Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

OBAT HIPNOTIK SEDATIF


BLOK 13 NEUROBEHAVIOUR

KELOMPOK B3
(shift 1)

Disusun Oleh :
Sadewa Wicaksana S. 152010101009
Ni Made Trismarani S. K. 152010101016
Muhammad Fikri U. 152010101035
Dina Ayu Savitri 152010101042
Anita Widaad Taqiyyah 152010101052
Denaneer Rahmadatu 152010101054
Tsintani Nur Aristiana 152010101091
Diayu Putri Akhita 152010101098
Rena Hardianty 152010101099

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ...................................................................................................... i

Daftar Isi.................................................................................................................. ii

Bab 1. Pendahuluan .............................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1

1.2 Tujuan............................................................................................................2

1.3 Manfaat..........................................................................................................2

Bab 2. Alat, Bahan dan Prosedur Praktikum ...................................................3

2.1 Waktu dan Tempat ........................................................................................3

2.2 Alat dan Bahan ..............................................................................................3

2.3 Prosedur Kerja ...............................................................................................3

Bab 3. Pembahasan ..............................................................................................5

3.1 Data Pengamatan ...........................................................................................5

3.2 Hasil Uji Annova ...........................................................................................6

3.3 Pembahasan ...................................................................................................8

3.3.1 Diazepam .................................................................................................8

3.3.2 Luminal/Fenobarbital ...............................................................................9

3.3.3 Kontrol ...................................................................................................10

3.4 Diskusi .........................................................................................................10

Bab 4. Kesimpulan .............................................................................................18

Daftar Pustaka ........................................................................................................19

ii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan semua
kegiatan aktivitas tubuh kita seperti berjalan, menggerakkan tangan, mengunyah
makanan dan lainnya. Sistem Saraf tersusun dari jutaan serabut sel saraf (neuron)
yang berkumpul membentuk suatu berkas (faskulum). Sistem saraf pusat (SSP)
merupakan sistem saraf yang dapat mengendalikan system saraf lainnya di dalam
tubuh dimana bekerja di bawah kesadaran atau kemauan. SSP biasa juga disebut
sistem saraf sentral karena merupakan sentral atau pusat dari saraf lainnya.
Sedatif adalah substansi yang memiliki aktifitas yang memberikan efek
menenangkan, obat yang mengurangi gejala cemas, dengan sedikit atau tanpa efek
terhadap status mental atau motorik, sementara hipnotik adalah substansi yang
dapat memberikan efek mengantuk dan yang dapat memberikan onset
serta mempertahankan tidur. Obat-obatan hipnotik sedatif adalah istilah untuk
obat - obatan yang mampu mendepresi sistem saraf pusat.
Obat-obatan hipnotik sedatif adalah istilah untuk obat-obatan yang mampu
mendepresi sistem saraf pusat. Sedatif adalah substansi yang memiliki aktifitas
yang memberikan efek menenangkan, obat yang mengurangi gejala cemas,
dengan sedikit atau tanpa efek terhadap status mental atau motorik, sementara
hipnotik adalah substansi yang dapat memberikan efek mengantuk dan yang dapat
memberikan onset serta mempertahankan tidur. Secara klinis obat-obatan sedatif-
hipnotik digunakan sebagai obat-obatan yang berhubungan dengan sistem saraf
pusat seperti tatalaksana nyeri akut dan kronik, tindakan anestesia,
penatalaksanaan kejang, serta insomnia.
Obat-obatan sedatif hipnotik diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yakni:
1. Benzodiazepin
2. Barbiturat
3. Golongan obat nonbarbiturat nonbenzodiazepin
Efek obat hipnotik sedatif terhadap aktivitas system saraf pusat dapat dinilai
melalui pengaruh obat terhadap aktivitas motorik, perubahan perilaku, koordinasi,
reflek sensoris dan motorik serta suhu tubuh.

