Hukum Acara Perdata PDF
Hukum Acara Perdata PDF
PERDATA
DISAMPAIKAN OLEH
JOHANIS TANAK, MH
KASUBDIT BANKUM PERDATA
DIREKTORAT PERDATA
PADA JAM DATUN
KEJAKSAAN AGUNG RI
Sumber Hukum Acara Perdata
Het Herziene Indonesisch Reglement (HIR) diatur dlm
S.1848 No. 16, S.1941 No. 44 & Reglement
Buitengewesten (Rbg) diatur dlm S.1927 No. 227,
berlaku berdasarkan Ps. 5 ayat 1 UU Dar. 1 Tahun 1951.
Reglement op de Burgerlijke rechtsvordering Rv) atau
Reglemen hukum acara perdata untuk golongan Eropa
(S. 1847 No. 52, 1849 No. 63.
Reglement opde Rechterlijke Organisatie in het beleid
der Justitie in Indonesie (RO) S.1847 no. 23.
BW buku IV dan selebihnya tersebar dlm Burgerijk
Wetboek (BW), Wetboek van Kophandel (WvK) dan
Peraturan Kepailitan.
UU No. 4 Tahun 2004 & UU No. 5 Tahun 2004.
Hukum acara perdata yg mengatur banding untuk
daerah Jawa n Madura diatur dalam UU No. 20/1947,
untuk luar Jawa n Madura diatur dlm ps. 199-
199-205 Rbg
ASAS ASAS
HUKUM ACARA PERDATA
Hakim bersifat menunggu
Hakim Pasif
Asas-asas
Hukum Acara Perdata Mendengar kedua belah pihak
Peninjauan kembali
Sengketa Perdata
Para pihak ini dapat
Pihak Tergugat
bertindak sebagai pihak
materiil maupun formil
Wali atau Pengampu dpt bertindak sebagai
pihak dalam persidangan di pengadilan atas
nama sendiri tetapi untuk kepentingan orang
lain yang diwakilinya karena mereka mempunya
kepentingan secara langsung (vide ps. 383, 446,
452, 403,405 BW).
Pada asasnya setiap orang yang merasa
mempunyai hak dan ingin menuntutnya atau
ingin mempertahankan atau membelanya,
membelanya,
berwenang untuk bertindak selaku pihak,pihak, baik
selaku Penggugat maupun selaku Tergugat
(legitima persona standi in judicio).
judicio).
Penggugat maupun Tergugat dapat
memberikan kuasa kpd pihak lain untuk diwakili
tetapi harus disertai Su
Surrat Kuasa (Ps. 123 ayat
1 HIR; Ps. 147 Rbg).
Rbg).
PENGGABUNGAN TUNTUTAN
Garantie/penanggung (vrijwaring)
Mutlak (absolut)
Nisbi (relatif)
Sita Jaminanan
Sita Conservatoir
Sita Jaminanan
Ps. 197 ayat 9 HIR
Terhadap Miliknya Sendiri
Ps. 212, 214 Rbg
Eksepsi/Jawaban
Jawab
menjawab
Replik
Persidangan
Duplik
Pembuktian
Konklusi/Kesimpulan
Putusan
Pada hari sidang yang telah ditetapkan, ketua
Majelis Hakim yang didampingi panitera
membuka sidang dan menyatakan sidang
terbuka untuk umum (vide ps. 17 ayat 1 dan 2
UU No. 14/1970).
Apabila Putusan diucapkan dalam sidang yang
tidak dinyatakan terbuka untuk umum, maka
putusan tersebut tidak sah dan tidak
mempunyai kekuatan hukum dan dengan
demikian mengakibatkan batalnya putusan
(vide ps. 18 UU No. 14/1970), tetapi bila dalam
berita acara disebutkan sidang dinyatakan
terbuka untuk umum, maka putusan tetap sah.
Pembatasan terhadap asas terbukanya
persidangan untuk umum dapat dilakukan
apabila undang-
undang-undang menentukan lain atau
berdasarkan alasan-
alasan-alasan penting menurut
hakim dan dimuat dalam berita acara sidang
(vide ps. 17 ayat 1 UU No. 14/1970; ps. 29
RO).
Sidang ditunda apabila hanya satu pihak yang
hadir, hal ini dilakukan untuk memenuhi asas
audi et alteram partem, karena keterangan
satu pihak saja bukanlah merupakan
keterangan Eines Mannes Rade, ist keines
Mannes Rade, man soll sie horen beide.
Bila dalam pemeriksaan pertama kedua pihak yang
berperkara hadir, maka hakim harus mengusahakan
mendamaikan kedua belah pihak (vide ps. 130 HIR;
ps. 154 Rbg).
