Anda di halaman 1dari 4

Akreditasi Rumah Sakit, Untuk Apa?

Saat ini masyarakat semakin sadar untuk memilih layanan kesehatan yang baik.
Beberapa contohnya adalah masyarakat saat ini tidak sungkan lagi untuk
mempertanyakan alternatif perawatan yang akan mereka terima sesuai dengan kondisi
keuangan mereka saat ini. Mereka juga tidak sungkan lagi untuk berdiskusi dengan
dokter mengenai kegunaan dan efek samping obat yang diresepkan dokter kepada
mereka. Masyarakat juga mulai kritis mempertanyakan apakah alat kedokteran yang
digunakan untuk memeriksa mereka sudah steril atau belum. Bahkan tidak sedikit
orang yang ingin melihat proses sterilisasi tersebut. Bila ada pelayanan yang dirasa
kurang memuaskan, masyarakat saat ini tidak malas lagi menegur staf medis yang
bersangkutan atau mengeluarkan unek-unek mereka melalui kotak saran. Singkatnya
masyarakat mau yang terbaik untuk diri mereka sesuai kondisi mereka saat ini.

Untuk menghadapi dinamika masyarakat sedemikian rupa, pemerintah melalui


Kementerian Kesehatan tidak tinggal diam. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
mewajibkan dilaksanakannya akreditasi rumah sakit dengan tujuan untuk meningkatkan
pelayanan rumah sakit di Indonesia. Dasar hukum pelaksanaan akreditasi di rumah
sakit adalah UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, UU No. 44 tahun 2009 tentang
rumah sakit dan Permenkes 1144/ Menkes/ Per/ VIII/ 2010 tentang organisasi dan tata
kerja kementerian kesehatan. Akreditasi mengandung arti suatu pengakuan yang
diberikan pemerintah kepada rumah sakit karena telah memenuhi standar yang
ditetapkan. Rumah sakit yang telah terakreditasi, mendapat pengakuan dari pemerintah
bahwa semua hal yang ada di dalamnya sudah sesuai dengan standar. Sarana dan
prasarana yang dimiliki rumah sakit, sudah sesuai standar. Prosedur yang dilakukan
kepada pasien juga sudah sesuai dengan standar.

Berdasarkan standar akreditasi versi 2007, terdapat tiga tahapan dalam pelaksanaan
akreditasi yaitu akreditasi tingkat dasar, akreditasi tingkat lanjut serta akreditasi tingkat
lengkap. Akreditasi tingkat dasar menilai lima kegiatan pelayanan di rumah sakit, yaitu:
Administrasi dan Manajemen, Pelayanan Medis, Pelayanan Keperawatan, Pelayanan
Gawat Darurat dan Rekam Medik. Akreditasi tingkat lanjut menilai 12 kegiatan
pelayanan di rumah sakit, yaitu: pelayanan yang diakreditasi tingkat dasar ditambah
Farmasi, Radiologi, Kamar Operasi, Pengendalian Infeksi, Pelayanan Resiko Tinggi,
Laboratorium serta Keselamatan Kerja, Kebakaran dan Kewaspadaan Bencana (K-3).
Akreditasi tingkat lengkap menilai 16 kegiatan pelayanan di rumah sakit, yaitu:
pelayanan yang diakreditasi tingkat lanjut ditambah Pelayanan Intensif, Pelayanan
Tranfusi Darah, Pelayanan Rehabilitasi Medik dan Pelayanan Gizi. Rumah sakit boleh
memilih akan melaksanakan akreditasi tingkat dasar (5 pelayanan), tingkat lanjut (12
pelayanan) atau tingkat lengkap (16 pelayanan) tergantung kemampuan, kesiapan dan
kebutuhan rumah sakit baik pada saat penilaian pertama kali atau penilaian ulang
setelah terakreditasi. Berdasarkan standar akreditasi versi 2007 ini, sertifikasi yang
diberikan kepada rumah sakit berupa: tidak terakreditasi, akreditasi bersyarat, akreditasi
penuh dan akreditasi istimewa. Tidak terakreditasi artinya hasil penilaian mencapai 65%
atau salah satu kegiatan pelayanan hanya mencapai 60%. Akreditasi bersyarat artinya
penilaian mencapai 65% 75% dan berlaku satu tahun. Akreditasi penuh artinya hasil
penilaian mencapai 75% dan berlaku selama 3 tahun. Akreditasi istimewa diberikan
apabila dalam tiga tahun berturut-turut rumah sakit mencapai nilai terakreditasi penuh
dan status ini berlaku selama 5 tahun. Rumah sakit wajib melaksanakan akreditasi
minimal 6 bulan setelah SK perpanjangan izin keluar dan 1 tahun setelah SK izin
operasional.

