Anda di halaman 1dari 51

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar belakang

Bandar udara (disingkat: bandara) atau pelabuhan udara merupakan


sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandar
udara yang paling sederhana minimal memiliki sebuah landas pacu namun
bandara-bandara besar biasanya dilengkapi berbagai fasilitas lain, baik untuk
operator layanan penerbangan maupun bagi penggunanya. Menurut Annex 14 dari
ICAO (International Civil Aviation Organization): Bandar udara adalah area
tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan, instalasi dan peralatan) yang
diperuntukkan baik secara keseluruhan atau sebagian untuk kedatangan,
keberangkatan dan pergerakan pesawat.

Pada awal mulanya masa awal penerbangan, bandar udara hanyalah sebuah
tanah lapang berumput yang bisa didarati pesawat dari arah mana saja tergantung
arah angin. Pada masa Perang Dunia I, bandar udara mulai dibangun permanen
seiring meningkatnya penggunaan pesawat terbang dan landas pacu mulai terlihat
seperti sekarang. Setelah perang berakhir, bandar udara mulai ditambahkan
fasilitas-fasilitas komersial untuk melayani penumpang. Sekarang, bandar udara
bukan hanya tempat untuk naik dan turun pesawat. Dalam perkembangannya,
berbagai fasilitas ditambahkan seperti toko-toko, restoran, pusat kebugaran, dan
butik-butik merek ternama apalagi di bandara-bandara baru. Kegunaan bandar
udara selain sebagai terminal lalu lintas manusia / penumpang juga sebagai
terminal lalu lintas barang. Untuk itu, di sejumlah bandar udara yang berstatus
bandar udara internasional ditempatkan petugas-petugas bea cukai. Di Indonesia,
bandar udara yang berstatus bandar udara internasional antara lain adalah Kuala
Namu (Deliserdang), Soekarno-Hatta (Cengkareng), Djuanda (Surabaya), Sultan
Aji Muhammad Sulaiman (Kota Balikpapan), Hasanuddin (Makassar), dan masih
banyak lagi.

Bandar Udara Juwata melayani jalur penerbangan regional,


nasional dan internasional. Aktifitas penerbangan di
Bandara Juwata dipengaruhi oleh kegiatan pertambangan minyak/gas bumi
dan merupakan penghubung regional antarkota/kabupaten di Propinsi Kalimantan
Timur. ARAKAN - Sebagai salah satu pintu gerbang Provinsi Kalimantan Utara,
Bandar Udara Juwata Tarakan terus berbenah. Salah satu pembenahan yang telah
dilakukan yaitu rampungnya pengerjaan terminal baru yang rencananya
beroperasi penuh pada akhir tahun 2015 ini.

Beberapa infrastruktur lain terus dilakukan peningkatan, seperti penyempurnaan


landasan pacu (runway), penambahan lampu isyarat pesawat saat landing dan take
off malam hari. Kementerian Perhubungan melalui APBN telah menggelontorkan
dana sebesar Rp 170 miliar untuk peningkatan tersebut.

1
Menurut Kepala Bandara Juwata Tarakan, Syamsul Banri, menjelang peresmian
(soft opening) terminal baru yang menurut rencana akan dilaksanakan 1 Juli 2015
ini, pihaknya masih terus melakukan pembenahan. Di mana banyak hal yang
harus dibenahi demi menjadikan Juwata sebagai bandara Internasional. Apalagi
letaknya di perbatasan dengan negara tetangga (Malaysia), tentu menjadikan
Juwata sebagai pintu gerbang yang terbaik di Provinsi Kaltara.

1.2 Maksud Dan Tujuan

Maksud dalam pembuatan laporan ini, agar penyusun dapat Memahami

pembuatan bandar udara berstandart internasional dan Juga sebagai bahan evaluasi

bandar udara yang sudah ada serta sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan

kebijakan perencanaan pembangunan bandar udara internasional di masa yang akan

datang.

Dan tujuan dari pembutan lapaoran ini adalah agar penyusun dapat

mengetahui proses perhitungan dalam menentukan landas pacu terhadap volume

penerbangan, Dan sebagai tugas untuk memenuhi mata kuliah Lapangan Terbang .

2
1.3 Denah Lokasi

3
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1Pengertian Landas Pacu

Landas pacu adalah sepetak lahan yang digunakan oleh pesawat terbang
untuk lepas landas atau pendaratan yang dapat berupa aspal atau rumput. Dalam
bahasa Inggris disebut runway. Nama landas pacu diambil dari arahnya
dengan pembulatan ke puluhan terdekat, contoh: 36 untuk landas pacu yang
mengarah ke 360 derajat (utara). Karena sebuah landas pacu bisa dipakai dua
arah, penamaan pun ada dua dengan selisih 18. Contoh: landas pacu 09/27.
Apabila bandara memiliki beberapa landas pacu dengan arah sama, akan
diidentifikasi dengan penambahan huruf L, C, dan R untuk Left, Center, dan Right
(kiri, tengah, kanan) yang ditambahkan di akhir. Contoh: landas pacu 02R/20L.

Pada umumnya landasan pacu memiliki lapisan aspal "hotmix" dengan


identifikasi angka derajat dan arah yang dituliskan dengan huruf, serta garis garis
yang mirip dengan "zebra cross" pada ujung ujungnya yang semakin berkurang
jumlah garisnya bila menuju ke tengah landasan yang menunjukkan saat saat
pesawat harus touch down (roda roda menyentuh landasan saat mendarat) serta

4
take off (melandas). Pada landasan-landasan tertentu, ujung ujung landasan yang
digunakan untuk touch down atau take off digunakan lapisan beton, bukan aspal,
untuk menghindari melelehnya aspal pada saat pesawat take off dengan kekuatan
mesin penuh, khususnya pesawat tempur yang menggunakan mekanisme
afterburner sehingga menimbulkan semburan api pada nozzle (saluran buang)
mesin pesawat. Aspal yang digunakan yang terbaik adalah aspal alam, dan yang
terbaik digunakan adalah aspal yang dihasilkan dari negara Trinidad dan Tobago,
jadi tidak menggunakan aspal hasil olahan minyak bumi, yang mudah
mencair/melunak akibat panas matahari, tekanan dan panas yang ditimbulkan dari
semburan gas buang mesin pesawat. Pada bagian bawah lapisan aspal digunakan
lapisan batu kali, bukan batu koral seperti halnya penggunaan pengaspalan jalan
raya. Landasan pacu dibuat dengan perhitungan teknis tertentu sehingga
permukaannya tetap kering, sekalipun pada musim hujan, dan mencegah
tergenangnya landasan yang mengakibatkan pesawat mengalami aquaplanning,
terutama saat mendarat yang sangat membahayakan. Pada tepi kanan dan kiri
serta ujung ujung landas pacu diberi lampu-lampu dan tiang-tiang navigasi yang
digunakan untuk membantu navigasi terlebih lebih pada cuaca buruk dan
penerbangan malam hari.

