Anda di halaman 1dari 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1). Teori agensi

Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham (shareholders)


sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Manajemen merupakan pihak yang dikontrak
oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih,
maka pihak manejemen harus mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya kepada pemegang
saham.

Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan sebagai agency relationship as a
contract under which one or more person (the principals) engage another person (the agent) to
perform some service on their behalf which involves delegating some decision making authority
to the agent.

Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (prinsipal)
memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta memberi
wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Jika kedua belah pihak
tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan nilai perusahaan, maka diyakini
agen akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan prinsipal. (Ichsan, 2013)

2). Konsep Dasar Akuntansi

Akuntansi sebagai suatu sistem mengenai beberapa asumsi atau terdapat adanya konsep dasar
akuntansi yang merupakan sumber dari prinsip prinsip akuntansi.

Kesatuan akuntansi

Data dan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan harus jelas menyebutkan unit atau
perusahaan yang dilaporkan. Bukan merupakan laporan keuangan jika tanpa adanya unit yang
melaporkan, jadi laporan keuangan harus jelas menyebutkan untuk perusahaan atau badan mana
laporan keuangan tersebut dilaporkan.

Kesinambungan perusahaan

Akuntansi diperlukan oleh pihak yang berkepentingan karena didasarkan pada asumsi
kesinambungan usaha. Bila usaha yang dimaksudkan hanya untuk beberapa hari atau bulan saja,
maka informasi akuntansi menjadi sangat tidak berarti. Oleh karena itu perusahaan harus tetap
hidup sepanjang masa sehingga diperlukan informasi untuk memantau kegiatan perusahaan yang
dapat menyajikan data dan informasi mengenai posisi keuangan serta hasil usaha yang akan
dibagi bagi ke dalam periode.

Periode akuntansi

Pelaporan informasi keuangan untuk perusahaan yang diasumsikan hidup sepanjang masa atau
berkesinambungan harus dipecah pecah ke dalam periode dalam bentuk laporan keuangan agar
dapat memantau posisi keuangan dan hasil usaha selama satu periode tertentu dalam masa yang
berkesinambungan. Dengan demikian adanya batas waktu pelaporan informasi keuangan kepada
manajemen yang dapat dipergunakan sebagai dasar pengambilan keputusan.

Pengukuran dalam nilai uang

Informasi akuntansi yang disajikan harus memiliki keseragaman bahasa yaitu uang. Tanpa
adanya keseragaman dengan uang, informasi akuntansi yang disajikan tidak dapat
diperbandingkan karena satuan unit pengukurannya berbeda beda. Jelas nilai moneter dari
posisi keuangan maupun hasil usaha suatu perusahaan menjadi dasar kesatuan bahasa akuntansi.

Harga perolehan

Harta kekayaan yang diperoleh haruslah dicatat pada saat perolehannya. Nilai yang dibayarkan
untuk memperoleh harta kekayaan tersebut merupakan nilai yang akan dicatat dalam laporan
keuangan. Nilai inilah yang akan disajikan dalam laporan keuangan.

Penetapan pendapatan dan biaya

Pelaporan pendapatan dan biaya harus jelas menunjukkan periode dimana harus dilaporkan dan
dikaitkannya dengan aktiva dan hutang yang bersangkutan.

Konsistensi

Penerapan akan prinsip akuntansi harus dilakukan secara konsisten dari satu periode ke periode
lainnya. Dengan penerapan prinsip akuntansi secara konsisten, maka data dan informasi
keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diandalkan untuk dijadikan dasar
pengambilan keputusan.

Objektivitas

Data dan informasi keuangan harus disajikan dengan tidak memandang dan mempertimbangkan
satu atau pihak tertentu lainnya.

Materialitas

Data dan informasi keuangan yang timbul dari transaksi yang jumlahnya relatif kecil dan tidak
berarti terhadap laporan keuangan dapat diabaikan.

Konservatisme

Dalam konsep ini penyaji informasi keuangan harus hati hati terhadap pencatatan pendapatan
dan biaya. Dampak lain dari menganut paham konservatif adalah terciptanya pencatatan
pendapatan secara accrual atau cash basis yang terutama dirasakan penting dalam penerapan
akuntansi bank.
Pernyataan terbuka

Informasi yang diketahui sudah terjadi maupun yang potensial akan terjadi, sebaiknya disajikan
dalam laporan keuangan apakah dalam bentuk catatan kaki ataupun dalam catatan terhadap
laporan keuangan.