1
1.2 Tujuan
1. Mengamati efek obat hipnotik sedatif dari obat golongan barbiturate
2. Mengamati efek obat hipnotik sedatif dari obat golongan non barbiturate
3. Membandingkan efek obat hipnotik sedative dari obat golongan
barbiturate dan non barbiturate dengan kelompok kontrol
4. Memahami mekanisme kerja obat hipnotik sedatif

1.3 Manfaat
1. Untuk mengetahui efek obat hipnotik sedatif dari obat golongan
barbiturate
2. Untuk mengetahui efek obat hipnotik sedatif dari obat golongan non
barbiturate
3. Untuk mengetahui perbandingan efek obat hipnotik sedatif dari obat
golongan barbiturate dan non barbiturate dengan kelompok kontrol
4. Untuk mengetahui mekanisme kerja obat hipnotik sedative

2
BAB 2. ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat


Waktu: Selasa, 12 September 2017
Tempat: Lab. Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Jember

2.2 Alat dan Bahan


Alat :
- 1 buah gelas ukur dengan diameter 2,8 cm dan tinggi 30cm
- 2 buah Roda aktivitas
- 2 buah Spuit 1 cc
- Hewan coba : 4 ekor mencit
Bahan :
- Diazepam 0,2 mL
- Aquades 0,1 mL

2.3 Prosedur Kerja


1. Mahasiswa dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu A: kelompok
menggunakan obat diazepam, dan kelompok B: kelompok menggunakan obat
luminal; masing-masing kelompok dibagi menjadi 3 yaitu A1, A2, A3 dan
B1, B2 dan B3
2. Masing-masing kelompok mendapat 4 ekor mencit yang akan dibagi menjadi
2 kelompok perlakuan.Tandai ekor mencit.
a. 2 mencit kelompok kontrol (injeksi aquades 0,1 mL)
b. 2 mencit kelompok diazepam 5mg/kgBB intraperitoneal (untuk
kelompok A) dan 2 mencit kelompok luminal (untuk kelompokB)
3. Berikan masing-masing mencit bahan uji secara intraperitoneal
4. Setelah injeksi, bagi masing-masing mencit menjadi 2 kelompok (masing-
masing kelompok perlakuan akan dibagi menjadi 2 macam metode, yaitu
chimney test dan activity wheel)
5. Lakukan prosedur penelitian seperti pada tinjauan pustaka diatas

3
a. Chimney test: 1 mencit kelompok control, 1mencit kelompok
diazepam(kelp A) atau 1 mencit kelompok luminal (kelp B)
b. Activity Wheel: 1 mencit kelompok control, 1mencit kelompok
diazepam (kelp A) atau 1 mencit kelompok luminal (kelp B)

4
BAB 3. PEMBAHASAN

3.1 Data Pengamatan

Chimney test
Waktu (detik (s))
Mencit
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Rata-rata
A 30 25 30 28,33333333
B 0 30 13 14,33333333
NA 6 13 19 12,66666667
NB 0 7 4 3,666666667

Tail Suspension Test


Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Rata-Rata
Mencit
Waktu (detik (s))
A 22 240 48 103,3333333
B 50 23 25 32,66666667
NA 260 360 360 326,6666667
NB 360 360 360 360

Activity Wheel

Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 Rata-Rata


Mencit
15 mnt 30 mnt 15 mnt 30 mnt 15 mnt 30 mnt
A 0 0 57 59 269 290 112,5
B 190 350 196 257 3 3 166,5
NA 83 172 116 154 474 704 283,8333
NB 239 733 177 447 80 125 300,1667

5
3.2 Hasil Uji Annova
1. Chimney test
SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
A 3 85 28,33333 8,333333
B 3 43 14,33333 226,3333
A NORMAL 3 37,39 12,46333 41,11203
B NORMAL 3 11 3,666667 12,33333

ANOVA
Source of
Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 938,218 3 312,7393 4,341913 0,042976 4,066181
Within Groups 576,2241 8 72,02801

Total 1514,442 11

F HITUNG>F TABEL, PERLAKUAN BERPENGARUH


SIGNIFIKAN
F HITUNG: 4,34
F TABEL: 4,1

p-value<nilai signifikan level (alpha), maka perlakuan berpengaruh secara signifikan


p-value: 0,043
nilai signifikan(alpha): 0,05

6
2. Tail Suspension Test
SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
A 3 310 103,3333 14177,33
B 3 98 32,66667 226,3333
A NORMAL 3 980 326,6667 3333,333
B NORMAL 3 1080 360 0

ANOVA
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 236582,7 3 78860,89 17,78449 0,000673 4,066180551
Within Groups 35474 8 4434,25