Manfaat implementasi standar akreditasi versi 2007 ini terutama ditujukan bagi
penerima layanan kesehatan, pasien. Selain bermanfaat bagi pasien, akreditasi juga
bemanfaat bagi petugas kesehatan di rumah sakit, bagi rumah sakit itu sendiri, bagi
pemilik rumah sakit dan bagi perusahaan asuransi. Bagi tenaga kesehatan di rumah
sakit, akreditasi berfungsi untuk menciptakan rasa aman bagi mereka dalam
melaksanakan tugasnya. Mereka akan merasa aman karena sarana dan prasarana
yang tersedia di rumah sakit sudah memenuhi standar sehingga tidak akan
membahayakan diri mereka. Selain itu, sarana dan prasarana yang sesuai standar juga
sangat membantu mempermudah proses kerja mereka. Bagi rumah sakit, akreditasi
bermanfaat sebagai alat untuk negosiasi dengan pihak ketiga misalnya asuransi atau
perusahaan. Dalam hal ini, akreditasi bisa dibilang berfungsi sebagai salah satu alat
berpromosi. Bagi pemilik rumah sakit, akreditasi berfungsi sebagai alat untuk mengukur
kinerja pengelola rumah sakit. Sedangkan bagi perusahaan asuransi, akreditasi
bermanfaat sebagai acuan dalam memilih dan mengadakan kontrak dengan rumah
sakit. Perusahaan asuransi enggan mempertaruhkan nama baiknya dihadapan kliennya
dengan memilih rumah sakit berpelayanan buruk.

Dalam penerapannya, standar akreditasi versi 2007 memiliki banyak kekurangan.


Seperti dilansir dalam situs Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS), standar akreditasi
versi 2007 lebih berfokus pada penyedia layanan kesehatan (rumah sakit), kuat pada
input dan dokumen namun lemah dalam implementasi dan dalam proses akreditasi
kurang melibatkan petugas. Untuk menutupi kekurangan ini, KARS mengembangkan
standar akreditasi versi 2012. Standar akreditasi versi 2012 ini memiliki kelebihan yaitu
lebih berfokus pada pasien; kuat dalam porses, output dan outcome; kuat pada
implementasi serta melibatkan seluruh petugas dalam proses akreditasinya. Dengan
adanya perbaikan ini diharapkan rumah sakit yang lulus proses akreditasi versi 2012 ini
benar-benar dapat meningkatkan mutu pelayanannya dengan lebih berfokus pada
keselamatan pasien.

Standar akreditasi 2012 ini mirip dengan standar akreditasi internasional. Dalam
standar akreditasi baru ini terdapat 4 kelompok standar yang terdiri dari 1.048 elemen
yang akan dinilai. Keempat kelompok standar akreditasi rumah versi 2012 yaitu:
kelompok standar pelayanan berfokus pada pasien, kelompok standar manajemen
rumah sakit, sasaran keselamatan pasien rumah sakit dan sasaran Millenium
Development Goals. Dalam kelompok standar pelayanan berfokus pada pasien,
komponen penilaian selain berfokus pada hal hal terkait pelayanan pasien dan
keluarga, mulai dari pemenuhan hak-hak pasien, pendidikan pasien dan keluarga
sampai ke pelayanan yang akan diberikan kepada pasien. Pada kelompok standar
manajemen rumah sakit, komponen yang dinilai misalnya upaya manajemen untuk
memberikan dukungan agar rumah sakit dapat memberi pelayanan yang baik kepada
pasien. Sasaran keselamatan pasien di rumah sakit dimaksudkan untuk meningkatkan
mutu pelayanan lebih baik dan memperhatikan keselamatan pasien. Jangan sampai
pasien yang datang ke rumah sakit membawa pulang penyakit lagi. Sasaran Millenium
Development Goals merupakan komponen penilaian tambahan dalam standar
akreditasi rumah sakit, khusus di Indonesia. Sasaran-sasarannya berupa penurunan
angka kematian ibu dan bayi, penurunan kasus HIV dan AIDS serta pengendalian
tuberkulosis. Tingkat-tingkat kelulusan berdasarkan standar akreditasi versi 2012
adalah dasar, madya, utama dan paripurna. Tingkat paripurna adalah tingkat kelulusan
tertinggi yang dapat diraih oleh rumah sakit. Dalam pelaksanaan akreditasi rumah sakit
menggunakan standar akreditasi versi 2012 ini, surveyor akan menemui pasien untuk
mencari bukti adanya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit yang berfokus pada
keselamatan pasien. Bila tidak ditemukan bukti, maka proses penilaian tidak akan lanjut
ke komponen lain. Saat ini seluruh rumah sakit memiliki kewajiban untuk menjaga mutu
pelayanannya dengan melaksanakan akreditasi minimal setiap 3 tahun sekali.

