Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Vertigo berasal dari istilah latin, yaitu vertere yang berarti berputar, dan igo yang
berarti kondisi. Vertigo merupakan subtype dari dizziness yang secara definitif
merupakan ilusi gerakan, dan yang paling sering adalah perasaan atau sensasi tubuh
yang berputar terhadap lingkungan atau sebaliknya.lingkungan sekitar kita rasakan
berputar. (Iskandar Junaidi, 2013).
Vertigo merupakan salah satu gangguan yang paling sering dialami dan menyusahkan
sebagian besar manusia. Umumnya keluhan vertigo menyerang sebentar saja ; hari ini
terjadi, besok hilang. Namun, ada juga vertigo yang kambuh lagi setelah beberapa
bulan atau beberapa tahun. Pada umumnya vertigo yang terjadi disebabkan oleh
stress, mata lelah, dan makanan/minuman tertentu. Selain itu, vertigo bisa bersifat
fungsional dan tidak ada hubungannya dengan perubahan-perubahan organ di dalam
otak. Otak sendiri sebenarnya tidak peka terhadap nyeri. Artinya, pada umumnya
vertigo tidak disebabkan oleh kerusakan yang terjadi di dalam otak. Namun, suatu
ketegangan atau tekanan pada selaput otak atau pembuluh darah besar di dalam kepala
dapat menimbulkan rasa sakit yang hebat pada kepala. (Iskandar Junaidi, 2013).

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Untuk memenuhi target mata kuliah Keperawatan Dewasa II dengan asuhan
keperawatan system persyarafan serta meningkatkan keterampilan dalam asuhan
keperawatan dewasa II pada system persyarafan.
2. Tujuan khusus
Mampu memahami definisi vertigo
Mampu memahami etiologi vertigo
Mampu memahami manifestasi klinik tetntang vertigo
Mampu memahami patofisiologi vertigo
Mamu memahami pemeriksaan penunjang tentang vertigo
Mampu memahami penatalaksanaan vertigo
Mampu memahami konsep asuhan keperawatan tentang vertigo

C. MANFAAT PENULISAN
D. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB 1 PENDAHULUAN : A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN PENULISAN
C. MANFAAT PENULISAN
D. SISTEMATIKA PENULISAN
BAB II TINJAUAN TEORI : A. DEFINISI VERTIGO
B. ETIOLOGI VERTIGO
C. MANIFESTASI KLINIK
D. PATOFISIOLOGI
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
F. KOMPLIKASI VERTIGO
G. PENATALAKSANAAN VERTIGO
H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
VERTIGO

BAB III TINJAUAN KASUS : ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. M


DENGAN VERTIGO

BAB IV PEMBAHASAN : PERBANDINGAN ANTARA TINJAUAN


TEORI DAN TINJAUAN KASUS

BAB V PENUTUP : KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI : DAFTAR PUSTAKA


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-
olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan
mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat
atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih
baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak
bergerak sama sekali (Israr, 2008).
Vertigo adalah keadaan pusing yang dirasakan luar biasa. Seseorang yang menderita
vertigo merasakan sekelilingnya seolah-olah berputar, ini disebabkan oleh gangguan
keseimbangan yang berpusat di area labirin atau rumah siput di daerah telinga.
Perasaan tersebut kadang disertai dengan rasa mual dan ingin muntah, bahkan
penderita merasa tak mampu berdiri dan kadang terjatuh karena masalah
keseimbangan. Keseimbangan tubuh dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat
informasi mengenai posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata.
Vertigo biasanya timbul akibat gangguan telinga tengah dan dalam atau gangguan
penglihatan (Putranta, 2005)
Vertigo adalah sensasi atau perasaan yang mempengaruhi orientasi ruang dan
mungkin dapat didefinisikan sebagai suatu ilusi gerakan. Keluhan ini merupakan
gejala yang sifatnya subyektif dan karenanya sulit dinilai. Walupun pengobatan
sebaiknya langsung pada penyebab yang mendasari penyebab atau kelainannya, asal
atau penyebab vertigo sering tidak diketahui ataupun tidak mungkin diobati (CDK,
2009)