Total 272056,7 11

KESIMPULAN
F HITUNG>F TABEL, PERLAKUAN BERPENGARUH SIGNIFIKAN
F HITUNG: 17,8
F TABEL: 4,1

p-value<nilai signifikan level (alpha), maka perlakuan berpengaruh secara signifikan


p-value: 0,000673
nilai signifikan(alpha): 0,05

7
3. Activity Wheel
SUMMARY
Groups Count Sum Average Variance
A 6 675 112,5 17450,7
B 6 999 166,5 19349,9
A NORMAL 6 1703 283,8333 62113,77
B NORMAL 6 1801 300,1667 61394,57

ANOVA
Source of Variation SS df MS F P-value F crit
Between Groups 149085,8 3 49695,28 1,239988 0,321535 3,098391
Within Groups 801544,7 20 40077,23

Total 950630,5 23

F HITUNG < F TABEL, MAKA PERLAKUAN TIDAK


BERPENGARUH SIGNIFIKAN
F HITUNG: 1,24
F TABEL: 3,1

p-value>nilai signifikan, maka perlakuan tidak berpengaruh signifikan


P-value: 0,32
nilai signifikan (alpha): 0,05

3.3 Pembahasan
3.3.1 Diazepam
Praktikum ini menggunakan cara dengan pembagian beberapa mahasiswa
yang dijadikan 2 kelompok besar yaitu kelompok dengan pemberian diazepam
dibanding kontrol dan pemberian luminal dibanding kontrol (Masing-masing dari
kelompok tersebut akan diberikan perlakuan chimney test yang dilanjutkan
dengan tail suspension test dan activity wheel.). Pada kelompok pemberian
diazepam didapatkan hasil mencit sebagai berikut.

8
Pada perlakuan activity wheel didapat jumlah perputaran roda yang lebih
sedikit dibanding kelompok kontrol. Pada chimney test didapatkan waktu yang
lebih lama untuk mencapai target yang telah ditentukan dibanding kelompok
kontrol dan pada tail suspension test didapatkan waktu yang lebih cepat untuk
terjadinya imobilisasi dibanding kelompok kontrol.
Diazepam merupakan salah satu jenis obat dari golongan benzodiazepin
yang memiliki efek di SSP berupa sedasi, hipnosis, relaksasi otot, pengurangan
ansietas, dan anti konvulsi. Obat ini bekerja terutama sebagai potensiasi inhibisi
neuron dengan gamma-amino-butirat (GABA) sebagai mediator. GABA berfungsi
sebagai neurotransmiter dan hormon otak yang menghambat reaksi dan tanggapan
neurologis yang tidak menguntungkan. Penggunaan diazepam akan memberikan
beberapa efek samping yang umum yaitu mengantuk, gangguan keseimbangan
dan koordinasi. Sehingga didapatkan hasil seperti di atas.

3.3.2 Luminal/Fenobarbital
Praktikum ini menggunakan cara dengan pembagian beberapa mahasiswa
yang dijadikan 2 kelompok besar yaitu kelompok dengan pemberian diazepam
dibanding kontrol (A) dan pemberian luminal dibanding kontrol (B) (Masing-
masing dari kelompok tersebut akan diberikan perlakuan chimney test yang
dilanjutkan dengan tail suspension test dan activity wheel.). Pada kelompok
pemberian luminal didapatkan hasil mencit sebagai berikut.
Pada perlakuan activity wheel didapat jumlah perputaran roda yang lebih
sedikit dibanding kelompok kontrol. Pada chimney test didapatkan waktu yang
lebih lama untuk mencapai target yang telah ditentukan dibanding kelompok
kontrol dan pada tail suspension test didapatkan waktu yang lebih cepat untuk
terjadinya imobilisasi dibanding kelompok kontrol.
Luminal merupakan salah satu jenis obat fenobarbital yang termasuk
dalam golongan barbiturat. Efek dari obat ini hampir sama dengan benzodiazepin
yaitu sedasi, hipnosis, berbagai tingkat anetesia, koma sampai dengan kematian.
Luminal (golongan phenobarbital) secara umum digunakan sebagai obat untuk
epilepsi. Obat ini bekerja mengontrol abnormalitas kelistrikan pada otak dengan
cara meningkatkan aktivitas GABA dan blokade sinyal glutamat. Efek

9
sampingnya adalah kebingungan, mengantuk, kelelahan, dan sakit kepala.
Sehingga didapatkan hasil seperti di atas.

