Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan


makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin
penyusunan makalah ini tidak akan sanggup terselesaikan dengan baik. Adapun
tujuan penyusunan makalah yang berjudul Dissaminated Intravaskuler
Coagulatian untuk memenuhi tugas Keperawatan Medical Bedah 1.Kami
menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan untuk hasil yang lebih
baik dikemudian hari. Terimakasih

Ponorogo, 10 Juli 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................


DAFTAR ISI .............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................
1.1.Latar Belakang .....................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................
A. Anatomi Fisiologi Hematologi ..............................................................
B. Definisi ...................................................................................................
C.Etiologi ...................................................................................................
D.Manifestasi Klinis ...................................................................................
E. Kondisi yng berkaitan dengan DIC ........................................................
F. Patofisiologi. ...........................................................................................
G. Pemeriksaan Penunjang..........................................................................
H.Penatalaksanaan .....................................................................................
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ....................................................
A.Pengkajian ...............................................................................................
B.Diagnosa ..................................................................................................
C.Intervensi .................................................................................................
D.Implementasi ...........................................................................................
E.Evaluasi....................................................................................................
BAB IV PENUTUP ..................................................................................
3.1.Kesimpulan ..........................................................................................
3.2.Saran .....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

2
DIC atau KID adalah efek dalam koagulasi yang ditandai dengan
perdarahan dan koagulasi simultan. DIC adalah hasil stimulasi abnormal dari
proses koagulasi normal sehingga selanjutnya terbentuk trombi mikrovaskular
yang tersebar luas dan kehabisan faktor pembekuan. Sindrom ini dipicu oleh
berbagai penyakit seperti sepsis, trauma multipel, luka bakar, dan neoplasma. DIC
dapat dijelaskan sebagai dua proses koagulasi yang terkendali dengan tepat yang
menjadi terakselerasi dan tidak terkendali.
Koagulasi intravascular diseminata (KID) merupakan salah satu
kedaruratan medis,karena mengancam nyawa dan memerlukan penanganan
segera. Tetapi tidak semua KID digolongkan dalam darurat medis,hanya KID
fulminan atau akut sedang KID derajat yang terendah atau kompensasi bukan
suatu keadaan darurat. Namun perlu di waspadai bahwa KID derajat rendah dapat
berubah menjadi KID fulminan,sehingga memerlukan pengobatan segera.
Banyak penyakit yang sudah di kenal dan sering mencetuskn KID. Akibat
banyaknya penyakit yang dapat mencetuskannya gejala klinis KID menjadi sangat
bervariasi pula. Hal ini juga mungkin salah satu penyabab mengapa banyak istilah
yang dipakai untuk KID seperti konsumsi koagulopati,hiperfibrinolisis,defibrinasi
dan sindrom trombohemoragik. Istilah yang paling akhir ini lebih
menggambarkan gejala klinis karena dihubungkan dengan patofisiologis. Istilah
yang paling umum diterima sekarang ini adalah KID. Trombohemoragik
menggambarkan terjadinya thrombosis bersamaan dengan perdarahan. Kedua
manifestasi klinik ini dapat terjadi bersamaan pada KID. Tetapi para dokter lebih
sering memperhatikan perdarahan daripada akibat thrombosis padahal morbiditas
dan mortalitas lebih banyak dipengaruhi thrombosi. Keberhasilan pengobatan
selain ditentukan keberhasilan mengatasi penyakit dasar yang mencetuskan KID
juga ditentukan oleh akibat KID itu sendiri. Dalam makalah ini akan disajikan
penanganan yang obyektif mengenai diagnosis klinis dan
laboratorium,etiologi,patofisiologi,menentukan berat KID,menilai respons
terhadap pengobatan,dan tatalaksana pada umumnya.

I. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Disseminated Intravaskular Coagulation (DIC)?

3
2. Bagaimana etiologi, patofisiologi, komplikasi, diagnosis Disseminated
Intravaskular Coagulation ( DIC )?

II. Pembatasan Masalah.


Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas diatas, penulis membatasi
masalah tentang Disseminated Intravaskular Coagulation ( DIC ) "

III. Tujuan makalah


Dalam makalah ini terdapat 2 macam tujuan yaitu :

IV.1 Tujuan Umum


1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Disseminated Intravaskular
Coagulation (DIC )
2. mengetahui etiologi, patofisiologi, komplikasi, diagnosis Disseminated
Intravaskular Coagulation ( DIC )

IV.2 Tujuan Khusus


Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah SISTEM Hematologi
dan Imunologi dalam pokok bahasan Disseminated Intravaskular Coagulation (
DIC )