Landas pacu sebuah lapangan terbang perintis di Papua. Landas pacu


bandara perintis memiliki konstruksi yang lebih sederhana dibandingkan bandara
bandara komersial terlebih lebih di kawasan terpencil. Landasan pacu ini dikenal
sebagai airstrip. Terkadang hanyalah lajur tanah yang diperkeras yang diberi
lapisan rumput, dan untuk mencegah amblasnya tanah digunakan lonjoran
lonjoran baja atau alas marston (lapisan plat baja yang berlubang lubang). Di
Indonesia, landasan seperti ini digunakan di daerah pedalaman Irian Jaya atau
Papua. Konstruksi landas pacu seperti ini digunakan pada masa Perang Dunia II
untuk kepentingan militer karena pembuatannya lebih praktis. Panjang landasan
pacu bergantung pada suhu, kecepatan dan arah angin, serta tekanan udara di
sekitarnya. Di daerah gurun dan di dataran tinggi, umumnya landas pacu yang
digunakan lebih panjang daripada yang umum digunakan di bandara-bandara
bahkan bandara internasional, karena tekanan udara yang lebih rendah. Sebagai
contoh, landas pacu di kota Doha, Qatar memiliki ukuran panjang sampai lebih
dari 5.000 meter.

Landasan tertentu dilengkapi dengan kabel penahan pesawat untuk


pendaratan (arrester cable) bahkan pelontar pesawat (catapult), terutama untuk
landasan pendek dan landasan pada kapal induk. Landas pacu pada setiap
bandara umumnya dibersihkan dari debu atau kerikil, bahkan benda benda asing
lainnya yang akan membahayakan keselamatan penerbangan (dalam dunia
penerbangan, benda asing tersebut dikenal sebagai FOD). Kecelakaan pesawat
terbang di landasan pacu umumnya disebabkan karena adanya benda benda
asing baik yang masuk ke dalam mesin pesawat maupun merusak badan pesawat
atau roda pesawat saat pesawat lepas landas atau mendarat. Hal tersebut seperti
yang dialami pesawat Concorde di Bandara Charles de Gaulle, Paris, Perancis

5
pada tahun 2000 yang menyebabkan pesawat terbakar dan jatuh yang
menewaskan seluruh penumpang, krew dan penduduk setempat. Selebihnya
karena cuaca dan bahkan gangguan burung sehingga umumnya di setiap bandara
komersial bahkan perintis dilengkapi menara pengawas yang mengawasi lalu
lintas penerbangan, komunikasi bahkan informasi cuaca. Pada bandara tertentu,
dilengkapi sensor dan pengusir burung dan sensor cuaca serta sensor untuk
mengukur tingkat kebisingan yang ditimbulkan dari mesin pesawat. Selain itu pula,
setiap landasan dilengkapi dengan kendaraan penyapu landasan dan peralatan
bahan kimia pembersih landasan khususnya untuk membersihkan sisa sisa jejak
karet yang ditimbulkan oleh roda-roda pesawat yang bila tidak dibersihkan juga
dapat mengganggu keselamatan penerbangan.

E. KONFIGURASI DASAR LANDAS PACU

Banyak Macam konfigurasi landas pacu, sebagian konfigurasi adalah


kombinasi dari konfigurasi dasar. Konfigurasi dasar adalah:

a) Landasan Pacu Tunggal

b) Landasan Pacu Pararel

c) Landasan Pacu Jalur Ganda

d) Landasan Pacu Silang

e) Landasan Pacu V Terbuka

Landas Pacu Tunggal (Single Runway)


Konfigurasi landas pacu ini merupakan jenis paling sederhana, sebagian
besar lapangan terbang di Indonesia adalah landasan tunggal. Kapasitas landasan
pacu tunggal dalam kondisi Visual Flight Rule (VFR) antara 45-100 gerakan tiap
jam, sedangkan dalam kondisi IFR (Instrument Flight Rule) kapasitasnya
berkurang menjadi 40-50 gerakan tergantung kepada komposisi pesawat
campuran dan tersedianya alat bantu Navigasi.

Landas Pacu Parallel (Parallel Runways)


Konfigurasi landas pacu ini memungkinkan peningkatan kapasitas;
semakin banyak jumlah landas pacu semakin besar kapasitas bandar udara yang
bersangkutan. Kapasitas landasn sejajar terutama tergantung kepada jumlah
landasan dan pemisahan/penjarakan antara dua landasan. Penjarakan landasan
dibagi menjadi tiga:

6
1. Berdekatan (close) mempunyai jarak sumbu ke sumbu 213 m (untuk lapangan
terbang pesawat transport), minimum 1067 dalam kondisi IFR.
2. Landasan sejajar menengah (intermediate) dipisahkan dngan jarak 107 m 1524
m.
3. Landasan sejajar jauh (Far) dipisahkan dengan jarak 1310m atau lebih.

Landas Pacu Jalur Garda (Dual Lane Runway)


Konfigurasi landas pacu ini merupakan dua landas pacu parallel yang
saling berdekatan dengan landas hubung keluar masing-masing. satu landas pacu
untuk kedatangan yaitu yang terjauh dari bangunan terminal dan yang terdekat
dengan bangunan terminal untuk pemberangkatan.

Landas Pacu Silang (Intersecting Runways)


Konfigurasi landas pacu ini terdiri dari dua atau lebih landas pacu yang
berbeda arah satu dari yang lainnya. Hal ini didasarkan atas kebutuhan untuk
mengatasi arah angin yang bertiup lebih dari satu arah dan berdampak pada angin
samping (cross winds) yang kuat jika menghandalkan satu.

Landas Pacu V-Terbuka (Open-V Runways)


Konfigurasi landas pacu memberi manfaat hampir sama dengan jenis
intersecting runways (jika angin bertiup kuat dari satu arah) hanya saja jika tiupan
angin tidak terlalu kuat, kedua landas pacu dapat digunakan bersama-sama.

Untuk gambar konfigurasi landas pacu dapat dilihat di biku Perencanaan


Lapangan terbang Ir.Heru Basuki hal. 149.

Profil Bandara Juwata, Tarakan

Bandar Udara International Juwata adalah bandar udara yang terletak di Kota
Tarakan, provinsi Kalimantan Timur. Bandara ini terletak hanya sekitar 3,5 km
dari pusat kota. Bandar Udara Juwata Tarakan, Kalimantan Timur, memiliki
runway dengan panjang 2250 meter, lebar 45 meter dan saat ini sedang
diperpanjang menjadi 2500 meter. Bandara ini Sudah didarati oleh pesawat
berbadan sedang dari Boeing dan Airbus, juga ATR dan pesawat-pesawat kecil,
seperti Caravan dan melayani penerbanganke kota-kota diantaranya Jakarta,
Surabaya, Balikpapan, Makassar, juga ke kota-kota kecil, seperti Berau, Nunukan,
Malinau, dan Tanjung Selor.Setiap hari ada sekitar 40 pergerakan pesawat dengan
jumlah penumpang mencapai 3.000 orang.