3.3.3 Kontrol
Praktikum ini menggunakan cara dengan pembagian beberapa mahasiswa
yang dijadikan 2 kelompok besar yaitu kelompok dengan pemberian diazepam
dibanding kontrol dan pemberian luminal dibanding kontrol (Masing-masing dari
kelompok tersebut akan diberikan perlakuan chimney test yang dilanjutkan
dengan tail suspension test dan activity wheel.). Pada kelompok kontrol
didapatkan hasil mencit sebagai berikut.
Perbandingan pada activity wheel yaitu yang pertama dari kontrol A dan
diazepam didapatkan hasil jumlah putaran yang dihasilkan lebih banyak pada
kontrol daripada mencit yang diberikan diazepam secara intraperitoneal.
Perbandingan kedua yaitu dari kontrol B dan luminal didapatkan hasil yang sama
yaitu jumlah putaran yang dihasilkan lebih banyak pada kontrol daripada mencit
yang diberikan luminal secara intraperitoneal.
Perbandingan pada chimney test yaitu yang pertama dari kontrol A dan
diazepam didapatkan hasil waktu yang lebih cepat untuk mencapai target yang
sudah ditentukan pada mencit kontrol daripada mencit yang diberi diazepam.
Perbandingan kedua yaitu dari kontrol B didapatkan hasil yang sama yaitu hasil
waktu yang lebih cepat untuk mencapai target daripada mencit yang diberi
luminal.
Hal ini disebabkan karena tidak adanya tambahan aktivitas GABA dan
blokade sinyal pada sistem saraf pusat pada otak mencit seperti yang dialami oleh
mencit dengan pemberian diazepam maupun luminal sehingga mencit akan terus
bergerak tanpa adanya efek mengantuk, kelelahan akibat obat, dan kebingungan.

3.4 Diskusi
3.4.1 Perbedaan cara kerja diazepam dan luminal

Farmakodinamik Diazepam
Efek benzodiazepin hampir semua merupakan hasil kerja golongan ini
pada SSP dengan efek utama : sedasi, hipnosis, pengurangan terhadap rangsangan

10
emosi/ansietas, relaksasi otot dan anti konvulsi. Hanya dua efek saja yang
merupakan kerja golongan ini padaiaringan perifer yaitu vasodilatasi koroner
setelah pemberian dosis terapi benzodiazepine tertentu secara lV, dan blokade
neuromuskular yang hanya terjadi pada pemberian dosis sangat tinggi.

- Sistem Saraf Pusat


Benzodiazepin bukan suatu depresan umum seperti barbiturat.
Peningkatan dosis benzodiazepin menyebabkan depresi SSP yang meningkat dari
sedasi ke hipnosis, dan dari hipnosis ke stupor; Keadaan ini sering dinyatakan
sebagai efek anestesia, tapi obat golongan ini tidak benar-benar memperlihatkan
efek anastesi umum yang spesifik karena kesadaran pasien biasanya tetap
bertahan dan relaksasi otot yang diperlukan untuk pembedahan tidak tercapai.
Namun pada dosis preanestetik, benzodiazepin menimbulkan amnesia bagi
kejadian yang berlangsung setelah pemberian obat; jadi hanya menimbulkan ilusi
mengenai anestesia yang baru dialaminya (amnesia retrogard).

- Mekanisme kerja dan tempat kerja pada SSP


Kerja benzodiazepin terutama merupakan potensiasi inhibisi neuron
dengan asam gamma-aminobutirat (GABA) sebagai mediator. GABA dan
benzodiazepin yang aktif secara klinik terikat secara selektif dengan reseptor
GABA/ benzodiazepin/ chlorida ionofor kompleks. Pengikatan ini akan

menyebabkan pembukaan ion Cl-. Membran sel saraf secara normal tidak

permeable terhadap ion klorida, tapi bila kanal Cl - terbuka, memungkinkan


masuknya ion klorida, meningkatkan potesial elektrik sepanjang membrane, dan
menyebabkan sel sukar tereksitasi.
Kemungkinan terbukanya kanal klorida sangat ditingkatkan oleh
terikatnya GABA pada reseptor kompleks tersebut. Benzodiazepin sendiri tidak
dapat membuka kanal klorida dan menghambat neuron. Sehingga benzodiazepin
merupakan depresan yang reaktif aman, sebab depresi neuron yang memerlukan
transmitor bersifat self liimiting.
Efek sedasi serta antikonvulsi benzodiazepine sebagian besar dapat
diterangkan lewat potensiasi GABA, yang mengatur metabolisme neuron dengan

