang secara otomatis menghancur-
Ontosoroh menceritakan bagaimana kan martabat manusia dan mengoyak
pengalaman hidupnya yang kelam (tatkala hubungan sosial kemanusiaan. Perang pasti
masih bernama: Sanikem, yang menderita) membawa kesengsaraan bagi umat
hingga kehidupan kini kepada Annelies. "Ya, manusia. Hal ini tampak dalam pesan yang
Ann, Sanikem yang lama makin lenyap. muncul dari percakapan antara tokoh Ter
Mama tumbuh jadi pribadi baru dengan Haar dengan Minke dalam Anak Semua
penglihatan dan pandangan baru. Rasanya Bangsa. " Apa dia kemudian tidak terjatuh
aku bukan budak yang dijual di Tulangan pada kebiasaan raja-raja, yang dikenalnya
beberapa lalu lagi. Kadang aku bertanya dari dongeng dan dilihatnya sendiri di
pada diri sendiri" adakah aku sudah jadi berbagai kabupaten? Tidakkah kemudian
wanita Belanda berkulit coklat? (Toer,
akan timbul orang-orang lain yang juga seperti
1980:84).
isi Babad Tanah Jawi? Perang yang tidak
Pesan kemanusiaan juga tersirat pada
ada habis-habisnya-setiap orang lawan
pernyataan dalam surat Miriam kepada
setiap orang, semua lawan semua? Ya?
Minke, yang mengharapkan agar Minke
(Toer, 1981:269).
dapat menjadi manusia yang bijak kendati
Sikap saling membantu merupakan
bangsanya pernah direndahkan. Persahabat-
perwujudan dari seorang yang cinta pada
an adalah kunci untuk menjalin rasa
kemanusiaan. Orang yang bijak senantiasa
kemanusiaan, sebagaimana tampak dalam
akan menumbuhkan niatnya yang keras
novel Anak Semua Bangsa. "Minke yang
untuk membantu orang lain dan mengangkat
baik, jangan kau jadi bosan pada kami
martabat kemanusiaannya. Niat membantu
karena kami terlalu cerewet tentang negeri
dan bangsamu. Papa bilang, sampai dengan itu baru tulus jika keluar dari hati nuraninya
bangsa-bangsa dari utara datang padamu yang paling dalam tanpa pamrih. Hal ini dapat
untuk menginjak-injak kau." (Toer, 1981:45). disimak dalam petikan teks Rumah Kaca
Untuk meningkatkan martabat manusia, berikut. "Di hotel ini juga kubulatkan tekad:
orang harus melihat keseluruhan sisi harus kubantu orang yang berhati dan
manusia, tidak hanya melihat sisi pende- berkemauan baik untuk Pribumi bangsanya
ritaan, kesengsaraan, dan kemiskinannya itu. Demi Tuhan aku akan membantunya.
semata. Hal yang terpenting bagaimana Dia sebagai pribadi, aku sebagai pribadi,
mendudukkan martabat manusia, agar demi Tuhan! Beri aku kekuatan. Orang itu
manusia tetap dihargai sebagai manusia harus berhasil . Aku harus berpihak pada
yang bermartabat. Sisi penderitaan, yang maju, berpihak pada progresivitas
kesengsaraan, dan kemiskinan bukanlah sejarah. Ini kata nuraniku. Murni. Tak ada
alasan untuk memandang rendah manusia. kepentingan pribadi tersangkut di dalamnya
Hal ini terungkap dalam percakapan Tuan (Toer, 1990:18).