Manfaat langsung dari implementasi standar akreditasi versi 2012 adalah rumah sakit
akan lebih mendengarkan keluhan pasien dan keluarganya. Rumah sakit akan lebih
lapang dada menerima kritik dan saran dari pasien dan keluarganya, tidak lagi
menjadi pihak yang selalu benar. Rumah sakit juga akan lebih menghormati hak-hak
pasien dan melibatkan pasien dalam proses perawatan sebagai mitra. Dalam hal ini,
pasien dan keluarganya akan diajak berdiskusi dalam menentukan perawatan terbaik
sesuai kondisi pasien saat ini. Implementasi standar akreditasi versi 2012 juga
diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa rumah sakit telah
melakukan upaya peningkatan mutu pelayanan berdasar keselamatan pasien. Selain
itu, implementasi standar akreditasi versi 2012 juga akan menciptakan lingkungan kerja
yang aman dan efisien sehingga berkontribusi terhadap kepuasan karyawan. Rumah
sakit yang telah lulus akreditasi versi 2012 akan memiliki modal negosiasi dengan
perusahaan asuransi kesehatan dan sumber pembayar lainnya dengan lengkapnya
data tentang mutu pelayanan rumah sakit. Implementasi standar akreditasi versi 2012
akan dapat menciptakan budaya belajar dengan adanya sistem pelaporan yang tepat
dari kejadian yang tidak diharapkan di rumah sakit. Manfaat lain dari implementasi
standar akreditasi versi 2012 adalah terbangunnya kepemimpinan kolaboratif yang
menetapkan kualitas dan keselamatan pasien sebagai prioritas dalam semua tahap
pelayanan.

Tahapan yang perlu dilakukan dalam penyelenggaraan akreditasi adalah: pembinaan


akreditasi oleh Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan, bimbingan akreditasi
oleh surveyor pembimbing, survei akreditasi oleh surveyor akreditasi dan
pendampingan pasca akreditasi oleh tim pendampingan yang terdiri dari Kemenkes,
KARS (Komite Akreditasi Rumah Sakit), PERSI daerah dan Dinas Kesehatan. Tahap
pembinaan akreditasi bertujuan untuk menyiapkan sistem pelayanan di rumah sakit.
Hasil pembinaan berupa rekomendasi yang mencakup aspek hukum atau aspek
manajemen pelayanan yang bisa digunakan untuk mengetahui apakah rumah sakit
perlu bimbingan atau tidak. Tahap bimbingan akreditasi bertujuan untuk memberikan
penjelasan, pemahaman dan penerapan standar pelayanan yang menjadi item
penilaian dalam akreditasi. Hasil bimbingan ini berupa rekomendasi tentang langkah-
langkah yang perlu dilakukan rumah sakit dan dokumen yang perlu disediakan untuk
mencapai akreditasi. Bila masih membutuhkan bimbingan, rumah sakit berhak untuk
meminta bimbingan dari konsultan luar selain KARS untuk mendapat bimbingan lebih
intensif. Tahap survey akreditasi merupakan saatnya penilaian terhadap pemenuhan
standar rumah sakit menggunakan instrumen akreditasi yang dikeluarkan oleh KARS.
Survei akreditasi dilakukan oleh KARS sedangkan sertifikasi diberikan oleh Dirjen
Pelayanan Medik DepKes RI berdasarkan rekomendasi KARS. Rumah sakit tidak dapat
memilih surveyor akreditasi untuk menjamin objektivitas penilaian. Tahap
pendampingan pasca akreditasi bertujuan menindaklanjuti rekomendasi hasil survey
akreditasi agar rumah sakit yang telah terakreditasi dapat meningkatkan mutu
pelayanan yang masih dibawah standar dan tetap mempertahankan mutu pelayanan
yang sudah tercapai. Pendampingan dilaksanakan secara berkala minimal 6 bulan
pasca survey akreditasi.