11
berbagai monoamin, (yaitu neuron yang yang dapat meningkatkan semangat serta
penghambat rasatakut). Namun hipotesis ini masih belum dapat menjelaskan efek
benzodiazepin yang tidak diperantarakan GABA serta efek depresi neuron/efek
klinik benzodiazepin yang dapat dilawan oleh antagonis reseptor adenosin
(misalnya teofilin) dalam kadar yang sangat rendah.

Farmakokinetik Diazepam

Absorpsi

Apabila digunakan untuk mengobati kecemasan atau gangguan tidur,


sedative-hipnotika biasanya diberikan secara oral. Kecepatan absorpsi oral
diazepam lebih cepat dibanding benzodiazepine pada umumnya. Bioavailibilitas
dari diazepam setelah pemberian intramuscular tidak dapat dipercaya.
Berdasarkan lama kerja, diazepam termasuk golongan benzodiazepine yang
bekerja dengan t lebih lama dari 24 jam. Diazepam diabsorpsi dengan baik di
saluran cerna. Secara Oral onsetnya 30 menit, dengan waktu puncak 1-2 jam dan
durasi 2-3 jam. Secara Intra Vena onsetnya 1-5 menit, waktu puncaknya 15 menit
dan durasi 15-60 menit. Pada pemberian secara Intra Muskular onsetnya 15 menit,
waktu puncaknya 30-90 menit dengan durasi yang sama 30-90 menit. Plasma
konsentrasi dari diazepam adalah antara 0,02-1,01 microgram/ml. Pada pemberian
oral atau per rectal, konsentrasi plasma rata-ratanya 76 & 81%. Bioavailibilitas
lebih rendah pada peberian suppositoria.

Distribusi

Transpor sedative-hipnotika di dalam darah merupakan proses dinamis


dimana molekul-molekul obat masuk dan keluar jaringan pada kecepatan yang
bergantung pada aliran darah, perbedaan konsentrasi, dan permeabilitas.
Kelarutan dalam lipid memegang peranan penting dalam menentukan kecepatan
dimana sedative-hipnotika tertentu memasuki system saraf pusat. Diazepam lebih
mudah larut didalam lipid sehingga mula kerjanya pada system saraf pusat

12
lambat. Kecepatan transformasi metabolis dan eliminasi dari diazepam pada
manusia sangat lambat jika dibanding terhadap waktu yang relative singkat untuk
mengakhiri semua efek farmakologis utama.
Semua sedative-hipnotika menembus sawar darah-plasenta selama
kehamilan: Laju keseimbangan konsentrasi darah ibu dengan janin lebih lambat
dibandingkan laju keseimbangan antara darah ibu dengan system saraf pusat,
karena rendahnya aliran darah menuju plasenta. Jika sedative-hipnotika diberikan
pada masa-masa sebelum kehamilan, obat ini bisa menyebabkan depresi pada
fungsi-fungsi vital neonates. Sedatif-hipnotika dapat dideteksi di dalam air susu
dan dapat mengakibatkan efek-efek depresan terhadap fungsi sitem saraf pusat
pada bayi yang mengonsumsi air susu ibu tersebut.
Diazepam dan sebagian besar sedative-hipnotika lainnya berikatan kuat
dengan protein plasma. Kekuatan ikatannya berhubungan erat dengan sifat
lipofiliknya, pada diazepam adalah 99%. Kadarnya pada cairan serebrospinal kira-
kira sama dengan kadar obat bebas di dalam plasma. Diazepam akan mengalami
akumulasi pada penggunaan dosis berulang.