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Anatomi Fisiologi
System hematologi merupakan Ilmu yang mempelajari tentang darah
serta jaringan yang membentuk darah.Darah merupakan bagian penting dari
system transport.Darah merupakan jaringan yang berbentuk cairan yang terdiri
dari 2 bagian besar yaitu plasma darah dan bagian korpuskul.
1. Darah
a. Darah merupakan bagian dari cairan ekstrasel yang berfungsi :
b. Mengangkut oksigen dari paru2
c. Bahan nutrisi dari saluran cerna
d. Mengangkut hormon dari kelenjar endokrin
Bahan tersebut diangkut keseluruh sel, dimana bahan tersebut akan
berdifusi darikapiler ke jaringan interstitiel selanjutnya masuk kedalam sel
untuk digunakan dalamaktivitas sel. Bahan yang dihasilkan dari
metabolisme sel akan dikeluarkan dandiangkut oleh darah untuk
diekskresi.
Fungsi Darah :
a. Fungsi transport
b. Fungsi regulasi
c. Fungsi pertahanan tubuh
Komposisi darah :
a. Plasma 55 % dari volume darah
b. Sel darah 45 % dari volume darah
Komposisi plasma :
a. Air ; (90-92 %) sebagai pelarut, absorbsi dan pelepasan panas
b. Protein
c. Albumin ; dihasilkan di hati berfungsi mempertahankan tekanan
osmotik agar normal (25 mmHg)
d. Globulin ; berfungsi untuk respon imun
e. Fibrinogen ; berfungsi untuk pembekuan darah

5
B. Definisi
Koagulasi intravaskuler diseminata ( KID ) atau Disseminated
Intravaskuler Coagulation ( DIC ) adalah suatu mekanisme antara pada
penyakit. DIC merupakan sindrom multifaset, sindrom kompleks dimana
homeostatik normal dan sistem fisiologik yang mempertahankan darah
agar tetap cair berubah menjadi sistem yang patologik sehingga terjadi
trombi fibrin yang menyumbat mikrovaskuler dari tubuh
DIC (Disseminated Intravascular Coagulated) adalah suatu respon
pathopysiology dari mekanisme hemostatic tubuh terhadap penyakit atau
luka. DIC adalah sangat rumit dan merupakan Sindrom yang fatal yang
awalnya ditandai dengan Pembekuan/Clotting serta sekunder hemorrhage.
Ia terjadi pada setiap kondisi dimana trombosis jaringan diikuti oleh
kerusakan jaringan.
DIC merupakan salah satu kedaruratan medis, karena mengancam
nyawa dan memerlukan penanganan segera.DIC biasanya dihubungkan
dengan adanya penyakit klinis yang jelas dan dapat muncul sebagai
spektrum klinis yang luas.Tidak semua DIC digolongkan dalam darurat
medis, hanya DIC fulminan atau akut, sedang DIC derajat yang terendah
atau kompensasi bukan suatu keadaan darurat.Namun perlu diwaspadai
bahwa DIC derajat rendah dapat berubah menjadi DIC fulminan, sehingga
memerlukan pengobatan segera.

6
C. Etiologi
Berbagai penyakit dapat mencetuskan DIC fulminan atau derajat rendah
seperti dibawah ini :
DIC dapat terjadi pada penyakit penyakit :
Infeksi (demam berdarah dengue, sepsis, meningitis, pneumonia berat,
malaria tropika, infeksi oleh beberapa jenis riketsia ).
Komplikasi kehamilan (solusio plasentae, kematian janin
intrauterin,emboli cairan amnion).
Setelah operasi (operasi paru) by passcardiopulmonal, lobektomi,
gastrektomi, splenektomi).
Keganasan ( karsinoma prostat, karsinoma paru, leukemia akut )

Untuk lebih jelasnya lihat pada tabel di bawah ini :


Penyakit yang disertai DIC fulminant Penyakit disertai DIC derajat rendah
1. Bidang obstetri : emboli cairn 1. Penyakit keganasan
amnion, abrupsi plasenta, eklamsia, 2. Penyakit kardiovaskuler
abortus 3. Penyakit autoimun
2. Bidang hematologi : reaksi transfusi 4. Penyakit ginjal menahun
darah, hemolisis berat, transfusi 5. Peradangan
masif, leukemia M3 dan M4 6. Graft versus Host disease
3. Infeksi 7. Penyakit hati menahun
a. Septikemia, gram negatif (
endoktosin ), gram positif (mikro-
polisakarida)
b. Viremia : HIV, hepatitis, varisela,
virus sitomegalo, demam dengue
c. Parasit : malaria
d. Trauma
e. Penyakit hati akut : gagal hati
akut, ikterus obstruktif
f. Luka bakar
g. Alat prostesis : shunt Leveen atan

