Anda di halaman 1dari 3

PEMERINTAH KOTA TERNATE

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS PERAWATAN SIKO KEC. KOTA TERNATE UTARA
JL. PEMUDA KEL. SANGAJI TELP. (0921) 3121941 KODE POS 97727
Email : puskesmassiko@gmail.com
TERNATE

KERANGKA ACUAN PELACAKAN GIZI BURUK

DI WILAYAH PUSKESMAS PERAWATAN SIKO

I. PENDAHULUAN
Masalah gizi merupakan masalah yang ada di tiap- tiap negara, baik negara miskin,
Negara berkembang dan negara maju. Negara miskin cendrung dengan masalah gizi kurang,
hubungan dengan penyakit infeksi dan Negara maju cendrung dengan masalah gizi lebih.
( Soekirman, 2000 ).

Selain ini di dalam era globalisasi di mana terjadi perubahan gaya gaya hidup dan
pola makan, Indonesia menghadapi permasalahan gizi ganda. Di satu pihak masalah gizi
kurang yang pada umumnya di sebabkan oleh kemiskinana, kurang persediaan pangan,
kurang baiknya kualitas lingkungan, kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi. Selain
itu masalah gizi lebih yang di sebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat
tertentu disertai dengan kurangnya pengetahuan tentang gizi ( Azrul, 2004 ).

Penanganaan gizi buruk sangat terkait dengan strategi sebuah bangsa dalam
menciptakan sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif. Upaya peningkatan
sumber daya manusia yang berkualitas di mulai dengan cara penanganaan pertumbuhan anak
sebagai bagian dari keluarga debgab asupan gizi dan perawatan yang baik. Dengan
lingkungan keluarga yang sehat, maka hadirnya infeksi menukar ataupun penyakit
masyarakat lainnya dapat di hindari. Di tingkat masyarakat faktor faktor seperti lingkungan
yang hygenies, ketahanan pangan keluarga, pola asuh terhadap anak dan pelayanan kesehatan
primer sangat menentukan dalam berbentuk anak yang tahan gizi buruk.

II. LATAR BELAKANG


Kurang energi protein pada anak masih menjadi masalah gizi dan kesehatan
masyarakat di Indonesia. Berdasarkan risiet kesehatan tahun 2010, sebanyak 13% untuk
setatus gizi kurang, diantaranya 4,9% berstatus gizi buruk. Data yang sama menunjukan
13,3% anak kurus, diantaranya 6,0% anak sangat kurus dan17,1% anak memiliki kategori
sangat pendek.
Keadaan ini berpengaruh pada masih tingginya angka kematian bayi. Menurut
WHO lebih dari 50% kematian bayi dan anak terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk, oleh
karena itu masalah gizi perlu di tangani secara cepat dan tepat

Salah satu cara untuk menanggulangi masalah gizi kurang dan gizi buruk adalah
dengan menjadikan tatalaksana gizi buruk sebagai upaya untuk menanggani setiap kasus yang di
temukan. Pada saat ini seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi tata gizi

buruk menunjukan bahwa kasus ini dapat di tangani dengan dua pendekatan : gizi buruk
dengan konplikasi dan gizi buruk tanpa konplikasi dapat di lakukan secara rawat jalan.

III. TUJUAN
Tujuan Dari Program Gizi Buruk Adalah :
1. Mengcover balita yang status gizinya buruk agar segera di tangani oleh petugas
setempat.
2. Mengetahui status gizi dan keadaan anak tersebut agar petugas kesehatan bias
melakukan tindakan pemulihan status gizi menjad lebih baik.

IV. SASARAN

Sasaran adalah balita gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Siko.

V. PENDANAAN

Pembiayaan kegiatan ini bersumber pada Bantuan Dana Operasional Kesehatan Tahun
2017.

VI. PELAKSANAAN

1. Pelaksanaan pelacakan ba;ita gizi buruk di lakukan setelah mendapatkan informasi


dari kader setempat.
2. Setelah informasi di dapatkan, barulah petugas kesehatan melakukan kunjungan
rumah dan melakukan antropometri kepada balita yang bersangkutan.
3. Kemudian di berikan PMT pemulihan agar status gizinya lebih baik.
VII. PERAN SERTA LINTAS PROGRAM DAN LINTAS SEKTOR

Pada kegiatan pelacakan ini program gizi berkolaborasi semua lintas program,
karena mengenai gizi buruk bukan dilihat dari konsumsi makanan saja tapi juga dari
faktor faktor yang lainyang ada hubungannya dengan penyakitnya, sedangkan untuk
lintas sektornya program gizi bekerja sama dengan kader agar nantinya diharapkan
kader dapat menginformasikan apabila diwilayahnya ditemukan kejadian - kejadian
gizi buruk.

VIII. MONITORING DAN EVALUASI


1. Monitoring dan evaluasi oleh petugas puskesmas berupa :
Mengambil foto balita saat awal pelacakan, awal pendampingan, pertengahan
pendampingan dan setelah didampingi ( status gizi sudah normal ).
Sebelum di damping, petugas harus melalukan pendataan dan mengisi data
data yang di perlukan. Petugas juga harus melakukan proses antropometri (
dapat melalui penimbangan bulanan di posyandu ).
Setelah di ketahui status gizinya, barulah di berikan tindakan pendampingan
oleh petugas pendamping.
Petugas pendampingan harus melakukan kunjungan dan mengukur BB dan
TB balita tersebut setiap bulannya dan di evaluasi status gizinya. Tidak lupa
juga dokumentasi setiap kunjungan.
Membuat laporan kegiatan pendampingan setiap bulannya.

Mengetahui
Kepala Puskesmas Perawatan Siko

Dr. Wirda Albaar


Nip. 19791017 200604 2 013

Anda mungkin juga menyukai