7
Selain itu, tahun ini Bandara Juwata Tarakan kembali membuka jalur penerbangan
internasional. Rute penerbangan tersebut adalah Tarakan -Tawau- Keke
(Kinabalu,Malaysia). Bandara ini juga membangun terminal penumpang, yang
dilengkapi Garbarata atau belalai gajah, untuk menaikan dan menurunkan
penumpang dari pesawat.

Bandara Udara Kelas 1 Utama Juwata Tarakan saat ini baru saja melakukan
proses perluasan pembangunan apron (tempat parkir pesawat) dari luas 40.037 m2
menjadi 73.090 m2. Dengan adanya perluasan apron setidaknya dapat memuat
sekitar 14 jenis pesawat berbadan sedang (narrow body) , seperti Boeing B737
klasik (seri 300, 400, 500), Airbus A319 dan A320, juga Boeing B737-800NG
danB737-900ER.

Rencananya runway baru akan memiliki panjang 2.500 meter dengan lebar 45
meter, sehingga mampu didarati pesawat berbadan besar jenis Boeing B767 dan
Airbus A330, yang biasanya digunakan untuk mengangkut jemaah haji. Selain itu,
terminal yang dibangun di atas lahan seluas 1000 meter, diharapkan akhir tahun
ini sudah dapat difungsikan, sedangkan terminal lama akan dijadikan apron atau
tempat parkir pesawat.

Dibangunnya kantor radar dan administrasi bandara telah dilakukan guna


meningkatkan aspek safety, security, dan pelayanan publik. Serta dimanfaatkan
untuk pengendalian ruang udara, lalu lintas penerbangan wilayah Tarakan dan
sekitarnya.

Bandara Internasional Juwata pada awalnya dibangun pada masa penjajahan


Belanda dan digunakan sebagai pangkalan militer pesawat tempur mereka.Pada
awal penjajahan Jepang, pesawat tempur milik Jepang mendarat untuk pertama
kalinya di Indonesia pada tanggal 11 Januari 1942 di Bandara Juwata.

Bandara Juwata resmi dimiliki oleh pemerintah Indonesia sejak kemerdekaan


Indonesia yang kemudian digunakan sebagai bandara perintis dan hanya
digunakan oleh pesawat-pesawat kecil.

Pada tahun 2000, Bandara Juwata resmi dinyatakan sebagai bandara domestik
setelah sebelumnya dilakukan peningkatan landasan pacu menjadi 1.850.
Beberapa maskapai penerbangan yang menggunakan Bandara Juwata saat itu
adalah Citilink, Bouraq Indonesia, Dirgantara Air Service, Mandala Airlines,
Kartika Airlines, Pelita Air Service dan Merpati Nusantara Airlines.

Penerbangan internasional pertama yang dilakukan di Bandara Juwata dilakukan


sejak tahun 2006, dilaukan oleh Bouraq Indonesia dengan mengambil rute
penerbangan Tarakan-Tawau. Penerbangan internasional yang dilakukan Bouraq
Indonesia berakhir pada tahun 2000

Pada tahun 2006 Malaysia Airlines juga melayani rute penerbangan Tarakan-
Tawau, dan berakhir pada tahun 2010. Pada bulan Februari 2012 maskapai
Malaysia Airlines kembali melayani rute penerbangan Tarakan-Tawau, namun

8
dioperasikan oleh MASwings. Sejak 1 Juli 2012 mereka menambah rute
penerbangan baru, yaitu rute penerbangan Tarakan-Kinabalu.(BUN)

Informasi Pembangunan Fasilitas Sisi Darat


A.MASTER PLAN BANDARA TARAKAN DALAM TAHAP KONSTRUKSI.

Nama Bandara : Bandara Juwata Tarakan


Nama Kota: Tarakan
Provinsi: Kalimantan Timur
Alamat: Jl. Mulawarman No. 1, Kel. Karang Anyar Pantai, Kec. Tarakan Barat,
Kota Tarakan, Kalimantan Timur, 77111
Kelas: I (Khusus)
Kordinat: 117.569508
117 34' 10,23" BT
3.326675
3 19' 36,03" LU
Pengelola: UPT Ditjen Hubud
Bangunan Publik : Restaurant & Telepon

Informasi Pembangunan Fasilitas Sisi Darat

I. FasilitasSisiDarat
Bangunan Terminal lama : 6757 m2
GedungOperasional : -

9
II. FasilitasSisiUdara
LandasPacu/Runway

- ArahlandasPacu : 06 - 24
- Dimensi : 1850 m x 30 m
- Turning Area : 1 Buah
- Strenght : B 737-200
LandasHubung/Taxiway
- Dimensi : 90 m x 20 m
- Strengh : B 737-200
LandasParkir/Apron
- Dimensi : 335 m x 70 m
- Strengh : B 737-200
Alat Bantu Navigasi

- DVOR/DME

Tahun 2013 (Rp. 9.614.369.000) :


Lanjutan pembuatan Apron dengan Konstruksi Sarang Laba-laba : 17 x 94 m.
Tappering.
Pre-loading.

Jadwal Penerbangan di Tarakan


Tujuan

Durasi

Penerbangan Per Minggu

Surabaya (SUB)

10
2h 20m

63

Balikpapan (BPN)

1h

63

Ujung Pandang (UPG)

1h 40m

42

Yogyakarta (JOG)

3h 40m

28

Bali (DPS)

4h 30m

28

Solo City (SOC)

6h 25m

21

Palembang (PLM)

6h 25m

21

Bandung (BDO)

4h 30m

21

11
Banjarmasin (BDJ)

2h 25m

21

Bandar Lampung (TKG)

7h 35m

14

Samarinda (SRI)

1h 25m

14

Semarang (SRG)

5h

14

Palu (PLW)

4h 20m

14

Pekanbaru (PKU)

7h 55m

14

Pangkalpinang (PGK)

6h 10m

14

Padang (PDG)

8h 40m

12
14

Nunukan (NNX)

20m

14

Manado (MDC)

5h 20m

14

Jadwal Penerbangan dari Tarakan ke Negara lain

Flight Schedules from Tarakan to


Malaysia
To

Duration

Flights Per Week

Kuala Lumpur (KUL)

5h 10m

View Schedules

Kota Kinabalu (BKI)

2h 10m

Flight Schedules from Tarakan to


Singapore

13
To

Duration

Flights Per Week

Singapore (SIN)

8h

Pasang naik dan pasang surut di Lingkas (Tarakan


Island) hari ini
Selasa, 1 November 2016, matahari terbit di Lingkas (Tarakan Island) pada
pukul 5:53 dan terbenam pada pukul 17:53. Bulan terbit dari tenggara (104) pada
pukul 6:55 dan terbenam di barat daya (255) pada pukul 19:10.

