BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abad 21 dan tatanan global mendorongmasyarakat industri untuk
memperhatikan manusia baik secara fisik, mental-psikologis maupun segala
perilakunya sebagai faktor penentu berbagai aspekkerja dan kehidupan
secara lebih baik lagi. Sebagai sebuah disiplin keilmuan yang konsern dengan
kerja manusia, aplikasi ergonomi di industri maupun kehidupan manusia
diharapkan mampu mengungkit potensi daya saing global dengan
memberikan rekayasa inovatif terhadap produk, mesin/peralatan/fasilitas
produksi, serta lingkungan kerja yang lebih manusiawi. Pendekatan ergonomi
yang bertujuan untuk merealisasikan konsep efektivitas, efisiensi,
keamanan/keselamatan, kesehatan dan kenyamanan kerja sesungguhnya
merupakan solusi yang relevan dan signifikan untuk merespons tantangan
global dan tuntutan untuk meningkatkan produktivitas serta kualitas
kehidupan kerja (Quality of Work Life). Keselarasan, keserasian dan
keseimbangan antara manusia dengan sistem kerjanya adalah perwujudan dan
hasil akhir upaya penerapan ergonomi.(Tarwaka dkk, 2004)
Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang sistematis untuk
memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan dan
keterbatasan manusia merancang suatu sistem kerja, sehingga manusia dapat
hidup dan bekerja pada sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan
yang diinginkan melalui pekerjaan itu dengan efektif, aman, dan nyaman.
Fokus dari ergonomi adalah manusia dan interaksinya dengan produk,
peralatan, fasilitas, prosedur dan lingkungan dan pekerja serta kehidupan
sehari-hari dimana penekanannya adalah pada faktor manusia.
Para operator dalam melakukan pekerjaannya, posisi kerja mereka
tidak sesuai dengan prinsip-prinsip ergonomi yaitu terlalu membungkuk,
jangkauan tangan yang tidak normal. Alat yang terlalu kecil, dan lain-lain.
Sehingga dari posisi kerja operator tersebut dapat mengakibatkan
timbulnya berbagai permasalahan yaitu kelelahan dan rasa nyeri pada
punggung akibat dari duduk 1 yang tidak ergonomis tersebut,
2
timbulnya rasa nyeri pada bahu dan kaki akibat ketidak sesuaian antara
pekerja dan lingkungan kerjanya.
Ergonomi dan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) merupakan dua
hal yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya mengarah kepada tujuan yang
sama yakni peningkatan kualitas kehidupan kerja (quality of working life).
Aspek kualitas kehidupan kerja merupakan salah satu faktor penting yang
mempengaruhi rasa kepercayaan dan rasa kepemilikan pekerja kepada
perusahaan yang berujung pada produktivitas dan kualitas kerja. Artinya,
pekerja akan mempunyai motivasi yang tinggi dalam bekerja (lebih produktif
dan berkualitas) ketika aspek keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan
mereka lebih diperhatikan. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa
pencapaian kinerja manajemen K3 sangat tergantung kepada sejauh mana
faktor ergonomi telah terperhatikan di perusahaan tersebut. Kenyataannya,
kecelakaan kerja masih terjadi di berbagai perusahaan yang secara
administratif telah lulus audit sistem manajemen K3. Ada ungkapan bahwa
without ergonomics, safety management is not enough. Sangat disayangkan
apabila ergonomi sering disalah-artikan dan hanya dikaitkan dengan aspek
kenyamanan (perancangan kursi) atau dimensi fisik tubuh manusia.
Akibatnya, aplikasi ergonomi masih belum dianggap penting, terutama di
perusahaan perusahaan di Indonesia, sehingga banyak sekali rancangan
sistem kerja yang tidak ergonomi. Hal ini terlihat dari ketidaksesuaian antara
pekerja dengan cara kerja, mesin, atau alat kerja yang dipakai, lingkungan
tempat kerja, atau menyangkut pengaturan beban kerja yang tidak optimal.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep ergonomi dalam industry?
2. Apa perana ergonomi dalam industry ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep ergonomi dalam industry.
2. Untuk mengetahui peranan ergonomi dalam industry.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Ergonomi
4
B. Pengertian Ergonomi
Istilah ergonomi dikenal dalam bahasa yunani, dari kata ergos dan
nomos yang memiliki arti kerja dan aturan atau kaidah, dari dua kata
tersebut secara pengertian bebas sesuai dengan perkembangannya yakni suatu
aturan atau kaidah yag ditaati dalam lingkungan pekerjaan. Ditinjau dari fakta
historis, ergonomic telah menyatu dengan budaya manusia sejak zaman
megalitik, dalam proses perancangan dan perbuatan benda-benda seperti alat
kerja dan barang buatan sesuai dengan kebutuhan manusia pada zamannya
kita dapat mengobservasi benda-benda zaman megalitik, bagaimana benda
tersebut memberikan informasi implisik mengenai eksistensinya makna
fungsi dan keindahan.
McCormicks dan Sander (1987), memberikan penekanan ergonomic
ditinjau dari tiga aspek, sebagai berikut
1. Focus utama
Pertimbangan faktor manusia dalam perancangan barang buatan,
prosedur kerja dan lingkungan kerja. Perhatian ergonomi, terkait dengan
interaksi manusia dengan barang buatan sebagai produk, peralatan kerja,
fasilitas kerja, proseur yang dilakukan dalam bekerja secara rutin.
2. Tujuan
6
C. Tujuan Ergonomi
Secara umum tujuan dari penerapan ergonomi adalah :
8
back pain, yang menjadi isu besar di negara-negara industri belakangan ini.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penerapan ergonomi di tempat kerja bertujuan agar
pekerja saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat,
produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut,
perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak.
Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai
lembaga yang bertanggung jawab jawab terhadap kesehatan
masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan
pedoman K3 di tempat kerja serta menjalin kerjasama lintas program
maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya.
Resiko ergonomi yang menyebabkan kecelakaan kerja kebanyakan
disebabkan oleh faktor dari pekerja sendiri atau dari pihak manajemen,
karena pekerja tidak hati hati atau mereka tidak mengindahkan peraturan
12
B. Saran
Dengan memahami pentingnya aspek ergonomi ini, setiap
perusahaan harus melakukan evaluasi secara integratif untuk menilai
sejauh mana kecocokan rancangan sistem kerja yang ada (termasuk
pekerjaan itu sendiri) dengan para pekerjanya. Unsur-unsur sistem kerja
yang dinilai meliputi mesin dan alat, material, metode kerja, lingkungan
fisik (pencahayaan, termal, kebisingan), tata letak komponen dan ruang
kerja (workplace and workspace). Evaluasi ergonomi ini penting terlepas
dari apa pun bentuk perusahaan tersebut, mulai dari industri manufaktur,
industri jasa, ataupun industri proses.
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang
menjadi pokok bahasan dalam makalah ini. Tentunya masih banyak
12
kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan
kurangnya referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan
penulisan makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para
pembaca.