Selain diakreditasi dengan standar nasional, beberapa rumah sakit di Indonesia,


khususnya rumah sakit pemerintah, juga akan diakreditasi menggunakan standar
internasional. Sebenarnya telah banyak rumah sakit di Indonesia yang terakreditasi
secara internasional, namun kebanyakan rumah sakit swasta. Kondisi ini semakin
menanamkan kesan bahwa rumah sakit pemerintah memang kurang layak dipercaya
dan kurang mampu memberikan pelayanan terbaik baik masyarakat. Rencananya,
tujuh rumah sakit besar pemerintah akan dipersiapkan untuk akreditasi internasional
pada tahun 2013. Untuk mewujudkan hal ini, pemerintah bekerjasama dengan lembaga
akreditasi internasional yaitu Joint Commission International (JCI) dari Amerika Serikat.
JCI dipilih karena paling banyak berafiliasi dengan berbagai rumah sakit besar di dunia
dan merupakan salah satu lembaga akreditasi yang dianggap berpengalaman.
Akreditasi internasional ini bertujuan untuk menyetarakan mutu pelayanan rumah sakit
pemerintah dengan rumah sakit internasional. Dengan adanya akreditasi internasional
ini diharapkan tumbuh pula kepercayaan dan pengakuan dari masyarakat bahwa rumah
sakit pemerintah mampu memberikan layanan kesehatan terbaik. Dengan pengakuan
ini diharapkan dapat membendung arus masyarakat yang berlomba-lomba berobat ke
luar negeri. Dengan adanya akreditasi internasional ini, pemerintah menjamin adanya
peningkatan mutu layanan kesehatan di rumah sakit pemerintah tanpa diiringi dengan
kenaikan harga. Kedepannya, tidak hanya rumah sakit swasta atau pemerintah yang
akan mendapat akreditasi tetapi juga Rumah Sakit TNI atau Polri dan Rumah Sakit
pendidikan. Terutama rumah sakit pendidikan, penting untuk mendapatkan akreditasi
untuk membuktikan bahwa pelayanan yang diberikan rumah sakit ini memang benar-
benar merupakan layanan bermutu. Adanya akreditasi bagi Rumah Sakit Pendidikan
juga diharapkan dapat meluruskan anggapan masyarakat bahwa mereka akan menjadi
kelinci percobaan bila menjadi pasien di rumah sakit tersebut.

Untuk mendapatkan tingkat kelulusan akreditasi yang baik, diperlukan adanya kerja
sama antar semua pihak di rumah sakit. Semua staf rumah sakit, mulai dari pimpinan
puncak sampai staf lapis terbawah harus memiliki semangat yang sama dalam
mewujudkannya. Pimpinan puncak hingga ke staf lapisan bawah harus memiliki
pemahaman yang sama mengenai alasan dilaksanakannya akreditasi. Jangan sampai
ada pihak yang menganggap bahwa akreditasi ini akan menjadi beban yang
menambah-nambah kerjaan mereka karena harus bekerja sesuai standar-standar
akreditasi. Sejatinya, standar-standar yang dijadikan komponen penilaian dalam survey
akreditasi adalah untuk dipenuhi dan diimplementasikan dalam jangka panjang bukan
hanya pada saat survey akreditasi. Dengan adanya kerjasama dan semangat yang
sama tinggi dari semua pihak di rumah sakit, bukan hal mustahil akan terciptanya
layanan kesehatan berkualitas tinggi yang langgeng bagi masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai