Anda di halaman 1dari 2

Iman dideskripsikan dalam Perjanjian Baru dengan berbagai ungkapan yang menarik.

Iman disebut sebagai tindakan untuk datang kepada Kristus. Semua yang diberikan Bapak
kepadaku akan datang kepadaku, dan barangsiapa datang kepadaku, ia tidak akan aku buang.
Dalam terang ini, iman dilihat sebagai tindakan meninggalkan diri kita sendiri dan pergi kepada
Kristus, tidak lagi menempatkan kepercayaan kepada diri sendiri tetapi hanya percaya
kepadanya. Artinya kita menemukan didalam Kristus pengharapan keselamatan kita, sukacita
yang paling mendalam, dan tujuan hidup kita.

Iman juga digambarkan sebagai tinggal dalam Kristus. Seperti dalam Alkitab,
barangsiapa tinggal didalam aku dan aku didalam dia, ia berbuat banyak, sebab diluar Aku
kamu tidak akan berbuat apa-apa. Sebagaimana cabang yang harus berbuah tepat pada
pokoknya, maka kita juga harus tetap berada di dalam Kristus. Iman berarti berdiam di dalam
Kristus, bersandar padanya, mendapatkan kekuatan darinya waktu lepas waktu, dan hidup dalam
persekutuan terus-menerus. Iman bukan sekadar mempercayai bahwa Kristus telah melakukan
sesuatu bagi kita bertahun-tahun yang lalu. Iman mencangkup pula pengakuan bahwa Kristus
sekarang sedang hidup di dalam kita dan bahwa kita juga sekarang hidup di dalam dia.

Iman selalu merupakan tindakan pikiran. Meskipun eksistensi iman disebabkan oleh
kehendak, tetapi iman bertempat di dalam pikiran. Iman merupakan persetujuan atas segala hal
yang telah Allah kemukakan untuk dipercayai. Objek iman adalah lebih pada kebenaran tertentu
dari pada Pribadi Kristus yang harus dipahami secara intelektual. Dengan persetujuan yang
demikian kepada kebenaran Allah, maka umat manusia bekerja sama dengan anugerah Allah.
Melakukan perbuatan baik dan melayakan dia menerima pahala, sehingga menyiapkan dirinya
untuk dibenarkan. Akan tetapi iman ini sendiri, iman yang belum terbentuk belumlah cukup
untuk pembenaran. Iman ini tidak mencangkup hubungan yang pribadi dengan Allah atau
dengan Kristus, karena iman ini hanyalah persetujuan intelektual terhadap kebenaran yang
dinyatakan, dan bahkan masih tertahan didalam dosa yang membawa maut.

Aspek berikut dalam iman walaupun tidak pernah boleh dipisahkan, tetapi dapat
dibedakan. Misalnya pengetahuan, jelas bahwa kita tidak dapat mempercayai seorang yang
tidak kita kenal, atau yang mengenainya kita mengetahui ada hal yang salah. Alkitab dengan
jelas mengajarkan bahwa tanpa pengetahuan , mustahil terdapat iman sejati. Ketika Kristus
menampakan dirinya kepada para murid setelah kebangkitan, ia menjelaskan mengapa ia
mengalami penderitaan dan bangkit dari antara orang mati. Ia membuka pikiran mereka,
sehingga mereka mengerti akan Kitab Suci. Kita menyebut iman sebagai pengetahuan, kita
tidak bermaksudkannya sebagai suatu jenis pemahaman yang umumnya berkatian dengan
persepsi indrawi manusia. Paulus berbicara tentang kasih Kristus yang melampaui pengertian
kita, memaksudkan bahwa apa yang dipercayai oleh pikiran kita dengan iman dalam segala
sesuatu adalah tidak terbatas. Bahwa pengetahuan ini jauh dalam segala pemahaman. Iman
berdiri dari kepastian, bukannya pemahaman yang tuntas.

Pengetahuan tentang iman meliputi apa yang telah Allah lakukan kepada kita, bagi
semua orang di dalam Kristus. Kita juga dapat mengatakan pengetahuan ini sebagai
pengetahuan yang mencangkup kasih, sama seperti Allah mengenal kita. Calvin beranggapan
bahwa iman adalah suatu pengetahuan yang teguh dan pasti akan setia kepada Allah terhadap
kita. Dimana iman sejati adalah suatu pengetahuan dan keyakinan bahwa segala sesuatu yang
dinyatakan Allah di dalam firman adalah benar.
Aspek lain dari iman adalah persetujuan. Yang dimaksud dari persetujuan adalah suatu
tindakan yang dengan kita secara teguh menerima bahwa ajaran firman Allah adalah benar.
Persetujuan seperti ini harus melibatkan keseluruhan pribadi. Keseluruhan dalam diri kita, kita
menerima sebagai hal yang benar yang diajarkan oleh Alkitab kepada kita. Jika pengetahuan
yang terlibat di dalam iman kita tidak mencangkup persetujuan ini, maka iman kita bukanlah
iman sejati. Aspek iman yang lainnya adalah kepercayaan yang merupakan aspek puncak dari
iman. Bahwa iman sejati meliputi kepercayaan adalah hal yang sudah jelas dari kata-kata yang
dipergunakan untuk iman di dalam Alkitab. Dari gambaran Alkitab, mendiskripsikan tindakan
yang terlibat di dalam iman. Iman adalah berpaling dari diri sendiri, dan bersandar secara penuh
kepada Kristus.

Misteri ini dari iman adalah fakta bahwa iman bukan saja merupakan karunia Allah,
tetapi juga tugas manusia. Sekali lagi manusia diingatkan tentang kedaulatan Allah dengan
tanggung jawab manusia. Iman sebagai karunia Allah, sulit menemukan ayat Alkitab yang
secara spesifik mengajarkan iman sebagai karunia Allah. Fakta bahwa kita benar-benar
bergantung pada Allah untuk keselamatan kita dan juga segala hal lainnya secara pasti
mengimplikasikan bahwa kita tidak mungkin memiliki iman sejati jika Allah tidak
memampukan kita untuk memilikinya. Allah dikatakan mengaruniai iman. Terdapat ayat yang
perlu kita perhatikan. Sebab kepada kamu, dikaruniakan buah saja untuk percaya kepada Kristus
melainkan juga untuk menderita untuk dia. Diajarkan kita bahwa harus percaya kepada Kristus
dan menderita baginya. Iman dideskripsikan sebagai sesuatu yang dikaruniakan atau diberikan
secara Cuma-Cuma oleh Allah kepada kita. Iman juga ditanyakan sebagai tugas manusia adalah
melihat kata iman dan percaya di dalam kondordansi, melihat bahwa pada umumnya iman
dideskripsikan sebagai suatu tindakan yang harus dilakukan manusia dalam menanggapi injil,
namun walaupun adalah kewajiban kita dalam menanggapi injil, iman kita tidak sama sekali
bukanlah sesuatu pahala karena perbuatan baik. Diselamatkannya kita oleh anugerah melalui
iman. Sebagaimana yang telah kita pelajari, bukanlah melalui diri kita sendiri, tetapi pemberia

Anda mungkin juga menyukai