Anda di halaman 1dari 4

NORMAL DAN ABNORMAL

Disusun Oleh:

Haning Wahyunita 1511600015


Riestanti Dias P 1511600071
Revinda Devika A 1511600027
Della Ratnamala 1511600048
Pramita Yesiana 1511600055

DOSEN PENGAMPU

Aliffia Ananta, S.Psi.,M.Psi.,Psi

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI KLINIS

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945

SURABAYA

2017
Soal

1. Apa yang dimaksud normal dan tidak normal?


2. Apa indikatornya?
3. Studi kasus

Pembahasan

1. Normal
1) WHO mendefinisikan normal sebagai keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial
secara penuh
2) Psikiater Karl Meninger menyatakan bahwa orang yang sehat mental atau normal
adalah mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan, menahan diri, menunjukkan
kecerdasan, berperilaku dengan menenggang perasaan orang lain dan sikap hidup
yang bahagia.
3) Kartini Kartono, 1989
Norma adalah perilaku yang adekuat (serasi dan tepat) yang dapat diterima oleh
masyarakat pada umumnya.

Tidak Normal (abnormal)

1) Menurut Singgih Dirgagunarsa, Psikologi abnormal atau disebut juga


psikopatologi merupakan bidang psikologi yang kaitannya dengan hambatan
atau kelainan kepribadian, dimana ini menyangkut isi dan proses kejiwaan.
2) Menurut Kartini Kartono, Psikologi abnormal merupakan cabang ilmu
psikologi yang menyelidiki bentuk abnormalitas jiwa dan gangguan mental.
3) Abnormal adalah menyimpang dari yang normal (tidak biasa terjadi).(Maramis,
1999)

2. Indikator ORANG YANG SEHAT-NORMAL

a. Sikap terhadap diri sendiri : memiliki penilaian yang realistik terhadap berbagai

kelebihan dan kekurangan.

b. Persepsi terhadap realitas : memiliki peandangan yang realistis terhadap diri dan

terhadap dunia, orang maupun benda di sekelilingnya.

c. Integrasi : berkepribadian utuh, bebas dari konflik-konflik batin yang melumpuhkan,

memiliki toleransi yang baik terhadap stres.

d. Kompetensi : memiliki kompetensi-kompetensi fisik, intelektual, emosional, dan social

yang memadai untuk mengatasi berbagai problem hidup.


e. Otonomi : memiliki kemandirian, tanggung jawab dan penentuan diri yang memadai

disertai kemampuan cukup untuk membebaskan diri dari aneka pengaruh sosial.

f. Pertumbuhan aktualisasi diri : semakin berkembang kemampuan-kemampuannya dan

mencapai pemenuhan diri sebagai pribadi.

BEBERAPA KRITERIA ABNORMALITAS

a) Penyimpangan dari Norma-norma Statistik : abnormal adalah setiap hal yang luar biasa,

tidak lazim, atau secara harfiah yang menyimpang dari norma. hampir setiap kepribadian

tersebar dalam populasi orang mengikuti kurva normal yang bentuknya mirip

genta/lonceng, di mana dua pertiga dari jumlah kasus terletak pada sepertiga dari

keseluruhan bidang yang mewakili populasi tersebut.

b) Penyimpangan dari Norma-norma Sosial : Menurut kriteria ini, abnormal diartikan sebagai

non konformitas, yaitu sifat tidak patuh atau tidak sejalan dengan norma sosial. Inilah

yang disebut relativisme budaya bahwa apa saja yang umum atau lazim adalah normal.

c) Gejala Salah Suai (Maladjustment) : Abnormalitas dipandang sebagai ketidakefektifan

individu dalam menghadapi, menanggapi, menangani atau melaksanakan tuntutan-

tuntutan dari lingkungan fisik dan sosialnya maupun yang bersumber dari kebutuhannya

sendiri.

d) tekanan Batin : Abnormalitas dipandang sebagai perasaan-perasaan cemas, depresi atau

sedih atau perasaan bersalah yang mendalam.

e) Ketidakmatangan : Seseorang dikatakan abnormal apabila perilakunya tidak sesuai

dengan tingkat usianya, dan tidak sesuai dengan situasinya.

3. Studi Kasus

Lina berprofesi menjadi seorang model. Dalam dunia model diet merupakan hal yang wajar
dan umum. Hal tersebut juga dilakukan oleh lina untuk mempertahankan berat tubuhnya
yang ideal. Mulai dari menjaga pola makan, olah raga teratur, dan sering meminum obat
pencahar pun ia lakukan. Dari diet yang ia tekuni tersebut dapat membuahkan hasil yaitu
karir yang semakin menanjak sehingga banyak pujian yang mengalir padanya.

Dengan adanya pujian yang mengalir padanya, lina semakin antusias mempertahankan berat
badan idealnya. suatu ketika lina diajak untuk makan bersama dengan teman-temanya.
Namun beberapa ajakan tersebut ia tolak dengan alasan diet. respon teman-temanya
menganggap itu hal biasa. Karena hal tersebut umun dilakukan oleh seorang model.

Semakin lama, Lina semakin takut menjadi gemuk meskipun ia tidak benar-benar mengalami
kelebihan berat badan. Lina pun mulai kehilangan selera makan atau tidak lagi menyukai
makanan. Ketakutannya semakin menjadi-jadi, sehingga ia menghalalkan segala cara untuk
mempertahankan berat badannya. Hal ini memicu gangguan pada diri Lina, seperti tidak
menstruasi selama 3 tahun, hipotensi, denyut jantung tidak teratur, dan sangat rendah
kadar potassium dan kalsium. Hingga akhirnya Lina mengalami beberapa periode penurunan
berat badan yang menurutnya adalah sesuatu yang baik. Dengan tinggi 170 cm dan berat
badan 48 kg sudah tergolong dibawah ideal.

Analisa:

Pandangan umum tentang diet itu hal biasa dan umum namun diet yang diterapkan Lina
lama kelamaan tergolong ke dalam gangguan makan atau Anorexia.

Tanda tanda Anorexia yang dialami oleh lina:

a. kehilangan banyak berat badan


b. meskipun banyak makanan ia tidak memakannya atau menahan untuk tidak
memakan.
c. berat dan jumlah kalori makanan
d. mengikuti diet ketat
e. kekhawatiran kenaikan berat badan
f. tidak akan makan di depan orang lain
g. mengabaikan / menyangkal kelaparan
h. menggunakan langkah-langkah ekstrem untuk menurunkan berat badan (self-induced
muntah, penyalahgunaan laksatif, penyalahgunaan diuretik, pil diet, puasa, olahraga
yang berlebihan)
i. berpikir dia gemuk ketika dia terlalu kurus
j. banyak mendapat sakit
k. merasa tersinggung
l. tidak bersosialisasi

Anda mungkin juga menyukai