Penelitian adalah proses untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi untuk menambah pemahaman dari suatu topik atau isu (Creswell, 2012:3). Jadi intinya penelitian diakukan untuk memecahkan masalah, menemukan serta mengembangkan batang tubuh pengetahuan yang terorganisasi melalui metode ilmiah. Penelitian dilakukan dengan menggunakan 3 langkah: 1) Mengajukan pertanyaan, 2) Mengumpulkan data, 3) Menjawab pertanyaan. Ada enam proses dalam penelitian pendidikan, yaitu: 1. Identifikasi masalah Masalah yang akan diidentifikasi harus terdiri dari penentuan isu yang akan dibahas, sebuah dasar kebenaran untuk dikaji dan menyajikan pentingnya peneitian ini bagi audien yang akan membacanya 2. Mengkaji literatur Peneliti perlu mengetahui siapa saja, sejauh mana dan bagaimana penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dengan cara memilih lalu mengkaji serta terakhir merangkum dari jurnal, literatur, artikel dan publikasi. 3. Memfokuskan tujuan penelitian Peneliti harus mengidentifikasi tujuan utama dan membatasi penelitian dengan menggunakan pertanyaan atau hipotesis. Tujuan penelitian harus mengandung fokus utama dari tujuan penelitian, partisipan atau lokasi. 4. Mengumpulkan data Pengumpulan data bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan hipotesis. Data ini diseleksi dan diidentifikasi serta harus memeroleh izin dari mereka yang kita teliti melalui berbagai metode pengumpulan data. 5. Analisis dan interpretasi data Analisis dan interpretasi data bebarti menggambarkan apa yang akan kita simpulkan dalam penelitian ini. Anaisis berarti data yang diperoleh, dikelompokkan lalu disajikan dalam bentuk tabel, gambar atau grafik, lalu dibahas. 6. Melaporkan dan Mengevaluasi Saat melaporkan hasil penelitian, hal penting yang perlu diperhatikan antara lain adalah audien yang akan dituju. Jika audien yang dituju berbeda, maka struktur dan format penulisan juga berbeda. Hal pokok yang harus deperhatikan adalah kesensitifan laporan. Laporan boleh berupa tulisan formal atau tidak dan tidak boleh mengandung diskriminasi audien. Peneliti juga harus siap dengan kritik dan saran dari audien untuk perbaikan ke arah yang lebih baik. Penelitian pendidikan juga memiliki beberapa peran penting bagi kita, yaitu. 1. Penelitian dapat menambah pengetahuan kita Melalui penelitian, para pendidik dapat saling berbagi informasi, isu-isu pendidikan dan berbagi solusi untuk menghadapinya. Peran ini terletak pada para pendidik yang mencari literatur hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya. 2. Penelitian dapat melatih untuk perbaikan Melalui penelitian, pendidik dapat lebih bersikap profesional. Penelitian melatih pendidik untuk terus memperbaiki kualitas pendidikannya, memberikan ide-ide baru, serta mengevaluasi pendekatan pendidikan. 3. Penelitian memberi informasi dalam penentuan kebijakan terutama dalam bidan pendidikan. B. Isu-Isu Epistemologi Dalam Penelitian Pendidikan Epistemologi merupakan salah satu cabang dari filsafat yang mempelajari tentang sifat dari pengetahuan dan proses bagaimana pengetahuan itu didapatkan dan di validasi. Penelitian pendidikan adalah kegiatan yang memiliki cakupan yang luas dan metode yang fleksibel. Penelitian ini dapat bergantung apada data-data numerik, namun penelitian ini jga dapat bergantung pada penjelasan- penjelasan verbal dan subjektif. Adanya epistimologi memungkinkan bagi para filsuf dan peneliti serta para cendekiawan utnuk membangun sendiri posisi epistimologi mereka seperti bagaimana seharusnya penelitian yang dilakukan dalam masing-masing disiplin ilmu. Daftar tradisi filosofis epistemologi Kategori filosofis Mendefinisikan Pengertian Kelompok / Tradisi Empirisme Pengetahuan didasarkan pada pengalaman langsung (sensoris) terhadap benda atau peristiwa fisik. Traditional positivism Pengetahuan berkembang melalui tiga fase: fiktif, abstrak, dan kemudian ilmiah. Logical positivism Dua bentuk pengetahuan yang stabil, logis-matematis dan natural-ilmiah pengetahuan. Postpositivism Tetapkan argumen melawan positivisme; Misalnya, hukum ilmiah yang diverifikasi Karena tidak ada alasan logis untuk membantah bahwa pola peristiwa saat ini akan mengikuti pola peristiwa masa lalu. Rationalism Pengetahuan, berdasarkan penalaran, ditentukan oleh pikiran dan bukan oleh indra kita saat kita mengalami dunia. Hermeneutics Dalam lingkaran hermeneutik, seseorang menggunakan interpretasi sepotong teks untuk dimengerti keseluruhan teks, dan pemahaman keseluruhan digunakan untuk menafsirkan bagian; ini berjalan dengan cara melingkar. Bagian / keseluruhan proses ini sistematis dan ketat terapan. Structuralism Apa yang membuat sesuatu apa fungsinya bukan komposisinya. Sebagai contoh, Satu blok bisa dianggap mobil jika dirawat seperti mobil. Poststructuralism Reaksi terhadap dogmatisme terkait dengan beberapa strukturalis. Critical theory Kritik terhadap struktur kekuasaan melalui berbagai perspektif, seperti feminis, teori kritis, ekonomi, politik. Idealism Pengetahuan hanya terdiri dari gagasan representasi tentang realitas. Interpretivism Realitas diasumsikan dibangun oleh pengikut berdasarkan interpretasi atau tindakan tertentu Sekejap tidak selalu mengedipkan mata dan bisa memiliki interpretasi yang berbeda. Constructivism Banyak konstruksi realitas dimungkinkan. Sumber: Diadaptasi dari Bredo (2006), Guba (1990), dan Schwandt (2000). 