DISUSUN OLEH:
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul Aneurisma Aorta Abdominalis.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Ilmu Bedah Umum Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dokter
penguji, dr. Aswadi Tanjung, Sp.BV, dan pembimbing kami, dr. Guntar Rangkuti,
yang telah meluangkan waktunya untuk memberi banyak masukan dalam
penyusunan laporan kasus ini sehingga penulis dapat menyelesaikannya tepat
waktu.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sebagai koreksi dalam penulisan
laporan kasus selanjutnya. Semoga makalah laporan kasus ini bermanfaat.Akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 2
2.1. Anatomi dan Fisiologi Aorta ............................................................ 2
2.2. Aneurisma ........................................................................................ 3
2.3. Aneurisma Aorta Abdominalis ......................................................... 4
2.3.1. Anatomi .................................................................................. 4
2.3.2. Etiologi ................................................................................... 5
2.3.3. Klasifikasi .............................................................................. 7
2.3.4. Faktor Resiko .......................................................................... 8
2.3.5. Tanda dan Gejala ................................................................... 9
2.3.6. Diagnosa ............................................................................... 20
2.3.7. Diagnosa Banding................................................................. 24
2.3.8. Penatalaksanaan .................................................................... 24
2.3.9. Komplikasi ........................................................................... 24
BAB 3 STATUS PASIEN ................................................................................ 27
BAB 4 DISKUSI DAN PEMBAHASAN ........................................................ 35
BAB 5 KESIMPULAN ................................................................................... 40
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 41
1
BAB 1
PENDAHULUAN
risiko AAA paling besar dan skrining USG ditemukan memiliki manfaat sedang
(moderate benefit) untuk menurunkan risiko kematian dan terjadinya ruptur
AAA.3
1.2. Epidemiologi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi dan Fisiologi Aorta
Aorta abdomen mempunyai tiga lapisan yaitu: tunika intima, tunika media
dan tunika adventisia. Tunika intima terdiri atas endotel, tunika media terdiri atas
sel otot polos yang dikelilingi oleh elastin, kolagen, dan proteoglikan, sedangkan
penyusun utama tunika adventisia adalah kolagen dengan banyak sel lainnya.3
Diameter aorta semakin kecil pada portio toraks menuju bagian abdomen
dan porsio infrarenal. Penurunan ukuran ini akibat berkurangnya elastin pada
tunika media, begitu juga dengan kolagen.3 Bentuknya ada fusiform dan
sakular.3,4
Gambar 1. Aorta
4
2.2. Aneurisma
2.2.1. Anatomi
Gambar 1.
Klasifikasi aneurisma: (A) Pseudoaneurisma, (B) Sakular, (C) Fusiform
Pasien dengan AAA hanya perlu dirawat 1-2 hari di rumah sakit, setelah
itu dapat beraktivitas normal kembali setelah 1 minggu pemasangan stent.2
Kebanyakan aneurisma berhubungan dengan aterosklerosis. Komplikasi serius
akibat adanya aneurisma adalah kecenderungan penambahan ukuran yang
semakin besar dan ruptur. Kemampuan membesar pada setiap aneurisma berbeda-
beda, namun secara umum rata-rata 0,3cm/tahun.2,4 Ukuran aneurisma sangat
penting karena risiko rupturnya aneurisma bergantung pada ukurannya.2,3,4
J = P x r/t
Di mana:
P= tekanan intralumen
r = radius aneurisma
t= ketebalan dinding.