Realisasi

Data dan informasi keuangan yang disajikan harus jelas menyajikan dasar pengakuan pendapatan
yang telah dicerminkan dalam ikhtisar laba rugi. (WordPress.com, 2011)

3). Konsep dasar perpajakan

Pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang ketentuan


umum dan tata cara perpajakan pasal 1. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

B. FUNGSI PAJAK
Pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran. Fungsi pajak
yang dipungut oleh negara antara lain :
1. Fungsi Anggaran (Budgetair)
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukan bagi pembiayaan pengeluaran
pemerintah baik pengeluaran rutin, maupun pengeluaran pembangunan.
2. Fungsi Pemerataan Pendapatan (Redistribution)
Pajak yang dipungut oleh negara selanjutnya akan dikembalikan kepada masyarakat dalam
bentuk penyediaan fasilitas publik diseluruh wilayah negara.
3. Fungsi Mengatur (Regulerent)
Pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur kebijakan tertentu di bidang ekonomi, politik,
sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan.
4. Legalitas Pemerintahan (Representation)
Pemerintah membebani pajak atas warga negara, dan warga negara meminta akuntabilitas dari
pemerintah sebagai bagian dari kesepakatn (pengenaan pajak tidak diputuskan secara sepihak
oleh penguasa tetapi merupakan kesepakatan bersama dengan rakyat melalui perwakilan di
parlemen).
5. Fungsi Stabilitas
Pemerintah mempunyai dana untuk menjalankan kenijakan yang berhubungan dengan stabilitas
harga sehingga inflasi dapat dikendalikan antara lain dengan cara mengatur peredaran uang di
masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.

C. SYARAT PEMUNGUTAN PAJAK


Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka pemungutan pajak
harus memenuhi syarat, antara lain :
1. Syarat Keadilan
Pemungutan pajak harus adil, sesuai dengan tujun hukum yakni mencapai keadilan, undang-
undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil.
2. Syarat Yuridis
Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang, di Indonesia pajak diatur dalam UUD
1945 pasal 23 ayat 2, ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi
negara maupun warganya.
3. Syarat Ekonomis
Pemungutan pajak tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi maupun perdagangan,
agar tidak menimbulkan kelesuan perekonomian masyarakat.
4. Syarat Finansial
Pemungutan pajak harus efisien sesuai dengan fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus
dapat ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.
5. Pajak Harus Sederhana
Pemungutan harus sederhana agar memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi
kewajiban perpajakannya.

D. CARA PEMUNGUTAN PAJAK


1. Stelsel Riil atau Nyata (Riil Stelsel)
Merupakan cara pengenaan pajak yang didasarkan pada objek yang sesungguhnya, yang benar-
benar ada, dan dapat ditunjuk.
2. Stelsel Anggaran (Fictive Stelsel)
Merupakan cara pengenaan pajak yang berdasarkan pada suatu anggapan yang dilegalkan oleh
undang-ungang.
3. Stelsel Campuran
Stelsel campuran merupakan gabungan dari riil stelsel dan fictive stelsel. Pada awal tahun pajak
menggunakan fictive stelsel dan setelah akhir tahun menggunakan riil stelsel.

E. PENGGOLONGAN PAJAK BERDASARKAN WEWENANG PEMUNGUTAN


1. Pajak Pusat
a. Pajak Penghasilan (PPh)
b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
c. Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn-BM)
d. Pajak Bumi dan Bangunan
e. Bea Materai
f. Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB)
g. Bea Masuk
h. Bea Cukai
2. Pajak Daerah
Pajak daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digukan untuk membiayai
rumah tangga negara. Berdasarka UU no. 19 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah sebagaimana telah diubah dengan UU no. 34 tahun 2000 tersebut, pajak daerah terdiri
atas :
a. Pajak daerah provinsi
Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan kendaraan diatas air.
Pajak bahan bakar kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air.
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) dan kendaraan dia atas air.
Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan.
Pajak rokok.
b. Pajak daerah kabupaten/kota
Pajak Hotel dan Restoran (PHR)
Pajak hiburan

F. PENGELOMPOKAN TARIF PAJAK


1. Tarif Tetap
Dalam tarif ini jumlah yang tetap sama besarnya.
2. Tarif Degresif
Tarif degrasif adalah tarif pajak yang dengan presentase semakin menurun, jika dasar pengenaan
pajaknya semakin besar.
3. Tarif Proporsional
Tarif proporsional adalah tarif pajak dengan presentase tetap. Dengan demikian, semakin besar
dasar pengenaan pajaknya, semakin besar pula jumlah utang pajak yang harus dibayar, namun
presentasenya tetap sama.
4. Tarif Progresif
Tarif progresif adalah tarif pajak dengan presentase semakin besar, jikaa dasar pengenaan
pajaknya semakin besar. Pengenaan tarif pajak progresif terutama ditujukan kepada pihak
subjektif.