Pada grafik pasang naik dan pasang surut, kita dapat melihat bahwa pasang surut
pertama terjadi pada pukul 0:10 dan pasang surut selanjutnya pada pukul 11:55.
Pasang naik pertama terjadi pada pukul 6:05 dan pasang naik selanjutnya pada
pukul 18:15.

Koefisien pasang surut air laut adalah 81. Dengan koefisien setinggi ini, kita akan
mendapatkan pasang surut air laut besar dan arus juga akan terlihat sangat jelas.
Ketinggian pasang surut air laut adalah 0,4 m, 2,8 m, 0,4 m dan 3,3 m. Kita dapat
membandingkan level-level berikut dengan pasang naik maksimum yang terdaftar
di tabel pasang surut air laut Lingkas (Tarakan Island), yaitu 3,6 m dengan
ketinggian minimum 0,1 m.

Fase bulan adalah Bulan Sabit. Kita memiliki matahari selama 12 jam 0 menit.
Transit matahari terjadi pada pukul 11:53 dan bulan akan tampak selama 12 jam
15 menit.

Tabel Solunar Lingkas (Tarakan Island) hari ini

Tabel solunar di Lingkas (Tarakan Island) menunjukkan bahwa hari tersebut


merupakan hari yang sangat baik untuk memancing. Ramalan aktifitas ikan sangat
tinggi. Saat terbaik untuk memancing di hari tersebut adalah:

14
Pasang surut air laut
pasang ( 0,4 m
0:10
surut )
pasang ( 2,8 m
6:05
naik )
pasang ( 0,4 m
11:55
surut )
pasang ( 3,3 m
18:15
naik )
.: Pemerintahan :.

Wilayah Administrasi Kota Tarakan berdasarkan UU No.29 Tahun 1997 dan Peraturan Daerah
No.23 Tahun 1999 meliputi 4 Kecamatan dan 18 Kelurahan. Selain itu guna menunjang
kelancaran administrasi dan peningkatan pelayan kepada masyarakat, juga telah dibentuk
beberapa Badan, Lembaga dan Kantor berdasarkan Peraturan-peraturan Daerah yang dibuat
dalam kurun waktu tahun 1998-1999.
.: Gambaran Umum :.

Tarakan, berasal dari Bahasa Tidung, yang artinya tempat singgah (tarak) dan makan (ngakan).
Sesuai dengan namanya pulau ini berfungsi sebagai tempat persinggahan atau tempat istirahat
dan melakukan barter kaum nelayan dari Kerajaan Tidung pada masa sebelum datangnya kaum
Kolonial Belanda.

Kota Tarakan, yang secara geografis terletak pada 3o14'23"-3o26'37" Lintang Utara dan
117o30'50"-117o40'12" Bujur Timur, terdiri dari 2 (dua) pulau, yaitu Pulau Tarakan dan Pulau
Sadau dengan luas wilayah mencapai 657,33 Km2, terdiri atas wilayah daratan seluas 250,80
Km2 dan wilayah lautan seluas 406,53 Km2.

Adapaun batas-batas wilayah sebagai berikut :


- Sebelah Utara : Pesisir Pantai Kecamatan Bunyu

- Sebelah Timur : Kecamatan Bunyu dan Laut Sulawesi

- Sebelah Selatan : Pesisir Pantai Kecamatan Tanjung Palas

- Sebelah Barat : Pesisir Pantai Kecamatan Sesayap

15
Suhu udara minimum Kota Tarakan rata-rata 24,1oC dan maksimum 31,1oC dengan Kelembabab
rata-rata 84,7%. Curah Hujan dalam 5 tahun terakhir rata-rata sekitar 308,2 mm/bulan dan
penyinaran rata-rata 49,82%, telah memberikan julukan tersendiri bagi pulau ini sebagai daerah
yang tak kenal musim.

Data-data lain di Tahun 2006:


- Kepadatan Penduduk : 716 jiwa/km2
- Pertumbuhan Penduduk dalam kurun waktu 1999-2005 sebesar : 7,17% per tahun
- Pendapatan per Kapita Atas Dasar Harga Berlaku tahun 2006 (dengan Migas) : Rp
15.783.741,00
- Pertumbuhan Ekonomi tahun 2006 (dengan Migas) : 7,51%

Pembagian Wilayah berdasarkan Kecamatan

1. Kecamatan Tarakan Barat

- Dengan Luas terdiri dari:

a. Luas Wilayah Perairan : 18,35 Km2

b. Luas Daratan : 27,89 Km2

c. Jarak Kecamatan ke : 1,5 Km


Pusat Kota Tarakan

d. Jarak Kecamatan ke : 5,9 Km


Walikota Tarakan

- Jumlah RT terdiri dari: : 137 RT

- Nama Kelurahan di Kec. Tarakan Barat:

a. Kelurahan Karang Anyar

b. Kelurahan Karang Anyar Pantai

c. Kelurahan Karang Balik

d. Kelurahan Karang Rejo

e. Kelurahan Karang Harapan

2. Kecamatan Tarakan Tengah

- Dengan Luas terdiri dari:

a. Luas Wilayah Perairan : 28,96 Km2

16
b. Luas Daratan : 55,54 Km2

c. Jarak Kecamatan ke : + 5 Km
Pusat Kota Tarakan

d. Jarak Kecamatan ke : + 0,6 Km


Walikota Tarakan

- Jumlah RT terdiri dari: : 122 RT

- Nama Kelurahan di Kec. Tarakan Tengah

a. Kelurahan Pamusian

b. Kelurahan Kampung 1 Skip

c. Kelurahan Selumit

d. Kelurahan Selumit Pantai

e. Kelurahan Sebengkok

3. Kecamatan Tarakan Timur

- Dengan Luas terdiri dari:

a. Luas Wilayah Perairan : 299,69 Km2

b. Luas Daratan : 58,01 Km2

c. Jarak Kecamatan ke : 7,45 Km


Pusat Kota Tarakan

d. Jarak Kecamatan ke : 4,7 Km


Walikota Tarakan

- Jumlah RT terdiri dari: : 113 RT

- Nama Kelurahan di Kec. Tarakan Timur

a. Kelurahan Linkas Ujung

b. Kelurahan Gunung Lingkas

c. Kelurahan Kampung IV

d. Kelurahan Kampung VI

17
e. Kelurahan Mamburungan

f. Kelurahan Mamburungan Timur

g. Kelurahan Pantai Amal

4. Kecamatan Tarakan Utara

- Dengan Luas terdiri dari:

a. Luas Wilayah Perairan : .......... Km2

b. Luas Daratan : 109,36 Km2

c. Jarak Kecamatan ke : ..... Km


Pusat Kota Tarakan

d. Jarak Kecamatan ke : ..... Km


Walikota Tarakan

- Jumlah RT terdiri dari: : 41 RT

- Nama Kelurahan di Kec. Tarakan Utara

a. Kelurahan Juata Permai

b. Kelurahan Juata Laut

c. Kelurahan Juata Kerikil

18
2.3.1 Standar Perencanaan

Standar perencanaan adalah ketentuan yang memberikan batasan-batasan dan

metode perhitungan agar dihasilkan produk yang memenuhi persyaratan. Standar

perencanaan geometrik untuk ruas jalan di Indonesia biasanya menggunakan

peraturan resmi yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga tentang

perencanaan geometrik jalan raya. Peraturan yang dipakai dalam studi ini adalah

Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota yang dikeluarkan oleh

Direktorat Jenderal Bina Marga dengan terbitan resmi No. 038 T/BM/1997 dan

American Association of State Highway and Transportation Officials. 2001

(AASHTO 2001).