2.3.1. Anatomi
2.3.2. Etiologi
- Aterosklerosis
terjadinya AAA dan tingginya MMP-9 pada AAA yag lebih besar. Kurang
mampunya berkembang vasovasorum pda aorta infrarenal juga mendukung
terjadinya proses ini, sehingga hal inilah yang menjelaskan mengapa sering terjadi
pada daerah ini.4,7
Infeksi berperan dalam cederanya dinding arteri sehingga endotel terpapar dengan
antigen dan memicu respon inflamasi.1,4,7 Chlamydia pneumoniae juga ditemukan
pada dinding AAA.1
- Genetik
8
Kejadian AAA juga berhubungan dengan genetik yaitu pada kromosom 19q13
dan 4q31 yang mengekspresikan sitokin inflamasi dan protein yang mengatur
apoptosis.1,3
- Diseksi kronis1
- Takayasus disease1
- Pseudoxanthoma elasticum1
- Merokok7
- Jenis kelamin
Pada pria lebih sering, jenis kelamin perempuan merupakan faktor protektif.
Namun, wanita cenderung lebih mudah ruptur pada AAA. Ukuran aneurisma
sangat penting karena risiko rupturnya aneurisma bergantung pada
ukurannya.2,4,6,7
- Hipertensi (1%-15%)3,7
- Hiperlipidemia7
- Hiperkolesterol6
9
Tak ada kelainan bedah vaskular yang lebih darurat dan mematikan dari
ruptur AAA. Wanita cenderung lebih mudah ruptur pada AAA. Ruptur AAA
merupakan penyebab utama kematian pria dengan usia lebih dari 55 tahun di
USA, dengan angka lebih dari 15.000 kehidupan per tahunnya. Angka
mortalitasnya sampai dengan asih hidup kerumah sakit berkisar 40%-70%.6,8
Risiko ruptur pada AAA rendah pada aorta dengan diameter <5cm, namun jika
pertumbuhan aorta >0,5cm per 6 bulan menunjukkan perlunya operasi elektif.2
10
2.3.4. Klasifikasi
Aorta abdominalis merupakan bagian dari aorta yang sering mengalami
aneurisma. Aneurisma dianggap kecil jika kurang dari 4,0 cm, sedang jika 4-5,5
cm, besar jika 5,5-6 cm, dan sangat besar jika > 6,0 cm. Resiko ruptur bergantung
pada dengan ukuran dan tingkat ekspansi, dengan aneurisma kecil diabaikan.
Aneurisma aorta abdominal umumnya aneurisma yang sebenarnya, dalam arti
bahwa mereka terdiri dari dilatasi patologis dari semua 3 lapisan dinding arteri,
meskipun aneurisma mikotik (terinfeksi) mungkin sakular dan aneurisma
inflamasi (yang mencakup 2-10% dari kasus) berkaitan dengan penebalan
terutama adventisia.
Mayoritas aneurisma abdominal adalah infrarenal, berarti dilatasi dimulai
di bawah dari ginjal. Jarang, aneurisma mungkin suprarenal jika mereka
melibatkan lebih dari salah satu arteri visceral tetapi tidak meluas ke dada;
pararenal jika di ginjal tetapi aneurisma tidak timbul dari arteri mesenterika
superior; atau juxtarenal jika di persimpangan arteri ginjal (Gambar 1)
2.3.6 Diagnosis
a. Ultrasonography
USG merupakan standard alat imejing untuk AAA. USG memiliki sensitivitas
mendekati 100% dan spesifisitas 96% untuk mendeteksi adanya AAA. USG juga
dapat mendeteksi adanya darah peritoneal bebas.
13
USG bersifat invasive dan dapat dilakukan di samping tempat tidur pasien, dan
harus segera dilakukakan jika terdapat suspek AAA. Skrining untuk AAA dapat
menurunkan mortalitas akibat ruptur dan biayanya yang murah. USG abdominal
dapat memberikan gambaran kehadiran aneurisma, ukuran, dan luasnya. Selain
itu, hal ini dapat menjadi monitoring pasien yang aneurisma nya terlalu kecil
untuk intervensi bedah. Hal ini juga berguna untuk tindak lanjut setelah operasi
endovaskular untuk menilai daya tahan perbaikan.
b. Plain radiography
Foto polos abdomen sering sekali dilakukan pada pasien dengan keluhan perut
sebelum diagnosis AAA ditegakkan. Menggunakan metode ini untuk
mengevaluasi pasien AAA sangat sulit karena temuan yang spesifik berupa Aortic
Wall Calcification.
c. Computed Tomography
CT memiliki sensitifitas 100% untuk mendeteksi AAA, dan memiliki
banyak keuntungn dibandingkan USG untuk menentukan ukuran aorta,
perluasan, perkembangan arteri viseral, dan ekstensi ke suprarenal aorta.