7
shunt Denver, alat bantu balon
aorta
h. Kelainan vaskuler

Emboli cairan amnion yang disertai DIC sering mengancam nyawa dan
dapat menyebabkan kematian.Gejala DIC karena emboli cairan amnion yaitu
gagal napas akut dan renjatan.Biasanya pada permulaan hanya DIC derajat rendah
dan kemudian dapat berkembang cepat menjadi fulminan. Dalam keadaan ini
nekrosis jaringan janin dan enzim jaringan nekrosis tersebut akan masuk dalam
sirkulasi ibu dan mengaktifkan sistem koagulasi dan fibrinolisis dan terjadi DIC
fulminan.
Pada kehamilan dengan eklamsia ditemukan DIC derajat rendah dan sering
pada organ khusus seperti ginjal dan mikrosirkulasi palsenta.Abortus yang
diinduksi dengan garam hipertonik juga sering disertai DIC derajat rendah sampai
abortus komplet namun kadang dapat menjadi fulminan.
Hemolisis karena reaksi transfusi darah dapat memicu sistem koagulasi
sehingga terjadi DIC.Akibat hemolisis, sel darh merh melepaskan adenosin
difosfat (ADP) atau membran fosfolipid SDM yang mengaktifkan sistem
koagulasi baik sendiri maupun secara bersamaan dan meyebabkan DIC. Pada
septikimia DIC terjadi akibat endoktosin atau mantel polisakarida bakteri memulai
koagulasi dengn cara mengaktifkan faktor F XII menjadi F XIIa dan pelepasan
materi prokoagulan dari granulasit dan semuanya ini dapat mencetusakan DIC.
Perdarahan terjadi karena :
Hipofibrinogenemia
Trombositopenia
Beredarnya antikoagulan dalam sirkulasi darah (hasil perombakan
fibrinogen)
Fibrinolisis berlebihan

8
Tanda dan gejala kehilangan darah
Kehilangan volume
Tanda Klinis
Ml % VDT
500 10 Takada : kadang-kadang sinkope
vasovagal pada pendonor darah

1000 20 Pada saat istirahat mungkin takada bukti


klinis kehilangan darah; terlihat sedikit
turun pada TD postural; takikardi pada
saat latihan

1500 30 TD dan N saat istirahat telentang


mungkin normal; vena leher datar bila
telentang; hipotensi postural; takikardi
saat latihan

2000 40 Tekanan vena sentral, curah jantung dan


tekanan darah arteri di bawah normal
bahkan bila telentang dan istirahat; sesak
napas, nadi cepat halus, kulit lembab
dingin

2500 50 Asidosis laktat, syok berat, kematian

D. Manifestasi Klinis
Gejala klinis DIC bergantung pada penyakit dasar, akut atau
kronik dan proses patologis yang paling utama adalah apakah akibat
trombosis mikroaskuler atau diastesis hemoragik.
Terdapat keadaan yang bertentangan yaitu trombosis dan
pendarahan bersama-sama.Perdarahan lebih umum terjadi daripada

9
trombosis, tetapi trombosis dapat mendominasi bila koagulasi lebih
teraktivasi daripada fibrinolisis.Trombosis umumnya ditandai dengan
iskemia jari jari tangan dan ganggren, mungkin pula nekrosis kortekrenal
dan infark adrenal hemoragik.Secara sekunder dapat mengakibatkan
anemia hemolitik mikroangiopati.
Perdarahan dapat terjadi pada semua tempat.Dapat dilihat
sebagai petekie, ekimosis dan hematoma di kulit, hematuria, melena,
epistaksis, perdarahan gusi, hemoptisis dan kesadaran yang menurun
sampai koma akibat perdarahan otak.Gejala akibat trombosis
mikrovaskuler dapat berupa kesadaran menurun samapi koma, gagal ginjal
akut, gagal napas akut dan iskemia fokal dan gangren pada kulit.
Mengatasi perdarahan pada DIC sering lebih mudah daripada
mengobati akibat trombosis pada mikrovaskuler yang, menyebabkan
gangguan aliran darah, iskemia dan berakhir dengan kerusakan organ yang
menyebabkan kematian.
Jadi DIC mewakili suatu spektrum temuan klinis yang luas,
yang pasiennya berada di antara garis lurus trombosis dan perdarahan.

E. Beberapa kondisi-kondisi klinis yang berkaitan dengan DIC


a. Peristiwa-peristiwa obstetri
i. Sindrom janin bertahan
Bila janin mati tetap berada didalam rahim lebih
lama dari 5 minggu, kejadian DIC mendekati 50% yang
dianggap pencetusnya adalah jaringan janin mati yang
dilepaskan ke dalam rahim kemudian ke dalam sirkulasi
sistemik ibu. Jaringan janin yang mati yang mempunyai
aktifitas prokoagulan dan mengawali rangkaian
pembekuan.

ii. Emboli cairan amnion


Cairan amnion mempunyai aktifitas sebagai
prokoagulan (meningkatkan pembekuan) dan dapat

10
mengawali urut-urutan pembekuan,hingga menimbulkan
DIC.

iii. Blasio plasenta


Jaringan atau enzim plasenta yang mempunyai
aktifitas prokoagulan atau keduanya dapat dilepaskan ke
dalam rahim kemudian ke dalam sirkulasi sistemik ibu
untuk memulai rangkaian pembekuan.