2.3.2 Kendaraan Rencana

Kendaraan Rencana adalah kendaraan yang dimensi dan radius putarnya

dipakai sebagai acuan dalam perencanaan geometrik. Dilihat dari bentuk, ukuran

dan daya dari kendaraan kendaraan yang menggunakan jalan, kendaraan -

kendaraan tersebut dapat dikelompokkan (Bina Marga, 1997).

Kendaraan yang akan digunakan sebagai dasar perencanaan geometrik

disesuaikan dengan fungsi jalan dan jenis kendaraan yang dominan menggunakan

jalan tersebut. Pertimbangan biaya juga tentu ikut menentukan kendaraan yang

dipilih sebagai perencanaan.

Kendaraan Rencana dikelompokkan ke dalam 3 kategori antara lain:

19
1) Kendaraan Kecil, diwakili oleh mobil penumpang.

2) Kendaraan Sedang, diwakili oleh truk 3 as tandem atau oleh bus besar 2 as.

3) Kendaraan Besar, diwakili oleh truk semi-trailer.

2.3.3 Volume Lalu Lintas Rencana

Volume lalu lintas menunjukkan jumlah kendaraan yang melintasi satu titik

pengamatan dalam satu satuan waktu (hari, jam, menit). Volume lalu lintas yang

tinggi membutuhkan lebar perkerasan jalan lebih besar sehingga tercipta

kenyamanan dan keamanan dalam berlalu lintas. Sebaliknya jalan yang terlalu lebar

untuk volume lalu lintas rendah cenderung membahayakan karena pengemudi

cenderung mengemudikan kendaraannya pada kecepatan yang lebih

tinggi sedangkan kondisi jalan belum tentu memungkinkan. Disamping itu

juga mengakibatkan peningkatan biaya pembangunan jalan yang tidak pada

tempatnya/ tidak ekonomis (Sukirman, 1994).

Satuan volume lalu lintas yang umum dipergunakan sehubungan dengan

penentuan jumlah dan lebar jalur adalah:

1. Lalu lintas harian rata-rata

2. Volume jam perencanaan

2.3.4Lalu Lintas Harian Rata-Rata

20
Lalu lintas harian rata-rata adalah volume lalu lintas rata-rata dalam satu hari

(Sukirman,1994). Cara memperoleh data tersebut dikenal dua jenis lalu lintas

harian rata-rata, yaitu lalu lintas harian rata-rata tahunan (LHRT) dan lalu lintas

harian rata-rata.

LHRT adalah jumlah lalu lintas kendaraan rata-rata yang melewati satu jalur

jalan selama 24 jam dan diperoleh dari data selama satu tahunan penuh..

LHRT =Jumlah Lalu Lintas Dalam satu tahun / 365

Sedangkan LHR adalah hasil bagi jumlah kendaraan yang diperoleh selama

pengamatan dengan lamanya pengamatan,

LHR = jumlah lalu lintas selama pengamatan / lamanya pengamatan

Data LHR ini cukup teliti jika :

1. Pengamatan dilakukan pada interval-interval waktu yang cukup

menggambarkan fluktuasi arus lalu lintas selama satu tahun.

2. Hasil LHR yang dipergunakan adalah harga rata-rata dari perhitungan LHR

beberapa kali

2.3.5Volume Jam Perencanaan (VJR)

Volume jam perencanaan (VJR) adalah volume lalu lintas per jam yang

dipergunakan sebagai dasar perencanaan (Sony Sulaksono, 2001). Volume ini harus

mencerminkan keadaan lalu lintas sebenarnya tetapi biasanya tidak sama dengan

volume terbesar atau arus tersibuk yang akan melewatinya, perencanaan

21
berdasarkan volume terbesar ini akan mengahasilkan konstruksi yang boros yang

hanya akan berguna pada arus maksimum dan ini terjadi dalam kurun waktu singkat

dalam sehari.

Volume lalu lintas untuk perencanaan geometrik umumnya ditetapkan dalam

Satuan Mobil Penumpang (SMP) sehingga masing masing jenis kendaraan yang

diperkirakan yang akan melewati jalan rencana harus dikonversikan kedalam satuan

tersebut dengan dikalikan nilai ekivalensi mobil penumpang (emp). Besarnya faktor

ekivalensi tersebut, dalam perencanaan geometrik jalan antar kota ditentukan pada

tabel di bawah ini:

Tabel 2.3 Ekivalen Mobil Penumpang

NO JENIS KENDARAAN DATAR/PERBUKITAN PEGUNUNGAN


1 Sedan, Jeep, Station Wagon 1,0 1,0
2 Pick-Up, Bus Kecil, Truck Kecil 1,2-2,4 1,9-3,5
3 Bus dan Truck Besar 1,2-5,0 2,2-6,0
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota, Ditjen Bina

Marga, 1997.

2.3.6 Kecepatan Rencana

Kecepatan adalah besaran yang menunjukkan jarak yang ditempuh

kendaraan dibagi waktu tempuh, biasanya dinyatakan dalam km/jam.

Kecepatan Rencana adalah kecepatan yang dipilih untuk keperluan

perencanaan setiap bagian jalan raya seperti tikungan, kemiringan jalan, jarak

pandang dan lain- lain (Sukirman, 1994).

22
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya kecepatan rencana adalah

keadaan terrain apakah datar, berbukit atau gunung. Untuk menghemat biaya tentu

saja perencanaan jalan sepantasnya disesuaikan dengan keadaan medan. Suatu jalan

yang ada di daerah datar tentu saja memiliki design speed yang lebih tinggi

dibandingkan pada daerah pegunungan atau daerah perbukitan.