1. Modernism (Positivisme) Positivisme adalah suatu aliran filsafat yang menyatakan ilmu alam sebagai satu-satunya sumber pengetahuan yang benar dan menolak berbagai aktifitas yang berkenaan dengan metafisik, tidak mengenal spekulasi serta semuanya harus didasarkan oleh data empiris. Penganut aliran ini meyakini bahwa apa pun yang tidak dapat diamati, diukur, dan dijelaskan secara rasional di luar kemampuan teknologi dan intelektual dianggap sebagai takhayul, tidak praktis, dan menumbangkan kemajuan umat manusia yang tak terelakkan. Modernisme memeluk dua filosofi antara lain : a. Positivisme: Satu-satunya pengetahuan yang benar adalah menggunakan metodologi suara- metode ilmiah b. Rasionalisme: Jalan yang benar menuju pengetahuan adalah melalui intelektual dan pemikiran deduktif; Sebuah doktrin penalaran sistematis untuk menentukan mana yang benar 2. Postmodernisme (Postpositivisme) Tidak seperti modernsim, postmodernisme berpendapat bahwa kebenaran itu relatif, bergantung pada setiap individu dalam memaknainya dan berkembang seperti yang dilakukan orang. Contoh dari Postmodernisme adalah Konstruktivisme dimana realitas sosial dibangun antar individu. Menurut Pierce dama artikelnya The Fixation of Belief 1987, yang dikhususkan untuk diskusi tentang bagaimana keyakinan menjadi tetap atau stabil, ada empat cara agar kita bisa mengetahui apa yang kita ketahui. 1. Keuletan = keuletan ini terjadi pada saat kita berpegang pada keyakinan dalam menghadapi keraguan dalam menjaga identitas diri terhadap pandangan dunia pada apa yang sedang kita lakukan. 2. Otoritas = otoritas terjadi pada saat kita menerima kepercayaan dari figur yang memiliki otoritas seoerti orang tua, ahli dll. saat kita sedang atau ingin mengidentifikasi. 3. Apriori = Apriori adalah ketika keyakinan kita terbentuk sesuai dengan kepercayaan yang sudah ada. Apriori mengacu pada penalaran yang terjadi sebelum mengalami apapun, saat terjadi, seorang yang mengalami apriori akan menambahkan pengalaman tambahan itu dan mencocokkan pada pengetahuan awalan yang ada dalam dirinya. 4. Ekperimentasi = Pengujian hasil dari apriori dan menghasilkan kesimpulan dari hasil ekperimen dengan menggunakan beberapa keterampilan seperti, skeptisisme, keterbukaan terhadap alternatif, kearifan, negosiasi, kerja sama, dan kompromi untuk memperbaiki atau menstabilkan kepercayaan. Isu-isu epistemologis yang menjadi pertimbangan dalam merancang penelitian pendidikan diantaranya: 1. Realitas Objektif dan Realitas yang Dibangun Beberapa peneliti menganggap lingkungan sosial memiliki realitas yang objektif dan tidak ada kaitannya dengan individu yang menciptakan dan mengamatinya. Namun bagi beberapa peneliti yang memiiki aliran kontruktivisme, dimana realitas sosial adalah sesuatu yang dibangun dengan cara yang berbeda antar individu. 2. Realitas yang Dibangun dalam Penelitian Menurut peneliti aliran Postpositivisme, ada beberapa konsekuensi yang harus dihadapi oleh peneliti, diantaranya adalah peneliti harus bisa memahami lingkungan yang di bangun oleh informan dan temuan lapangan. Peneliti harus ikut serta menjadi subjek penelitian untuk bisa memahami lingkungan penelitian dalam pengambilan data. Namun peneliti yang berkiblat pada positivisme menolak hal ini karena dapat mempengaruhi data temuan 3. Kasus dan Populasi Peneliti yang berkiblat pada epistemologis postpositivis beranggapan bahwa penelitian terhadap interpretasi individu terhadap realita sosial harus dilakukan pada tingkat dasar. Namun bagi peneliti yang berkiblat pada epistemologis positivis dimana peneliti beranggapan bahwa realitas yang ada merupakan suatu hal telah ada dan memiliki sifat yang konsisten. 4. Representasi Verbal dan Numerik dari Realitas Sosial Banyak sekali riset yang dilakukan di bidang sains dan sosial melibatkan kegiatan kuantifikasi realitas yang kemudian dianalisis secara statistik. Kuantifikasi ini secara tidak langsung menguatkan epistemologi positivisme karena menurut epistemologi positivisme, realitas bersifat konsisten melalui ruang dan waktu. Di sisi lain, peneliti yang beraliran postpositivisme mempertanyakan kuantifikasi realitas sosial ini karena menurut aliran postpositivisme realitas yang ada adalah dibangun dari masing-masing individu yang bersifat unik. Selain itu, analisis yang dilakukan adalah analisis verbal dan menghindari analisis statistikal.