b. Hemolisis
Pelepasan ADP sel darah merah dapat memulai suatu reaksi
pelepasan trombosit dengan membangkitkan aktifitas faktor III
trombosis dan kemudian mengaktifkan sistem pembekuan.
c. Septikemia
i. Gram negatif (endoroksin)
Organisme-organisme gram negatif lainnya terbukti
ada hubungannya dengan DIC.Jadi dianggap bahwa
bakterektia mencetuskan DIC dengan pelepasan endoktosin
yang menginduksi pembekuan dan reaksi pelepasan
trombosit.

ii. Gram positif (mukopolisakarida mantel bakteri)


DIC telah ditemukan dengan organisme gram positif
sehingga seharusnya ada mekanisme lain yang terjadi,
selain itu endotoksin kemungkinan mekanisme lain untuk
memulai DIC pada septikemis gram positif melibatkan
pelepasan trombosit atau aktivitas pembekuan.

d. Viremia
Viremia dapat memulai DIC dengan pengaktifan kompleks
antigen-antibodi dapat merusak endotel yang selanjutnya dapat
memulai pelepasan trombosit.

11
e. Keganasan menyebar
Keganasan menunjukkan suatu keadaan khusus yang DIC
nya mungkin akut, subakut atau kronis.Keganasan menyebar dapat
terjadi pada paru-paru, kandung empedu, lambung, kolon, ovarium,
prostat, payudara.

f. Luka bakar, luka bentur, nekrosis jaringan


Dikaitkan dengan DIC akut pada pasien yang menderita
nekrosis jaringan masif karena kecelakaan, pelepasan jaringan
nekrotik atau enzim jaringan yang mempunyai aktifitas koagulan.

F. Patofisiologi
XI

Kerusakan endotel kolagen Prekalikren kininogens


XIIa
Kompleks Ag-Ab Kalikrein kinins
XI
Endotoksin
XIa
Kerusakan jaringan Plasminogen plasmin
Aktivitas X Xa
Kerusakan trombosit tromboplastin Protombin aktivitas
P.F. 1.2 komplemen

ADP fosfolipid fibrinogen

12
Trombin FDP
Kerusakan sel darah merah fibrin D. Dimer

Bagan Mekanisme Pencetus DIC


Apabila sistem koagulasi diaktifkan oleh berbagai hal, misalnya
tromboplastin yang dikeluarkan akibat kerusakan jaringan, trombin dan
plasma beredar dalam sirkulasi darah. Trombin memecahkan fibrinogen
hingga terbentuk fibrinopeptida A dan B dan fibrin monomer. Fibrin monomer
mengalami polimerisasi membentuk fibrin yang beredar dalam sirkulasi
membentuk trombus dalam mikrovaskuler, sehingga mengganggu aliran darah
dan menyebabkan terjadi iskemia perifer dan berakhir dengan kerusakan
organ.Karena fibrin dideposit di dalam mikrosirkulasi, trombosit terperangkap
dan diikuti trombositopenia. Plasmin beredar dalam sirkulasi dan
memecahkan akhir terminal karboksi fibrinogen menjadi Fibrinogen
Degradation Product (FDP/hasil degradasi fibrinogen), membentuk fragmen
yang dikenal dengan fragmen X, Y, D dan E. Hasil degradasi fibrinogen
(FDP) dapat bergabung dengan fibrin monomer. Kompleks FDP dan fibrin
monomer ini disebut fibrinogen monomer larut yang merupakan dasar reaksi
parakoagulasi untuk uji galasi etanol, dan uji protamin sulfat.
FDP dalam sirkulasi sistemis akan mengganggu polimerasasi monomer,
yang selanjutnya mengganggu pembekuan dan menyebabkan perdarahan.
Fragmen D dan E mempunyai afinitas terhadap membran trombosit dan
menyebabkan fungsi trombosit terganggu sehingga menyebabkan atau
memperberat perdarahan yang sudah ada pada DIC.
Plasmin adalah suatu enzim proteolitik global dan mempunyai afinitas
yang sama terhadap fibrinogen dan trombin. Plasmin juga efektif
menghancurkan (biodegradasi) F V, VIII, IX dan X dan protein plasma lain,
termasuk hormon pertumbuhan, kortikotropin dan insulin. Plasmin
menghancurkan fibrin ikat silang (cross-linked fibrin) dan menghasilkan D-
Dimer.Fibrin ikat silang merupakan hasil akhir sistem koagulasi yaitu fibrin
yang tidak larut karena diaktifkan oleh F XIIIa.Bila D-Dimer positif brarti

13
terjadi fibrinolisis skunder yang secara klinis menunjukkan ada trombosis atau
DIC.