Putusan perdamaian (acte van vergelijk) dijatuhkan
apabila mereka berhasil berdamai dan menghukum
kedua pihak untuk memenuhi isi perdamain yang yang
telah dicapai.
Terhadap putusan perdamaian tidak dapat dimintakan
banding (ps. 130 ayat 3 HIR; ps. 154 ayat 3 Rbg).
Bila perdamaian tidak berhasil, hal tersebut dimuat
dalam berita acara sidang dan pemeriksaan
dilanjutkan (ps. 131 ayat 1 HIR; 154ayat 1 Rbg).
Rv menganut sistem, hakim adalah pasif.
Sedangkan HIR menganut sistem, hakim aktif.
Dalam hal ini hakim berwenang memberi
nasehat kepada kedua belah pihak serta
menunjukan upaya hukum (ps. 132 HIR;156
Rbg). Selain itu hakim wajib mencari
keterangan--keterangan yang bertentangan satu
keterangan
sama lain untuk menetapkan pokok sengketa.
Bilamana perdamaian tidak tercapai, maka
sidang dilanjutkan dengan acara pembacaan
gugatan.
Tergugat diberi kesempatan untuk memberi
tanggapan/jawaban atas gugatan, hal ini dapat
dijawab secara lisan maupun tertulis (ps. 121
ayat 2 HIR; 145 ayat 2 Rbg).
Bilamana tergugat memandang perlu,
Bilamana perlu, maka
tergugat dapat mengajukan eksepsi sebelum
memberikan jawaban atau diajukan bersamaan
dengan jawaban.
jawaban.
declinetoir
Prosesuil
disqualifictoir
Eksepsi
dilatoir
Materiil
peremptoir
Eksepsi prosesuil adalah tangkisan yang bersifat
mengelak yang menuju pada tuntutan tidak
diterimanya gugatan berdasarkan alasan-
alasan-alasan di
luar pokok perkara; meliputi :
- eksepsi deklaratoir seperti eksepsi tentang tidak
berkuasanya hakim, eksepsi bahwa gugatan batal
dan;
- eksepsi disqualificatoir seperti, eksepsi perkara telah
diputus dan pihak penggugat tidak berkapasita.
Eksepsi materiil merupakan bantahan lainnya yang
didasarkan ketentuan hukum materiil; meliputi :
- eksepsi dilatoir seperti tuntutan penggugat belum
dapat dikabulkan karena penggugat memberi
penundaan pembayaran.
- eksepsi peremptoir yang sudah mengenai pokok
perkara seperti eksekusi karena lampaunya waktu
(kadaluarsa) atau karena tergugat dibebaskan dari
membayar.
Penggugat diberi kesempatan untuk memberi
tanggapan terhadap eksepsi/jawaban tergugat,
biasa disebut replik.
Terakhir tergugat diberi kesempatan untuk
memberi tanggapan atas replik penggugat,
biasa disebut duplik
Hukum pembuktian positif diatur dalam HIR
dan Rbg serta BW. Selain itu masi diatur juga
dalam Rv.
Pembuktian
Dengan berakhirnya proses jawab menjawab,
maka acara selanjutnya adalah pembuktian.
Dalam pemeriksaan Pembuktian, para pihak
diberi kesempatan untuk membuktikan dalil-
dalil-
dalil yang telah disampaikan dan kesempatan
pertama diberikan kepada Pengugat, setelah itu
Tergugat.
Hukum pembuktian terdiri dari dua unsur, yaitu
unsur materiil/hukum pembuktian materiil dan
formil/hukum pembuktian formil.
Hukum pembuktian materiil mengatur tentang
dapat tidaknya diterima pembuktian dengan
alat--alat bukti tertentu di persidangan serta
alat
ketentuan pembuktiannya.
Hukum pembuktian formil mengatur tentang
caranya mengadakan pembuktian.
Yang harus dibuktikan dalam persidangan
adalah peristiwa hukum yang penting/relevant
bagi hukum agar diperoleh suatu kebenaran,
misalnya yang harus dibuktikan adalah adanya
perjanjian hutang piutang antara penggugat
dan tergugat.
Selain peristiwa hukum, dalam hukum
pembuktian, hak pun harus dibuktikan karena
dari ps. 163 HIR; 283 Rbg dan 1865 BW,
disebutkan bahwa siapa mengaku mempunyai
hak harus membuktikannya.
Kebanaran yang dicari oleh hakim dalam
perkara perdata adalah kebenaran formil.
Mencari kebenaran formil berarti hakim tidak
boleh melampaui batas-
batas-batas yang diajukan
oleh para pihak yang berperkara.