B. Etiologi

Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ


keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang
berhubungan dengan area tertentu di otak. Vetigo bisa disebabkan oleh kelainan di
dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam
otaknya sendiri. Vertigo juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan atau
perubahan tekanan darah yang terjadi secara tibatiba. Penyebab umum dari vertigo:
(Israr, 2008)

1. Keadaan lingkungan
Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut)
2. Obat-obatan
Alkohol
Gentamisin
3. Kelainan sirkulasi
Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya
aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan arteri basiler
4. Kelainan di telinga
Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga
bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo)
Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri
Herpes zoster
Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga)
Peradangan saraf vestibuler
Penyakit Meniere
5. Kelainan neurologis
Sklerosis multipel
Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya atau
keduanya
Tumor otak
Tumor yang menekan saraf vestibularis.
C. MANIFESTASI KLINIK

Gejala-gejala vertigo meliputi :

1. Pusing
2. Kepala terasa ringan
3. Rasa terapung, terayun
4. Mual
5. Keringat dingin
6. Pucat
7. Muntah
8. Sempoyongan waktu berdiri atau berjalan
9. Nistagmus

D. KLASIFIKASI

Vertigo yang terjadi oleh karena kelainan pada sistem vestibular disebut vertigo
vestibular,dan yang timbul pada kelainan sistem somatosensori dan visual disebut
vertigo nonvestibular.
Perbedaan klinis Vertigo vestibular dan nonvestibular adalah sebagai berikut :

Vertigo Vestibular.
Sifat vertigo : rasa berputar.
Serangan : Episodik
Mual/Muntah : (+)
Gg.Pendengaran : kadang-kadang
Gerakan Pencetus : Gerakan kepala
Situasi Pencetus : Tidak ada

Vertigo Nonvestibular.
Gejala : Melayang, sifat serangan kontinyu, tidak ada mual/muntah, tidak ada
gannguan pendengaran, gerakan objek visual sebagai pencetus, situasi pencetus
karena keramaian.
Berdasarkan etiologi , maka vertigo dibagi atas :
1. Vertigo perifer : jika kelainan di sistem vestibular, labirin
2. Vertigo sentral : jika kelainan di batang otak, serebellum, korteks serebri.

E. PATOFISIOLOGI

Dalam kondisi fisiologi/ normal, informasi yang tiba dipusat integrasi alat
keseimbangan tubuh yang berasal dari resptor vestibular,
visual dan propioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya sinkron
dan wajar akan diproses lebih lanjut secara wajar untuk direspon. Respon yang
muncul beberapa penyesuaian dari otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan
bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap
lingkungan sekitarnya. Tidak ada tanda dan gejala kegawatan (alarm reaction) dalam
bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik.
Namun jika kondisi tidak normal/ tidak fisiologis dari fungsi alat keseimbangan tubuh
dibagian tepi atau sentral maupun rangsangan gerakan yang aneh atau berlebihan,
maka proses pengolahan informasi yang wajar tidak berlangsung dan muncul tanda-
tanda kegawatan dalam bentuk vertigo dan gejala dari jaringan otonomik. Di samping
itu respon penyesuaian otot-otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan
abnormal dari mata disebut nistagnus.
F. PATHWAY
Terlampir

G. KOMPLIKASI

Komplikasi penyakit vertigo ini biasanya adalah penyakit meniere, trauma


telinga dan labirimitis, epidemic atau akibat otitis media kronika. Vertigo juga dapat
disebabkan karena penyakit pada saraf akustikus serebelum atau sistem
kardiovaskuler.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1. Tes Romberg yang dipertajam