282 Humaniora Volume XV, No. 3/2003


Novel-Novel Pramoedya Ananta Toer

5. Simpulan Heryanto, Ariel. 1988. "Masihkah Politik Jadi


Panglima? Politik Kesusastraan Indo-
Berdasarkan pembahasan yang telah nesia Mutakhir'. Prisma, No. 8, Tahun
dikemukakan, ada beberapa simpulan yang XV, hal. 3-16.
dapat dikemukakan di sini. Simpulan ini pada
dasarnya merupakan temuan-temuan ana- Kleden, Leo. 1997. Teks, Cerita, dan Trans-
lisis yang secara spesifik menyoroti soal formasi Kreatif". Jurnal Kebudayaan
martabat manusia dalam novel-novel Toer. Kalam, edisi-10, halaman 33-47.
Pertama, keseluruhan refleksi pende- Kurniawan, Eka. 1999. Pramoedya Ananta
gradasian manusia, makna perjuangan Toer dan Sastra Realisme Sosialis.
martabat manusia dapat disimak melalui Yogyakarta: Yayasan Aksara Adipura.
pesan-pesan (message) di dalam teks (baik
dalam bentuk percakapan antartokoh, Lefevere, Andre. 1977. Literary Knowledge:
pernyataan-pernyataan tokoh, peristiwa- A Polemical and Programmatic Essay
peristiwa yang dialami tokoh, dan renungan- On Its Nature, Growth, Relevance, and
renungan para tokohnya). Transmition. Amsterdam: van Gorcum,
Kedua, refleksi pendegradasian manusia Assen.
yang dominan diungkapkan dalam novel- Magnis-Suseno, Frans. 1992. "Di Senja
novel Toer adalah (1) pembedaan ekstrem Zaman Ideologi: Tantangan Kemanu-
kelas atas-bawah, (2) pembendaan manusia, siaan Universal". Dalam: Tantangan
(3) pewarisan nasib rendah manusia, dan (4) Kemanusiaan Universal: Antologi Filsa-
kekerasan (fisik dan psikis) kepada kema- fat, Budaya, Sejarah-politik, dan Sastra.
nusiaan. Yogyakarta: Kanisius.
Ketiga, ada berbagai pemikiran tentang
Manuaba, Putera. 2000a. "Krisis Moral dalam
perjuangan martabat manusia yang dapat
Teks Drama Pak Kanjeng, Semar
diinterpretasi dari novel-novel Toer ini, di
Gugat, dan Marsinah: Sebuah Tinjauan
antaranya: (1) perlunya kita sebagai manusia
Semiotik-Pragmatik". Dinamika Sosial,
memiliki dan menumbuhkan sikap cinta pada
Vol.1, No.1, April, hal. 44-53. Surabaya:
semua orang; (2) perlunya kita menjalin
Lemlit Universitas Airlangga.
persahabatan kepada siapa pun (tanpa
memandang SARA atau dari status sosial _________ 2000b. "Sastra, Sastrawan, dan
mana saja); (3) perlunya manusia mem- Negara". Dalam Sastra: Ideologi, Politik,
bangun sikap kesetaraan antarmanusia dan Kekuasaan. Surakarta: Muhamma-
dengan ketulusan hati; (4) perlunya manusia diyah University Press.
memiliki ikhtiar dan kesadaran untuk berubah
Ratih, I Gusti Agung Ayu. 1999. "Rusdhi dan
menjadi baik atau bijak tanpa harus tergoda
Pramoedya Bersimpangan Narasi ten-
dengan hal-hal yang tidak hakiki dalam
tang Bangsa". Kalam, ed. 6, hal. 48-69.
kehidupan manusia; dan (5) perlunya
menumbuhkan sikap suka membantu orang Saidi, Acep Iwan. 2000. "Pramoedya Ananta
lain dengan tulus dan tanpa pamrih demi Toer: Wacana Sejarah dan Kekuasaan
pengangkatan martabat manusia itu sendiri. dalam Ideologi Realisme Sosialis.
Dalam Sastra: Ideologi, Politik, dan
DAFTAR PUSTAKA Kekuasaan. Surakarta: Muhammadiyah
University Press.
Dakhidae, Daniel. 1995. "Kesusastraan, Sparringa, Daniel. 2000. "Analisis Wacana".
Kekuasaan, dan Kebudayaan Suatu Makalah untuk Materi Pelatihan Kepe-
Bangsa". Kalam, ed. 6, hal. 74-102. mimpinan Kader Bangsa (PKMKB) yang
Fairclough, Norman. 1992. Discourse and diorganisasi oleh Direktorat Kemahasis-
Social Change. Cambridge: Blackwell waan, Direktur Jenderal Pendidikan
Publishers. Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional.

Humaniora Volume XV, No. 3/2003 283


I.B. Putera Manuaba

Teeuw, A. 1999. "Revolusi Indonesia dalam _________ 1990. Rumah Kaca. Kuala
Imajinasi Pramoedya Ananta Toer". Lumpur: Wira Karya.
Kalam, ed. 6, hal. 4-47.
__________ 2000. Gadis Pantai. Jakarta:
Toer, Pramoedya Ananta. 1980. Bumi Hasta Mitra.
Manusia. Jakarta: Hasta Mitra.
Valdes, Mario J. 1997. Phenomenologi
_________ 1981. Anak Semua Bangsa. Hermeneutics and the Study of Litera-
Jakarta: Hasta Mitra. ture. London: University of Toronto Press.
_________ 1985. Jejak Langkah. Jakarta:
Hasta Mitra.

284 Humaniora Volume XV, No. 3/2003

Anda mungkin juga menyukai