Hal ini relevant dengan ketentuan ps. 178 ayat
3 HIR; ps. 189 ayat 3 Rbg dan ps. 50 ayat 3 Rv
yang melarang hakim untuk menjatuhkan
putusan atas perkara yang tidak dituntut atau
akan meluluskan lebih dari yang dituntut.
Dalam perkara perdata, pihak yang
berkepentingan cq. Penggugat dan Tergugat
yang berkepentingan yang wajib membuktikan
peristiwa yang disengketakan dan atau
mengajukan alat-
alat-alat bukti.
Ps. 163 HIR; 283 Rbg dan 1865 BW, pada
pokoknya menyebutkan bahwa Barangsiapa
yang mengaku mempunyai hak, harus
membuktikan adanya hak atau peristiwa itu.
Suatu bukti dinilai lengkap atau sempurna,
apabila hakim berpendapat bahwabukti yang
telah diajukan/peristiwa yang harus dibuktikan
itu harus dianggap sudah pasti atau benar.
Teori pembuktian:
1. Pemuktian bebas, menghendaki adanya
ketentuan--ketentuan yang mengikat hakim,
ketentuan
sehingga penilaian pembuktian seberapa dapat
diserahkan kepadanya.
2. ...
2. Pembuktian negatif, menurut teori ini harus ada
ketentuan--ketentuan yang mengikat yang bersifat
ketentuan
negatif, yaitu bahwa ketentuan ini harus membatasi
pada larangan kepada hakim untuk melakukan
sesuatu yang berhubungan dengan pembuktian. Jadi
hakim dilarang dengan pengecualian (ps. 169 HIR,
306 Rbg, 1905 BW).
3. Pembuktian positif, teori ini menghendaki adanya
perintah kepada hakim. Di sini hakim diwajibkan tetapi
dengan syarat (ps. 165 HIR, 285 Hbg, 1870 BW).
Pendapat umum menghendaki adanya pembuktian
bebas, hal ini dimaksudkan agar dapat memberi
kelonggaran bagi hakim dalam mencari kebenaran.
BebanPembuktian
Hakim yang memerintahkan kepada para pihak
untuk mengajukan alat-
alat-alat buktinya.
Asas beban pembuktian ini diatur dalam ps.
163 HIR, 283 Rbg, 1865 BW) yang berbunyi:
Barangsiapa yang mengaku mempunyai hak
atau yang mendasarkan pada suatu peristiwa
untuk menguatkan haknya itu atau untuk
menyangkal hak orang lain, harus
membuktikan adanya hak atau peristiwa itu.
Selain ketenuan tersebut, ada beberapa
ketentuan khusus, yaitu ps. 533 BW, ps. 535
BW, ps. 1244 BW.
Alat Bukti
Alat
Alat--alat bukti dalam acara perdata adalah alat bukti
tertulis/surat, pembuktian dengan saksi, persangkaan-
persangkaan-
persangkaan, pengakuan dan sumpah (ps. 164 HIR,
284 Rbg, 1866 BW).
Alat bukti tertulis/surat, yaitu segala sesuatu yang
memuat tanda-
tanda-tanda bacaan yang dimaksudkan untuk
mencurahkan isishati atau untuk menyampaikan buah
pikiran seseorang dan dipergunakan sebagai
pembuktian.
Alat bukti surat dibagi menjadi akta dan bukan akta.
Akta terdiri dari, akta otentik (ps. 165 HIR, 285 Rbg,
1868 BW) dan akta di bawah tangan (S 1867 No. 29
untuk Jawa dan Madura, luar Jawa dan Madura diatur
dalam ps. 286-
286-305 Rbg, ps 1874-
1874- 1880 Bw).
Alat Bukti Saksi
Alat bukti ini diatur dalam ps. 139 152, 168
172 HIR, ps. 165 179 Rbg, 1895 dan 1902
1912 BW.
Alat Bukti Persangkaan
Alat bukti ini diatur dalam ps. 164 HIR, ps 284
Rbg, 1866 BW.
Alat Bukti Pengakuan
Alat bukti ini diatur dalam ps 174, 175, 176
HIR, 311, 312, 313 Rbg, 1923 1928 BW.
Alat Bukti Sumpah
Alat Bukti Sumpah diatur dalam ps 155-
155-158,
177 HIR, 182-
182-185, 314 Rbg, 1929-
1929-145 BW.
Pemeriksaan Setempat
Kesimpulan
Putusan
Upaya Hukum Biasa
Eksekusi
Perlawanan Terhadap Penetapan Eksekusi
Upaya Hukum Luar Biasa