Sikap kaki seperti tandem, lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup.
Orang yang normal mampu berdiri dengan sikap yang romberg yang dipertajam
selama 30 detik atau lebih
2. Tes Melangkah ditempat (Stepping Test)
Penderita disuruh berjalan ditempat dengan mata tertutup sebanyak 50 langkah.
Kedudukan akhir dianggap abnormal jika penderita beranjak lebih dari satu
meter atau badan berputar lebih dari 30 derajat
3. Salah Tunjuk(post-pointing)
Penderita merentangkan lengannya, angkat lengan tinggi-tinggi (sampai fertikal)
kemudian kembali kesemula
4. Manuver Nylen Barang atau manuver Hallpike
Penderita duduk ditempat tidur periksa lalu direbahkan sampai kepala
bergantung dipinggir tempat tidur dengan sudut 300 kepala ditoleh kekiri lalu
posisi kepala lurus kemudian menoleh lagi kekanan pada keadaan abnormal
akan terjadi nistagmus
5. Tes Kalori = dengan menyemprotkan air bersuhu 300 ketelinga penderita
6. Elektronistagmografi
Yaitu alat untuk mencatat lama dan cepatnya nistagmus yang timbul
7. Posturografi
Yaitu tes yang dilakukan untuk mengevaluasi system visual, vestibular dan
somatosensorik.

I. PENATALAKSANAAN

1. Vertigo posisional Benigna (VPB)


Latihan : latihan posisional dapat membantu mempercepat remisi pada sebagian
besar penderita VPB. Latihan ini dilakukan pada pagi hari dan merupakan
kagiatan yang pertama pada hari itu. Penderita duduk dipinggir tempat tidur,
kemudian ia merebahkan dirinya pada posisinya untuk membangkitkan vertigo
posisionalnya. Setelah vertigo mereda ia kembali keposisi duduk \semula.
Gerakan ini diulang kembali sampai vertigo melemah atau mereda. Biasanya
sampai 2 atau 3 kali sehari, tiap hari sampai tidak didapatkan lagi respon vertigo.
Obat-obatan : obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen dapat
digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan atau jika
munculeksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa enek (nausea) dan
rasa pusing. Namun ada penderita yang merasa efek samping obat lebih buruk
dari vertigonya sendiri. Jika dokter menyakinkan pasien bahwa kelainan ini tidak
berbahaya dan dapat mereda sendiri maka dengan membatasi perubahan posisi
kepala dapat mengurangi gangguan.
2. Neurotis Vestibular
Terapi farmokologi dapat berupa terapi spesifik misalnya pemberian anti biotika
dan terapi simtomatik. Nistagmus perifer pada neurinitis vestibuler lebih
meningkat bila pandangan diarahkan menjauhi telinga yang terkena
dan nigtagmus akan berkurang jika dilakukan fiksasi visual pada suatu tempat
atau benda.
3. Penyakit Meniere
Sampai saat ini belum ditemukan obat khusus untuk
penyakit meniere. Tujuan dari terapi medik yang diberi adalah:
Meringankan serangan vertigo: untuk meringankan vertigo dapat dilakukan
upaya : tirah baring, obat untuk sedasi, anti muntah dan anti vertigo.
Pemberian penjelasan bahwa serangan tidak membahayakan jiwa dan akan
mereda dapat lebih membuat penderita tenang atau toleransi terhadap serangan
berikutnya.
Mengusahakan agar serangan tidak kambuh atau masa kambuh menjadi lebih
jarang. Untuk mencegah kambuh kembali, beberapa ahli ada yang
menganjurkan diet rendah garam dan diberi diuretic. Obat
anti histamin dan vasodilator mungkin pula menberikan efek tambahan yang
baik.
Terapi bedah: diindikasikan bila serangan sering terjadi, tidak dapat diredakan
oleh obat atau tindaka konservatif dan penderita menjadi infalid tidak dapat
bekerja atau kemungkinan kehilangan pekerjaannya.
4. Presbiastaksis (Disekuilibrium pada usia lanjut)
Rasa tidak setabil serta gangguan keseimbangan dapat dibantu obat supresan
vestibular dengan dosis rendah dengan tujuan meningkatkan mobilisasi.
MisalnyaDramamine, prometazin, diazepam, pada enderita ini
latihan vertibuler dan latihan gerak dapat membantu. Bila perlu beri tongkat agar
rasa percaya diri meningkat dan kemungkinan jatuh dikurangi.
5. Sindrom Vertigo Fisiologis
Misalnya mabok kendaraan dan vertigo pada ketinggian terjadi karena terdapat
ketidaksesuaian antara rangsang vestibuler dan visual yang diterima otak. Pada
penderita ini dapat diberikan obat anti vertigo.
6. Strok (pada daerah yang didarahi oleh arteria vertebrobasiler)
TIA: Transient Ischemic Atack yaitu stroke ringan yang gejala klinisnya pulih
sempurna dalam kurun waktu 24 jam
RIND: Reversible Ischemic Neurologi Defisit yaitu penyembuhan sempurna
terjadi lebih dari 24 jam.
Meskipun ringan kita harus waspada dan memberikan terapi atau penanganan
yang efektif sebab kemungkinan kambuh cukup besar, dan jika kambuh bisa
meninggalkan cacat.