F XIIa mengubah preklarikrein menjadi klarikrein dan kalikrein mengubah


kininogen berat molekul tinggi menjadi kinin. Kinin beredar dalam sirkulasi
akan meningkatkan permeabilitas vaskular sehingga dapat menyebabkan
hipotensi dan renjatan. Plasmin menyebabkan lisis faktor pembekuan F V, VII
dan X sehingga terjadi defisiensi faktor pembekuan yang menyebabkan
perdarahan.
Jadi dapat disimpulkan pada DIC terjadi :
1. Aktivasi sistem koagulan
2. Aktivitas sistem fibrinolisis
3. Konsumsi penghambat
4. Hipoksia atau kerusakan organ
Keempat patofisologi ini penting untuk tolok ukur laboratorium yang tepat untuk
suatu diagnosis DIC secara obyektif.

14
G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Hemostasis pada DIC
a. Masa Protrombin
Masa protrombin bergantung pada perubahan fibrinogen
menjadi fibrin.Masa protrombin yang memanjang bisa karena
hipofibrinogenemia, gangguan FDP pada polimerisasi fibrin
monomer dan karena plasmin menginduksi lisis faktor V dan
faktor IX. Normal atau memendeknya masa protrombin terjadi
karena :
a) Beredarnya faktor koagulasi aktif seperti trombin atau F Xa
yang dapat mempercepat pembentukan fibrin
b) Hasil degradasi awal dapat mempercepat pembekuan oleh
trombin dan sistem pembentukan gel yang cepat.

b. Partial Thrombin Time (PTT)


PTT yang diaktifkan seharusnya memanjang pada DIC
fulminan karena berbagai sebab sehingga parameter ini lebih
berguna daripada masa protrombin.Plasmin menginduksi
biodegradasi F V, VIII, IX dan XI, yang seharusnya juga
menyebabkan PTT memanjang. PTT akan memanjang bila kadar
fibrinogen kurang dari 100 mg%.

c. Kadar Faktor Pembekuan


Pada kebanyakan pasien DIC fulminan faktor pembekuan
yang akif beredar dalam sirkulasi terutama F Xa, Ixa dan trombin.
Sebagai contoh jika F VIII diperiksa dengan pada pasien DIC
dengan disertai peningkatan F Xa, jelas F VIII dicatat akan tinggi
karena dalam uji sistem ini F Xa memintas kebutuhanF VIII
sehingga terjadi perubahan fibrinogen menjadi fibrin dengan cepat
dan waktu yang dicatat dalam kurva standar pendek dan ini akan
diinterprestasi sebagai kadar F VIII yang tinggi.

15
d. FDP
Hasil degradasi adalah akibat biodegradasi fibrinogen atau
fibrin oleh plasmin jadi secara tidak langsung menunjukkan bahwa
jumlah plasmin melebihi jumlah normal dalm darah.Tes protamin
sulfat atau etanol biasanya positif bila dalam sirkulasi darah ada
fibrin monomer solubel.

e. D-Dimer
D-Dimer merupakan hasil degradasi fibrin ikat silang yaitu
fibrinogen yang diubah menjadi fibrin dan kemudian diaktifkan
oleh faktor XIII.D-Dimer merupakan tes yang paling dapat
dipercaya untuk menilai kemungkinan DIC.

f. Plasmin
Pemeriksaan sistem fibrinolisis daalam laboratorium klinis
yang berguna pada DIC adalah pemeriksaan plasminogen dan
plasmin.Fibrinolisis sekunder merupakan respons tubuh untuk
mencegah trombosis, dalam upaya tubuh menghindarkan
kerusakan organ yang irreversibel pada pasien dengan DIC.

g. Trombosit
Jumlah trombosit bervariasi mulai dari yang paling rendah
2000-3000 sampai lebih dari 100.000/mm3. Pada pasien DIC dalam
sediaan apus dari tepi jumlahnya rata-rata 60.000/mm3.
Uji fungsi trombosit seperti masa perdarahan, agregasi
trombosit biasanya mengganggu pada DIC.Gangguan ini
disebabkan FDP menyelubungi membran trombosit.
Faktor 4 trombosit (PF4) dan -tromboglobulin merupakan
petanda terjadinya reaktivasi dan penglepasan trombosit dan
biasanya meningkat pada DIC. Bila pada DIC kadar PF4 dan -
tromboglubulin meningkat dan kemudian menurun sesudah
pengobatan, hal ini menunjukkan pengobatan berhasil.