Adapun faktor - faktor yang mempengaruhi kecepatan rencana antara lain:

a) Topografi ( Medan )

Untuk perencanaan geometrik jalan raya, keadaan medan memberikan

batasan

kecepatan terhadap kecepatan rencana sesuai dengan medan perencanaan

( datar, berbukit, dan gunung ).

b) Sifat dan tingkat penggunaan daerah

Kecepatan rencana untuk jalan - jalan arteri lebih tinggi dibandingkan jalan

kolektor.Untuk kondisi medan yang sulit, kecepatan rencana suatu segmen jalan

dapat diturunkan dengan syarat bahwa penurunan tersebut tidak lebih dari 20

km/jam (Bina marga 1997)

2.4Kapasitas jalan

Kapasitas jalan adalah kemampuan ruas jalan untuk menampung arus atau

volume lalu lintas yang ideal dalam satuan waktu tertentu, dinyatakan dalam jumlah

kendaraan yang melewati potongan jalan tertentu dalam satu jam (kend/jam), atau

dengan mempertimbangan berbagai jenis kendaraan yang melalui suatu jalan

digunakan satuan mobil penumpang sebagai satuan kendaraan dalam perhitungan

23
kapasitas maka kapasitas menggunakan satuan satuan mobil penumpangper jam

atau (smp)/jam.

Pada saat arus rendah kecepatan lalu lintas kendaraan bebas tidak ada gangguan

dari kendaraan lain, semakin banyak kendaraan yang melewati ruas jalan,

kecepatan akan semakin turun sampai suatu saat tidak bisa lagi arus/volume lalu

lintas bertambah, di sinilah kapasitas terjadi. Setelah itu arus akan berkurang terus

dalam kondisi arus yang dipaksakan sampai suatu saat kondisi macet total, arus

tidak bergerak dan kepadatan tinggi.

2.4.1Hubungan Arus dengan Kecepatan dan Kepadatan

Hubungan antara besarnya arus/ volume lalu lintas dengan kecepatan (dalam hal ini

kecepatan sesaat) dengan kepadatan lalu lintas adalah (yang juga ditunjukkan dalam

gambar)sebagai berikut:

1. Hubungan kecepatan dan kepadatan adalah linier yang berarti bahwa

semakin tinggi kecepatan lalu lintas dibutuhkan ruang bebas yang lebih

besar antar kendaraan yang mengakibatkan jumlah kendaraan perkilometer

menjadi lebih kecil.

2. Hubungan kecepatan dan arus adalah parabolik yang menunjukkan

bahwa semakin besar arus kecepatan akan turun sampai suatu titik yang

menjadi puncak parabola tercapai kapasitas setelah itu kecepatan akan

semakin rendah lagi dan arus juga akan semakin mengecil.

24
3. Hubungan antara arus dengan kepadatan juga parabolik semakin tinggi

kepadatan arus akan semakin tinggi sampai suatu titik dimana kapasitas

terjadi, setelah itu semakin padat maka arus akan semakin kecil.

2.4.2 Faktor yang memengaruhi kapasitas jalan

1. kapasitas jalan kota

Faktor yang memengaruhi kapasitas jalan kota adalah lebar jalur atau lajur, ada

tidaknya pemisah/median jalan, hambatan bahu/kerb jalan, gradient jalan, didaerah

perkotaan atau luar kota, ukuran kota. Rumus di wilayah perkotaan ditunjukkan

berikut ini:

C = Co x FCW x FCSP x FCSF x FCCS

Dimana: C = Kapasitas (smp/jam)

Co = Kapasitas dasar (smp/jam), biasanya digunakan angka 2300 smp/jam

FCW = Faktor penyesuaian lebar jalan

FCSP = Faktor penyesuaian pemisahan arah (hanya utk jalan tak terbagi)

FCSF = Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan/kereb

FCCS = Faktor penyesuaian ukuran kota

2. Kapasitas jalan antar kota

25
Kapasitas jalan antar kota dipengaruhi oleh lebar jalan, arah lalu lintas dan gesekan

samping.

C=Co x FCW X FCSP X FCSF

dimana

C = Kapasitas (smp/jam)

Co = Kapasitas Dasar

FCW = Faktor penyesuaian lebar jalan

FCSP = Faktor penyesuaian arah lalu lintas

FCSF = Faktor penyesuaian gesekan samping

3. Tingkat pelayanan

Tingkat pelayanan berdasarkan KM 14 Tahun 2006 tentang Manajemen dan

Rekayasa Lalu Lintas Di Jalan diklasifikasikan atas:

Tingkat pelayanan A

dengan kondisi:

1. arus bebas dengan volume lalu lintas rendah dan kecepatan tinggi;

2. kepadatan lalu lintas sangat rendah dengan kecepatan yang dapat

dikendalikan oleh pengemudi berdasarkan batasan kecepatan

maksimum/minimum dan kondisi fisik jalan;

26
3. pengemudi dapat mempertahankan kecepatan yang diinginkannya tanpa

atau dengan sedikit tundaan.

Tingkat pelayanan B

dengan kondisi:

1. arus stabil dengan volume lalu lintas sedang dan kecepatan mulai dibatasi

oleh kondisi lalu lintas;

2. kepadatan lalu lintas rendah hambatan internal lalu lintas belum

memengaruhi kecepatan;

3. pengemudi masih punya cukup kebebasan untuk memilih kecepatannya dan

lajur jalan yang digunakan.

Tingkat pelayanan C

dengan kondisi:

1. arus stabil tetapi kecepatan dan pergerakan kendaraan dikendalikan oleh

volume lalu lintas yang lebih tinggi;

2. kepadatan lalu lintas sedang karena hambatan internal lalu lintas meningkat;

3. pengemudi memiliki keterbatasan untuk memilih kecepatan, pindah lajur

atau mendahului.

Tingkat pelayanan D

dengan kondisi:

27
1. arus mendekati tidak stabil dengan volume lalu lintas tinggi dan kecepatan

masih ditolerir namun sangat terpengaruh oleh perubahan kondisi arus;

2. kepadatan lalu lintas sedang namun fluktuasi volume lalu lintas dan

hambatan temporer dapat menyebabkan penurunan kecepatan yang besar;

3. pengemudi memiliki kebebasan yang sangat terbatas dalam menjalankan

kendaraan, kenyamanan rendah, tetapi kondisi ini masih dapat ditolerir

untuk waktu yang singkat.

Tingkat pelayanan E

dengan kondisi:

1. arus lebih rendah daripada tingkat pelayanan D dengan volume lalu lintas

mendekati kapasitas jalan dan kecepatan sangat rendah;

2. kepadatan lalu lintas tinggi karena hambatan internal lalu lintas tinggi;

3. pengemudi mulai merasakan kemacetan-kemacetan durasi pendek.

Tingkat pelayanan F

dengan kondisi:

1. arus tertahan dan terjadi antrian kendaraan yang panjang;

2. kepadatan lalu lintas sangat tinggi dan volume rendah serta terjadi

kemacetan untuk durasi yang cukup lama;

3. dalam keadaan antrian, kecepatan maupun volume turun sampai 0.

28
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Analisa data

3.1.1. Menghitung SMP Masuk

3.1.1.1. SMP Motor Masuk

3.1.1.2. SMP Mobil Pribadi Masuk

29
3.1.1.3. SMP Minibus Masuk

30
31
3.1.1.4. SMP Bus Kecil Masuk

32
3.1.1.5 SMP Bus Besar. Masuk

33
3.1.1.6 SMP Truk Kecil Masuk

34
3.1.1.7 SMP Truk Trailer Masuk

35
.