Latihan fisik vestibular pada penderita vertigo:


Tujuannya:
1. Melatih gerakan kepala yang mencetuskan vertigo atau disekuilibrium untuk
meningkatkan kemampuan mengatasinya secara lamban laun
2. Melatih gerakan bola mata, latihan viksasi pandangan mata
3. Melatih meningkatkan kemampuan keseimbangan
contoh latihan:
Berdiri tegak dengan mata dibuka, kemudian dengan mata ditutup
Olah raga yang menggerakkan kepala (gerak rotasi, fleksi, eksfensi, gerak miring)
Dari sikap duduk disuruh berdiri dengan mata terbuka, kemudian dengan mata
tertutup
Jalan dikamar atau ruangan dengan mata terbuka kemudian dengan mata tertutup
Berjalan tandem
Jalan menaiki dan menuruni lereng
Melirikkan mata kearah horizontal dan vertical
Melatih gerakan mata dengan mengikuti obyek yang bergerak dan juga menfiksasi
pada objek yang diam
Semua gerakan tersebut diatas harus dilakukan hati-hati
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Kasus
Pada bab ini penulis membahas tentang resume Asuhan Keperawatan dengan Diabetes
Melitus pada Ny. M umur 37 tahun, pekerjaan sebagai karyawan swasta, dengan
diagnose medis Vertigo. Keluhan utama pasien adalah pusing berputar. Riwayat
kesehatan pasien mengatakan tiba-tiba mengalami pusing berputar dan seketiak mual
muntah, kemudian dibawa oleh keluarga menuju ke IGD RSUD Ambarawa pada
tanggal 2 Januari 2016, dan saat dikaji didapatkan data TD : 140/90 mmHg, N : 96
x/menit, S : 36,9 C, RR : 20 x/menit, terpasang infuse RL 20 tpm pada tangan kiri
pasien. BB 55 kg, TB : 152 kg, IMT : 23,9 kg/m2
B. Resume asuhan keperawatan dengan pasien vertigo
1. Pengkajian
Pada pola nutrisi metabolik pasien minum 5-6 gelas/hari, Pola eliminasi pasien
mengatakan belum BAB selama dirumah sakit, BAK pasien 5-6x sehari.
P : Nyeri saat kepala digerakkan
Q : seperti di tusuk tusuk
R : kepala belakang
S : skala 5
T : timbul terus-menerus