Metabolisme

Obat golongan benzodiazepine dimetabolisme secara ekstensif oleh


kelompok enzim sitokrom P450di hati, terutama CYP3A4 dan CYP2C19.
Beberapa benzodiazepine seperti oksazepam, dikonjugasi langsung dan tidak
dimetabolisme oleh enzim tersebut.
Transformasi metabolis menjadi metabolit yang lebih mudah larut di
dalam air sanagta diperlukan bagi klirens seluruh obat dari tubuh. Sistem enzim
pemetabolisme obat mikrosomal dari hati adalah sangat penting dalam hal ini.
Karena beberapa sedative-hipnotika dieksresikan dari tubuh dalam bentuk tidak
berubah, waktu-paruh eliminasinya terutama bergantung pada transformasi
metabolismenya.
Metabolisme hepatis menentukan klirens atau eliminasi dari diazepam dan
seluruh benzodiazepine. Diazepam mengalami oksidasi mikrosomal (reaksi fase
I), metabolit selanjutnya dikonjugasi (reaksi fase II) oleh glucuronosyltransferase

13
membentuk glucuronide yang dieksresi urine. Banyak metabolit benzodiazepine
fase I adalah aktif dengan waktu paruh yang lebih panjang daripada obat
induknya. Desmethyldiazepam yang memiliki waktu paruh eliminasi lebih dari 40
jam, merupakan metabolit aktif dari diazepam. Desmethyldiazepam selanjutny
mengalami biotransformasi menjadi senyawa aktif oxazepam, selain itu juga
diubah menjadi temazepam. Temazepam selanjutnya mengalami metabolism
sebagian menjadi oxazepam.

Ekskresi

Diazepam diekskresi melalui urine, baik dalam bentuk bebas maupun


terkonjugasi. Diazepam di eksresi dalam urine sebagai glucuronides atau oxidized
metabolites. Waktu eliminasi plasma akan memanjang pada neonates, geriatric,
dang pasien dengan gangguan liver. Pada sebagian besar kasus, perubahan fungsi
ginjal tidak memiliki efek yang kuat terhadap eliminasi obat induk. Sangat sedikit
yang dikeluarkan melalui hemodialisa.

Farmakodinamik Luminal/Fenobarbital
- Mekanisme Kerja
Fenobarbital adalah penurun ambang stimulasi sel saraf di korteks motorik
sehingga terjadi hambatan penyebaran aktivitas listrik (lepas muatan) dari fokus
aktivitas epilepsi di otak. Fenobarbital bekerja pada reseptor GABA sehingga
menyebabkan peningkatkan inhibisi sinaptik. Hal tersebutlah yang menyebabkan
adanya efek terangkatnya ambang kejang. Selain itu, hal tersebut pula dapat
mengurangi penyebaran aktivitas kejang dari fokus kejang. Fenobarbital juga
dapat menghambat saluran kalsium, mengakibatkan penurunan pengeluaran
transmitter yang memiliki fungsi untuk merangsang.

Farmakokinetik Luminal/Fenobarbital
-Absorbsi
Setelah pemberian obat secara oral, obat diserap dengan baik dari lambung dan
usus halus, dengan kadar puncak terjadi 2 sampai 20 jam kemudian. Kadar

14
terapeutik untuk orang dewasa adalah sekitar 20 sampai 40 mikro gram per ml.
Sedangkan pada anak, kadar yang sedikit lebih rendah masih efektif.
Phenobarbital diserap dalam berbagai derajat setelah pemberian oral, rektal atau
parenteral. Garam-garam lebih cepat diserap daripada asam. Tingkat penyerapan
meningkat jika garam natrium ditelan sebagai larutan encer atau diminum pada
saat perut kosong.

-Distribusi
Fenobarbital adalah asam lemah yang diserap dan dengan cepat didistribusikan ke
seluruh jaringan dan cairan dengan konsentrasi tinggi di otak, hati, dan ginjal.
Semakin ia larut lemak, semakin cepat pula ia menembus semua jaringan tubuh.
Durasi kerja, yang berkaitan dengan tingkat dimana fenobarbital didistribusikan
ke seluruh tubuh bervariasi antara orang-orang dan pada orang yang sama dari
waktu ke waktu. Long-acting fenobarbital memiliki onset kerja 1 jam atau lebih
dan durasi tindakan dari 10 sampai 12 jam. Fenobarbital memiliki kelarutan lipid
terendah, pengikatan dengan plasma terendah, pengikatan dengan protein di otak
terendah, penundaan terpanjang pada onset aktivitas , dan durasi aksi terpanjang
di kelas barbiturat.