16
Diagnosis laboratorium DIC dapat dibagi dalam 4 kelompok :
1. Aktivasi sistem prokoagulan meliputi, protrombin,
fragmen 1+2, fibrinopeptida A, fibrinopeptida B,
kompleks trombin-anti trombin (TAT) dan D-
Dimer. Semuanya meningkat pada DIC
2. Aktivasi sistem fibrinolisis meliputi D-Dimer, FDP,
plasmin dan plasmin antiplasmin kompleks (PAP),
semuanya meningkat pada DIC.
3. Konsumsi penghambat ada yang meningkat dan ada
yang menurun. Yang meningkat : kompleks TAT,
kompleks PAP. Yang menurun : L. antitrombin, 2
antiplasmin, heparin, kofaktor II, protein C dan S
4. Kerusakan atau kegagalan organ. Yang meningkat
adalah laktat dehidrogenase, kreatinin, dan ang
menurun pH dan PaO2
Untuk menentukan derajat berat DIC dapat dipakai sistem skor.Sistem skor
didasarkan atas nilai uji laboratorium keempat kelompok di atas, ditambah
keadaan klinis dan hemodinamik pasien.
Kriteria derajat berat DIC :
Skor >90, DIC tidak mungkin
Skor 75-89, DIC ringan
Skor 50-79, DIC sedang
Skor < 49, DIC berat

Manfaat skor dalam menilai dan menentukan pengobatan :


Ada respons pengobatan. Skor bertambah 10 atau lebih dalam 48 jam. DIC
ada perbaikan. Pengobatan dengan antikoagulan diteruskan (heparin atau AT
III)
DIC menetap. Kenaikan skor 9 selama 48 jam DIC menetap. Antikoagulan
(heparin, AT III) diteruskan. Evaluasi 48 jam lagi
Terapi gagal. Skor berkurang selama 72 jam. Antikoagulan dihentikan,
demikian juga pengobatan substitusi

17
Diagnosis
Diagnosis klinis pembekuan intravaskuler tersebar tidak begitu sulit.Sebuah
kunci untuk petunjuk kuat kecurigaan adalah hanya observasi jenis perdarahan
yang tepat dalam situasi klinis yang tepat.
Kalau pasien mempunyai salah satu keadaan klinis tersebut disertai
perdarahan/trombosis.DIC hendaknya dicurigai jenis perdarahan yang muncul
pada kebanyakan pasien dengan DIC akut/subakut memberi kesan adanya cacat
beberapa kompartemen hemostatis. Kebanyakan pasien dengan DIC akut akan
mengalami perdarahan paling tidak di tiga tempat yang berlainan.
Pada kebanyakan kasus DIC akut, terdapat trombositopenia yang cukup
berat, yang dapat ditemukan dengan pengamatan yang diteliti pada sediaan hapus
darah tepi atau waktu dilakukan hitung trombosit.
Pengobatan DIC
Dalam pengobatan pasien ada 2 prinsip yang perlu diperhatikan :
1. Khusus pengobatan individu : mengatasi keadaan yang khusus dan yang
mengancam nyawa
2. Bersifat umum :
1) Mengobati atau menghilangkan proses pencetus
2) Menghentikan proses patologis pembekuan intravaskuler
3) Terapi komponen atau substitusi
4) Menghentikan sisa fibrinolisis

18
Terapi individu
Pengobatan harus didasarkan atas etiologi DIC, umur, keadaan
hemodinamik, tempat dan beratnya perdarahan dan gejala klinis yang ada
hubungannya.
a) Pengobatan Faktor Pencetus
Pengobatan yang sangat penting pada DIC fulminan yaitu
mengobati secara progresif dan menghilangkan penyakit pencetus
DIC.Mengatasi renjatan, mengeluarkan janin mati, memberantas infeksi
(sepsis) dan mengembalikan volume dapat menghentikan proses DIC.
b) Menghentikan Proses Koagulasi
Menghentikan atau menghambat proses koagulasi dapat dilakukan
dengan memberikan antikoagulan misalnya heparin. Indikasi pemberian
heparin adalah :
Bila penyakit dasar tidak dapat dihilangkan dalam waktu yang
singkat
Pasien yang masih disertai perdarahan walaupun penyakit dasar
sudah dihilangkan.
Bila ada tanda/ditakutkan terjadi trombosis dalam mikrosirkulasi,
gagal ginjal, gagal hati, sindrom gagal napas.

Heparin yang dianjurkan adalah heparin subkutan dosis 80-100 /kg tiap 4-6
jam, bergantung pada keadaan klinis, tempat dan beratnya perdarahan, trombosis
dan berat badan pasien. Heparin dapat diberikan dengan kombinasi AT III atau
antiagregasi trombosit.Pemberian heparin intravena kontinu 20000-30000/24 jam,
segera menghentikan perdarahan.
Kontraindikasi pemberian heparin subkutan maupun intravena pada DIC
yaitu pasien dengan perdarahan susunan saraf pusat, gagal hati fulminan dan
kasus kebidanan tertentu.
DIC fulminan dilaporkan berhasil diobati dengan pemberian AT III tiap 8
jam. Dosis yang dibutuhkan dapat dihitung dengan :
Jumlah total yang diberikan = (kenaikan kadar yang diinginkan - kadar
permulaan) x 0,6 x berat badan.Kadar yang diinginkan biasanya 125%.