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian yang sudah dilakukan didapatkan data subyektif
pasien mengatakan nyeri kepala P : Nyeri saat kepala digerakkan,Q : seperti di
tusuk tusuk,R : kepala belakang,S : skala 5,T : timbul terus-menerus. Selain itu juga
ditemukan data objektif yaitu pasien tampak meringis kesakitan, TD : 140/90
MmHg, N : 96 x/m, S: 36,9 C, RR: 20 x/m, pasien terlihat gelisah. Sehingga penulis
menegakkan diagnose keperawatan nyeri akut berhubungan dengan peningkatan
intra kranial. didapatkan data subyektif pasien mengatakan nafsu makan berkurang
karena mual muntah, data objektif TB : 152 cm, BB: 55 kg, IMT: 23,9 kg/m2, Hb:
14,3 g/dl, ht: 42,3 %, pasien makan porsi yg di berikan RS, sehingga penulis
menegakkan diagnose keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan mual muntah. Dan di dapatkan data subyektif pasien
mengatakan cemas akan kesehatannya sekarang apakah akan seperti dulu lagi. Dan
data obyektif pasien tampak cemas dan gelisah. Sehingga penulis menegakkan
diagnosa keperawatan kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan.

3. Intervensi Keperawatan
Pada diagnosan nyeri akut berhubungan dengan peningkatan intra kranial
diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharpkan
masalah dapat teratasi. Dengan intervensi observasi TTV dan kaji tingkat nyeri,
anjurkan klien istirahat ditempat tidur, atur posisi klien senyaman mungkin, ajarkan
teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi untuk pemberian analgetik. pada diagnosa
keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
muntah, diharapkan setelah tindakan 3x24 jam diharapkanmasalah dapat teratasi.
Dengan intervensi timbang BB pasien dan observasi tentang nutrisi klien, berikan
makanan dalam porsi sedikit tapi sering, jelaskan pada klien tentang manfaat
makanan/nutrisi, kolaborasi pemberian antasida dan nutrisi parental. Pada diagnosa
kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan, diharapkan setelah
dilakukan tindakan 3x24 jam masalah dapat teratasi. Dengan intervensi kaji tingkat
kecemasan, berikan dorongan dan berikan waktu untuk mengungkapkan pikiran dan
dengarkan semua keluhan, jelaskan semua prosedur dan pengobatan, beri dorongan
spiritual.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Ny. M umur 37 tahun, pekerjaan sebagai karyawan swasta, dengan diagnose medis
Vertigo. Keluhan utama pasien adalah pusing berputar. Riwayat kesehatan pasien
mengatakan tiba-tiba mengalami pusing berputar dan seketiak mual muntah,
kemudian dibawa oleh keluarga menuju ke IGD RSUD Ambarawa pada tanggal 2
Januari 2016, dan saat dikaji didapatkan data TD : 140/90 mmHg, N : 96 x/menit, S :
36,9 C, RR : 20 x/menit, terpasang infuse RL 20 tpm pada tangan kiri pasien. BB 55
kg, TB : 152 kg, IMT : 23,9 kg/m2
B. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian yang sudah dilakukan didapatkan data subyektif pasien
mengatakan nyeri kepala P : Nyeri saat kepala digerakkan,Q : seperti di tusuk tusuk,R
: kepala belakang,S : skala 5,T : timbul terus-menerus. Selain itu juga ditemukan data
objektif yaitu pasien tampak meringis kesakitan, TD : 140/90 MmHg, N : 96 x/m, S:
36,9 C, RR: 20 x/m, pasien terlihat gelisah. Sehingga penulis menegakkan diagnose
keperawatan nyeri akut berhubungan dengan peningkatan intra kranial. didapatkan
data subyektif pasien mengatakan nafsu makan berkurang karena mual muntah, data
objektif TB : 152 cm, BB: 55 kg, IMT: 23,9 kg/m2, Hb: 14,3 g/dl, ht: 42,3 %, pasien
makan porsi yg di berikan RS, sehingga penulis menegakkan diagnose keperawatan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah. Dan di
dapatkan data subyektif pasien mengatakan cemas akan kesehatannya sekarang
apakah akan seperti dulu lagi. Dan data obyektif pasien tampak cemas dan gelisah.
Sehingga penulis menegakkan diagnosa keperawatan kecemasan berhubungan dengan
perubahan status kesehatan.
Hal ini terjadi di karenakan kondisi yang dialami oleh Ny.M sama dengan teori. Di
dukung dengan batasan karakteristik yang di tentukan oleh (NANDA, 2015) yaitu
pusing berputar dan nyeri kepala. Masalah keperawatan kedua yang muncul nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah. Hal ini terjadi di
karenakan kondisi yang dialami oleh Ny.M sama dengan teori. Di dukung dengan
batasan karakteristik yang di tentukan oleh (NANDA, 2015) yaitu nafsu makan
berkurang dan mual muntah. Masalah keperawatan ketiga yang muncul kecemasan
berhubungan dengan perubahan status kesehatan. Hal ini terjadi karena kondisi yang
dialami oleh ny.M sama dengan teori. Di dukung dengan batasan karakteristik yang
ditentukan oleh (NANDA, 2015) yaitu cemas akan kesehatannya sekarang.