3.1.1.8 Truk Tronton Masuk

36
3.1.1.9 Truk Gandengan Masuk

3.1.2. menghitung C Masuk

C = Co x FCW x FCSP x FCSF x FCCS

Dimana: C = Kapasitas (smp/jam)

37
Co = Kapasitas dasar (smp/jam), biasanya digunakan angka 2300 smp/jam

FCW = Faktor penyesuaian lebar jalan

FCSP = Faktor penyesuaian pemisahan arah (hanya utk jalan tak terbagi)

FCSF = Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan/kereb

C= 2900 X 0,56 X 1 X 0,89 X 0,9

= 1300,824

38
39
3.1.2. menghitung smp keluar

3.1.2.1 smp motor keluar

KATEGORI
HARI WAKTU SEPEDA MOTOR
KELUAR Koefisien smp
PAGI 1661 415,25
SENIN SIANG 2055 513,75
SORE 2061 515,25
PAGI 1566 391,5
SELASA SIANG 1366 341,5
SORE 2023 505,75
PAGI 1430 357,5
RABU SIANG 1471 367,75
SORE 1976 494
PAGI 1465 366,25
KAMIS SIANG 1026 256,5
SORE 1900 475
PAGI 1324 331
JUMAT SIANG 0,25 0
SORE 1163 290,75
PAGI 1063 265,75
SABTU SIANG 1584 396
SORE 1837 459,25
PAGI 770 192,5
MINGGU SIANG 1099 274,75
SORE 1890 472,5
PAGI 1570 392,5
SENIN SIANG 1336 334
SORE 1694 423,5
PAGI 1239 309,75
SABTU SIANG 1182 295,5
SORE 1920 480

40
3.1.2.2 smp mobil pribadi keluar

KATEGORI
HARI WAKTU MOBIL
KELUAR Koefisien smp
PAGI 208 208
SENIN SIANG 615 615
SORE 450 450
PAGI 302 302
SELASA SIANG 492 492
SORE 416 416
PAGI 300 300
RABU SIANG 524 524
SORE 470 470
PAGI 276 276
KAMIS SIANG 502 502
SORE 411 411
PAGI 222 222
JUMAT SIANG 1 0
SORE 424 424
PAGI 198 198
SABTU SIANG 587 587
SORE 396 396
PAGI 184 184
MINGGU SIANG 603 603
SORE 330 330
PAGI 283 283
SENIN SIANG 487 487
SORE 516 516
PAGI 238 238
SABTU SIANG 424 424
SORE 522 522

41
3.1.2.3 smp mini bus keluar

KATEGORI
HARI WAKTU MINI BUS
KELUAR Koefisien SMP
PAGI 0
SENIN SIANG 0
SORE 0
PAGI 0
SELASA SIANG 2 2,4
SORE 6 7,2
PAGI 7 8,4
RABU SIANG 2 2,4
SORE 3 3,6
PAGI 4 4,8
KAMIS SIANG 5 6
SORE 1 1,2
PAGI 1 1,2
JUMAT SIANG 1,2 0
SORE 0 0
PAGI 4 4,8
SABTU SIANG 6 7,2
SORE 6 7,2
PAGI 6 7,2
MINGGU SIANG 18 21,6
SORE 7 8,4
PAGI 3 3,6
SENIN SIANG 4 4,8
SORE 2 2,4
PAGI 2 2,4
SABTU SIANG 3 3,6
SORE 9 10,8

42
3.1.2.4 smp bus kecil keluar

KATEGORI
HARI WAKTU BUS KECIL
KELUAR koefisien SMP
PAGI 6 7,2
SENIN SIANG 5 6
SORE 5 6
PAGI 4 4,8
SELASA SIANG 1 1,2
SORE 5 6
PAGI 2 2,4
RABU SIANG 4 4,8
SORE 5 6
PAGI 2 2,4
KAMIS SIANG 3 3,6
SORE 5 6
PAGI 3 3,6
JUMAT SIANG 1,2 0
SORE 6 7,2
PAGI 5 6
SABTU SIANG 0 0
SORE 1 1,2
PAGI 4 4,8
MINGGU SIANG 6 7,2
SORE 6 7,2
PAGI 4 4,8
SENIN SIANG 2 2,4
SORE 2 2,4
PAGI 1 1,2
SABTU SIANG 2 2,4
SORE 7 8,4

43
3.1.2.5 smp bus besar keluar

KATEGORI
HARI WAKTU BUS BESAR
KELUAR koefisien SMP
PAGI 0
SENIN SIANG 0
SORE 0
PAGI 0
SELASA SIANG 0 0
SORE 2 2,4
PAGI 1 1,2
RABU SIANG 1 1,2
SORE 0 0
PAGI 1 1,2
KAMIS SIANG 0 0
SORE 0 0
PAGI 1 1,2
JUMAT SIANG 0
SORE 0 0
PAGI 3 3,6
SABTU SIANG 0 0
SORE 1 1,2
PAGI 4 4,8
MINGGU SIANG 4 4,8
SORE 0 0
PAGI 1 1,2
SENIN SIANG 0 0
SORE 0 0
PAGI 3 3,6
SABTU SIANG 0 0
SORE 2 2,4

44
3.1.2.6 smp truk kecil keluar

KATEGORI
HARI WAKTU TRUK KECIL
KELUAR koefisien SMP
PAGI 11 13,2
SENIN SIANG 9 10,8
SORE 12 14,4
PAGI 12 14,4
SELASA SIANG 21 25,2
SORE 15 18
PAGI 15 18
RABU SIANG 22 26,4
SORE 21 25,2
PAGI 11 13,2
KAMIS SIANG 25 30
SORE 11 13,2
PAGI 12 14,4
JUMAT SIANG 1,2 0
SORE 15 18
PAGI 10 12
SABTU SIANG 21 25,2
SORE 11 13,2
PAGI 8 9,6
MINGGU SIANG 3 3,6
SORE 5 6
PAGI 12 14,4
SENIN SIANG 21 25,2
SORE 24 28,8
PAGI 10 12
SABTU SIANG 17 20,4
SORE 9 10,8

45
3.1.2.7 smp truk tronton keluar

KATEGORI
HARI WAKTU TRUK TRONTON
KELUAR koefisien SMP
PAGI 0
SENIN SIANG 0
SORE 0
PAGI 0
SELASA SIANG 1 1,2
SORE 3 3,6
PAGI 1 1,2
RABU SIANG 3 3,6
SORE 1 1,2
PAGI 2 2,4
KAMIS SIANG 0 0
SORE 0 0
PAGI 0 0
JUMAT SIANG 1,2 0
SORE 1 1,2
PAGI 0 0
SABTU SIANG 1 1,2
SORE 0 0
PAGI 1 1,2
MINGGU SIANG 0 0
SORE 0 0
PAGI 0 0
SENIN SIANG 1 1,2
SORE 1 1,2
PAGI 2 2,4
SABTU SIANG 0 0
SORE 0 0