CT dapat melakukan visualisasi retroperitoneum, dan tidak terbatas oleh
obesitas atau bowel gas, dan dapat juga mengevaluasi ginjal.
14
e. Angiography
Diindikasikan sebelum repair aneurisma arterial oclusive disease pada
viseral dan ekstremitas bawah atau saat repair endograft akan dilakukan.
15
Acute Gastritis
Appendicitis
Cystitis in Females
Diverticulitis
Emergent Management of Pancreatitis
Gallstones (Cholelithiasis)
Large-Bowel Obstruction
Myocardial Infarction
Peptic Ulcer Disease
Small-Bowel Obstruction
2.3.8. Penatalaksanaan
Farmakoterapi :
b. Intervensi Bedah
Indikasi operasi : pasien dengan diagnosis aneurisma 5 cm atau dengan
pelebaran aneurisma yang progresif dipertimbangkan untuk dilakukan
pembedahan. Perubahan mendadak seperti nyeri yang sangat hebat
merupakan tanda bahaya dan dapat merupakan suatu tanda pelebaran
aneurisma yang progresif, kebocoran, dan ruptur. Tujuan tindakan bedah
adalah melaksanakan operasi sebelum komplikasi terjadi.
18
1. Transperitoneal Approach
Teknik ini memudahkan dan lebih fleksibel untuk mengeksplor AAA, arteri
renali, dan kedua arteri iliaca. Dibuat midline incision abdomen dari xiphoid
sampai pubis, panjang insisi tergantung dari besar aneurisma.1
19
2. Retroperitoneal Approach
Pendekatan transperitoneal pada pasien dengan keadaan abdomen yang kurang
mendukung untuk menjalani operasi seperti aneurisma suprarenal yang luas,
horseshoe kidney, peritoneal dialysis, inflammatory aneurysm, atau asites. Pada
keadaan ini dengan pendekatan retroperitoneal adalah yang paling baik.
Dengan teknik ini, posisi pasien lateral dekubitus kanan. Insisi untuk
lapangan operasi pada pertengahan dari atas crista iliaca dan tepi kosta. Lengan
kiri diberi bantalan dan diletakkan diatas lengan kanan dengan diberi penyokong.
Derajat kemiringan bahu 60o dan panggul 30o untuk memudahakan mengeksplor
lapangan operasi.
Insisi pada sela iga X dimulai dari linea aksilaris posterior dilebarkan ke
medial sampai batas lateral rectus sheat menuju titik tengah antara umbilikus dan
simfisis pubis.1
20
2.3.9. Komplikasi
BAB 3
STATUS PASIEN
BAB 4
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
BAB 5
KESIMPULAN
23
DAFTAR PUSTAKA
2. Lin PH, et al. Chaper 23: Arterial Disease. In: Brunicardi FC. Schwatzs
Principles of Surgery. 10th ed. New York: Mc Graw Hill; 2015. p.850-2.
4. Mckinsey JF, et al. Chapter 22: Disease of the Vascular System. In: Lawrence
PF. Essentials of General Surgery. 5th ed. Philadelphia: Lippincot Williams and
Wilkins; 2013. p.453-5
6. Tracci MC, Cherry KJ. Section XII: Vascular. Chapter 61: The Aorta. In:
Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL.Sabiston Textbook of
Surgery. 20th ed. Philadelphia: Elsevier; 2017. p.1721-3.
7. Grace PA, Borley NR. 71: Aneurysm. Surgery at a Glance. 5th ed. UK: Wiley-
Blackwell;2013. p.166-7.
Tambahan