C. Intervensi Keeprawatan
Dalam tinjauan teori rencana tindakan keperawatan adalah menyusun alternatif-
alternatif dan mengidentifikasi penanganan keperawatan, seperti pada masalah
keperawatan :
1. nyeri akut berhubungan dengan peningkatan intra kranial, dengan menyusun
rencana keperawatan seperti ;
a. observasi TTV dan kaji tingkat nyeri
b. anjurkan klien istirahat ditempat tidur,
c. atur posisi klien senyaman mungkin,
d. ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, kolaborasi untuk pemberian analgetik
2. nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah
a. timbang BB pasien dan observasi tentang nutrisi klien
b. berikan makanan dalam porsi sedikit tapi sering
c. jelaskan pada klien tentang manfaat makanan/nutrisi
d. kolaborasi pemberian antasida dan nutrisi parental.
3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
a. kaji tingkat kecemasan
b. berikan dorongan dan berikan waktu untuk mengungkapkan pikiran dan
dengarkan semua keluhan,
c. jelaskan semua prosedur dan pengobatan,
d. beri dorongan spiritual.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam di harapkan


masalah kesehatan dapat teratasi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Proses Keperawatan adalah metode Asuhan Keperawatan yang ilmiah, sistematis,
dinamis dan terus-menerus serta berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah
kesehatan pasien/klien, dimulai dari Pengkajian (Pengumpulan Data, Analisis Data dan
Penentuan Masalah) Diagnosis Keperawatan, Pelaksanaan dan Penilaian Tindakan
Keperawatan (evaluasi).
Vertigo di sebabkan karena pada dasarnya keseimbangan tubuh di kendalikan oleh otak
kecil yang mendapat informasi mengenai posisi tubuh dari organ keseimbangan di
telinga tengah dan mata. Gangguan pada otak kecil yang mengakibatkan vertigo jarang
sekali ditemukan. Namun, kurangnya pasokan oksigen ke otak dapat pula menyebabkan
vertigo.

B. Saran
1. Bagi Penulis
Penulis diharapkan bisa memberikan tindakan pengelolaan asuhan keperawatan
selanjutnya pada pasien dengan vertigo
2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan meningkatkan informasi dari berbagai sumber lain tentang
asuhan keperawatan dewasa, sehingga dapat memberikan gambaran kepada pasien
tentang mengenal dan merawat kesehatan tubuhnya.
LAPORAN KLINIK

DENGAN VERTIGO

Indit Kurnianingtyas

1.13.047

PROGRAM SRUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TELOGOREJO

SEMARANG

2016
DAFTAR PUSTAKA

Lumban Tobing. S.M, 2003, Vertigo Tujuh Keliling, Jakarta : FK UI

Perhimpunan Dokter Spesialis Syaraf Indonesia, 1998, Vertigo Patofisiologi, Diagnosa dan
Terapi, Malang : Perdossi
PATHWAY

Trauma ukuran lensa aliran darah infeksi pada telinga


Serebellum tidak sama ke otak dalam(vestibuler)

VERTIGO

Penurunan fungsi tekanan kranial stress tekanan pada


Kognitif meningkat meningkat otot leher

KOPING INDIVIDU GANGGUAN POLA


CEMAS NYERI
TIDAK EFEKTIF TIDUR

Anda mungkin juga menyukai