-Metabolisme
Metabolisme fenobarbital terjadi di hati berupa hidroksilasi dan konjugasi ke
sulfat atau asam glukuronat, diikuti oleh ekskresi melalui ginjal. Waktu paruh
fenobarbital adalah dari 50 sampai 100 jam. Fenobarbital dimetabolisme terutama
oleh sistem enzim mikrosomal hati, dan produk-produk metabolisme
diekskresikan dalam urin, dan dalam tinja.

-Ekskresi
Sekitar 25 sampai 50 persen dari dosis fenobarbital dihilangkan tidak berubah
dalam urin. Ekskresi barbiturat yang tidak dimetabolisme adalah salah satu fitur
yang membedakan kategori long-acting dari mereka yang termasuk kategori lain
golongan barbiturat yang hampir seluruhnya dimetabolisme. Metabolit aktif dari
barbiturat diekskresikan sebagai konjugat dari asam glukuronat.

15
3.4.2 Onset kerja (mula kerja) diazepam dan luminal
Diazepam
Diazepam lebih mudah larut didalam lipid sehingga mula kerjanya pada system
saraf pusat lambat. Kecepatan transformasi metabolis dan eliminasi dari diazepam
pada manusia sangat lambat jika dibanding terhadap waktu yang relative singkat
untuk mengakhiri semua efek farmakologis utama.

Luminal/Fenobarbital
Long-acting fenobarbital memiliki onset kerja 1 jam atau lebih dan durasi
tindakan dari 10 sampai 12 jam. Fenobarbital memiliki kelarutan lipid terendah,
pengikatan dengan plasma terendah, pengikatan dengan protein di otak terendah,
penundaan terpanjang pada onset aktivitas , dan durasi aksi terpanjang di kelas
barbiturat.

3.4.3 Mengapa TST (Tail Suspension Test) durasinya tidak melebihi 6 menit?
Karena jika diatas waktu itu terjadi bias antara efek obat dengan gerakan
fisiologis mencit.

3.4.4 Kelebihan dan kekurangan Diazepam dan Luminal


Nama Obat Kelebihan Kekurangan
Diazepam - Lebih aman - Lemas, sakit kepala, pandangan kabur,
dibandingkan luminal vertigo, mual, muntah, diare, nyeri
- Onset of action epigastrik, nyeri sendi, nyeri dada,
tergolong cepat inkontinensia
- Dipilih untuk gangguan - Pada psikologis menimbulkan efek
memulai tidur paradoksal, amnesia, euforia, gelisah,
halusinasi, hipomaniak
- Menimbulkan sakit kepala ringan,
malas/tak bermotivasi, lamban,
inkoordinasi motorik, ataksia, gangguan
fungsi mental dan psikomotorik,
gangguan koordinasi berfikir, dan
amnesia anterograde

16
Luminal - Dipilih untuk - Hangover: vertigo, mual muntah, atau
mempertahankan tidur diare
- Eksitasi paradoksal
- Rasa nyeri: mialgia, neuralgia, atragia
- Hipersensitivitas: dermatosis, demam,
delirium, kerusakan degeneratif hati
- Metabolisme vitamin D dan K
ditingkatkan, menahan mineralisasi
tulang dan menurunkan absorbsi Ca2+,
gangguan pembekuan darah neonatus
pada ibu yang diberi luminal

3.4.5 Obat manakah yang masih membuat mencit dapat bergerak?


Luminal.

17
BAB 4. KESIMPULAN

Pada percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa diazepam


memberikan efek hipnotik sedatif terhadap aktivitas system saraf pusat mencit
melalui pengaruh obat terhadap aktivitas motorik, perubahan perilaku, koordinasi,
reflek sensoris dan motorik serta suhu tubuh. Hal ini dibuktikan dengan
penurunan aktifitas motoric mecit pada chimney test yang baru bisa mencapai
tabung pada detik ke 28,3 dibandingkan mencit yang diberi aquades pada detik ke
12,6. Selain itu pada percobaan wheel test juga terjadi penurunan aktivitas mencit
dengan hasil rerata 112,5 kali putaran dibandingkan dengan mencit yang diberi
aquades hasil rerata menit ke sepuluh 283,83 kali putaran.

18
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, Sulistia. 2007. Farmakologi dan Terapi FK UI. Jakarta. Badan Penerbit
FK UI
Katzung B.G (Editor). 1998. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi IV. EGC :
Jakarta.
Syarif, Amir dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. FKUI : Jakarta

iii

Anda mungkin juga menyukai