46
3.1.2.8 smp truk gandeng keluar

KATEGORI
HARI WAKTU TRUK GANDENG
KELUAR koefisien SMP
PAGI 0
SENIN SIANG 0
SORE 0
PAGI 0
SELASA SIANG 0 0
SORE 0 0
PAGI 0 0
RABU SIANG 0 0
SORE 0 0
PAGI 0 0
KAMIS SIANG 0 0
SORE 0 0
PAGI 0 0
JUMAT SIANG 1,2 0
SORE 0 0
PAGI 0 0
SABTU SIANG 0 0
SORE 0 0
PAGI 0 0
MINGGU SIANG 0 0
SORE 0 0
PAGI 0 0
SENIN SIANG 0 0
SORE 1 1,2
PAGI 0 0
SABTU SIANG 0 0
SORE 0 0

47
3.1.2.9 smp trailer keluar

KATEGORI
HARI WAKTU TRUK TRAILER
KELUAR koefisien SMP
PAGI 0
SENIN SIANG 0
SORE 0
PAGI 0
SELASA SIANG 0 0
SORE 0 0
PAGI 0 0
RABU SIANG 0 0
SORE 0 0
PAGI 1 1,2
KAMIS SIANG 0 0
SORE 0 0
PAGI 0 0
JUMAT SIANG 1,2 0
SORE 0 0
PAGI 0 0
SABTU SIANG 0 0
SORE 0 0
PAGI 0 0
MINGGU SIANG 0 0
SORE 0 0
PAGI 0 0
SENIN SIANG 0 0
SORE 1 1,2
PAGI 0 0
SABTU SIANG 0 0
SORE 1 1,2

3.1.2. menghitung C Masuk

C = Co x FCW x FCSP x FCSF x FCCS

Dimana: C = Kapasitas (smp/jam)

Co = Kapasitas dasar (smp/jam), biasanya digunakan angka 2300 smp/jam

48
FCW = Faktor penyesuaian lebar jalan

FCSP = Faktor penyesuaian pemisahan arah (hanya utk jalan tak terbagi)

FCSF = Faktor penyesuaian hambatan samping dan bahu jalan/kereb

C = 2900 X 0,56 X 1 X 0,92 X 0,9

= 1344,672

49
KATEGORI
HARI WAKTU SEPEDA MOTOR MOBIL MINI BUS BUS KECIL BUS BESAR TRUK KECIL TRUK TRELER TRU TRONTON TRUK GANDENG Rata-rata Rata-rata
total smp
KELUAR smp KELUAR smp KELUAR SMP KELUAR SMP KELUAR SMP KELUAR SMP KELUAR SMP KELUAR SMP KELUAR SMP V/C V/C V/C Total
PAGI 1661 415,25 208 208 0 6 7,2 0 11 13,2 0 0 0 643,65 0,478667
SENIN SIANG 2055 513,75 615 615 0 5 6 0 9 10,8 0 0 0 1145,55 0,851918 0,687863
SORE 2061 515,25 450 450 0 5 6 0 12 14,4 0 0 0 985,65 0,733004
PAGI 1566 391,5 302 302 0 4 4,8 0 12 14,4 0 0 0 712,7 0,530018
SELASA SIANG 1366 341,5 492 492 2 2,4 1 1,2 0 0 21 25,2 0 0 1 1,2 0 0 863,5 0,642164 0,628443
SORE 2023 505,75 416 416 6 7,2 5 6 2 2,4 15 18 0 0 3 3,6 0 0 958,95 0,713148
PAGI 1430 357,5 300 300 7 8,4 2 2,4 1 1,2 15 18 0 0 1 1,2 0 0 688,7 0,51217
RABU SIANG 1471 367,75 524 524 2 2,4 4 4,8 1 1,2 22 26,4 0 0 3 3,6 0 0 930,15 0,69173 0,649192
SORE 1976 494 470 470 3 3,6 5 6 0 0 21 25,2 0 0 1 1,2 0 0 1000 0,743676
PAGI 1465 366,25 276 276 4 4,8 2 2,4 1 1,2 11 13,2 1 1,2 2 2,4 0 0 667,45 0,496366
KAMIS SIANG 1026 256,5 502 502 5 6 3 3,6 0 0 25 30 0 0 0 0 0 0 798,1 0,593528 0,587987
SORE 1900 475 411 411 1 1,2 5 6 0 0 11 13,2 0 0 0 0 0 0 906,4 0,674068

50
PAGI 1324 331 222 222 1 1,2 3 3,6 1 1,2 12 14,4 0 0 0 0 0 0 573,4 0,426424
JUMAT SIANG 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,488799 0,597205393
SORE 1163 290,75 424 424 0 0 6 7,2 0 0 15 18 0 0 1 1,2 0 0 741,15 0,551175
PAGI 1063 265,75 198 198 4 4,8 5 6 3 3,6 10 12 0 0 0 0 0 0 490,15 0,364513
SABTU SIANG 1584 396 587 587 6 7,2 0 0 0 0 21 25,2 0 0 1 1,2 0 0 1016,6 0,756021 0,591173
SORE 1837 459,25 396 396 6 7,2 1 1,2 1 1,2 11 13,2 0 0 0 0 0 0 878,05 0,652985
PAGI 770 192,5 184 184 6 7,2 4 4,8 4 4,8 8 9,6 0 0 1 1,2 0 0 404,1 0,300519
MINGGU SIANG 1099 274,75 603 603 18 21,6 6 7,2 4 4,8 3 3,6 0 0 0 0 0 0 914,95 0,680426 0,53127
SORE 1890 472,5 330 330 7 8,4 6 7,2 0 0 5 6 0 0 0 0 0 0 824,1 0,612863
PAGI 1570 392,5 283 283 3 3,6 4 4,8 1 1,2 12 14,4 0 0 0 0 0 0 699,5 0,520201
SENIN SIANG 1336 334 487 487 4 4,8 2 2,4 0 0 21 25,2 0 0 1 1,2 0 0 854,6 0,635545 0,627365
SORE 1694 423,5 516 516 2 2,4 2 2,4 0 0 24 28,8 1 1,2 1 1,2 1 1,2 976,7 0,726348
PAGI 1239 309,75 238 238 2 2,4 1 1,2 3 3,6 10 12 0 0 2 2,4 0 0 569,35 0,423412
SABTU SIANG 1182 295,5 424 424 3 3,6 2 2,4 0 0 17 20,4 0 0 0 0 0 0 745,9 0,554708 0,582757
SORE 1920 480 522 522 9 10,8 7 8,4 2 2,4 9 10,8 1 1,2 0 0 0 0 1035,6 0,770151
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 saran

51

Anda mungkin juga menyukai