19
c) Terapi Substitusi
Penurunan komponen darah yaitu kekurangan faktor pembekuan,
dapat diberikan plasma beku segar (fresh frozen plasma) atau
kriopresipital. Trombosit turun sampai 25.000 atau kurang pemberian
trombosit konstrat perlu diberikan.

d) Antifibrinolisis
Antifibrinolisis seperti asam traneksamik, atau epsilon amino
caproic acid (EACA) hanya diberikan bila jelas trombosis tidak ada dan
fibrinolisis yang sangat nyata.Anti fibrinolisis tidak diberikan bila DIC
masih berlangsung dan bahkan merupakan indikasi.

H. Penatalaksanaan
Atasi penyakit primer yang menimbulkan DIC
Pemberian heparin. Heparin dapat diberikan 200 u/kg BB IV tiap 4-6
jam. Kenaikan kadar fibrinogen plasma nyata dalam 6-8 jam, setelah
24-48 jam sesudah mencapai harga normal
Terapi pengganti. Darah atau packed red cell diberikan untuk
mengganti darah yang keluar. Bila dengan pengobatan yang
baik,jumlah trombosit tetap rendah dalam waktu sampai
seminggu,bearti tetap mungkin terjadi perdarahan terus atau ulangan,
sehingga dalam keadaan ini perlu diberikan platelet concentrate
Obat penghambat fibrinolitik. Pemakaian epsilon amino caproic acid
(EACA)atau asam traneksamat untuk menghambat fibrinolisis sama
sekali tidak boleh dilakukan , karena akan menyebabkan trombosis.

20
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Observasi/temuan
Perdarahan abnormal pada semua system dan pada sisi prosedur invasive
Kulit dan mukosa membrane
o Perembesan difusi darah atau plasma
o Petekie
o Purpura yang teraba : pada awalnya pada dada dan abdomen
o Bula hemoragi
o Hemoragi subkutan
o Hematoma
o Luka baker karena plester
o Sianosis akral

System Gastrointestinal
o Mual, muntah
o Uji guaiak positif pada emesis/aspirasi nasogastrik dan feses
o Nyeri hebat pada abdomen
o Peningkatan lingkar abdomen

System ginjal
o Hematuria
o Oliguria

System pernafasan
o Dispnea
o Takipnea
o Sputum mengandung darah

21
System kardiovaskuler
o Hipotensi meningkat
o Hipontesi postural
o Frekuensi jantung meningkat
o Nadi perifer takteraba

System saraf perifer


o Perubahan tingkat kesadaran
o Gelisah
o Ketidakstabilan vasomotor

System musculoskeletal
o Nyeri : otot, sendi, punggung

Perdarahan sampai hemoragi


o Insisi operasi
o Uterus postpartum
o Fundus mata : perubahan visual
o Pada posisi procedur invasive : suntikan, IV, kateter arterial dan
selang nasogastrik atau dada

Pemeriksaan diagnostic/laboratorium
Pemeriksaan seri
o PT > 15 detik
o Fibrinogen < 160 mg/ml
o Produk degradasi fibrin (FDP) > 1/8
o Trombosit < 100.000/mm3

Dengan penyakit hati signifikan


o PT > 25 detik
o Fibrinogen < 125 mg/ml
o FDP > 1/64

22
o Trombosit < 50.000

Penurunan faktor-faktor esai : V, VII, VIII, X, XIII


PTT > 60 sampai 80 detik
Penurunan Ht tanpa perdarahan klinis
Terlihat skistosis pada SDM
Asidosis repiratorik

Potensial komplikasi
Syok
Nekrosis tubuler akut
Edema pulmoner
GJK
Konvulasi
Koma
Gagal system organ besar

Penatalaksanaan
Pengobatan gangguan dasar
Terapi antikoagulan : IV heparin
Plasma segar beku, trombosit, faktor-faktor pembekuan, produk darah lain
dan cairan parenteral
Terapi trombolitik
Terapi oksigen

B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan : ginjal, serebral, kardiopulmoner,
gastrointestinal, atau perifer yang berhubungan dengan terganggunya aliran
dibuktikan oleh perdarahan
2. Nyeri yang berhubungan dengan trauma jaringan
3. Ansietas yang berhubungan dengan ancaman kematian

23
C. Intervensi
Intervensi evaluasi
Diagnosa : Perubahan perfusi jaringan : ginjal, serebral, kardiopulmoner,
gastrointestinal, atau perifer yang berhubungan dengan terganggunya
aliran dibuktikan oleh perdarahan
Pertahankan akses vena dengan Tanda vital pasien stabil; tidak ada tanda
menggunakan teknik aseptic ketat perdarahan lanjut; sisi bekas pungsi
Berikan heparin IV dan plasma segar pulih
beku, trombosit, dan produk darah lain.
Lakukan tranfusi tukar untuk neonatus
Observasi terhadap perdarahan pada
sisi fungsi vena atau bekuan pd ujung
kateter.
Pantau titer FDP dan laporkan pada
dokter untuk perubahan dosis heparin
Pantau tekanan arterial, EKG, TD, S,
N,dan P setiap 30 menit sampai 60
menit,
Kaji status neorologi setiap 30 sampai
60 menit
Auskultasi dada dan jantung serta bunyi
nafas setiap jam
Pantau efek terapi oksigen bila
diberikan
Pantau gas darah arteri
Kaji terhadap peningkatan perdarahan
dan hemoragi pada sisi yang baru di
semua system tubuh.
Ukur masukan dan haluan setiap 1 jam.
Ukur lingkar abdomen bila dicurigai
terjadi perdarahan GI
Berikan dengan hati-hati perawatan

24
sesuai kebutuhan
Oleskan busa jeli atau balutan trombin
pada area dengan perdarahan yang jelas
Berikan higien oral setiap 2jam sampai
4 jam
Timbang pasien setiap hari dengan
pakaian yang sama dan alat penimbang
yang sama.
Lindungi dari trauma
Diagnosa : Nyeri yang berhubungan dengan trauma jaringan
Kaji lokasi, kualitas dan intensitas Pasien mengatakan merasa nyaman;
nyeri; gunakan skala tingkat nyeri postur tubuh dan wajah relaks
Baringkan pasien pada posisi yang
nyaman; berikan penyangga dengan
bantal untuk mencegah tekanan pada
bagian tubuh
Bantu dengan memberikan perawatan
ketika pasien mengalami perdarahan
hebat atau mengalami rasa tidak
nyaman
Pertahankan lingkungan yang tenang
Berikan waktu istirahat yang cukup;
buat jadwal aktivitas dan pemeriksaan
diagnostic, bila memungkinkan, sesuai
dengan toleransi pasien
Bantu pasien dengan pilihan tindakan
yang nyaman seperti terapi musik,
imajinasi atau distraksi lainnya
Berikan analgesic sesuai pesanan; kaji
kefektifannya
Diagnosa : Ansietas yang berhubungan dengan ancaman kematian
Kaji tingkat ketakutan pasien dan Pasien mengungkapkan pemahaman

25
pemahamannya tentang kondisi tentang kondisi; berpartisipasi dalam
sekarang bila memungkinkan perawatan; menggunakan tindakan
Pertahankan lingkungan yang tenang; koping positif; gejala ansietas takada
dan tidak menimbulkan stress
Siapkan keluarga atau orang terdekat
untuk penampila pasien
Tetaplah bersama pasien atau sertakan
orang terdekat bersama pasien; gunakan
sentuhan, keyakinan dan bahasa tubuh
yang positif
Berikan informasi tentang kondisi,
prosedur dan pemeriksaan diagnosis
dalam bahasa yang dimengerti oleh
pasien
Berikan dorongan untuk bertanya;
jawab dengan jelas dan konsisten serta
berikan klarifikasi bila mungkin
Perhatika kemajuan fisik yang positif
bila memungkinkan
Berikan lingkungan yang kondusif
untuk membicarakan dan
mengekpresikan perasaan, kekuatiran,
katakutan dan kehilangan
Bersikap sensitif terhadap kebutuhan;
dengarkan pada isyarat nonverbal
Pertahankan dan bantu dalam strategi
koping
Berikan kemudahan untuk
menghubungi orang lain yang dapat
membantu pasien : petugas, ahli
psikologi, pekerja sosial

26
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
DIC adalah suatu sindrom yang ditandai dengan adanya perdarahan
akibat trombin bersirkulasi dalam darah pada daerah tertentu.dasarnya
adalah pembentukan bekuan darah dalam pembuluhpembuluh darah
kapiler diduga karena masuknya tromboplastin jaringan kedalam
darah.Akibat pembekuan ini terjadi trombositopenia, pemakaian faktor-
faktor pembekuan darah, fibrinolisis.
DIC dapat terjadi pada penyakit penyakit :
a. Infeksi (demam berdarah dengue, sepsis, meningitis, pneumonia
berat, malaria tropika, infeksi oleh beberapa jenis riketsia ).
b. Komplikasi kehamilan (solusio plasentae, kematian janin
intrauterin,emboli cairan amnion).
c. Setelah operasi (operasi paru) by passcardiopulmonal, lobektomi,
gastrektomi, splenektomi).
d. Keganasan ( karsinoma prostat, karsinoma paru, leukemia akut )

B. Saran
1. Agar perawat bisa mengambil tindakan yang tepat dalam menangani
pasien DIC
2. Agar pasien bisa tahu dan paham tentang bagaimana penaganan penyakit
DIC

27
Daftar Pustaka

Long C,Babbara.1996.Perawatan Medikal Bedah.Bandung:Pajajaran Bandung

28

Anda mungkin juga menyukai