G. PENGGOLONGAN PAJAK MENURUT CARA PENARIKANNYA


1. Pajak Langsung
Pajak langsung adalah pajak yang dipikul sendiri oleh wajib pajak yang bersangkutan dan tidak
dilimpahkan kepada orang lain dan dipungut secara berkala (periodik).
2. Pajak Tidak Langsung
Pajak tidak langsung adalah pajak yang dipungut jika ada peristiwa, perbuatan tertentu, dan
pembayar pajak dapat dilimpahkan beban pajaknya kepada orang lain.

H. PENGGOLONGA PAJAK MENURUT SASARANNYA


1. Pajak Subjektif
Pajak subjektif adalah pajak yang penggunaannya pertama-tama memperhatikan pribadi wajib
pajak (subjek), kemudian menetapkan objek pajaknya. Keadaan pribadi wajib pajak (daya
pikulnya) sangat memengaruhi besarnya jumlah pajak yang terutang.
2. Pajak Objektif
Pajak objektif adalah pajak yang penganaannya petama-tama memerhatikan objeknya, yaitu
berupa benda, keadaan, perbuatan, peristiwa yang menyebabkan utang pajak, kemudian
ditetapkan subjeknya tanpa mempersoalkan apakah subjek tersebut bertempat tinggal di
Indonesia atau tidak.
(Pratiwi, 2014)

Pemeriksaan Pajak

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan,


dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu
standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau
untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.

A. Tujuan Pemeriksaan
Tujuan dilakukannya pemeriksaan adalah sebagai berikut:
1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan :
a. SPT lebih bayar termasuk yang telah diberikan pengembalian pendahuluan pajak;
b. SPT rugi;
c. SPT tidak atau terlambat (melampaui jangka waktu yang ditetapkan dalam Surat
Teguran) disampaikan;
d. Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, pembubaran, atau akan
meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya; atau
e. Menyampaikan SPT yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan hasil analisis (risk
based selection) mengindikasikan adanya kewajiban perpajakan WP yang tidak dipenuhi
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. Tujuan lain, yaitu:


a. Pemberian NPWP secara jabatan;
b. Penghapusan NPWP;
c. Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan pencabutan PKP (baca juga: Registrasi
Ulang Pengusaha Kena Pajak);
d. Wajib Pajak mengajukan keberatan;
e. Pengumpulan bahan untuk penyusunan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.
f. Pencocokan data dan/atau alat keterangan.
g. Penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil.
h. Penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN.
i. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak;
j. Penentuan saat mulai berproduksi sehubungan dengan fasilitas perpajakan dan/ atau;
k. Pemenuhan permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda

B. Hak Wajib Pajak Apabila Dilakukan Pemeriksaan


Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak berhak:
1. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa
Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan;
2. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan pemberitahuan secara tertulis
sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan;
3. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan
tujuan Pemeriksaan;
4. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas apabila susunan
Tim Pemeriksa Pajak mengalami perubahan;
5. Menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;
6. Menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu yang telah
ditentukan;
7. Mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan oleh Tim Pembahas, dalam hal
terdapat perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan Pemeriksa Pajak dalam
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan; dan
8. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa
Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksaan;
9. Mengajukan pengaduan apabila kerahasiaan usaha dibocorkan kepada pihak lain yang
tidak berhak.

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban


perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Kantor, Wajib Pajak berhak :
1. Meminta Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal
Pemeriksa dan Surat Perintah Pemeriksaan;
2. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan
tujuan Pemeriksaan;
3. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas apabila susunan
Pemeriksa Pajak mengalami pergantian;
4. Menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;
5. Menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu yang telah
ditentukan;
6. Mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan oleh Tim Pembahas, dalam hal
terdapat perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan Pemeriksa Pajak dalam
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan; dan
7. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa
Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksaan.

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis Pemeriksaan Lapangan,
Wajib Pajak berhak :
1. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa
Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada WP pada waktu Pemeriksaan;
2. Meminta kepada Pemeriksaan Pajak untuk memberikan pemberitahuan secara tertulis
sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan;
3. Meminta kepada Pemeriksaan Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan
tujuan Pemeriksaan;
4. Meminta kepada Pemeriksaan Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas apabila terdapat
perubahan susunan Tim Pemeriksa Pajak dan atau;
5. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa
Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksa.

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis Pemeriksaan Kantor,
Wajib Pajak berhak :
1. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa
Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada WP pada waktu Pemeriksaan;
2. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan
tujuan Pemeriksaan;
3. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas apabila terdapat
perubahan susunan Tim Pemeriksa Pajak dan/ atau;
4. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa
Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksa.
C. Kewajiban Wajib Pajak Apabila Dilakukan Pemeriksaan
Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak wajib :
1. Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi
dasarnya pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang berhubungan dengan
penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP, atau objek yang
terutang pajak;
2. Memberi kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara
elektronik;
3. Memberi kesempatan untuk memasuki dan memeriksa tempat atau ruangan, barang
bergerak dan/atau tidak bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan untuk
menyimpan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan,
dokumen lain, uang, dan/atau barang yang dapat memberi petunjuk tentang penghasilan
yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP, atau objek yang terutang pajak serta
meminjamkannya kepada Pemeriksaan Pajak;
4. Memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan, antara lain berupa :
a. Menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya WP apabila dalam mengakses data
yang dikelola secara elektronik memerlukan peralatan dan/atau keahlian khusus;
b. Memberikan kesempatan kepada Pemeriksa Pajak untuk membuka barang bergerak
dan/atau tidak bergerak; dan /atau
c. Menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya Pemeriksaan Lapangan dalam hal
jumlah buku, cacatan, dan dokumen sangat banyak sehingga sulit untuk dibawa ke kantor
Direktorat Jenderal Pajak;
5. Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;
dan
6. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban


perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Kantor, Wajib Pajak wajib :
1. Memenuhi panggilan untuk datang menghadiri Pemeriksaan sesuai dengan waktu yang
ditentukan;
2. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi
dasarnya pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain termasuk data yang dikelola
secara elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha,
pekerjaan bebas WP, atau objek yang terutang pajak;
3. Memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan;
4. Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;
5. Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan Publik; dan
6. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis Pemeriksaan Lapangan,
Wajib Pajak wajib :
1. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi
dasarnya pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang berhubungan dengan
tujuan Pemeriksaan;
2. Memberi kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara
elektronik;
3. Memberi kesempatan untuk memasuki dan memeriksa tempat atau ruangan peyimpan
buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dokumen
lain, dan/atau barang yang berkaitan dengan tujuan Pemeriksaan serta meminjamkannya
kepada Pemeriksa Pajak; dan/atau
4. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis Pemeriksaan Kantor,
Wajib Pajak wajib :
1. Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi
dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang berhubungan dengan tujuan
Pemeriksaan; dan atau
2. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.

D. Hal Lainnya Yang Perlu Diketahui


1. Pemeriksaan Pajak dapat dilakukan Kelompok Pemeriksa.
2. Pemeriksaan dapat dilaksanakan di Kantor (Pemeriksaan Kantor) atau di tempat Wajib
Pajak (Pemeriksaan Lapangan) meliputi tahun-tahun yang lalu maupun tahun berjalan.
3. Apabila WP tidak memberi kesempatan kepada pemeriksa pajak untuk memasuki tempat
atau ruangan tertentu dan menolak memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan, maka
pemeriksa pajak berwenang melakukan penyegelan.
DAFTAR PUSTAKA

Ichsan, R. (2013, January 12). Teori Keagenan (Agency Theory). Retrieved may 2, 2017, from RANDHY
ICHSAN: https://bungrandhy.wordpress.com/2013/01/12/teori-keagenan-agency-theory/

Pratiwi, Y. (2014, November 16). Konsep dasar Perpajakan. Retrieved May 2, 2017, from Blogspot:
http://yulianapratiwi1d.blogspot.co.id/2014/11/konsep-dasar-perpajak.html

WordPress.com. (2011, December 18). OKTAVIAGUNAWAN'S BLOG. Retrieved May 2, 2017, from
WordPress.com: https://evaoktaviagunawan.wordpress.com/2011/12/18/konsep-dasar-akuntansi/

Anda mungkin juga menyukai